Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT

EDUKASI OBESITAS PADA REMAJA

OLEH :

1. Dinda Dyah Larasati (1601470012)


2. M. Septiadi Indra Nugroho (1601470013)
3. Vela Latifah (1601470014)
4. Dea Elviana (1601470015)
5. Rohimah (1601470029)
6. Annisa Putri P (1601470030)
7. Tiara Suci (1601470031)
8. Permata Putri Nadya P (1601470032)
9. Alifia Fitrah Rahmawati (1601470033)

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES MALANG
Novemebr 2017
LEMBAR PENGESAHAN

Kegiatan Pengabdian Masyarakat Dengan Judul:

EDUKASI OBESITAS PADA REMAJA

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal November 2017

Mengetahui,

Ketua Kaprodi Sarjana Terapan Ketua Kemahasiswaan Kampus II


Keperawatan Lawang Keperawatan Lawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

Agus Setyo Utomo, A, M. Kes Lucia R, S.ST, M.Kes


NIP: 19730807 200212 1 004 NIP:

Ketua Kaprodi Sarjana Terapan


Keperawatan Lawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

Supono, S. Kep, Ns, M.Kep


NIP:
PROPOSAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. Judul
EDUKASI OBESITAS PADA REMAJA
2. Analisis Situasi
Peningkatan kemakmuran di Indonesia juga diikuti oleh perubahan gaya hidup
dan kebiasaan makan. Pola makan, terutama di kota besar, bergeser dari pola
makan tradisional ke pola makan barat yang dapat menimbulkan mutu gizi yang
tidak seimbang14 . Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat semakin
banyaknya penduduk golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih berupa
kegemukan dan obesitas.2 Obesitas atau yang biasa kita kenal sebagai kegemukan
merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan di kalangan remaja. Pada remaja
putri, kegemukan menjadi permasalahan yang cukup berat, karena keinginan untuk
tampil sempurna yang seringkali diartikan dengan memiliki tubuh ramping dan
proporsional, merupakan idaman bagi mereka12 Kasus obesitas anak meningkat
pesat di seluruh dunia. Hanya dalam 2 dekade, prevalensi kegemukan menjadi 2
kali lipat pada anak-anak Amerika usia 6- 11 tahun, bahkan 3 kali lipat pada
remaja. Survei pemeriksaan kesehatan dan nutrisi nasional tahunan oleh Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menemukan bahwa 1 diantara 3
anak Amerika mengalami kegemukan atau berada dalam risiko menjadi gemuk.
Totalnya sekitar 25 juta anak dan remaja Amerika mengalami kegemukan atau
mendekati kegemukan.24 Sebanyak 18% remaja dan 25% orang dewasa di
Indonesia mengalami obesitas.16 Kelebihan berat badan hingga beberapa kilogram
bisa menimbulkan risiko kesehatan yang tak bisa disepelekan. Kenyataannya,
lingkar pinggang para remaja Australia ini meningkatkan dugaan adanya risiko
kesehatan yang akan muncul. "Penemuan ini mengingatkan kita agar sadar terhadap
adanya ancaman terhadap kesehatan masyarakat.
Dari survey pendahuluan yang dilakukan di Desa Sumber Porong Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang pada tanggal 5 Juni 2012 ditemukan obesitas sebanyak
8 orang, dari survey tersebut dua remaja berusia 12 tahun mengalami obesitas
dengan perhitungan status gizi lebih yaitu 3,5 standar deviasi dan 3,2 standar
deviasi, dua remaja berumur 13 tahun mengalami obesitas dengan perhitungan
status gizi lebih 2,1 standar deviasi dan 6,07 stndar deviasi, tiga remaja berumur 14
tahun mengalami obeitas dengan perhitungan status gizi lebih 2,3 standart deviasi,
3 standart deviasi, dan 3,2 standart deviasi, 1 remaja berumur 10 tahun mengalami
obesitas dengan perhitungan status gizi lebih 4,1 standart deviasi.
Jadi hal yang dibutuhkan dalama kasusus obesitas di daerah sumber porong
adalah penyuluhan kepada remaja agar mereka mengetahui bagaimana cara
mengatur pola makan sehari hari agar dapat meninimalisir obesitas pada remaja.
Jika obesitas telah terjadi, banyak faktor yang akan muncul seperti : Mobilitas anak
terganggu, sesak nafas dan banyak faktor lain yang dapat terjadi. Dari masalah
tersebut kita sebagai fasilitator dapat menyarankan apa saja yang dapat dilakukan
oleh orang tuabalita agar besitas tidak terjadi pada buah hati mereka. Alasan kami
sebagai fasilitator mengambil topik “ pengetahuan remaja tentang pola makan pada
remaja obesitas di Desa Sumber Porong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang
2012” karena pada tahun 2012 banyak kasus anak khususnya obesitas yang tidak
teratasi dengan baik.
3. Perumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan obesitas pada remaja?
2. Apa saja jenis – jenis obesitas pada remaja?
3. Apa saja penyebab obesitas pada remaja?
4. Apa saja dampak dari obesitas pada remaja?
5. Bagaimana cara mencegah serta mengatasi obesitas yang di alami oleh remaja?

