Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 5

MODUL 1.1

Pengampu : Ibu Siti Nur Chasanah, S,Si., M.Sc

Disusun oleh kelompok 2

Ketua : Angelika Aini Chusnuniati

Sekretaris : Ilham Ramadhan

Scriber : Dwi Aprilia Hidayah

Anggota :

 Rani Fairuzzakiyah
 Luqman Aziz
 Nur Arfa Wulandari
 Dimas Adi Saputra
 Haledazia Oktavinsa Ashari
 Iffatus sa’adah yunus
 Rama Ananda Putra
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WAHID HASYIM

SEMARANG

2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
banyak nikmat. Selain itu, penulis juga merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan
hidayah-Nya baik iman maupun Islam.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan laporan
ini yang merupakan tugas mata kuliah Fakultas Kedokteran skenario kelima pada modul 1.1
Penulis sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing Ibu Siti Nur Chasanah, S,Si.,
M.Sc dan semua pihak yang turut membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik
dari isi, struktur penulisan dan gaya bahasa. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran untuk perbaikan laporan di kemudian hari.
Demikian semoga laporan ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan
khususnya bagi penulis sendiri.
SKENARIO 5

PROSESI ADAT

Seorang dokter bertugas didaerah yang sangat terpencil. Didaerah tersebut banyak
dijumpai anak yang kurang gizi. Hasil pengamatan didapatkan bahwa banyak anak makan
tanpa cuci tangan dan tidak menggunakan alas kaki. Masyarakat masih beranggapan bahwa
hal tersebut merupakan kebiasaan yang turun temurun. Sehingga dokter harus bisa melakukan
pendekatan sosiokultural untuk mengubah perilaku masyarakat.

Bagaimana anda menyikapi keadaan diatas?

STEP 1
1. Kurang gizi adalah gangguan kesehatan serius yang terjadi ketika tubuh tidak
mendapat asupan nutrisi yang cukup. Padahal, nutrisi dibutuhkan oleh tubuh untuk
dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
2. Sosiokultural adalah upaya untuk merubah perilaku masyarakat dengan menggunakan
aspek aspek sosial dan budaya hidup dimasyarakat setempat.
3. Pengamatan adalah kegiatan yang berupa penelitian atau observasi yang
menggunakan alat indra" terhadap suatu benda atau objek yg diamati.
4. Turun menurun adalahBerpindah-pindah dari orang tua kepada anak, kepada cucu
dan seterusnya
5. Terpencil adalah daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab seperti keadaan
geografi (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa), transportasi, sosial, dan
ekonomi.
6. Masyarakat adalah sekelompok makhluk hidup yang saling berhubungan antara satu
manusia dengan manusia lainya
STEP 2

1. Dengan melakukan pendekatan sosiokultular kepada masyarakat, apa saja strategi


dokter dalam mengatasi anak-anak yang kekurangan gizi?
2. Apa ciri-ciri anak yang kurang gizi?
3. Bagaimana cara mencegah kekurangan gizi pada anak?
4. Apa yang akan terjadi jika anak yang kekurangan gizi dibiarkan dan tidak ditangani
dengan baik ?
5. Strategi apa saja yang termasuk pendekatan sosiokultural?
6. Apa hubungan penerapan sosiokultural yang dilakukan dokter tersebut dengan kode
etik?
7. Mengapa kebiasaan turun tenurun menjadi kendala utama penyebab anak kekurangan
gizi?

STEP 3
1. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerapan norma-norma sosial
yang mendukung perilaku sadar gizi.
2. Tanda seorang anak mengalami kekurangan gizi tergantung jenis nutrisi yang tidak
seimbang di dalam tubuhnya. Ciri utamanya seperti : sering merasa lelah,
pertumbuhan terhambat, massa otot berkurang, perut buncit, sering sakit karena daya
tahan tubuh rendah, mudah marah, kulit kering dan bersisik.

Kekurangan gizi pada anak bisa membuat pertumbuhan dan perkembangan


otak anak serta fisiknya dapat terganggu. Secara garis besar, anak kekurangan gizi
umumnya mempunyai berat badan kurang, kurus, pendek, serta kekurangan vitamin
dan mineral

