OLEH :
Mengetahui,
1. Judul
EDUKASI OBESITAS PADA REMAJA
2. Analisis Situasi
Peningkatan kemakmuran di Indonesia juga diikuti oleh perubahan gaya hidup
dan kebiasaan makan. Pola makan, terutama di kota besar, bergeser dari pola
makan tradisional ke pola makan barat yang dapat menimbulkan mutu gizi yang
tidak seimbang14 . Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat semakin
banyaknya penduduk golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih berupa
kegemukan dan obesitas.2 Obesitas atau yang biasa kita kenal sebagai kegemukan
merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan di kalangan remaja. Pada remaja
putri, kegemukan menjadi permasalahan yang cukup berat, karena keinginan untuk
tampil sempurna yang seringkali diartikan dengan memiliki tubuh ramping dan
proporsional, merupakan idaman bagi mereka12 Kasus obesitas anak meningkat
pesat di seluruh dunia. Hanya dalam 2 dekade, prevalensi kegemukan menjadi 2
kali lipat pada anak-anak Amerika usia 6- 11 tahun, bahkan 3 kali lipat pada
remaja. Survei pemeriksaan kesehatan dan nutrisi nasional tahunan oleh Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menemukan bahwa 1 diantara 3
anak Amerika mengalami kegemukan atau berada dalam risiko menjadi gemuk.
Totalnya sekitar 25 juta anak dan remaja Amerika mengalami kegemukan atau
mendekati kegemukan.24 Sebanyak 18% remaja dan 25% orang dewasa di
Indonesia mengalami obesitas.16 Kelebihan berat badan hingga beberapa kilogram
bisa menimbulkan risiko kesehatan yang tak bisa disepelekan. Kenyataannya,
lingkar pinggang para remaja Australia ini meningkatkan dugaan adanya risiko
kesehatan yang akan muncul. "Penemuan ini mengingatkan kita agar sadar terhadap
adanya ancaman terhadap kesehatan masyarakat.
Dari survey pendahuluan yang dilakukan di Desa Sumber Porong Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang pada tanggal 5 Juni 2012 ditemukan obesitas sebanyak
8 orang, dari survey tersebut dua remaja berusia 12 tahun mengalami obesitas
dengan perhitungan status gizi lebih yaitu 3,5 standar deviasi dan 3,2 standar
deviasi, dua remaja berumur 13 tahun mengalami obesitas dengan perhitungan
status gizi lebih 2,1 standar deviasi dan 6,07 stndar deviasi, tiga remaja berumur 14
tahun mengalami obeitas dengan perhitungan status gizi lebih 2,3 standart deviasi,
3 standart deviasi, dan 3,2 standart deviasi, 1 remaja berumur 10 tahun mengalami
obesitas dengan perhitungan status gizi lebih 4,1 standart deviasi.
Jadi hal yang dibutuhkan dalama kasusus obesitas di daerah sumber porong
adalah penyuluhan kepada remaja agar mereka mengetahui bagaimana cara
mengatur pola makan sehari hari agar dapat meninimalisir obesitas pada remaja.
Jika obesitas telah terjadi, banyak faktor yang akan muncul seperti : Mobilitas anak
terganggu, sesak nafas dan banyak faktor lain yang dapat terjadi. Dari masalah
tersebut kita sebagai fasilitator dapat menyarankan apa saja yang dapat dilakukan
oleh orang tuabalita agar besitas tidak terjadi pada buah hati mereka. Alasan kami
sebagai fasilitator mengambil topik “ pengetahuan remaja tentang pola makan pada
remaja obesitas di Desa Sumber Porong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang
2012” karena pada tahun 2012 banyak kasus anak khususnya obesitas yang tidak
teratasi dengan baik.
3. Perumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan obesitas pada remaja?
2. Apa saja jenis – jenis obesitas pada remaja?
3. Apa saja penyebab obesitas pada remaja?
4. Apa saja dampak dari obesitas pada remaja?
5. Bagaimana cara mencegah serta mengatasi obesitas yang di alami oleh remaja?
RANCANGAN EVALUASI
Setelah diadakannya penyuluhan ini panitia berharap smp 1 pakis dapat
mengetahui akan bahayanya obesitas pada usia yang masih muda ini serta mengubah
pola hidup,makan dan aktivitas dalam menjaga kesehatan tubuh dengan baik dan agar
juga menerapkan pola hidup yang sehat.agar kelak menjadi generasi yang bukan
unggul dalam prestasi tetapi juga tak kalah penting bisa menjaga tubuh yang sehat.
4. Tinjauan Pustaka
1. Pola Makan
Pedoman pola makan sehat untuk masyarakat secara umum yang sering
digunakan adalah pedoman Empat Sehat Lima Sempurna, Makanan Triguna, dan pedoman
yang paling akhir diperkenalkan adalah 13 Pesan
dasar Gizi Seimbang. Pengertian makanan triguna adalah bahwa makanan
atau diet sehari-hari harus mengandung: 1) karbohidrat dan lemak sebagai
zat tenaga; 2) protein sebagai zat pembangun; 3) vitamin dan mineral
sebagai zat pengatur. (Dirjen Binkesmas Depkes RI (1997)) Pedoman 13 Pesan Dasar Gizi
Seimbang menyampaikan pesan-pesan untuk mencegah masalah gizi ganda dan mencapai
gizi seimbang guna menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang andal. Garis besar
pesan-pesan tersebut seperti dijelaskan oleh Dirjen Binkesmas Depkes RI(1997) antara
lain:
1. Makanlah makanan yang beraneka ragam. Makanan yang beranekaragam harus
mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan bahkan serat
makanan dalam jumlah dan proporsi yang seimbang menurut kebutuhan masing-
masing kelompok 17 (bayi, balita, anak, remaja, ibu hamil dan menyusui, orang
dewasa dan lansia).
6. Makanlah makanan sumber zat besi. Makanan seperti sayuran hijau, kacang-
kacangan, hati, telur dan daging banyak mengandung zat besi dan perlu dikonsumsi
dalam jumlah yang cukup untuk mencegah anemia gizi.
7. Berikan ASI saja pada bayi sampai berumur 4 bulan. Untuk dapat memberikan ASI
dengan baik, ibu menyusui harus meningkatkan jumlah dan mutu gizi makanannya
selama hamil dan menyusui. Makanan Pendamping ASI (PASI) hanya boleh
diberikan setelah usia bayi lebih dari 4 bulan dan pemberiannya harus
bertahapmenurut umur, pertumbuhan badan serta perkembangan kecerdasan.
8. Biasakan makan pagi. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan
memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan
kesegaran tubuh dan meningkatkan produktifitas dalam bekerja. Pada anak-anak,
makan pagi akan memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa
lebih ditingkatkan.
9. Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya. Air minum harus bersih dan
bebas kuman. Minumlah air bersih sampai 2 liter per hari sehingga metabolisme
tubuh kita bisa berjalan lancar mengingat air sangat dibutuhkan sebagai pelarut
unsur gizi bagi keperluan metabolisme tersebut. konsumsi air yang cukup dapat
menghindari dehidrasi dan akan menurunkan resiko infeksi serta batu ginjal.
10. Lakukan kegiatan fisik atau olah raga yang teratur. Kegiatan itu akan membantu
mempertahankan berat badan normal disamping meningkatkan kesegaran tubuh,
memperlancar aliran darah dan mencegah osteoporosis khususnya pada lansia.
11. Hindari minum minuman beralkohol. Alkohol bersama-sama rokok dan obat-
obatan terlarang lainnya harus dihindari karena dapat membawa risiko untuk
terjadinya berbagai penyakit degeneratif, vaskuler dan kanker.
