Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Balita

2.1.1 Pengertian Balita

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau

lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).

Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah

umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia

batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan

penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan

berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang

manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa

tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak

akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.

2.1.2 Karakteristik Balita

Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1

– 3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004). Anak usia 1-3 tahun

merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang

disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra-

7
8

sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut

yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya

dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena

itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

2.1.3 Tumbuh Kembang Balita

Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun

prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni:

a. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah

(sefalokaudal).

Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak akan

berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan

kakinya.

b. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar.

Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan

untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan jemarinya.

c. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi

keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari dan

lain-lain.

Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif. Pada

konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan

intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses multiplikasi
9

organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran tubuhnya. Hal ini ditandai

oleh:

a. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.

b. Bertambahnya ukuran lingkar kepala.

c. Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.

d. Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.

e. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan

sebagainya.

Penambahan ukuran-ukuran tubuh ini tentu tidak harus drastis.

Sebaliknya, berlangsung perlahan, bertahap, dan terpola secara proporsional pada

tiap bulannya. Ketika didapati penambahan ukuran tubuhnya, artinya proses

pertumbuhannya berlangsung baik. Sebaliknya jika yang terlihat gejala penurunan

ukuran, itu sinyal terjadinya gangguan atau hambatan proses pertumbuhan.

Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita adalah

dengan mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi badan yang terdapat pada

Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan bertambahnya usia anak, harusnya

bertambah pula berat dan tinggi badannya. Cara lainnya yaitu dengan pemantauan

status gizi. Pemantauan status gizi pada bayi dan balita telah dibuatkan

standarisasinya oleh Harvard University dan Wolanski. Penggunaan standar

tersebut di Indonesia telah dimodifikasi agar sesuai untuk kasus anak Indonesia.

Perkembangan pada masa balita merupakan gejala kualitatif, artinya pada

diri balita berlangsung proses peningkatan dan pematangan (maturasi)


10

kemampuan personal dan kemampuan sosial. (PN.Evelin dan Djamaludin. N.

2010).

2.2 Posyandu

2.2.1 Sejarah Lahirnya Posyandu

Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan

bagian dari kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD

1945, Departemen Kesehatan pada tahun 1975 menetapkan kebijakan

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Adapun yang dimaksud

dengan PKMD ialah strategi pembangunan kesehatan yang menerapkan prinsip

gotong royong dan swadaya masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat dapat

menolong dirinya sendiri, melalui pengenalan dan penyelesaian masalah

kesehatan yang dilakukan bersama petugas kesehatan secara lintas program dan

lintas sector terkait. Diperkenalkannya PKMD pada tahun 1975 mendahului

kesepakatan internasional tentang konsep yang sama, yang dikenal dengan nama

Primary Health Care (PHC), seperti yang tercantum dalam Deklarasi Alma Atta

pada tahun 1978.

Pada tahap awal, kegiatan PKMD yang pertama kali diperkenalkan di

Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, diselenggarakan dalam pelbagai bentuk.

Kegiatan PKMD untuk perbaikan gizi, dilaksanakan melalui Karang Balita,

sedangkan untuk penanggulangan diare, dilaksanakan melalui Pos

Penanggulangan Diare, untuk pengobatan masyarakat di perdesaan melalui Pos


11

Kesehatan, serta untuk imunisasi dankeluarga berencana, melalui Pos Imunisasi

dan Pos KB Desa.

Perkembangan berbagai upaya kesehatan dengan prinsip dari, oleh dan

untuk masyarakat yang seperti ini, di samping menguntungkan masyarakat,

karena memberikan kemudahan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan

kesehatan, ternyata juga menimbulkan berbagai masalah, antara lain pelayanan

kesehatan menjadi terkotak-kotak, menyulitkan koordinasi, serta memerlukan

lebih banyak sumber daya.