3. Cara mencegah kekurangan Gizi sebagai berikut :


 Memberikan buah dan sayur dalam setiap menu makanan.
 Memberikan makanan yang mempunyai sumber kabohidrat, seperti kentang,
roti, nasi dan sereal.
 Memberikan makanan yang mempunyai sumber protein, seperti daging, telur,
ikan dan kacang-kacangan.
 Memberikan asupan vitamin dari susu dan produk turunannya.
4. Jika anak yang kekurangan gizi dibiarkan maka akan menyebabkan kematian dan
sdm di tempat tsb akan berkurang
5. Macam macam strategi yang berbentuk Pendekatan Sosiokultural:
 Identifikasi budaya
 Penggunaan empati
 Identifikasi latar belakanag social
6. Kewajiban dokter terhadap pasien pasal 13 berbunyi, ‘’Setiap dokter wajib melakukan
pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain bersedia dan mampu memberikannya’’. Di sini, dokter memiliki peran
penting dalam memperhatikan kesehatan pasien, dokter harus mampu melakukan
tindakan apa saja untuk menyelamatkan kesehatan pasiennya. Termasuk penerapan
sosiokultural kepada masyarakat.
7. Karena kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan jelek yang jika dilakukan setiap hari
maka akan membahayakan kesehatan, seperti menimbulkan penyakit cacingan,
sehingga anak menjadi kekurangan gizi.
STEP 4

PETA KONSEP

Dokter di Daerah
terpencil

Anak Kekurangan
Dokter
Gizi

Pendekatan Kebiasaan pola


sosialkultural hidup tidak bersih
dan sehat

Kebiasaan turun
temurun
STEP 5

1. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui cara mencegah kekurangan gizi


pada anak.
2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang pendekatan sosiokultural.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan hidup bersih dan sehat.
4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui pengetahuan gizi seimbang.
5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang kekurangan gizi.

STEP 6
1. Menurut Zewdie & Abebaw, (2013) malnutrisi pada anak dipengaruhi oleh
karakterisk kepedulian anak terhadap lingkungan yang sehat dan karakterisk rumah
tangga mempengaruhi status gizi anak. Lebih penting lagi, penanganan kemiskinan
cenderung mengarah ke perbaikan status gizi anak-anak. Secara terang benderang
sangat penting bahwa pembuat kebijakan harus mempertahankan sepenuhnya untuk
kendala yang menimpa gizi anak. Lebih tepatnya, perlahan serius harus diberikan
untuk membatasi meningkatnya populasi di daerah penelian (Ethopia). Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk mecegah terjadinya stunting pada anak. Yaitu,
mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna yaitu nasi, sayuran ,lauk-pauk,
buah dan susu sekarang beralih ke gizi seimbang dan juga menjaga kebersishan
lingkungan makan sehingga membuat anak nyaman saat makan serta membiasakan
anak dari kecil untuk selalu mencuci tangan dan menjaga kebersihan diri sejak dini.
2. Menurut Soekanto (2004: 3) menyatakan bahwa Sosio-Kultural adalah sutu wadah
atau proses yang menyangkut hubungan antara manusia dan kebudayaan. Pendekatan
sosiokultural berarti suatu metode penyuluhan dengan cara mengidentifikasi budaya
setempat kemudian melakukan dialog dengan masyarakatnya. Dalam membicarakan
sistem kesehatan di dalam kehidupan masyarakat, Koentjaraningrat dengan
menggunakan perspektif antropologi mengemukakan adanya tiga sistem pelayanan
kesehatan yang mempengaruhi pengetahuan, kepercayaan, dan perilaku kesehatan
masyarakat. ketiga sistem pelayanan kesehatan itu adalah, sistem pelayanan kesehatan
keluarga dan kerabat, sistem pelayanan kesehatan tradisional, serta sistem pelayanan
kesehatan bio-medis. Ketiga sistem pelayanan kesehatan tersebut masingmasing
memiliki wujud :
 Sistem budaya (cultural system)
 Wujud aktivitas (social system)
 Wujud benda (material system)

Masing-masing wujud sistem pelayanan kesehatan tersebut di atas bukan saja


berbeda-beda, tetapi seringkali menimbulkan pengetahuan, kepercayaan dan perilaku
kesehatan yang berbeda-beda.

Pada masyarakat-masyarakat yang kompleks seperti masyarakat perkotaan, ketiga


wujud sistem pelayanan kesehatan tersebut pengaruhnya kepada individu seringkali
bersifat tumpang tindih. Demikian misalnya, seorang ibu rumah tangga yang memiliki
Balita, akan memberikan pisang kepok atau pisang ambon, sesuai kepercayaannya,
sebagai menu utama anaknya, akan tetapi pada saat yang bersamaan dia akan
mengikuti nasihat Praktisi Medis Tradisional (prametra) atau pun mengikuti saran
dokter untuk memberikan vitamin tertentu kepada anaknya yang kurang gizi.

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan orientasi hidup
sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat, yang bertujuan untuk
meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik secara fisik, mental,
spiritual, maupun sosial.