RANCANGAN EVALUASI
Setelah diadakannya penyuluhan ini panitia berharap smp 1 pakis dapat
mengetahui akan bahayanya obesitas pada usia yang masih muda ini serta mengubah
pola hidup,makan dan aktivitas dalam menjaga kesehatan tubuh dengan baik dan agar
juga menerapkan pola hidup yang sehat.agar kelak menjadi generasi yang bukan
unggul dalam prestasi tetapi juga tak kalah penting bisa menjaga tubuh yang sehat.

4. Tinjauan Pustaka
1. Pola Makan

1.1 Pengertian Pola Makan

Pola makan dapat diartikan suatu kebiasaan menetap dalam hubungan


dengan konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis bahan makanan:
makanan pokok, sumber protein, sayur, buah, dan berdasarkan frekuensi:
harian, mingguan, pernah, dan tidak pernah sama sekali. Dalam hal
pemilihan makanan dan waktu makan manusia dipengaruhi oleh usia,
selera pribadi, kebiasaan, budaya dan sosial ekonomi (Almatsier,
2002).
Nutrisi sangat berguna untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Selain
karena faktor kekurangan nutrisi, akhir-akhir ini juga muncul penyakit akibat salah pola
makan seperti kelebihan makan atau makan makanan yang kurang seimbang. Bahkan,
kematian akibat penyakit yang timbul karena pola makan yang salah / tidak sehat
belakanan ini cenderung meningkat. Penyakit akibat pola makan yang kurang sehat
tersebut diantaranya diabetes melitus, hiperkolesterolemia, penyakit kanker, penyakit arteri
koroner, sirrhosis, osteoporosis, dan beberapa penyakit kardiovaskuler.

Untuk menghindari penyakit-penyakit akibat pola makan yang kurang sehat,


diperlukan suatu pedoman bagi individu, keluarga, atau masyarakat tentang pola makan
yang sehat. Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa pola makan itu dibentuk sejak masa
kanak-kanak yang akan terbawa hingga dewasa. Oleh karena itu, untuk membentuk pola
makan yang baik sebaiknya dilakukan sejak masa kanak-kanak. Namun sebagai orang tua
harus mengetahui bagaimana kebiasaan dan karakteristik anaknya.(Dirjen Binkesmas
Depkes RI (1997))

1.2.1 Pola Makan Sehat


Pola makan sehat dalam penelitian yang akan saya lakukan mengandung pengertian
sebagai suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud
tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit. Dalam pola makan sehari-hari seseorang harus menjaga dan
berhubungan dengan kebiasaan kesehariannya. Agar pola makan anak dapat terbentuk
dengan baik, berikut ini disampaikan tips membentuk dan menjaga pola makan yang sehat,
(dikutip dari tabloid Ibu dan Anak):
1. Jangan memberikan makanan lain sebelum anak makan makanan
utama (pagi, siang, sore/malam);
2. Jangan mulai membiasakan anak mengkonsumsi makanan
pembuka atau selingan yang tinggi kalori (manis);
3. Mengusahakan anak mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna
tiap hari;
4. Membiasakan menu bervariasi, sehingga anak terbiasa dengan
bermacam cita rasa;
5. Membiasakan anak makan pada tempat yang semestinya (ruang
makan atau duduk di kursi makan);
6. Jangan membiasakan anak makan sambil digendong, berjalan-jalan
di depan rumah, dan sebagainya;
7. Memberi contoh positif dengan menghentikan kebiasaan jajan
orang tua;
8. Membiasakan anak makan pagi agar dapat menghindarkan
kebiasaan jajan;
9. Jangan mulai menuruti semua permintaan anak terhadap makanan
kecil;
10. Kalau tidak terpaksa, jangan membiasakan anak makan makanan siap saji karena gizi
makanan ini kurang seimbang (terlalu banyak lemak dan kalori);
11. Mengembangkan sikap tegas, terbuka, dan logis ketika menolak permintaan anak
dengan mencoba memberikan alternatif;
12. Membiasakan menanyakan pendapat anak seperti menanyakan
mau makan apa hari ini. Ini merupakan awal proses pendidikan agar anak dapat
memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya;
13. Menyediakan wadah makan yang menarik sesuai ketertarikan anak, misalnya dunia
binatang, boneka, bunga, robot, pesawat terbang dan lain-lain;
14. Mengusahakan agar siapa saja yang menemani anak makan mempunyai koleksi
cerita-cerita menarik yang bisa memikat anak