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. Makanan yang tidak tercemar,
tidak mengandung kuman atau parasit lain, tidak mengandung bahan kimia
berbahaya dan makanan yang diolah dengan baik sehingga unsur gizi serta cita
rasanya tidak rusak, merupakan makanan yang aman bagi kesehatan.
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas. Label pada makanan kemasan harus
berisikan tangga l kadaluwarsa, kandungan gizi dan bahan aktif yang digunakan.
Konsumen yang berhati-hati dan memperhatikan label tersebut akan terhindar dari
makanan rusak, tidak bergizi dan makanan berbahaya. Selain itu, konsumen dapat
menilai halal tidaknya makanan tersebut (Dirjen Binkesmas Depkes RI, 1997).
Pada masa usia remaja biasanya membutuhkan kalori yang cukup tinggi
karena pada umumnya aktivitas diluar rumah padat. Biasanya para remaja
usia 15–17 senang dengan pola makan yang tidak sehat misalnya makanan cepat saji, soft
drink, mie instant sehingga menimbulkan efek yang kurang bagus terhadap kesehatan
mereka. Tetapi sebagian remaja juga yang mempunyai aktivitas padat di luar
rumahseringkali melupakan waktu untuk makan sehingga menimbulkan rasa sakit.Oleh
sebab itu perlu ada pengawasan dari orang tua mengenai pola makan anak remaja sehingga
semua kebutuhan kalorinya terpenuhi dengan baik.
2.1 Obesitas
1)Obesitas primer
Obesitas primer disebabkan terlebih karena asupan gizi yang terlalu berlebihan. Biasanya
pada orang yang sulit mengatur konsumsi makanan.
2)Obesitas sekunder
Obesitas sekunder tidak dihubungkan dengan konsumsi makanan. Obesiitas sekunder
merupakan obesitas yang disebabkan oleh karena suatu kelainan atau penyakit seperti
hipotiroid, hipogonadisme, hiperkortisolisme, dll.
Beberapa penyakit keturunan yang sangat jelas terkait dengan obesitas antara lain
sindrom Prader-Willi dan sindrom Bardet-Biedel.
Gemuk atau kurus badan seseorang bergantung pada faktor DNA yang merupakan
komponen molekul dasar genetika yang tersusun atas nukleotida-nukleotida. Remaja
yang memiliki orang tua dengan badan gemuk akan mewariskan tingkat metabolisme
yang rendah dan memiliki kecenderungan kegemukan bila dibandingkan dengan
remaja yang memiliki orang tua dengan berat badan normal.
Peningkatan insidensi obesitas pada sebagian besar kasus bukan merupakan faktor
genetik melainkan faktor eksternal yang berperan lebih besar.
2) Kuantitas dan kualitas makanan
4) Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi menyebabkan orang tidak melaksanakan kegiatan secara
manual yang memerlukan banyak energi. Orang yang menggunakan kendaraan
bermotor semakin banyak daripada
orang yang berjalan kaki atau bersepeda. Komputer, internet, dan
video gamejuga telah menjadi gaya hidup remaja belakangan ini
sehingga akan meningkatkan sedentary time dari remaja.
5)Lingkungan
Perilaku hidup sehari hari dan budaya suatu masyarakat akan mempengaruhi
kebiasaan makan dan aktivitas fisik tertentu.
Lingkungan keluarga sangat berperan dalam pola makan dan kegiatan yang
dikerjakan dalam sehari-hari. Hal ini juga berkaitan dengan pendidikan di sekitar
lingkungannya.
6)Aspek psikologis
Asupan makanan pada setiap individu, dapat dipengaruhi oleh kondisi mood,
mental, kepribadian, citra diri, persepsi bentuk tubuh,
dan sikap terhadap makanan dalam konteks sosial.