Berikut macam macam PHBS di lingkungan Masyarakat:


 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
 Menggunakan toilet untuk buang air besar maupun kecil dan menjaga
kebersihannya
 Menggunakan air bersih
 Mengonsumsi makanan sehat dan bersih, termasuk sayur dan buah-buahan
 Menjaga kebersihan diri dengan cara mandi, memotong kuku yang panjang,
dan menyikat gigi 2 kali sehari
 Memberantas jentik nyamuk
 Berolahraga secara rutin
 Membuang sampah pada tempatnya
 Menghentikan kebiasaan merokok
 Menghindari dan tidak mengonsumsi narkoba, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya (NAPZA)

4. PHBS Perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga, dengan membuka
jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,
serta perilaku sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku
hidup bersih dan sehat. Melalui PHBS diharapkan masyarakat dapat mengenali dan
mengatasi masalah sendiri dan dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan
menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoadmodjo S, 2007)
Gizi Seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari- hari yang
beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak
berlebihan dan tidak kekurangan. Konsumsi makanan untuk memenuhi kebutuhan
tubuh akan zat gizi. Kekurangan gizi pada salah satu makanan dengan pemberian
menu seimbang dapat dicukupi oleh makanan lain. Untuk itu pemberian menu
seimbang dengan makanan yang beraneka ragam sangat dibutuhkan dalam memenuhi
kecukupan gizi.
Menu seimbang adalah makanan yang beraneka ragam yang memenuhi
kebutuhan zat gizi sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang.
5. Kekurangan gizi atau yang biasa disebut Malnutrisi merupakan salah satu masalah
kesehatan yang cukup sering menimpa balita-balita di Indonesia. The Government’s
Basic Health Research (Riskesdas) menunjukkan bahwa jumlah balita di Indonesia
usia 12 bulan sampai dengan 59 bulan penderita gizi buruk pada tahun 2013 mencapai
28,1 persen. Jumlah balita yang meninggal dunia akibat kekurangan gizi adalah 29
dari 1000 kelahiran.
Malnutrisi pada balita disebabkan oleh beberapa faktor seperti :
 Konsumsi makanan yang diberikan kepada balita.
Banyak orang tua yang tidak mengerti mengani kandungan gizi makanan yang
diberikan kepada balitanya menjadi salah satu faktor yang cukup dominan menjadi
penyebab malnutrisi pada balita. Makanan yang bergizi tidak selalu harus mahal.
Orang tua hanya harus pandai memilih jenis makanan yang bisa mencukup nilai gizi
balitanya. Pengetahuan tentang gizi makanan inilah yang terkadang tidak dimiliki
oleh banyak orang tua di Indonesia. Pendidikan yang rendah dan kemiskinan kerap
menjadi alasan orang tua kurang bisa memperhatikan asupan gizi makanan yang
dikonsumsi oleh balitanya.

 Lingkungan yang tidak sehat.


Rendahnya kepedulian masyarakat pada kebersihan lingkungan di beberapa
daerah membuat banyak masyarakat terutama balita rentan terinfeksi berbagai macam
penyakit. Balita yang mudah terserang penyakit cenderung memiliki gizi yang kurang
dibandingkan dengan balita yang jarang menderita sakit. Gizi kurang atau malnutrisi
pada balita membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan fisik maupun mental,
yang selanjutnya akan menghambat beberapa proses belajar yang dilakukan oleh
balita seperti belajar berbicara, berjalan, makan dan lain-lain. Kecerdasan Intelektual
(IQ) balita penderita malnutrisi cenderung lebih rendah dibandingkan balita yang
sehat. Hal ini disebabkan karena kurang terpenuhinya gizi pada anak akan
menghambat sintesis protein DNA sehingga menyebabkan terhambatnya
pembentukan sel otak yang selanjutnya akan menghambat perkembangan otak. Jika
hal ini terjadi setelah masa divisi sel otak terhenti, hambatan sintesis protein akan
menghasilkan otak dengan jumlah sel yang normal tetapi dengan ukuran yang lebih
kecil. Akibat lain yang disebabkan oleh malnutrisi adalah penurunan daya tahan
tubuh. Balita yang memiliki sistem imun yang rendah akan mudah terinfeksi penyakit
dibandingkan balita yang memiliki sistem imun tinggi.

Kekurangan gizi juga dapat menyebabkan stunting pada balita. Stunting (tubuh
pendek) merupakan suatu kondisi terlambatnya pertumbuhan anak yang ditandai
dengan tinggi badan anak lebih pendek dibandingkan dengan tinggi badan anak-anak
lain di usia yang sama. Dampak yang lebih parah dari malnutrisi pada balita adalah
timbulnya kecacatan, tingginya angka kesakitan dan percepatan kematian.

Masalah kekurangan gizi yang mendapat banyak perhatian akhir-akhir ini


adalah masalah kurang gizi kronis dalam bentuk anak pendek atau “stunting”,
kurang gizi akut dalam bentuk anak kurus atau “wasting”. Stunting adalah
kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak
terlalu pendek untuk usianya.
Kemiskinan dan rendahnya pendidikan dipandang sebagai akar penyebab
kekurangan gizi. Dengan demikian, negara berkembang dan miskin saat ini
mempunyai beban ganda akibat kedua masalah gizi tersebut. Beban gizi ganda
atau Double Burden of Malnutrition (DBM) adalah suatu keadaan ko-eksistensi
antara kekurangan gizi makronutrien maupun mikronutrien di sepanjang kehidupan
pada populasi, masyarakat, keluarga dan bahkan individu yang sama (WHO,
2010). Dikhawatirkan dimensi DBM di sepanjang kehidupan, atau keterkaitan
antara gizi buruk pada ibu hamil dan janin dengan meningkatnya kerentanan
terhadap kekurangan gizi dan pola makan yang terkait.
Kesimpulannya, masalah gizi harus dilakukan dengan cara terus menerus
dan berkesinambungan dan melibatkan kerja sama antar pemangku kebijakan
supaya mendapatkan hasil yang lebih baik. Stunting Pertumbuhan pada dua
tahun pertama kehidupan dicirikan dengan pertambahan gradual, baik pada
percepatan pertumbuhan linear maupun laju pertambahan berat badan.
Pertumbuhan bayi cenderung ditandai dengan pertumbuhan cepat (growth spurt)
yang dimulai pada usia 3 bulan hingga usia 2 tahun, kemudian pertumbuhan pada
anak pada usia 2 tahun sampai usia anak 5 tahun menjadi lebih lambat dibandingkan
dengan ketika masih bayi, walaupun pertumbuhan terus berlanjut dan akan
memengaruhi kemampuan motoris, sosial,emosional, dan perkembangan
kognitif.
Stunting juga dapat merugikan Kesehatan jangka panjang, dan pada saat
dewasa dapat mempengaruhi produktivitas kerja, komplikasi persalinan, dan
meningkatnya risiko kegemukan dan obesitas yang dapat memicu penyakit
sindrom metabolik seperti penyakit jantung koroner, stroke,hipertensi, dan diabetes
mellitus tipe 2. (WHO, 2014). Pertumbuhan linear yang tidak sesuai umur
merefleksikan masalah gizi kurang. Gangguan pertumbuhan linier (stunting)
akan berdampak terhadap pertumbuhan, perkembangan, kesehatan,dan
produktivitas.

KESIMPULAN

Dari skenario di atas disimpulkan bahwa seorang dokter berperan penting dalam
pendekatan sosiokultural terhadap masyarakat terkait kekurangan gizi terhadap anak.
Pendekatan sosiokultural berarti suatu metode penyuluhan dengan cara mengidentifikasi
budaya setempat, seperti tidak mencuci tangan dan tidak memakai alas kaki, kemudian
melakukan dialog dengan masyarakatnya.

Dalil

َ ‫ا ُ ْد ُع ِا ٰلى َس ِبي ِْل َرب‬


‫ِّك ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع َظ ِة ْال َح َس َن ِة َو َجا ِد ْل ُه ْم‬
‫ض َّل َعنْ َس ِب ْيلِهٖ َوه َُو‬ َ ْ‫َّك ه َُو اَعْ َل ُم ِب َمن‬ َ ‫ِبالَّ ِتيْ ِه َي اَحْ َس ۗنُ اِنَّ َرب‬
‫اَعْ َل ُم ِب ْال ُم ْه َت ِدي َْن‬
Artinya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang
lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa
yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl Ayat 125)

Daftar Pustaka

1. Malnutrisi pada anak, Zewdie & Abebaw, (2013)


2. Thontowi Djauhari NS. 2017 . Gizi dan 1000 PHK . Volume 13 Nomor 2 Desember
2017.
Windha Mega Pradnya Dhuhita. 2015 . Clustering Menggunakan Metode K-Means
Untuk Menentukan Status Gizi Balita. Jurnal Informatika, Vol. 15, No. 2, Bulan
Desember 2015.
3. Holland, K. Healthline (2018). Creating a Personal Hygiene Routine: Tips and
Benefits.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018). Buku Pedoman Pembinaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
4. Pengertian Penilaian Gizi Seimbang,Witjaksono 2016
5. Thontowi Djauhari NS. 2017 . Gizi dan 1000 PHK . Volume 13 Nomor 2 Desember
2017.
Windha Mega Pradnya Dhuhita. 2015 . Clustering Menggunakan Metode K-Means
Untuk Menentukan Status Gizi Balita. Jurnal Informatika, Vol. 15, No. 2, Bulan
Desember 2015.

Anda mungkin juga menyukai