1.2.2 Pedoman pola makan sehat

Pedoman pola makan sehat untuk masyarakat secara umum yang sering
digunakan adalah pedoman Empat Sehat Lima Sempurna, Makanan Triguna, dan pedoman
yang paling akhir diperkenalkan adalah 13 Pesan
dasar Gizi Seimbang. Pengertian makanan triguna adalah bahwa makanan
atau diet sehari-hari harus mengandung: 1) karbohidrat dan lemak sebagai
zat tenaga; 2) protein sebagai zat pembangun; 3) vitamin dan mineral
sebagai zat pengatur. (Dirjen Binkesmas Depkes RI (1997)) Pedoman 13 Pesan Dasar Gizi
Seimbang menyampaikan pesan-pesan untuk mencegah masalah gizi ganda dan mencapai
gizi seimbang guna menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang andal. Garis besar
pesan-pesan tersebut seperti dijelaskan oleh Dirjen Binkesmas Depkes RI(1997) antara
lain:
1. Makanlah makanan yang beraneka ragam. Makanan yang beranekaragam harus
mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan bahkan serat
makanan dalam jumlah dan proporsi yang seimbang menurut kebutuhan masing-
masing kelompok 17 (bayi, balita, anak, remaja, ibu hamil dan menyusui, orang
dewasa dan lansia).

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi. Energi dan


tenaga dapat diperoleh dari makanan sumber karbohidrat, lemak
serta protein. Energi dibutuhkan untuk metabolisme dasar (seperti
untuk menghasilkan panas tubuh serta kerja organ-organ tubuh)
dan untuk aktivitas sehari-hari seperti belajar, bekerja serta berolah
raga. Kelebihan energi akan menghasilkan obesitas, sementara
kekurangan energi dapat menyebabkan kekurangan gizi seperti
marasmus.

3.Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan


energi. Karbohidrat sederhana, seperti gula dan makanan manis
sebaiknya dikonsumsi dengan memperhatikan azas tepat waktu,
tepat indikasi dan tepat jumlah. Makanan ini sebaiknya dimakan
pada siang hari ketika kita akan atau sedang melakukan aktivitas
dan jumlahnya tidak melebihi 3-4 sendok makan gula/hari. Karbohidrat kompleks
sebaiknya dikonsumsi bersama makanan
yang merupakan sumber unsur gizi lain seperti protein, lemak/minyak, vitamin dan
mineral. Seyogyanya 50-60% darikebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat
kompleks.
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.
Konsumsi lemak dan minyak berlebihan, khususnya lemak/minyak jenuh dari
hewan, dapat beresiko kegemukan atau dislipidemia pada orang-orang yang
mempunyai kecenderungan ke arah tersebut. Dislipidemia atau kenaikan kadar
lemak (kolesterol atau trigliserida) dalam darah merupakan faktor untuk terjadinya
penyakit jantung koroner dan stroke. Konsumsi lemak/minyak dianjurkan tidak
melebihi 20% dari total kalori dan perlu diingat bahwa unsur gizi ini juga memiliki
peran tersendiri sebagai sumber asam lemak esensial serta juga membantu
penyerapan beberapa vitamin yang larut dalam lemak.

5. Gunakan garam beryodium. Penggunaan garam beryodium dapat


mencegah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Namun, penggunaan
garam yang berlebihan juga tidak dianjurkan karena garam mengandung natrium
yang bisa meningkatkan tekanan darah. Sebaiknya konsumsi garam tidak melebihi
6 gram atau 1 sendok teh per hari.

6. Makanlah makanan sumber zat besi. Makanan seperti sayuran hijau, kacang-
kacangan, hati, telur dan daging banyak mengandung zat besi dan perlu dikonsumsi
dalam jumlah yang cukup untuk mencegah anemia gizi.

7. Berikan ASI saja pada bayi sampai berumur 4 bulan. Untuk dapat memberikan ASI
dengan baik, ibu menyusui harus meningkatkan jumlah dan mutu gizi makanannya
selama hamil dan menyusui. Makanan Pendamping ASI (PASI) hanya boleh
diberikan setelah usia bayi lebih dari 4 bulan dan pemberiannya harus
bertahapmenurut umur, pertumbuhan badan serta perkembangan kecerdasan.
8. Biasakan makan pagi. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan
memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan
kesegaran tubuh dan meningkatkan produktifitas dalam bekerja. Pada anak-anak,
makan pagi akan memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa
lebih ditingkatkan.

9. Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya. Air minum harus bersih dan
bebas kuman. Minumlah air bersih sampai 2 liter per hari sehingga metabolisme
tubuh kita bisa berjalan lancar mengingat air sangat dibutuhkan sebagai pelarut
unsur gizi bagi keperluan metabolisme tersebut. konsumsi air yang cukup dapat
menghindari dehidrasi dan akan menurunkan resiko infeksi serta batu ginjal.

10. Lakukan kegiatan fisik atau olah raga yang teratur. Kegiatan itu akan membantu
mempertahankan berat badan normal disamping meningkatkan kesegaran tubuh,
memperlancar aliran darah dan mencegah osteoporosis khususnya pada lansia.

11. Hindari minum minuman beralkohol. Alkohol bersama-sama rokok dan obat-
obatan terlarang lainnya harus dihindari karena dapat membawa risiko untuk
terjadinya berbagai penyakit degeneratif, vaskuler dan kanker.

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. Makanan yang tidak tercemar,
tidak mengandung kuman atau parasit lain, tidak mengandung bahan kimia
berbahaya dan makanan yang diolah dengan baik sehingga unsur gizi serta cita
rasanya tidak rusak, merupakan makanan yang aman bagi kesehatan.

13. Bacalah label pada makanan yang dikemas. Label pada makanan kemasan harus
berisikan tangga l kadaluwarsa, kandungan gizi dan bahan aktif yang digunakan.
Konsumen yang berhati-hati dan memperhatikan label tersebut akan terhindar dari
makanan rusak, tidak bergizi dan makanan berbahaya. Selain itu, konsumen dapat
menilai halal tidaknya makanan tersebut (Dirjen Binkesmas Depkes RI, 1997).

1.3.1 Pola Makan Remaja

Pada masa usia remaja biasanya membutuhkan kalori yang cukup tinggi
karena pada umumnya aktivitas diluar rumah padat. Biasanya para remaja
usia 15–17 senang dengan pola makan yang tidak sehat misalnya makanan cepat saji, soft
drink, mie instant sehingga menimbulkan efek yang kurang bagus terhadap kesehatan
mereka. Tetapi sebagian remaja juga yang mempunyai aktivitas padat di luar
rumahseringkali melupakan waktu untuk makan sehingga menimbulkan rasa sakit.Oleh
sebab itu perlu ada pengawasan dari orang tua mengenai pola makan anak remaja sehingga
semua kebutuhan kalorinya terpenuhi dengan baik.

2.1 Obesitas

2.1.1 Definisi obesitas

Obesitas merupakan masalah yang sering ditemukan di seluruh dunia. Overweight


dan obesitas adalah suatu kondisi yang perbandingan berat badan dan tinggi badan
melebihi standar yang ditentukan. Menurut World Health Organization(WHO), obesitas
adalah penimbunan atau akumulasi dari lemak yang dapat mengganggu kesehatan.

2.1.2 Penyebab dan faktor risiko terjadinya obesitas

Terdapat beberapa faktor yang bisa menyebabkan suatu obesitas.


Berdasarkan penyebab, obesitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1)Obesitas primer
Obesitas primer disebabkan terlebih karena asupan gizi yang terlalu berlebihan. Biasanya
pada orang yang sulit mengatur konsumsi makanan.

2)Obesitas sekunder
Obesitas sekunder tidak dihubungkan dengan konsumsi makanan. Obesiitas sekunder
merupakan obesitas yang disebabkan oleh karena suatu kelainan atau penyakit seperti
hipotiroid, hipogonadisme, hiperkortisolisme, dll.

Faktor risiko yang berkontribusi menyebabkan obesitas antara lain:


1) Faktor genetik

Beberapa penyakit keturunan yang sangat jelas terkait dengan obesitas antara lain
sindrom Prader-Willi dan sindrom Bardet-Biedel.
Gemuk atau kurus badan seseorang bergantung pada faktor DNA yang merupakan
komponen molekul dasar genetika yang tersusun atas nukleotida-nukleotida. Remaja
yang memiliki orang tua dengan badan gemuk akan mewariskan tingkat metabolisme
yang rendah dan memiliki kecenderungan kegemukan bila dibandingkan dengan
remaja yang memiliki orang tua dengan berat badan normal.
Peningkatan insidensi obesitas pada sebagian besar kasus bukan merupakan faktor
genetik melainkan faktor eksternal yang berperan lebih besar.
2) Kuantitas dan kualitas makanan

Peningkatan konsumsi makanan olahan yang mudah dikonsumsi menyebabkan


pergeseran kebiasaan makan pada remaja. Makanan tersebut yaitu makanan cepat
saji (ready prepared food)
dan makanan cepat saji (fast food) yang mempunyai densitas energi yang lebih tinggi
daripada makanan tradisional pada umumnya, sehingga menyebabkan energi masuk
secara berlebihan.

