Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Keperawatan Komunitas pada

Agregat Rentan
( Tunawisma )
KEPERAWATAN KOMUNITAS
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES HORIZON KARAWANG
Kelompok 1
Nama Anggota Kelompok :

1. Tazqirotul Ula
2. Intan Dini Adiyanti
3. Nur Setianingsih
4. Riska Winabah
5. Frisca Audry Deviani
6. Febia Widiantika
7. Dewi Asih Rahmawati
8. Muhammad Akbar
Pengertian

Tunamisma adalah orang yang tidak mempunyai tempat


tinggal tetap dan layak, orang yang tidak mempunyai mata
pencaharian yang tetap dan layak atau orang yang berpindah-
pindah tempat tinggalnya dan berkeliaran di kota, makan dan
minum disembarangan tempat.

Gelandangan atau tunawisma sering dikategorikan sebagai


kelompok yang terisolasi,terpinggirkan, tidak beruntung dan
kelompok rentan.
Karakteristik Populasi Terlantar
1. Tidak memiliki tempat tinggal kabanyakan gelandangan dan pengemis ini mereka tidak memiliki tempat
hunian atau tempat tinggal, dan mereka biasa mengembara di tempat umum
2. Hidup dibawah garis kemiskinan, para gelandangan mereka tidak memiliki penghasilan tetap yang bisa
menjamin untuk kehidupan mereka kedepan bahkan untuk sehari-hari saja mereka harus mengemis atau
memulung.
3. Hidup dengan penuh ketidakpastian para gelandangan mereka hidup dengan mengemis disetiap harinya.
Jika mereka sakit mereka tidak bisa mendapatkan jaminan social seperti yang dimiliki oleh pegawai Negeri
yaitu BPJS untuk perobat dan lain-lain.
4. Memakai baju yang compang camping, biasanya tidak pernah menggunakan baju yang rapi atau berdasi
melainkan baju yang kumal dan dekil.
Faktor- Faktor yang berkontribusi terhadap populasi terlantar

● Faktor Ekonomi
● Faktor social
● Faktor Pendidikan
● Faktor psikologis
● Faktor kultural
● Faktor lingkungan
● Faktor agama
Aspek – aspek yang harus dipertimbangkan dalam Asuhan Keperawatan Pada Tunawisma

a) Accessibility : kemampuan tuna wisma untuk menggunakan pelayanan,meliputi jarak, usaha, biaya, dan
kesadaran tentang butuhnya perawatan diri sebagai kunci bagi para tuna wisma. Akses meliputi waktu dan lokasi
pelayanan.
b) Acceptability : tingkat penerimaan tuna wisma yang dapat mereka gunakanHal ini ditinjau dari perspektif individu,
keluarga, dan komunitas. Tuna wisma akan memilih menggunakan pelayanan kesehatan berdasar persepsi
kompetensi perawatan, pengalaman sebelumnya, bahasa, dan budaya atau sensitivitas perilaku pemberi
pelayanan kesehatan (Magilvy, Congdon, &Martinez, 1994).
c) Affordability: kesanggupan ekonomi. Kondisi tuna wisma yang kurang mampu dalam perekonomian dapat dibantu
oleh pemerintah. Diperlukan suatu bentuk pelayanan yang optimal dengan dukungan dari pemerintah berupa dana
dan kebijakan.
d) Appropriateness : Bentuk asuhan keperawatan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan perawatan diri
tuna wisma dan hal ini merasa dibutuhkan sebagai kebutuhan utama bagi mereka. Perawat perlu menumbuhkan
kepedulian tuna wisma tentang kebutuhan perawatan diri yang diperlukan mereka.
e) Adequacy : Keadekuatan intervensi keperawatan berbasis komunitas meliputi kualitas dan kelengkapan pelayanan
untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri sesuai dengan tingkat kebutuhannya (wholly compensatory, partially
compensatory, atau supportive-educative system). Diperlukan rancangan program yang sangat bagus untuk dapat
FAKTOR PERILAKU DAN PSIKOSOSIAL YANG MENYEBABKAN
MASALAH KESEHATAN TUNAWISMA

