PEMBIMBING :
OLEH :
PO713201181157
TINGKAT 3D
KELOMPOK 7
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat yang sama, dibawah
pimpinan pemerintahan yang sama, saling berinteraksi, saling mengenal, dan mempunyai
minat yang sama (Riyadi, 2010). Salah satu kelompok khusus dalam keperawatan komunitas
adalah kelompok balita. Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah
istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
Masalah kesehatan balita di Indonesia masih menjadi perhatian serius, karena masih
tingginya angka kematian balita di Indonesia terutama pada kasus gizi buruk. Berdasarkan
Hasil RISKESDAS tahun 2013 Prevalensi gizi buruk berdasarkan BB/TB,yaitu sangat kurus
secara nasional tahun 2013 masih cukup tinggi yaitu 5,3 persen, terdapat penurunan
dibandingkan tahun 2010 (6,0 %)dan tahun 2007 (6,2 %). Demikian pula halnya dengan
prevalensi kurus sebesar 6,8 persen juga menunjukkan adanya penurunan dari 7,3 persen
(tahun 2010) dan 7,4 persen (tahun 2007). Secara keseluruhan prevalensi anak balita kurus
dan sangat kurus menurun dari 13,6 persen pada tahun 2007 menjadi 12,1 persen pada tahun
2013.
Diare dan pneumonia merupakan penyebab kematian berikutnya pada bayi dan balita,
disamping penyakit lainnya yang diakibatkan oleh masalah gizi. Selain itu kasus kekerasan
terhadap anak baik fisik maupun seksual yang masih tinggi di Indonesia membuat pemrintah
tidak berdiam diri. Untuk mengatasi masalah yang sering menimbulkan kematian pada balita,
pemerintah telah membuat program dan kebijakan yang bertujuan untuk menurunkan angka
kematian pada bayi dan balita, diantaranya adalah kegiatan posyandu, BKB (Bina Keluarga
Balita), dan program PAUD. Sementara sebagai perawat, yang dapat dilakukan di komunitas
adalah memberi penyuluhan atau pendidikan kesehatan, baik untuk topik sehat atau pun sakit
seperti pengetahuan penyakit dan pengelolaan penyakit pada balita, serta memberi informasi
kepada ibu tentang pentingnya pemberian ASI dan tahap perkembangan yang terjadi pada
masa balita.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai asuhan keperawatan
pada kelompok khusus balita
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep Kelompok Khusus
2. Mengetahui konsep balita dan tumbuh kembang yang terjadi pada masa balita
3. Mengetahui Tentang Tumbuh Kembang Balita
4. Mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada kelompok balita
5. Pelayanan Kesehatan Bagi Kelompok Balita
6. Peran Perawat Komunitas pada Kelompok Khusus Balita
7. Tahap – tahap Perawatan Kelompok Khusus
8. Asuhan Keperawatan Pada Kelompok Khusus
9. Menyusun asuhan keperawatan komunitas pada kelompok balita sesuai dengan
kasus
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami konsep dan proses asuhan keperawatan komunitas pada
agregat balita sehingga dapat menjadi bekal saat melakukan proses asuhan keperawatan
komunitas pada masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Sigmund Freud tahap perkembangan manusia terdiri dari lima fase,
yaitu fase oral, fase anal, fase phalic, fase laten, dan fase genital. Dari kelima fase
ini, tiga fase awal yaitu fase oral, anal dan phalic dilalui saat masa balita (Wong,
2009).
1. Fase Oral
Fase oral dimulai dari saat dilahirkan sampai dengan 1-2 tahun. Pada
fase ini bayi merasa dipuaskan dengan makan dan menyusui dan terjadi
kelekatan dan hubungan yang emosional antara anak dan ibu. Beberapa
mengatakan bahwa pada saat anak yang mengalami gangguan pada fase ini
akan sering mengalami stres dengan gejala gangguan pada lambung seperti
maag atau gastritis.
2. Fase Anal
Fase anal berkembang pada saat balita menginjak umur 15 bulan
sampai dengan umur 3 tahun. Pada fase ini balita merasa puas dapat melakukan
aktivitas buang air besar dan buang air kecil. Fase ini dikenal pula sebagai
periode "toilet training". Kegagalan pada fase ini akan menciptakan orang
dengan kepribadian agresif dan kompulsif, beberapa mengatakan kelainan
sado-masokis disebabkan oleh kegagalan pada fase ini.