1) Obesitas sentral
2) Obesitas perifer
Obesitas ini lebih sering terdapat pada wania. Pada obesitas ini
terjadi akumulasi lipid pada bagian bawah tubuh yaitu pada daerah
paha dan perut atau menurut istilah kedokteran disebut regio gluteofemoral. Obesitas
ini sering juga disebut “gynecoid obesity” atau “peer shape obesity”. Perbedaan
dengan obesitas sentral adalah pada obesitas ini terjadi hipertrofi sel-sel lemak dan
ditemukan Waist-Hip Ratio(WHR) < 0,85.
Mencegah overweight menjadi obesitas seharusnya lebih mudah dan lebih efektif
daripada mengatasi seseorang yang sudah terlanjur obesitas. Sesorang yang berat badannya
hanya sedikit berlebih, terkadang tidak mempunyai motivasi dalam menurunkan beran
badannya.
Berikut ini pencegahan terjadinya obesitas yaitu:
3.1 Remaja
Remaja pada fase ini mengalami masa sukar baik untuk dirinya sendiri
maupun orang dewasa yang berinteraksi dengan dirinya. Proses kognitif remaja
pada masa ini lebih rumit. Melalui pemikiran oprasional formal, remaja
pertengahan mulai bereksperimen dengan ide, memikirkan apa yang dapat dibuat
dengan barang barang yang ada, mengembangkan wawasan, dan merefleksikan
perasaan kepada orang lain. Remaja pada fase ini berfokus pada masalah identitas
yang tidak terbatas pada aspek fisik tubuh. Remaja pada fase ini mulai
bereksperimen secara seksual, ikut serta dalam perilaku beresiko, dan mulai
mengembangkan pekerjaan diluar rumah. Sebagai akibat dari eksperimen beresiko,
remaja pada fase ini dapat mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, kecanduan
obat, dan kecelakaan kendaraan bermotor. Usaha remaja fase pertengahan untuk
tidak bergantung, menguji batas kemampuan, dan keperluan otonomi mencapai
maksimal mengakibatkan berbagai permasalahan yang dengan orang tua, guru,
maupun figur yang lain.
1. Tujuan Kegiatan
1.1.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pola makan pada remaja yang mengalami obesitas di
SMPN1 Pakis
1.1.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi frekuensi makan remaja yang mengalami obesitas di
SMPN 1 Pakis
2. Mengidentifikasi jenis makanan yang mengalami obesitas di SMPN 1 Pakis
3. Mengidentifikasi jumlah makanan remajayang mengalami obesitas di
SMPN 1 Pakis
2. Manfaat kegiatan
1. Bagi Responden
Sebagai dasar dalam upaya perbaikan pola makan siswa dan siswi menjadi lebih
baik.
2. Bagi Institusi Program Studi Keperawatan Lawang
Memberikan masukan dan bahan dokumentasi ilmiah dalam pengembangan ilmu
pengetahuan serta sebagai sumber dalam rangka pengembangan Pendidikan
lingkungan kesehatan.
3. Bagi Sekolah/Tempat Penelitian
Memberikan data tentang siswa-siswi yang mengalami obesitas agar ikut serta
dalam memperhatikan memberikan bimbingan mengenai pola makan yang sehat,
sehingga dapat menekan angka kejadian obesitas, mengingat banyak sekali dampak
yang akan ditimbulkan diantaranya adalah dapat mengurangi kepercayaan diri
siswa-siswi dalam berinteraksi dengan lingkungan dan yang tidak kalah pentingnya
yaitu juga berdampak pada penurunan prestasi belajar.
4. Bagi Para Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat mengetahui dan
menggunakan penelitian sebagai perbandingan dan dapat dikembangkan lagi untuk
penelitian-penelitian berikutnya.
3. Khalayak sasaran
1. Orang tua
Peran orang tua sangatlah penting dalam kasus ini yaitu peran orang tua terhadap
terjadinya obesitas terhadap anak. Kedekatan emosional antara orang tua dan anak
telah terbukti mempengaruhi terjadinya kelebihan berat badan atau obesitas pada anak-
anak. Periset menyatakan, seorang anak yang sering tidak akur dengan orang tuanya
dan sering berselihih berisiko mengalami obesitas 2x lebih besar.