3 )Status sosial ekonomi

Pendapatan dari seseorang juga berpengaruh dalam terjadinya


obesitas. Seseorang dengan pendapatan yang besar dapat membeli makanan jenis apa
pun, baik itu makanan bergizi, makanan sehat, makanan tinggi kalori seperti junk
food, fast food, softdrink dan masih banyak lainnya. Seseorang dengan pendapatan
yang rendah cenderung mengkonsumsi makanan
yang kurang bergizi ataupun makanan kurang higienis yang dapat menyebabkan
suatu kondisi tubuh yang buruk untuk mereka.

4) Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi menyebabkan orang tidak melaksanakan kegiatan secara
manual yang memerlukan banyak energi. Orang yang menggunakan kendaraan
bermotor semakin banyak daripada
orang yang berjalan kaki atau bersepeda. Komputer, internet, dan
video gamejuga telah menjadi gaya hidup remaja belakangan ini
sehingga akan meningkatkan sedentary time dari remaja.

5)Lingkungan

Perilaku hidup sehari hari dan budaya suatu masyarakat akan mempengaruhi
kebiasaan makan dan aktivitas fisik tertentu.
Lingkungan keluarga sangat berperan dalam pola makan dan kegiatan yang
dikerjakan dalam sehari-hari. Hal ini juga berkaitan dengan pendidikan di sekitar
lingkungannya.

6)Aspek psikologis

Asupan makanan pada setiap individu, dapat dipengaruhi oleh kondisi mood,
mental, kepribadian, citra diri, persepsi bentuk tubuh,
dan sikap terhadap makanan dalam konteks sosial.

2.1.3 Pendistribusian lemak

Obesitas erat hubungannya dengan profil lipid dan pendistribusiannya. Menurut


pendistribusian lemak, obsesitas dapat
dibedakan menjadi 2 antara lain :

1) Obesitas sentral

Menurut prevalensi obesitas ini lebih sering terdapat pada pria.


Obesitas ini disebut juga “apple shape obesity” atau “android obesity”. Pada obesitas
ini terjadi akumulasi lipid didaerah perut, terjadi penumpukan lipid baik
intraperitoneal maupun retroperitoneal. Pada penderita obesitas sentral memiliki
faktor risiko penyakit lebih tinggi karena lemak yang berada di abdomen tersebut
dapat sewaktu waktu dilepaskan ke pembuluh darah. Terjadi hiperplasidari sel lemak
dan Waist-HipRatio (WHR) > 0,90.
Lemak yang mendominasi pada obesitas sentral adalah lemak jenuh.

2) Obesitas perifer

Obesitas ini lebih sering terdapat pada wania. Pada obesitas ini
terjadi akumulasi lipid pada bagian bawah tubuh yaitu pada daerah
paha dan perut atau menurut istilah kedokteran disebut regio gluteofemoral. Obesitas
ini sering juga disebut “gynecoid obesity” atau “peer shape obesity”. Perbedaan
dengan obesitas sentral adalah pada obesitas ini terjadi hipertrofi sel-sel lemak dan
ditemukan Waist-Hip Ratio(WHR) < 0,85.

2.1.4 Dampak klinis obesitas


Pertambahan massa lemak selalu disertai dengan perubahan fisiologis tubuh yang
biasanya dampak klinisnya bergantung pada distribusi regional massa lemak tersebut.
Penumpukan massa lemak di thorax menyebabkan gangguan fungsi respirasi, sedangkan
obesitas intra-abdomen, akan
mendorong perkembangan hipertensi, peningkatan kadar insulin plasma, sindroma
resistensi insulin, hipertrigliserid, dan hiperlipidemia.

Obesitas merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler. Menurut


penelitian yang ada terdapat peningkatan penyakit kardiovaskuler pada orang dengan
indeks massa tubuh yang berlebih. Resistensi insulin, dislipidemia, dan hipertensi yang
muncul secara bersama sama merupakan ciri-ciri sindrom metabolik yang dikenal juga
dengan istilah sindroma X.

Beberapa mekanisme terkaitnya obesitas dengan hipertensi meliputi bertambahnya


volume darah sebagai akibat peningkatan retensi
garam. Peningkatan asupan energi, protein, dan karbohidrat akan
meningkatkan katekolamin plasma dan aktivitas sistem saram simpatis.

2.1.5 Pencegahan obesitas

Mencegah overweight menjadi obesitas seharusnya lebih mudah dan lebih efektif
daripada mengatasi seseorang yang sudah terlanjur obesitas. Sesorang yang berat badannya
hanya sedikit berlebih, terkadang tidak mempunyai motivasi dalam menurunkan beran
badannya.
Berikut ini pencegahan terjadinya obesitas yaitu:

1) Mengubah pilihan makanan menjadi lebih sehat dan seimbang.