3. Fase Phallic
Fase phallic disebut juga sebagai fase erotik, fase ini berkembang pada
anak umur 3 sampai 6 tahun. Yang paling menonjol adalah pada anak laki-laki
dimana anak ini suka memegangi penisnya, dan ini seringkali membuat marah
orangtuanya. Kegagalan pada fase ini akan menciptakan kepribadian yang
imoral dan tidak tahu aturan.
3. Program PAUD
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan, ditujukan bagi anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun, dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia
dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan
pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi
motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh
anak.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
Membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang
sesuai dengan tingkat perkembangannya
Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
6. Pembaharu (inovator).
Tidak semua masyarakat mempunyai bekal pengetahuan mengenai
kesehatan balita. Perawat disamping memberikan penyuluhan juga menjadi
pembaharu untuk merubah perilaku atau pola asuh orangtua terhadap balita di
suatu wilayah, misalnya budaya yang tidak sesuai dengan perilaku sehat.
7. Panutan (role model)
Perawat sebagai salah satu tenaga medis dipandang memiliki ilmu
kesehatan yang lebih dari profesi lainnya di luar bidang kesehatan. Oleh sebab
itu akan lebih mulia bagi perawat untuk mengamalkan ilmunya dalam
kehidupan sehari-hari sehingga dapat memberikan contoh baik, misalnya
memberi contoh tata cara merawat balita.
8. Fasilitator
Perawat menjadi penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan
kesehatan dan instansi terkait, melaksanakan rujukan.
3. Upaya Rehabilitatif
Bayi dan balita pasca sakit, perlu waktu untuk masa pemulihan. Upaya
pemulihan yang dapat dilakukan yaitu latihan fisik dan fisioterapi.
4. Resosialitatif
Upaya mengembalikan ke dalam pergaulan masyarakat. Misal: kelompok
balita yang diasingkan karena autis, ADHD.
Semua lingkup tersebut harus dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang terorganisir,sebagai
berikut:
a. Pelayanan kesehatan dan keperawatan
b. Penyuluhan kesehatan
c. Bimbingan dan pemecahan masalah terhadap anggota kelompok dan kader
kesehatan dan petugas kesehatan
d. Penemuan kasus secara dini
e. Melakukan rujukan medik dan kesehatan
f. Melakukan kordinasi dan kerjasama dengan masyarakat,kader, dan petugas
kesehatan
2.8 Tahap – tahap Perawatan Kelompok Khusus
a. Tahap Persiapan
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan pada tahap ini, yaitu :
1. Mengidentifikasi jumlah kelompok khusus yang ada dimasyarakat dan jumlah
posyandu yang ada diwilyah binaan
2. Mengadakan pendekatan sebagai penjajagan awal pembinaan kelompok khusus
terhadap institusi yang menyelenggarakannya dan kelompok khusus yang ada
dimasyarakat
3. Identifikasi masalah kelompok khusus dimasyarakat melalui pengumpulan data
4. Menganalisa data kelompok khusus dimasyarakat
5. Merumuskan masalah dan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan kelompok
khusus dimasyarakat
6. Libatkan kader kesehatan dalam tahap ini
b. Tahap Perencanaan
Menyusun perencanaan penanggungan masalah kesehatan/keperawatan bersama
kader kesehatan yang menyangkut jadwal kegiatan ( tujuan,sasaran,jenis
pelayanan,biaya dan kriteria hasil ),Jadwal kunjungan,tenaga pelaksana
pengaorganisasian kegiatan.
c. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan didasarkan atas rencana kerja yang telah disepakati, yang
disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Pelaksanaan kegiatan dapat berupa :
1. Pendidikan dan pelatihan kader
2. Pelayanan kesehatan dan keperawatan
3. Imunisasi
4. Penemuan kasus dini
5. Rujukan bila dianggap perlu
6. Pencatatn dan pelaporan kegiatan
d. Penilaian
Penilaian atas keberhasilan kegiatan didasarkan atas kriteria yang telah disusun.
Penilaian dilakukan selama kegiatan berlangsung dan setelah kegiatan dilaksanakan
secara keseluruhan
a. Pengkajian
Pengumpulan data merupakan langkah awal untuk menentukan masalah dan
kebutuhan kelompok akan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan. Oleh karena itu
untuk mengkaji permasalahan kelompok diperlukan data-data sebagai berikut :
1) Identitas Kelompok, yang mencakup : besar dan kecilnya kelompok,latar belakang
pendidikan,tingkat sosial ekonomi,kebiasaan,adat istiadat,pekerjaan,agama yang
dianut,kepercayaan dan lokasi tempat tinggal
2) Masalah kesehatan,yang mencakup :
Masalah kesehatan yang sering terjadi
Besarnya anggota kelompok yang mempunyai masalah
Keadaan kesehatan anggota kelompok umumnya
Sifat masalah pada kelompok,apakah yang mengancam kesehatan atau telah
menganca, kehidupan
3) Pemanfaatan fasilitas kesehatan diantaranya puskesmas,posyandu,
polindes,pustu,atau poskesdes.