• Kemiskinan, Antara lain : makanan yang tidak cukup atau makanan yang kurang gizi, persediaan air
yang kurang, tidak mendapatkan pelayanan yang baik.
• Pendidikan yang rendah, kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari
kemampuan membiayai.
• Kawin muda, hal ini banyak kebudayaan yang menganggap kalau belum menikah diusia tertentu
diangap tidak laku. Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya agar
leas tanggung jawab dan diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya.
• Seks bebas. Dari perilaku seksual usia dini anak jalanan perempuan, yang mulai seks bebas yaitu anak-
anak jalanan dengan usia dibawah 14 tahundan ada yang melakukan dengan saudaranya sendiri.
Skenario Kasus Pada Tunawisma
Mahasiswa STIKes Horizon Karawang melaksanakan praktek keperawatan komunitas di Daerah
Kertabumi dan ditemukan sekelompok komunitas tunawisma. Ketika dilakukan pengkajian,
dari hasil wawancara mereka mengatakan tidak mempunyai pekerjaan dan kondisi
tunawisma tidak sehat, para tunawisma biasanya mencari barang-barang atau makanan
disembarang tempat demi kebutuhan hidupnya. 60% tunawisma mengalami gangguan
kesehatan fisik dan mental. 70% tunawisma yang tidak memiliki tempat tinggal yang
tetap.52% tunawisma tidak bergantung kepada orang lain atau keluarganya
Analisa Data
Data Hasil Pengkajian Masalah Keperawatan
Perilaku Kesehatan Cenderung
Data survei :
Beresiko
• 60% tunawisma mengalami gangguan kesehatan fisik dan mental.
Domain : 1
• 70% tunawisma yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap.
Kelas : 2
• 52% tunawisma tidak bergantung kepada orang lain atau keluarganya. Kode diagnose : 001881

Observasi :
Hasil observasi didapatkan terdapat kelompok tunawisma yang mengalami
gangguan Kesehatan fisik dan mental

Data Wawancara :
Didapatkan Data hasil wawancara dari salah satu tunawisma didapat adanya
gangguan Kesehatan mental dan fisik seperti karena kurangnya bantuan
ekonomi dari pemerintah,kurangnya perhatian dari dinas social dan Kesehatan.
Data Hasil Pengkajian Masalah Keperawatan
Perilaku Kesehatan Cenderung
Data Sekunder :
Beresiko
Berdasarkan data dari Dinas Sosial Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI
Domain : 1
Jakarta mencatat sebanyak 4.622 orang berstatus Penyandang Masalah
Kelas : 2
Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan gelandangan (orang yang tidak memiliki Kode diagnose : 001881
tempat tinggal) yang menempati posisi teratas dengan jumlah 1.044 orang.
Diagnosis Askep Kelompok :

No Domain Kelas Kode Rumusan Diagnosis


keperawatan
 1.  Domain : 1  Kelas 2 :  00215  Defisien Kesehatan
Komunitas
Promosi Kesehatan (Nanda, 2018) Manajemen Kesehatan

Perilaku Kesehatan
2. Domain : 1 Kelas 2 : 00188
cenderung beresiko
Promosi Kesehatan (Nanda,2018) Manajemen Kesehatan

Ketidakefektifan
3. Domain : 1 Kelas 2 : 00099 pemeliharaan Kesehatan
Promosi Kesehatan (Nanda,2018) Manajemen Kesehatan
Skoring Askep Kelompok
No Kriteria Penilaian Skore

1 Pentingnya masalah untuk diatasi 1 : rendah 3


2 : sedang
3 : tinggi

2 Perubahan positif pada komunitas jika masalah diatasi 1 : rendah 3


2 : sedang
3 : tinggi
0 : tidak ada

3 Peningkatan kualitas hidup jika masalah di atasi 1 : rendah 3


2 : sedang
3 : tinggi
0 : tidak ada

4 Rangking dari semua masalah 1 : paling tidak penting 6


6 : sangat penting Total skor : 15
Perencanaan Askep Kelompok
Data √ Diagnosis Keperawatan NOC NIC
 