2) Menurunkan asupan energi total sehingga sebanding dengan keluaran
energi.
3) Mengatur konsumsi cemilan atau makanan yang lebih sehat.
4) Melakukan lebih banyak aktivtas fisik, dan mengurangi sedentary time.
Berolahraga setidaknya 30 menit setiap hari, atau paling tidak dua kali dalam seminggu.
5) Memeriksa Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk mengetahui berat tubuh
remaja normal atau obesitas serta kesadaran dini mengenai perlunya melakukan sesuatu
untuk menurunkan berat badannya.

3.1 Remaja

3.1.1 Definisi Remaja

Masa remaja merupakan bagian dari fase perkembangan dalam kehidupan


seorang individu. Masa yang merupakan periode transisi dari masa anak ke dewasa
ini ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, sosial dan
berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan. WHO mendefinisikan remaja
merupakan anak usia 10 –19 tahun. Undang-Undang No. 4 tahun 1979 mengenai
kesejahteraan anak mengatakan remaja adalah individu yang belum mencapai umur
21 tahun dan belum menikah. Menurut Undang-Undang Perburuhan, remaja adalah
anak yang telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai
tempat tinggal sendiri. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menganggap
remaja jika sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari sekolah
menengah. Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974, anak dianggap
remaja bila sudah cukup matang untuk menikah yaitu umur 16 tahun untuk anak
perempuan dan 19 tahun unuk anak laki-laki. Menurut Hurlock remaja adalah anak
dalam rentang usia 12-18 tahun. Berdasarkan batasan yang telah dikemukakan
rentang usia remaja sangat bervariasi, akan tetapi awal dari masa remaja relatif
sama sedangkan masa berakhirnya masa remaja lebih bervariasi. Awal usia masa
remaja berkisar 10 tahun dan akhir masa remaja berkisar 21 tahun. Dalam
penelitian remaja yang akan diteliti berada pada rentang usia 13-15 tahun.

3.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Remaja


pada masa ini mengalami masa pubertas yaitu terjadinya pertumbuhan yang cepat,
timbul ciri-ciri seks sekunder, dan tercapai fertilitas. Perubahan psikososial yang
menyertai pubertas disebut adolesen, Adolesen adalah masa dalam kehidupan
seseorang dimana masyarakat tidak lagi memandang individu sebagai seorang
anak, tetapi juga belum diakui sebagai seorang dewasa dengan seggala hak dan
kewajibanya.
Tumbuh kembang adalah peristiwa yang terjadi sejak masa pembuahan
sampai masa dewasa. Pertumbuhan merupakan suatu proses biologis yang
menyebabkan perkembangan fisik yang dapat diukur.Perkembangan merupakan
suatu proses seorang individu dalam aspek ketrampilan dan fungsi yang kompleks.
Individu berkembang dalam pengaturan neuromuskuler, ketrampilan menggunakan
anggota tubuh, serta perkembangan kepribadian, mental, serta emosi.
Perkembangan remaja dalam perjalananya dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase
remaja awal, fase pertengahan , dan fase akhir.

1) Remaja awal (10-14 tahun)


Remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan fisik dan seksual dengan
cepat. Pikiran difokuskan pada keberadaanya dan pada kelompok sebaya. Identitas
terutama difokuskan pada perubahan fisik dan perhatian pada keadaan normal.
Perilaku seksual remaja pada masa ini lebih bersifat menyelidiki, dan tidak
membedakan. Sehingga kontak fisik dengan teman sebaya adalah normal. Remaja
pada masa ini berusaha untuk tidak bergantung pada orang lain. Rasa penasaran
yang tinggi atas diri sendiri menyebabkan remaja membutuhkan privasi.

2) Remaja pertengahan (15-17 tahun)

Remaja pada fase ini mengalami masa sukar baik untuk dirinya sendiri
maupun orang dewasa yang berinteraksi dengan dirinya. Proses kognitif remaja
pada masa ini lebih rumit. Melalui pemikiran oprasional formal, remaja
pertengahan mulai bereksperimen dengan ide, memikirkan apa yang dapat dibuat
dengan barang barang yang ada, mengembangkan wawasan, dan merefleksikan
perasaan kepada orang lain. Remaja pada fase ini berfokus pada masalah identitas
yang tidak terbatas pada aspek fisik tubuh. Remaja pada fase ini mulai
bereksperimen secara seksual, ikut serta dalam perilaku beresiko, dan mulai
mengembangkan pekerjaan diluar rumah. Sebagai akibat dari eksperimen beresiko,
remaja pada fase ini dapat mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, kecanduan
obat, dan kecelakaan kendaraan bermotor. Usaha remaja fase pertengahan untuk
tidak bergantung, menguji batas kemampuan, dan keperluan otonomi mencapai
maksimal mengakibatkan berbagai permasalahan yang dengan orang tua, guru,
maupun figur yang lain.