Untuk mengatasinya, pada tahun 1984 dikeluarkanlah Instruksi Bersama

antara Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN dan Menteri Dalam Negeri, yang

mengintegrasikan berbagai kegiatan yang ada di masyarakat ke dalam satu wadah

yang disebut dengan nama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Kegiatan yang

dilakukan, diarahkan untuk lebih mempercepat penurunan angka kematian ibu

dan bayi, yang sesuai dengan konsep GOBI – 3F (Growth Monitoring, Oral

Rehydration, Breast Feeding, Imunization, Female Education, Family Planning,

dan Food Suplementation), untuk Indonesia diterjemahkan ke dalam 5 kegiatan

Posyandu, yaitu KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan penanggulangan diare.

Pencanangan Posyandu yang merupakan bentuk baru ini, dilakukan secara

massal untuk pertama kali oleh Kepala NegaraRepublik Indonesia pada tahun

1986 di Yogyakarta, bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional.

Sejak saat itu Posyandu tumbuh dengan pesat. Pada tahun 1990, terjadi

perkembangan yang sangat luar biasa, yakni dengan keluarnya Instruksi Menteri

Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan Pembinaan Mutu


12

Posyandu. Melalui instruksi ini, seluruh kepala daerah ditugaskan untuk

meningkatkanpengelolaan mutu Posyandu. Pengelolaan Posyandu dilakukan oleh

satu Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu yang merupakan

tanggung jawab bersama antara masyarakat dengan Pemerintah Daerah (Pemda). (

Kementrian Kesehatan RI, 2011).

2.2.2 Pengertian Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat

dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan

angka kematian ibu dan bayi. ( Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan

untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. ( Cessnasari.2005)

Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk

masyarakat yang dibimbing petugas terkait.( Departemen Kesehatan RI. 2006).

2.2.3 Tujuan Posyandu

Tujuan posyandu antara lain :

a. Menurunkan angka kematian ibu dan anak.

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR.

c. Mempercepat penerimaan NKKBS.


13

d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan

kesehatan dan menunjang peningkatan hidup sehat.

e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam

usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

f. Meningkatkan dan membina peran serta masyarakat dalam rangka alih

teknologi untuk usaha kesehatan masyarakat. (Mubarak, Wahit. 2005)

2.2.4 Manfaat Posyandu

Manfaat posyandu antara lain :

1. Bagi Masyarakat

a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan

kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan

AKABA.d

b. Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah

kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.

c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan

pelayanan sosial dasar sektor lainterkait.

2. Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat

a. Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang

terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA

b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat

menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI, AKB

dan AKABA
14

3. Bagi Puskesmas

a. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan

berwawasan kesehatan, pusatpemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan

kesehatan perorangan primer dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat

primer.

b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah

kesehatan sesuai kondisi setempat.

c. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar padamasyarakat.du

4. Bagi sektor lain

a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah

kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya

penurunan AKI, AKB dan AKABA sesuai kondisi setempat.

b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu

sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing sektor.

( Kementrian Kesehatan RI, 2011).

2.2.5 Sasaran Posyandu

Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:

1. Bayi

2. Anak balita

3. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui

4. Pasangan Usia Subur (PUS) ( Kementrian Kesehatan RI, 2011).


15

2.2.6 Tingkat Perkembangan Posyandu

Perkembangan masing-masing Posyandu tidak sama. Dengan demikian,

pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing Posyandu juga berbeda. Untuk

mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, telah dikembangkan metode dan

alat telaahan perkembangan Posyandu, yang dikenal dengan nama Telaah

Kemandirian Posyandu. Tujuan telaahan adalah untuk mengetahui tingkat

perkembangan Posyandu yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai

berikut:

1. Posyandu Pratama

Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai

oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader

sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya

kegiatan rutin bulanan Posyandu, di samping karena jumlah kader yang terbatas,

dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan

untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah

kader.

2. Posyandu Madya

Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan

lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang

atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang

dari 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah

meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai


16

motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.

Contoh intervensi yang dapat dilakukan antara lain:

a. Pelatihan tokoh masyarakat, menggunakan Modul Posyandu dengan metode

simulasi.

b. Menerapkan SMD dan MMD di Posyandu, dengan tujuan untuk merumuskan

masalah dan menetapkan cara penyelesaiannya, dalam rangka meningkatkan

cakupan Posyandu.

3. Posyandu Purnama

Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan

lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang

atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu

menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber

pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih

terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang

dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat antara lain:

a. Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untuk memantapkan

pemahaman masyarakat tentang dana sehat.

b. Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kuat,

dengan cakupan anggota lebih dari 50% KK. Peserta pelatihan adalah para

tokoh masyarakat, terutama pengurus dana sehat desa/kelurahan, serta untuk

kepentingan Posyandu mengikutsertakan pula pengurus Posyandu.


17

4. Posyandu Mandiri

Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan

kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima

orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu

menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber

pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih

dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu.

Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan program dana

sehat, sehinggaterjamin kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukan intervensi

memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan masalah dan

kemampuan masing-masing ( Kementrian Kesehatan RI, 2011).

2.2.7 Kegiatan Posyandu

Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan

pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut:

2.2.7.1 Kegiatan Utama

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

a. Ibu Hamil

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:

1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan

darah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan atas), pemberian

tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi fundus

uteri, temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) serta KB pasca pesalinan yang dilakukan oleh tenaga


18

kesehatan dibantu oleh kader. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke

Puskesmas.

2) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan Kelas

Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan

kesepakatan. Kegiatan Kelas Ibu Hamil

b. Ibu Nifas dan Menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup:

1) Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi Menyusui

Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi.

2) Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul segera

setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul pertama).

3) Perawatan payudara.

4) Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara,

pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh petugas

kesehatan. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

c. Bayi dan Anak balita

Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus dilaksanakan secara

menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembangnya. Jika ruang pelayanan

memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak

digendong melainkan dilepas bermain sesama balita dengan pengawasan orangtua di

bawah bimbingan kader. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai

dengan umur balita. Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita

mencakup:

1) Penimbangan berat badan

2) Penentuan status pertumbuhan


19

3) Penyuluhan dan konseling

4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,

imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera

dirujuk ke Puskesmas.

2. Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah pemberian

kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dapat

dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan

peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD

dan implant.

3. Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas Puskesmas.

Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap bayi dan ibu hamil.

4. Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan yang diberikan

meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan

dan konseling gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A

dan tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang

berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah (BGM),

kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau Poskesdes.

5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan melalui

pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc

oleh petugas kesehatan.


20

2.2.7.2 Kegiatan Pengembangan/Tambahan

Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan Posyandu dengan

kegiatan baru, di samping 5 (lima) kegiatan utama yang telah ditetapkan. Kegiatan baru

tersebut misalnya: perbaikan kesehatan lingkungan, pengendalian penyakit menular, dan

berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu yang seperti ini

disebut dengan nama Posyandu Terintegrasi.

Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5 kegiatan utama telah

dilaksanakan dengan baik dalam arti cakupannya di atas 50%, serta tersedia sumber daya

yang mendukung. Penetapan kegiatan baru harus mendapat dukungan dari seluruh

masyarakat yang tercermin dari hasil survey Mawas Diri (SMD) dan disepakati bersama

melalui forum Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).

2.2.8 Penyelenggaraan Posyandu

2.2.8.1 Waktu Penyelenggaraan

Posyandu buka satu kali dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih,

sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan, haribuka Posyandu dapat

lebih dari satu kali dalam sebulan.

2.2.8.2 Tempat Penyelenggaraan

Tempat penyelenggaraan kegiatan Posyandu sebaiknya berada pada lokasi

yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelenggaraan tersebut dapat

di salah satu rumah warga, halaman rumah, balai desa/kelurahan, balai

RW/RT/dusun, salah satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran, atau

tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat.


21

2.2.8.3 Penyelenggaraan Kegiatan

Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan digerakkan oleh Kader

Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Pada saat

penyelenggaraan Posyandu minimal jumlah kader adalah 5 (lima) orang. Jumlah

ini sesuai dengan jumlah langkah yang dilaksanakan oleh Posyandu, yakni yang

mengacu pada sistim 5 langkah. Kegiatan yang dilaksanakan pada setiap langkah

serta para penanggungjawab pelaksanaannya secara sederhana dapat diuraikan

sebagai berikut:

Langkah Kegiatan Pelaksana


angaLL
Pertama Pendaftaran Kader
Kedua Penimbangan Kader
Ketiga Pengisian KMS Kader
Keempat Penyuluhan Kader Kader
Kelima Pelayanan Kesehatan Kader atau kader bersama
petugas kesehatandoman
2.2.8.4 Tugas dan Tanggungjawab Para Pelaksana

Terselenggaranya pelayanan Posyandu melibatkan banyak pihak. Adapun

tugas dan tanggungjawab masing-masing pihak dalam menyelenggarakan

Posyandu adalah sebagai berikut.

1. Kader

Sebelum hari buka Posyandu, antara lain:

a. Menyebarluaskan hari buka Posyandu melalui pertemuan warga setempat.

b. Mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu.

c. Mempersiapkan sarana Posyandu.

d. Melakukan pembagian tugas antar kader.

e. Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.


22

f. Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan.

Pada hari buka Posyandu, antara lain:

a. Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu.

b. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke

Posyandu.

c. Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau KMS dan mengisi buku

register Posyandu.

d. Pengukuran LILA pada ibu hamil dan WUS.

e. Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi sesuai

dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT.

f. Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan KB

sesuai kewenangannya.

g. Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas kesehatan

melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut.

Di luar hari buka Posyandu, antara lain:

a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu: ibu hamil, ibu nifas dan

ibu menyusui serta bayi dan anak balita.

b. Membuat diagram batang (balok) SKDN tentang jumlah Semua balita yang

bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu, jumlah balita yang mempunyai

Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA, jumlah balita yang Datang pada

hari buka Posyandu dan jumlah balita yang timbangan berat badannya Naik.

c. Melakukan tindak lanjut terhadap Sasaran yang tidak datang dan sasaran yang

memerlukan penyuluhan lanjutan.


23

d. Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat

hari buka .

e. Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan menghadiri

pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan.

2. Petugas Puskesmas

Kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas yang diwajibkan di Posyandu satu

kali dalam sebulan. Dengan perkataan lain kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas

tidak pada setiap hari buka Posyandu (untuk Posyandu yang buka lebih dari 1 kali

dalam sebulan). Peran petugas Puskesmas pada hari buka Posyandu antara lain

sebagai berikut:

a. Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana di langkah 5

(lima). Sesuai dengan kehadiran wajib petugas Puskesmas, pelayanan

kesehatan dan KB oleh petugas Puskesmas hanya diselenggarakan satu kali

sebulan.

c. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling kesehatan, KB dan gizi kepada

pengunjung Posyandu dan masyarakat luas.

d. Menganalisa hasil kegiatan Posyandu, melaporkan hasilnya kepada

Puskesmas serta menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan

sesuai dengan kebutuhan Posyandu.

e. Melakukan deteksi dini tanda bahaya umum terhadap Ibu Hamil, bayi dan

anak balita serta melakukan rujukan ke Puskesmas apabila dibutuhkan.


24

2.2.9 Pengelola Posyandu

Pengelola Posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan,

organisasi kemasyarakatan, lembagaswadaya masyarakat, lembaga mitra

pemerintah, dan dunia usaha yang dipilih, bersedia, mampu, dan memiliki waktu

dan kepedulian terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di Posyandu.

Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah

pembentukan Posyandu. Kriteria pengelola Posyandu antara lain sebagai berikut:

a. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat.

b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi

masyarakat.

c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.

Kader Posyandu yang selanjutnya disebut kader adalah anggota masyarakat yang

bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan

Posyandu secara sukarela( Kementrian Kesehatan RI, 2011).

2.3 Pelayanan Kesehatan

2.3.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan

Pengertian pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo

adalah sebuah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah

pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif ( peningkatan kesehatan ) dengan

sasaran masyarakat.

Pengertian pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap

upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu


25

organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,

kelompok dan ataupun masyarakat.

Sesuai dengan batasan seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk dan

jenis pelayanan kesehatan yang ditemukan banyak macamnya. Karena

kesemuanya ini ditentukan oleh:

1. Pengorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau secara

bersama-sama dalam suatu organisasi.

2. Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan

kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan

kesehatan atau kombinasi dari padanya.

Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara

umum dapat dibedakan atas dua, yaitu:

1. Pelayanan kedokteran

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan

kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat

bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi.

Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan,

serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan

masyarakat (public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang

umumnya secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk


26

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta

sasarannya untuk kelompok dan masyarakat.

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan antara lain :

1. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru

Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan

diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah

penyaki-penyakit yang sulit dapat digunakan penggunaan alat seperti leser, terapi

penggunaan gen dan lain-lain.

2. Nilai masyarakat

Dengan beragamnya masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan

jasa pelayanan kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan

pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki keasadaran yang lebih dalam

pengunaan atau pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya.

3. Aspek legal dan etik

Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau

pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntutan

hukum dan etik dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku pemberi pelayanan

kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan secara

professional dengan memperhatikan nilai-nilai hokum dan etika yang ada di

masyarakat.
27

4. Ekonomi

Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih

diperhatikan dan mudah dijangkau, begitu juga sebaliknya, keadaan ekonomi ini

yang akan dapat mempengaruhi dalam system pelayanan kesehatan

5. Politik

Kebijakan pemerintah melalui system politik yang ada akan semakin

berpengaruh sekali dalam system pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan-

kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan. (Aziz,

Alimul. 2008).

2.4 Kartu Menuju Sehat (KMS)

Kartu Menuju Sehat (KMS), sudah digunakan di Indonesia sejak tahun

1970-an, sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak di bawah umur 5 (lima)

tahun (Balita). Pada tahun 2010, Kementerian Kesehatan telah menerbitkan

sebuah Peraturan Menteri (PERMENKES) nomor : 155/Menkes/Per/I/2010,

tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi Balita.

Perbedaan mendasar KMS baru dengan lama ialah, KMS baru dibedakan

antara laki-laki dan perempuan, sedangkan KMS lama tidak dibedakan, bisa

digunakan untuk semua jenis kelamin anak.

2.4.1 Pengertian Kartu Menuju Sehat (KMS)

KMS merupakan kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak

berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur yang dibedakan

berdasarkan jenis kelamin. Kurva atau grafik pertumbuhan KMS dibuat


28

berdasarkan baku WHO-NCHS BB/U (Mastari, 2009). Dengan KMS gangguan

pertumbuhan atau resiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehinnga dapat

dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya

lebih berat (Kementrian Kesehatan RI, 2010).

Gambar 1. Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita

KMS Balita berisi tentang catatan penting tentang pertumbuhan,

perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin

A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI ekslusif dan makanan pendamping

ASI. Juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita

tentang kesehatan anaknya. KMS juga dapat diartikan sebagai “rapor” kesehatan

gizi atau riwayat kesehatan dan gizi balita (Kuntiandi, 2003).


29

2.4.2 Fungsi KMS

Secara umum, fungsi KMS dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian utama,

antara lain :

1. Alat untuk memantau pertumbuhan. Sebagaimana penjelasan sebelumnya,

bahwa KMS memuat kurva pertumbuhan seorang anak berdasarkan jenis

kelamin, umur dan berat badan anak. Normal tidaknya pertumbuhan seorang

anak dapat di ketahu hanya melihat trend grafik/kurva yang terdapat pada

KMS.

2. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Salah satu informai tambahan yang

bisa anda peroleh dari KMS adalah pelayanan kesehatan yang telah di peroleh

si anak, misalnya catatan imunisasi, pemberian Kapsul Vitamin A serta

pemberian ASI Eksklusif.

3. Sebagai alat edukasi. Kader posyandu atau petugas kesehatan bisa langsung

memberikan edukasi kepada ibu, dengan melihat kurva pertumbuhan si anak

setelah dilakukan pengukuran berat badan.

2.4.3 Kegunaan KMS

2.4.3.1 Bagi Orang Tua Balita

Jika orang tua rutin setiap bulan melakukan penimbangan di Posyandu

atau di sarana kesehatan lainnya, maka mereka dapat mengetahui status

pertumbuhan anaknya dan dapat melakukan antisipasi pencegahan jika kurva

pertumbuhan sudah mulai menunjukkan penurunan. Disamping itu, orang tua juga
30

bisa mengetahui kapan seharusnya anak mendapatkan imunisasi atau pemberian

Kapsul Vitamin A selanjutnya.