4) Keikutsertaan dalam upaya kesehatan
5) Status kesehatan kelompok,yang meliputi :penyakit yang pernah diderita, keadaan
gizi kelompok pada umumnya,imunisasi,kesehatan ibu dan anak
6) Kondisi sanitasi lingkungan tempat tinggal anggota kelompok,meliputi
perumahan,sember air minum,pembuangan air limbah,pembuangan sampah,dan
tempat pembuangan tinja.
1. Data inti
a. Demografi
Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah balita baik laki-laki maupun
perempuan. Data diperoleh melalui puskesmas, laporan tahunan atau
rekapitulasi jumlah kunjungan pasien yang berobat.
b. Statistik vital
Data statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan
dan angka kematian balita. Angka kesakitan dan kematian tersebut
diperoleh dari penelusuran data sekunder baik dari Puskesmas atau
Kelurahan.
c. Karakteristik penduduk
1. Fisik: Keluhan yang dialami oleh warga terkait anaknya. Perawat
mengobservasi ketika ada program posyandu.
2. Psikologis: efek psikologis terhadap anak maupun orang tua yaitu
berupa kesedihan karena anaknya berisiko tidak bisa bermain dengan
anak-anak sebaya lainnya dan pertumbuhan anak pun akan terhambat
atau sulit untuk berkembang.
3. Sosial: sikap masyarakat terhadap adanya kasus penyakit masih acuh
dan tidak memberikan tanggapan berupa bantuan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, namun orang tua membawa anak ke posyandu
rutin untuk ditimbang.
4. Perilaku: seperti pola makan yang kurang baik mungkin mempengaruhi
penyebab anak mengalami gizi kurang, diare dan penyakit lainnya,
terlebih banyak orang tua yang kurang mampu dalam hal ekonomi.
2. Sub sistem
a. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah dampak buruk terhadap
penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena penyakit, makanan yang
sehat sulit didapat, selain itu kerentanan terhadap vektor penyakit menjadi salah
satu tingginya risiko peningkatan kejadian sakit diwilayah tersebut.
b. Sistem kesehatan
Jarak antara desa dengan puskesmas tidak terlalu jauh yaitu hanya 1 km, desa
tersebut memiliki 1 posyandu dalam 1 RW dan aktif melaksanakan program
kerja yang dilaksanakan 1 bulan sekali, namun untuk ketersedian posbindu
belum ada.
c. Ekonomi
Pekerjaan yang dominan diwilayah tersebut yaitu buruh, petani,dan lainnya yang
berpenghasilan bervariasi untuk setiap keluarga.
d. Keamanan dan transportasi
Wilayah tersebut memiliki mobil yang disediakan oleh pemberi bantuan untuk
dimaanfaatkan oleh masyarakat dalam hal memfasilitasi masyarakat untuk
mempermudah akses mendapatkan layanan kesehatan.
Variabel keamanan meliputi jenis dan tipe pelayanan keamanan yang ada,
tingkat kenyamanan dan keamanan penduduk serta jenis dan tipe gangguan
keamanan yang ada.
3. Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit balita masih acuh,
mungkin dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat ataupun kurangnya
pengetahuan kesehatan mengenai suatu penyakit
b. Diagnosa Keperawatan
Analisa data dilakukan setelah dilakukan pengumpulan data melalui kegiatan
wawancara dan pemeriksaan fisik, sehingga dapat dirumuskan menjadi suatu diagnosa
keperawatan. Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki, sehingga dapat
diketahui kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh balita. Tujuan analisa data:
a. Menetapkan kebutuhan balita
b. Menetapkan kekuatan.
c. Mengidentifikasi pola respon balita
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
Perumusan masalah berdasarkan analisa data yang dapat menemukan masalah
kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh kelompok khusus balita. Masalah yang
sudah ditemukan tersebut perawat dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang
selanjutnya dapat diteruskan dengan intervensi. Masalah yang ditemukan terkadang
tidak dapat di selesaikan sekaligus sehingga diperlukan prioritas masalah. Prioritas
masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki Maslow yaitu:
a. Keadaan yang mengancam kehidupan.
b. Keadaaan yang mengancam kesehatan.
c. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
https://id.scribd.com/document/330605468/Askep-Kelompok-Khusus-Balita-Refisi