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi

Studi Dokumentasi   00188 Perilaku Kesehatan  1602 Prevensi primer :   Prevensi Primer:
Observasi : cenderung beresiko
Perilaku promosi Pendidikan
Hasil observasi   Kesehatan kesehatan
didapatkan terdapat   Prevensi Sekunder
kelompok tunawisma Terapi kelompok
:
yang mengalami  
gangguan Kesehatan Motivasi
1209
fisik dan mental Prevensi
Aktivitas yang
1632 sekunder :
Data Wawancara : disarankan 4360
1302 Modifikasi perilaku
Didapatkan Data hasil Koping 5395
wawancara dari salah   Peningkatan
satu tunawisma didapat efikasi diri
adanya gangguan  
Kesehatan mental dan
 
fisik seperti karena Prevensi Tersier :
kurangnya bantuan   Prevensi Tersier
ekonomi dari Konseling
1902 Control resiko 5240
pemerintah,kurangnya
perhatian dari dinas  
social dan Kesehatan
Implementasi Askep Kelompok

No Diagnosa keperawatan √ Noc Nic Pelaksanaan


Ya / Tidak

1 Perilaku Kesehatan Knowledge: Health Prevensi primer


BehaviourIndikator: Health Education
Cenderung Beresiko • Mengidentifikasi faktor
(00188) 1. Konsumsi nutris yang sehat
eksternal dan internal yang
2. Keuntungan latihan fisik meningkatkan motivasi
perubahan perilaku
rutin.
Kesehatan
3. Strategi menangani stres • Menggunakan media dan
metode edukasi yang
Pola tidur normal
sesuai
4. Efek samping penggunaan • Melakukan edukasi
kesehatan mengenai
alcohol
perubahan perilaku
5. Efek samping penggunaan
rokok
6. Efek konsumsi kafein
7. Strategi mengurangi resiko
cedera
8. Strategi mencegah transmisi
penyakit infeksius
9. Teknik pemeriksaan mandiri
No Diagnosa keperawatan √ Noc Nic Pelaksanaan
Ya / Tidak

2. Perilaku Kesehatan Koping Prevensi sekunder


Cenderung Beresiko • Mengidentifikasi pola koping
• Tentukan motivasi pasien
(00188) yang efektif
untuk berubah.Bantu pasien
• Menggunakan strategi koping
untuk mengidentifikasi
yang efektif
kekuatan dan
• Menggunakan dukungan menguatkannya.
social yang • Anjurkan penggantian
tersediaMelaporkan terhadap kebiasaan yang tak
perunnan gejala fisik diingini dengan kebiasaan
yang diingini.
• Kenalkan pasien kepada
orang (kelompok) yang telah
sukses mengalami
pengalaman yang
sama.pertahankan prilaku staf
yang konsisten.
• Perkuat keputusan yang
konstruktif yang terpusat pada
kebutuhan Kesehatan.
No Diagnosa keperawatan √ Noc Nic Pelaksanaan
Ya / Tidak

3. Perilaku Kesehatan Koping Prevensi Tersier


Cenderung Beresiko • Mengidentifikasi pola koping
Konseling Aktivitas
(00188) yang efektif 1. Mendemonstrasikan rasa
kehangatan Menjelaskan
• Menggunakan strategi koping
tentang tujuan konseling
yang efektif 2. Menggunakan teknik
reflek klarifikasi untuk
• Menggunakan dukungan
memfasilitasi
social yang 3. Menjelaskan bagaimana
per keharga terhadap
tersediaMelaporkan
pasien
perunnan gejala fisik 4. Mendampingi pasin
untukmengidentifikasi
kekuatan memberikan
pujian pada pasien
5. Berikan pujian untuk
ketrampilan yang baru
Thanks

CREDITS: This presentation template was created


by Slidesgo, including icons by Flaticon and
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai