Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA DENGAN HALUSINASI

OLEH:

AYU WANDIRA MAKMUR

PO713201181157

TINGKAT 3D

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


A. Masalah Utama Klien : Halusinasi Pendengaran
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian.
a. Perubahan Sensori Persepsi
Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam
jumlah dan pola dari stimulus yang mendekati (yang diprakarsai secara
internal / eksternal)disertai dengan suatu pengurangan berlebih-lebihan
distorsi atau kelainan berespon terhadap suatu stimulus. (Townsend,
1998)
b. Halusinasi
Adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata
artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus /
rangsangan dari luar. (Maramis, 1980)
c. Halusinasi
Merupakan reaksi terhadap stress dan usaha dari alam tak sadar untuk
melindungi egonya atau pernyataan simbolik dari gangguan psikotik
individu. Halusinasi adalah gejala sekunder dari Skizofrenia dank lien
dengan skizofrenia 70 % mengalami halusinasi pendengaran dan 20 %
mengalami campuran antara halusinasi pendengaran dan halusinasi
penglihatan. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi
dengan karakteristik tertentu, diantaranya :
1) Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara–
suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan
Karakteristik ditandai dengan adanya stimulus penglihatan dalam
bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun
dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
3) Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau
yang menjijikkan.
seperti: darah, urine atau feses. Kadang–kadang terhidu bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
4) Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat.
Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
5) Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis
dan menjijikkan.
6) Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh.
Seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna
atau pembentukan urine.
2. Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada
klien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan
delirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan
alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan
epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi
juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang
meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik,
sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi
sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat
keadaan individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi,
perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya
permasalahan pada pembicaraan.
Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui
namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis,
psikologis, sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress
lingkungan, biologis, pemicu masalah sumber-sumber koping dan
mekanisme koping.
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
 Gangguan perkembangan dan fungsi otak / susunan saraf
pusat dapat menimbulkan gangguan realita
 Gejala yang mungkin muncul adalah: hambatan dalam belajar,
berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri dan
prilaku kekerasan.
2) Psikologis
 Sikap dan keadaan keluarga juga lingkungan
 Psikologis klien : pola asuh pada usia kanak-kanak yang tidak
adekuat, misalnya tidak ada kasih sayang dan diwarnai
kekerasan dalam keluarga.
 Orientasi realita adalah: penolakan atau tindakan kekerasan
dalam rentang hidup klien.
3) Sosial budaya
 Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita
 Kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam, kerawanan keamanan)
 Kehidupan yang terisolir disertai stress yang menumpuk
b. Faktor Presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
c. Adanya gejala pemicu

c. Patopsikologi
Proses terjadinya halusinasi
Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut :
1) Fase pertama / Tahap comforting (ansietas sedang)
Yaitu fase menyenangkan
a. Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.
b. Karakteristik : Klirn mengalami stress, cemas ringan, perasaan
perpisahan, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat
diselesaikan.
c. Gejala : Klien mulai melamun, memikirkan hal-hal yang
menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
d. Perilaku klien : Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan bibir tanpa suara, menggerakkan mata cepat,
respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya, dan suka menyendiri.
2) Fase kedua / Tahap condemming (ansietas berat)
Yaitu halusinasi menjadi menjijikkan
a. Pada tahap ini termasuk dalam psikotik ringan
b. Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikkan dan
menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir
sendiri jadi dominan.
c. Gejala : Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas, klien
tidak ingin ada orang lain tahu, dan ia tetap dapat
mengontrolnya.
d. Perilaku klien : Meningkatnya tanda-tanda system saraf
otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah,
klien asyik dengan halusinasinya, dan tidak bisa membedakan
realitas.
3) Fase ketiga / Tahap controling (ansietas berat)
Yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa.
a. Pada tahap ini termasuk dalam gangguan psikotik
b. Karakteristik : Klien mendengar bisikan, suara, isi halusinasi
semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien
c. Gejala : Klien menjadi terbiasa, dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
d. Perilaku klien : Kemauan dikendalikan halusinasi, rentang
perhatian hanya beberapa menit atau detik, tanda-tanda fisik
berupa klien berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi
perintah.
4) Fase keempat / Tahap conquering (panik)
Yaitu Klien lebur dengan halusinasinya
a. Pada tahap ini termasuk dalam psikotik berat
b. Karakteristik : Halusinasinya berubah menjadi mengancam,
memerintah, dan memarahi klien
c. Gejala : Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan
tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dan
lingkungan.
d. Perilaku klien : Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri,
perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri tau katatonik, tidak
mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak
mampu berespon lebih dari satu orang.

3. Identifikasi adanya perilaku halusinasi


a. Isi halusinasi
1) Menanyakan suara siapa yang didengar
2) Apa bentuk bayangan yang dilihat
3) Bau apa yang tercium
4) Rasa apa yang dikecap
5) Merasakan apa dipermukaan tubuh
b. Waktu dan frekuensi halusinasi
1) Kapan pengalaman halusinasi itu muncul
2) Bila mungkin klien diminta menjelaskan kapan persis waktu
terjadinya halusinasi tersebut
c. Situasi pencetus halusinasi
1) Menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang dialami
sebelum halusinasi muncul
2) Mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya
halusinasi
d. Respon klien
1) Apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman
halusinasi
2) Apakah masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak
berdaya lagi terhadap halusinasi.

4. Rentang respon halusinasi / neurobiologik


R. Adaptif R. Maladaptif

a. Pikiran logis a. Distorsi pikiran a. Gangguan pikiran


b. Persepsi akurat b. Ilusi b. Halusinasi
c. Emosi konsisten c. Reaksi emosi berlebihan c. Kesukaran proses
d. Dengan pengalaman atau kurang d. Emosi
e. Perilaku sesuai d. Perilaku yang tidak biasa e. Perilaku disorganisasi
f.Berhubungan sosial e. Menarik diri f. Isolasi sosial

(Stuart dan Laraia, 1998)


5. Tanda dan Gejala
a. Bicara dan senyum sendiri
b. Mendengar suara-suara
c. Marah-marah, gelisah
d. Merusak / menyerang, bermusuhan
e. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
f. Lebih banyak berdiam diri / menyendiri
g. Tidak bisa membedakan hal-hal (stimulus) nyata dan tidak nyata.
h. Tidak dapat memusatkan perhatian / konsentrasi
i. Ekspresi muka tegang dan mudah tersinggung

6. Akibat
a. Mencederai diri / orang lain / lingkungan
b. Bermusuhan dan perilaku kekerasan

C. Pohon Masalah

Risiko menciderai diri sendiri dan orang lain

Ketidak efektifan Gangguan


penatalaksanaan perubahan pemeliharaan
program terapeutik sensori/persepsi : halusinasi kesehatan
pend

Isolasi sosial : menarik Defisit


diri perawatan diri :
Ketidak efektifan mandi dan
koping keluarga : berhias
ketidak mampuan Gangguan konsep diri :
keluarga merawat harga diri rendah kronis
klien di rumah

D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran
3. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
4. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
5. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik
6. Defisit perawatan diri: mandi dan berhias
7. Ketidakefektifan keluarga: ketidakmampuan keluarga merawat klien
dirumah
8. Gangguan pemeliharaan kesehatan

E. Diagnosa keperawatan dan prioritas


1. Resiko menciderai pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan halusinasi
2. Perubahan persepsi sensorik: halusinasi berhubungan dengan menarik diri
3. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
4. Defisit perawatan diri: Mandi/kebersihan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam merawat diri
5. Perubahan proses pikir: Waham berhubungan dengan harga diri rendah
kronis
6. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif berhubungan dengan koping
keluarga tak efektif
7. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan menarik diri.
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halusinasi
9. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan harga diri rendah.