3) Remaja akhir (18-21 tahun )


Remaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh,
termasuk pemikiran mengenai masa depan baik itu pendidikan, kejuruan, dan
seksual. Remaja akhir biasanya lebih berkomitmen pada pasangan
seksualnyadaripada remaja pertengahan. Kecemasan karena perpisahan yang tidak
tuntas dari fase sebelumnya dapat muncul pada fase ini ketika mengalami
perpisahan fisik dengan keluarganya. Dalam perjalanan kehidupanya, remaja tidak
akan lepas dari berbagai macam konflik dalam perkembanganya. Setiap tingkatan
memiliki konflik sesuai dengan kondisi perkembangan remaja pada saat itu.
Konflik yang sering dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan
perubahan yang mereka alami pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka
yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif, dimensi moral dan dimensi psikologis.

1. Tujuan Kegiatan
1.1.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pola makan pada remaja yang mengalami obesitas di
SMPN1 Pakis
1.1.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi frekuensi makan remaja yang mengalami obesitas di
SMPN 1 Pakis
2. Mengidentifikasi jenis makanan yang mengalami obesitas di SMPN 1 Pakis
3. Mengidentifikasi jumlah makanan remajayang mengalami obesitas di
SMPN 1 Pakis
2. Manfaat kegiatan
1. Bagi Responden
Sebagai dasar dalam upaya perbaikan pola makan siswa dan siswi menjadi lebih
baik.
2. Bagi Institusi Program Studi Keperawatan Lawang
Memberikan masukan dan bahan dokumentasi ilmiah dalam pengembangan ilmu
pengetahuan serta sebagai sumber dalam rangka pengembangan Pendidikan
lingkungan kesehatan.
3. Bagi Sekolah/Tempat Penelitian
Memberikan data tentang siswa-siswi yang mengalami obesitas agar ikut serta
dalam memperhatikan memberikan bimbingan mengenai pola makan yang sehat,
sehingga dapat menekan angka kejadian obesitas, mengingat banyak sekali dampak
yang akan ditimbulkan diantaranya adalah dapat mengurangi kepercayaan diri
siswa-siswi dalam berinteraksi dengan lingkungan dan yang tidak kalah pentingnya
yaitu juga berdampak pada penurunan prestasi belajar.
4. Bagi Para Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat mengetahui dan
menggunakan penelitian sebagai perbandingan dan dapat dikembangkan lagi untuk
penelitian-penelitian berikutnya.

3. Khalayak sasaran
1. Orang tua
Peran orang tua sangatlah penting dalam kasus ini yaitu peran orang tua terhadap
terjadinya obesitas terhadap anak. Kedekatan emosional antara orang tua dan anak
telah terbukti mempengaruhi terjadinya kelebihan berat badan atau obesitas pada anak-
anak. Periset menyatakan, seorang anak yang sering tidak akur dengan orang tuanya
dan sering berselihih berisiko mengalami obesitas 2x lebih besar.
2. Lingkungan
Anak yang mengalami obesitas cenderung mendapat stigma dan kurang diterima di
lingkungan sosial seusianya. Mereka juga cenderung mengalami pandangan negatif,
diskriminasi, hingga perilaku bully oleh teman-temannya karena kondisi badan mereka.
Anak yang obesitas juga cenderung terpinggirkan dalam permainan yang
membutuhkan kekuatan fisik, karena mereka bergerak cenderung lambat dibandingkan
anak lain seusianya.
Kondisi sosial yang buruk seperti ini juga berpotensi mendorong mereka untuk
menarik diri dari lingkungan dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Dengan jumlah
teman yang lebih sedikit maka akan lebih sedikit aktivitas di luar rumah dan lebih
banyak menghabiskan waktu untuk aktivitas sendiri sehingga mengurangi waktu
mereka untuk beraktivitas fisik. Maka anak akan lebih rentan beresiko obesitas. Untuk
itu lingkungan juga sangat mempengaruhi obesitas pada anak
3., Para siswa-siswi SMPN 1 PAKIS KABUPATEN MALANG
4. Panitia
Penasehat : Agus Setyo Utomo A, M.Kes
Ketua : Septiadi Indra (1601470013)
Sekertaris : Maharani Dwi Lestari (1601470016)
Anggota : 1. Dinda Dyah (1601470012)
2. Vella Latifah (1601470014)
3. Dea Elviana (1601470015)
4. Rohimah (1601470029)
5. Annisa Putri (1601470030)
6. Tiara Suci (1601470031)
7. Permata Putri (1601470032)
8. Alifia Fitrah (1601470033)

5. Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat ini yakni
menggunakan metode edukasi atau penyuluhan kepada para siswa siswi SMPN 1 PAKIS
KABUPATEN MALANG.
6. Keterkaitan
Obesitas merupakan masalah gizi yang sering muncul pada remaja. Bila remaja tidak
dilakukan penyuluhan tentang pola makan yang baik untuk mengurangi obesitas yang
mereka alami, mereka akan mengidap beberapa penyakit seperti diabetes mellitus tipe 2,
hipertensi sampai serangan jantung. Oleh karena itu, pola makan yang baik pada remaja
perlu ditingkatkan agar angka obesitas pada remaja tidak selalu meningkat, dengan cara
memberikan penyuluhan/pendidikan pada remaja di SMPN 1 Pakis tentang perbaikan pola
makan.