2. Lingkungan
Anak yang mengalami obesitas cenderung mendapat stigma dan kurang diterima di
lingkungan sosial seusianya. Mereka juga cenderung mengalami pandangan negatif,
diskriminasi, hingga perilaku bully oleh teman-temannya karena kondisi badan mereka.
Anak yang obesitas juga cenderung terpinggirkan dalam permainan yang
membutuhkan kekuatan fisik, karena mereka bergerak cenderung lambat dibandingkan
anak lain seusianya.
Kondisi sosial yang buruk seperti ini juga berpotensi mendorong mereka untuk
menarik diri dari lingkungan dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Dengan jumlah
teman yang lebih sedikit maka akan lebih sedikit aktivitas di luar rumah dan lebih
banyak menghabiskan waktu untuk aktivitas sendiri sehingga mengurangi waktu
mereka untuk beraktivitas fisik. Maka anak akan lebih rentan beresiko obesitas. Untuk
itu lingkungan juga sangat mempengaruhi obesitas pada anak
3., Para siswa-siswi SMPN 1 PAKIS KABUPATEN MALANG
4. Panitia
Penasehat : Agus Setyo Utomo A, M.Kes
Ketua : Septiadi Indra (1601470013)
Sekertaris : Maharani Dwi Lestari (1601470016)
Anggota : 1. Dinda Dyah (1601470012)
2. Vella Latifah (1601470014)
3. Dea Elviana (1601470015)
4. Rohimah (1601470029)
5. Annisa Putri (1601470030)
6. Tiara Suci (1601470031)
7. Permata Putri (1601470032)
8. Alifia Fitrah (1601470033)
5. Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat ini yakni
menggunakan metode edukasi atau penyuluhan kepada para siswa siswi SMPN 1 PAKIS
KABUPATEN MALANG.
6. Keterkaitan
Obesitas merupakan masalah gizi yang sering muncul pada remaja. Bila remaja tidak
dilakukan penyuluhan tentang pola makan yang baik untuk mengurangi obesitas yang
mereka alami, mereka akan mengidap beberapa penyakit seperti diabetes mellitus tipe 2,
hipertensi sampai serangan jantung. Oleh karena itu, pola makan yang baik pada remaja
perlu ditingkatkan agar angka obesitas pada remaja tidak selalu meningkat, dengan cara
memberikan penyuluhan/pendidikan pada remaja di SMPN 1 Pakis tentang perbaikan pola
makan.
7. Rancangan Evaluasi
Dari program ini siswa-siswi SMPN 1 PAKIS dapat memberikan hidup sehat dan bahaya-
bahaya yang tejadi jika terjadi obesitas.
8. Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan penyuluhan akan dilaksanakan pada:
Hari : Sabtu
Tanggal : 18 November 2017
Tempat : SMPN 1 PAKIS KABUPATEN MALANG
Pembukaan:
2. 1. Laporan Ketua Pelaksana 08.00-08.30
2. Sambutan Kepala Sekolah
3. Pre-Test 08.30-08.45
4. Penyuluhan 08.45-09.45
5. Post-Test 09.45-10.00
6. Penutup 10.00-selesai
9. Daftar Pustaka
Andriani, D. M, and D. B. Wirjatmadi (2012), Pengantar Gizi Masyarakat, Jakarta, :
Kencana.
Aziz Aimul, 2007, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta: Salemba
Medika.
Badriaj, D, L. (2011), Gizi Dalam kesehatan Reproduksi, Bandung, PT. Reflika
Aditama.
Istiany, D. A, dan D, Rusilanti (2013), Gizi Terapan Bandung, Remaja Rosdakarya.
RINCIAN ANGGARAN BELANJAPENGABDIAN MASYARAKAT
POLTEKKES KEMENKES MALANG
TAHUN ANGGARAN 2016
M. Septiadi Indra
NIM. 1601470013