F. Rencana tindakan keperawatan


1. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan halusinasi
a. Tujuan Umum : klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak
mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, menjawab
salam, duduk berdampingan dengan perawat, dan mau
mengutarakan masalah yang dihadapinya.
Intervensi :
Bina Hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengnramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Tunjukan sikap empati dan memerima klien apa danya
f. Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien
2) Klien dapat mengenal halusinasinya
Kriteria hasil:
a.) Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya
halusinasi
b.) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap
halusinasinya
Intervensi:
a) Adakan kontak sering dan singkat
b) Observasi perilaku (verbal/non verbal) yang berhubungan
dengan halusinasinya
c) Bantu klien mengenal halusinasinya
1 Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan
apakah ada suara yang terdengar
2 Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan
oleh suara tersebut
3 Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara
itu, namun perawat tidak mendengar
4 Katakan bahwa klien yang lain juga ada yang seperti
klien
5 Katakan bahwa perawat akan membantu klien
d) Diskusikan dengan klien
1. situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan
halusinasi
2. waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang,
malam, atau jika sendiri, jengkel atau sedih)
3. diskusikan dengn klien apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi (marah, sedih, senang) beri kesemapatan
mengungkapkan perasaanya.
3) Klien dapat mengontrol halusinasinya
Kriteria hasil:
a.) Klien dapat menyebutkan tindakan yang bisa dilakukan
untuk mengontrol halusinasinya
b.) Klien dapat menyebutkan cara baru
c.) Klien dapat memilih cara untuk mengatasi halusinasi seperti
yang telah didiskusikan dengan klien
d.) Klien dapat melaksanakan cara yang dipilih untuk
mengendalikan halusinasinya
e.) Klien dapat mengikuti TAK
Intervensi:
a. Identifikasi bersama klien tindakan yng bisa dilakukan untuk
mengendalikan halusinasinya
b. Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika
bermanfaat beri pujian
c. Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya
halusinasi:
1) Katakan “saya tidak mau dengan kamu” (nada saat
halusiansi terjadi)
2) Menemui perawat atau teman dan keluarga untuk
bercakap-cakap dan untuk mengatakan halusinasi yang
didengar
3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi
tidak muncul
d. Bantu klien untuk memilih dan melatih cara memutus
halusinasi secara bertahap
e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih,
evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
f. Anjurkan klien mengikuti TAK
4) Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol
halusinasinya
Intervensi:
a) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga ketika
mengalami halusinasi
b) Lakukan kunjungan rumah: Diskusikan dengan keluarga
tentang:
1) Halusinasi klien
2) Cara memutuskan hausinasi
3) Cara merawat anggota keluarga halusinasi
4) Cara memodifikasi lingkungan untuk menurunkan
kejadian halusinasi
5) Cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan pada
saat mengalami halusinasi

5) Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasinya


Intervensi:
a) Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat untuk
mengontrol halusinasi
b) Bantu klien menggunakan obat secara benar
REFERENSI

https://id.scribd.com/document/349625745/LP-SP-HALUSINASI-
PENDENGARAN
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Jiwa
A. SP 1

Nama pasien : Ny. R


Hari / Tanggal : Senin, 22 Juni 2020
SP : 1 ( interaksi 1 )
1. Proses keperawatan
a. Kondisi
Klien terlihat sedang duduk berdua dengan istri klien di sofa ruang
tamu. Klien tampak mendengarkan setiap pertanyaan yang diberikan
oleh mahasiswa keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran
c. TUK/Strategi Pelaksanaan
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien
a) Mengidentifikasi jenis halusinasi
b) Mengidentifikasi isi halusinasi
c) Mengidentifikasi waktu halusinasi
d) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
e) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f) Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
g) Mengajarkan klien menghardik halusinasi
h) Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian
d. Tindakan keperawatan
a) Kaji respon klien terhadap halusinasinya yang meliputi sis, waktu
terjadinya halusinasi, frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan
saat terjadi halusinasi.
b) Latih klien mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik.
Tahapan tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai
berikut :
- Jelaskan cara menghardik halusinasi
- Peragakan cara menghardik halusinasi.
- Minta klien peragakan ulang.
- Pantau penerapan cara ini dan berikan penguatan pada
perilaku pasien yang sesuai
- Masukan dalam jadwal kegiatan pasien.

2. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan


a. Orientasi
1) Salam terapeutik
“Selamat Pagi..”
“ Assalamualaikum “
“ Mohon maaf sebelumnya. Saya Mahasiswa perawat dari Poltekkes
kemenkes Makassar tujuan saya kesini pak yaitu untuk melakukan
pendataan pada Ibu R . Apakah Ibu R bersedia ?”
Kalau boleh tau Ibu R senangnya dipanggil siapa..?”
“ Nama saya Ayu Wandira Makmjr.. Saya biasa dipanggil “Dira”.
2) Evaluasi / validasi
” Bagaimana kabar Ibu hari ini..? “
“ Apakah Ibu ada keluhan ...? ”
3) Kontrak
a) Topik
“ Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya ?”
“ Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara yang selama ini Ibu
dengar tetapi tidak tampak ada wujudnya ?.”
b) Waktu
“ Ibu mau ngobrol berapa lama ? Bagaimana jika 20 menit ? bisa
c) Tempat
“ Ibu mau ngobrol dimana ? Bagaimana kalau di ruang tamu ini
saja?”

b. Kerja
”Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada ujudnya?
“Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu?
“Kapan paling sering Ibu mendengar suara tersebut?
“Berapa kali sehari ibu mengalaminya ?
“Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu
sendiri?”
” Apa yang ibu rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang ibu lakukan saat mendengar suara itu?
“Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang?
“ Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-
suara itu muncul?
” Ibu , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.
“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal,
“Keempat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik”.
”Caranya sebagai berikut:
saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya tidak
mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak
peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah
bisa”

c. Terminasi
 Evaluasi subjektif
“ Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol tadi ?”
“ Apakah bapak merasa senang dengan latihan tadi?”
 Evaluasi Objektif
“ setelah kita ngobrol panjang lebar tadi, coba ibu sebutkan
kesimpulan dari obrolan kita tadi”.
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara agar tidak muncul lagi”.
 Rencana tindak lanjut

” Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut !


bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya?
(masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian klien).
 Kontrak yang akan datang
a. Topik : Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar
dan
latihan mengendalikan suara-suara dengan cara
yang
kedua?
b. Waktu : Jam berapa bapak ?Bagaimana kalau jam
11.00 Wita ?
Berapa lama kita akan berlatih?
c. Tempat : Dimana tempatnya ?”apakah ditempat yang sama
ini ?“
B. SP 2

Nama pasien : Ny. R


Hari / Tanggal : Selasa/ 23 Juni 2020
SP : 2 ( interaksi 2 )
1. Proses keperawatan
a. Kondisi
Klien terlihat sedang duduk berdua dengan istri klien di sofa ruang tamu.
Klien tampak mendengarkan setiap pertanyaan yang diberikan oleh
mahasiswa keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran
c. TUK/Strategi Pelaksanaan
Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
c) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
d. Tindakan keperawatan
a) Evaluasi kegiatan klien mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik
b) Latih klien mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap- cakap
saat halusinasi muncul. Tahapan tindakan yang dapat dilakukan
meliputi hal-hal sebagai berikut.
- Jelaskan cara bercakap- cakap saat halusinasi muncul
- Peragakan cara bercakap- cakap saat halusinasi muncul
- Minta pasien peragakan ulang.
- Pantau penerapan cara ini dan berikan penguatan pada perilaku
pasien yang sesuai
- Masukan dalam jadwal kegiatan pasien.

2. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan


a. Orientasi
1) Salam terapeutik
“ Assalamualaikum ? “
“Apakah bapak masih ingat dengan saya?