7. Rancangan Evaluasi
Dari program ini siswa-siswi SMPN 1 PAKIS dapat memberikan hidup sehat dan bahaya-
bahaya yang tejadi jika terjadi obesitas.

8. Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan penyuluhan akan dilaksanakan pada:
Hari : Sabtu
Tanggal : 18 November 2017
Tempat : SMPN 1 PAKIS KABUPATEN MALANG

Berikut adalah rundown acara pelaksanaan kegiatan penyuluhan:


NO. KEGIATAN WAKTU
1. Regristasi 07.00-08.00

Pembukaan:
2. 1. Laporan Ketua Pelaksana 08.00-08.30
2. Sambutan Kepala Sekolah

3. Pre-Test 08.30-08.45
4. Penyuluhan 08.45-09.45

5. Post-Test 09.45-10.00

6. Penutup 10.00-selesai

9. Daftar Pustaka
Andriani, D. M, and D. B. Wirjatmadi (2012), Pengantar Gizi Masyarakat, Jakarta, :
Kencana.
Aziz Aimul, 2007, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta: Salemba
Medika.
Badriaj, D, L. (2011), Gizi Dalam kesehatan Reproduksi, Bandung, PT. Reflika
Aditama.
Istiany, D. A, dan D, Rusilanti (2013), Gizi Terapan Bandung, Remaja Rosdakarya.
RINCIAN ANGGARAN BELANJAPENGABDIAN MASYARAKAT
POLTEKKES KEMENKES MALANG
TAHUN ANGGARAN 2016

Kementerian Negara / : Kementerian Kesehatan


Lembaga
Unit Eselon II / Satker : Poltekkes Kemenkes Malang
Kegiatan : Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Pada Program Pengembangan dan
Pemberdayaan SDM Kesehatan
Keluaran (Output) : Pengabdian Masyarakat
Volume : 1 (satu)
Satuan Ukur : Kegiatan
Alokasi Dana : Rp. 14.915.000,- (Empat Belas Juta Sembilan Ratus Lima
Belas Ribu Rupiah)
Kode KOMPONEN/SUB KOMPONEN VOL SATUAN JUMLAH
PERIJINAN
525115 Belanja Perjalanan
- Uang Transport Kegiatan Dalam
2 150000 Rp. 300000
Kabupaten/Kota (Bakesbang)
- Uang Transport Kegiatan Dalam
2 150000 Rp. 300000
Kabupaten/Kota (Dinkes Kab)
- Uang Transport Kegiatan Dalam
4 75000 Rp. 300000
Kabupaten/Kota (Desa)
522191 Belanja Jasa Lainnya
- Jasa administrasi 3 150000 Rp. 450000
PELAKSANAAN KEGIATAN
525112 Belanja Barang
- Konsumsi rapat koordinasi
10 35000 Rp. 350000
persiapan
- Konsumsi pelaksanaan 50 35000 Rp. 1750000
525115 Belanja Perjalanan
- Uang Transport Pelaksana Kegiatan
Dalam Kabupaten/Kota (Desa) 5 orang x 5 75000 Rp. 375000
1 hari
- Uang Transport Monitoring
Kegiatan Dalam Kabupaten/Kota (Desa) 20 75000 Rp. 1500000
5 orang x 4 kali
- Uang Transport Peserta Kegiatan
Dalam Kabupaten/Kota (Desa) 50 orang 50 75000 Rp. 3750000
x 1 hari
Belanja Barang Persediaan Barang
521811 Konsumsi
- DVD 5 10000 Rp. 50000
- Kertas A4 2 45000 Rp. 90000
- Tinta Epson 2 100000 Rp. 200000
- Pelatihan Kit 50 20000 Rp. 1000000
- Pembuatan VCD Senam Mata 1 1500000 Rp. 1500000
- Penggandaan VCD 50 25000 Rp. 1250000
- Penggandaan Modul Pelatihan
50 35000 Rp. 1750000
Senam Mata
TOTAL Rp. 14915000

Malang, Novemebr 2017


Ketua
Pengusul Pengabdian Masyarakat

M. Septiadi Indra
NIM. 1601470013

Anda mungkin juga menyukai