2) Evaluasi / validasi
” Bagaimana kabar Inu R hari ini..? “
“Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara
yang telah kita latih?
3) Kontrak
a) Topik
“Sesuai janji kita kemarin saya akan latih cara kedua untuk
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain.”
b) Waktu
“ bapak mau bercakap-cakap berapa lama ? Bagaimana jika 15-
20 menit, Jam 11.00 Wita seperti janji kemarin kan pak ?”
c) Tempat
“ bapak mau bercakap-cakap dimana ? Bagaimana kalau di ruang
tamu ini saja?”
b. Kerja

“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah


dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai
mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol.
Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya begini; … tolong,
saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau
ada orang dirumah misalnya ayah,adik ibu katakan: bu, ayo ngobrol
dengan saya,saya sedang dengar suara-suara. Begitu bapak Coba ibu
lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi!
Bagus! Nah, latih terus ya ibu!”

c. Terminasi
 Evaluasi subjektif
“ Bagaimana perasaan ibu setelah latihan tadi ?”
 Evaluasi Objektif
“ setelah kita melakukan latihan tadi, coba bapak sebutkan
kesimpulan dari latihan kita tadi”.
“Coba praktikkan kembali cara untuk mencegah suara dengan
bercakap - cakap agar tidak muncul lagi”
“Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah
suara-suara itu?”
 Rencana tindak lanjut

” Kalau suara-suara itu muncul lagi, cobalah kedua cara ini kalau
ibu mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan
dalam jadwal kegiatan harian ibu Mau jam berapa latihan bercakap-
cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara
itu muncul”.
(masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian klien).

 Kontrak yang akan datang


a. Topik : Bagaimana kalau kita bertemu lagi besok
lusa untuk
latihan cara yang ketiga yaitu melakukan
aktivitas
terjadwal?
b. Waktu : Jam berapa bu ?Bagaimana kalau jam
14.00 Wita ?
Berapa lama kita akan berlatih?
c. Tempat : Dimana tempatnya ?”apakah ditempat yang sama
ini ?“
C. SP 3

Nama pasien : Ny. R


Hari / Tanggal : Kamis, 25 Juni 2020
SP : 3 ( interaksi 3 )
1. Proses keperawatan
a. Kondisi
Klien terlihat sedang duduk berdua dengan istri klien di sofa ruang tamu.
Klien tampak mendengarkan setiap pertanyaan yang diberikan oleh
mahasiswa keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran
c. TUK/Strategi Pelaksanaan
Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk klien
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa dilakukan pasien di rumah).
c) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
d. Tindakan keperawatan
a) Evaluasi kegiatan klien mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik dan bercakap-cakap
b) Bantu klien melaksanakan aktivitas terjadwal. Tahapan tindakan yang
dapat dilakukan meliputi :
- Jelaskan cara melaksanakan aktivitas terjadwal
- Berikan contoh cara melakukan aktivitas terjadwal
- Minta klien menentukan aktivitas yang akan dijadwalkan
- Pantau penerapan cara ini dan berikan pujian yang sesuai

2. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan


a. Orientasi
1) Salam terapeutik
“ Assalamualaikum “
“Selamat Pagi bu.”.
“Apakah ibu R masih ingat dengan saya?
2) Evaluasi / validasi
” Bagaimana kabar Ibu R hari ini..? “
“Apakah suara-suaranya masih muncul ?”
“Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ?”
“Bagaimana hasilnya ?“
3) Kontrak
a) Topik
“Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk
mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal”.
b) Waktu
“ Ibu mau kita berbicara berapa lama ? Bagaimana jika 15 menit,
Jam berapa ?.
c) Tempat
“ Ibu mau bercakap-cakap dimana ? Bagaimana kalau di ruang
tamu ini saja?”

b. Kerja

“Apa saja yang biasa ibu lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam).
Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih
kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat
ibu lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain
akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.

c. Terminasi
 Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap cara yang
ketiga untuk mencegah suara-suara?”
 Evaluasi Objektif
“ setelah kita melakukan latihan tadi, coba ibu sebutkan
kesimpulan dari latihan kita tadi”.
“Jadi sudah ada berapa cara yang ibu pelajari untuk mencegah
suara-suara itu?”
“Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah
suara-suara.”
 Rencana tindak lanjut

” Kalau suara-suara itu muncul lagi, cobalah ketiga cara ini kalau
ibu mengalami halusinasi lagi. Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya
(masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian klien).

 Kontrak yang akan datang


a. Topik : Bagaimana kalau kita bertemu lagi besok
untuk
membahas cara minum obat yang baik
serta
guna obat. Apakah ibu R mau ?
b. Waktu : Jam berapa Ibu ?Bagaimana kalau jam
12.00
Wita ? Berapa lama kita akan berlatih?
c. Tempat : Dimana tempatnya ?”apakah ditempat
yang
sama ini ?“
D. SP 4

Nama keluarga pasien : Ny. R


Hari / Tanggal : Jum’at, 26 Juni 2020
SP : 4 ( interaksi 4 )
1. Proses keperawatan
a. Kondisi
Klien terlihat sedang duduk berdua dengan istri klien di sofa ruang tamu.
Klien tampak mendengarkan setiap pertanyaan yang diberikan oleh
mahasiswa keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran
c. TUK/Strategi Pelaksanaan
Strategi pelaksanaan 4 (SP 4) untuk klien
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b) Berikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
c) Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
d. Tindakan keperawatan
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
b) Berikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
c) Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
2. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
a. Orientasi
1) Salam terapeutik
“ Assalamualaikum ? “
“selamat siang ibu R, apakah bapak masih ingat dengan saya ?”
2) Evaluasi / validasi
“ Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
“Apakah suara-suaranya masih muncul ?”
“Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ?”
“Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan “
“Apakah pagi ini sudah minum obat”
3) Kontrak
a) Topik
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang cara
minum obat yang baik dan benar,.”
b) Waktu
“ Ibu mau bercakap-cakap berapa lama ? Bagaimana jika 15-20
menit, Jam berapa ?.
c) Tempat
“ ibu mau bercakap-cakap dimana ? Bagaimana kalau di ruang
tamu ini saja?”

b. Kerja

“Ibu adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-
suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-
suara yang ibu dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi.
Berapa macam obat yang ibu minum ? (Perawat menyiapkan obat
pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 1 kali sehari dan diminum jam 7
malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)
1 kali sehari jam nya sama dengan yang warna orange (CPZ) gunanya
untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 1 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang serta obat
(CBZ) 1 kali sehari dan jamnya juga sama dengan obat yang lain. Kalau
suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti
konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, ibu akan kambuh
dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis ibu
bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Ibu juga harus teliti
saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya ibu
harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya ibu Jangan
keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan
obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum
sesudah makan dan tepat jamnya ibu juga harus perhatikan berapa
jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
c. Terminasi
 Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang
obat?
 Evaluasi Objektif
“ setelah kita melakukan percakapan tadi, coba ibu sebutkan
kesimpulan dari percakapan kita tadi”.
“ Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-
suara? Coba sebutkan “
 Rencana tindak lanjut

“Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan


ibu Jangan lupa pada waktunya, minta obat pada keluarga di
rumah”

 Terminasi akhir

“Bagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan?. Setelah 4 hari


saya merawat Ibu R, banyak kemajuan yang Ibu R alami. Ibu juga
sudah tidak mendengar bisikan – bisikan ditelinga lagi dan juga
sudah bisa mencegah apabila suara – suara itu muncul lagi. Kalau
tidak ada yang ditanyakan lagi, saya Ayu Wandira Makmur
Mahasiswa perawat dari Poltekkes kemenkes Makassar pamit
pulang. Sampai jumpa. Assalamualaikum”

Anda mungkin juga menyukai