2.4.3.2 Bagi Kader Posyandu

KMS digunakan oleh kader sebagai media untuk penyuluhan kepada ibu-

ibu balita, serta indikator untuk merujuk si anak jika kurva pertumbuhan berada di

bawah garis merah (BGM) untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut.

2.4.3.3 Bagi Petugas Kesehatan

KMS menjadi media yang efektif dan cepat bagi petugas kesehatan untuk

mengetahui pelayanan kesehatan apa saja yang sudah di dapatkan oleh si anak,

khususnya pemberian imunisasi adan kapsul Vitamin A. KMS juga bisa

digunakan oleh petugas kesehatn untuk melakukan edukasi ke ibu tentang

pemberian makanan bergizi untuk meningkatkan satus gizi anak.

2.4.4 Jenis Catatan dan Manfaat Pada KMS

2.4.4.1 Jenis Catatan

Pengisian KMS dilakukan pada saat hari buka Posyandu, yaitu di meja

berikut ini:

- Di meja-3: Kader memindahkan catatan hasil penimbanganbalita yang ditulis

di atas secarik kertas ke dalam KMSanak tersebut. Catatan yang dimasukkan

adalah catatanberat badan ke dalam grafik  

- Di meja-4: Kader membaca data KMS, menjelaskan kepadaibu mengenai

keadaan anak berdasarkan catatan beratbadan dalam grafik KMS. Kader juga
31

menanyakan berbagaiinformasi yang penting mengenai perkembangan tumbuh-

kembang anak, kemudian dimasukkan ke dalam KMS.

Dengan demikian, catatan atau informasi yang terdapat dalam KMS berupa:

- Berat badan anak (pertumbuhan anak)

- Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif untuk bayi berumur 0 sampai 4 atau

6 bulan

- Imunisasi yang sudah diberikan pada anak 

- Pemberian vitamin A

- Penyakit yang pernah diderita anak dan tindakan yangdiberikan

Selain itu, kader juga menggunakan KMS untuk menanyakan perkembangan anak,

yaitu kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki anak sesuai dengan tingkat

usianya (misalnya: kemampuan merangkak, duduk, berjalan, bicara, dan

sebagainya).

2.4.4.2 Manfaat Catatan/Informasi pada KMS

Catatan/informasi pada KMS merupakan alat pemantau keadaan balita

yang bisa dijadikan acuan untuk memberikan penyuluhan kepada

ibu/keluarganya. Selain sebagai acuan penyuluhan, catatan KMS juga dijadikan

bahan acuan untuk memberikan rujukan, baik ke meja-5 maupun ke Puskesmas.

Rujukan ini diberikan apabila pada KMS terdapat catatan berikut ini:

- Berat badan balita berada di bawah garis merah (BGM) pada KMS.

- Berat badan balita 2 kali (2 bulan) berturut-turut tidak naik


32

2.4.5 Interprestasi Pertumbuhan Balita Dengan KMS

Menurut Depkes RI (2001) pertumbuhan balita dapat diketahui apabila

setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat

badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini

dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak

tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat

badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya

(Anonim,2008).

a) Balita naik berat badannya bila :

(1) Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau

(2) Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya.

Gambar 2.4.5.1. Indikator KMS bila balita naik berat badannya


33

b) Balita tidak naik berat badannya bila : Garis pertumbuhannya turun, atau

Garis pertumbuhannya mendatar, atauGaris pertumbuhannya naik, tetapi

pindah ke pita warna dibawahnya.

Gambar 2. Indikator KMS bila balita tidak naik berat badannya

c) Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita

mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga

harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

Gambar 2.3. Indikator KMS bila berat badan balita dibawah garis merah
34

d) Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak nail (3T), artinya balita

mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke

Puskesmas/ Rumah Sakit.

Gambar 2.4. Indikator KMS bila berat badan balita tidak stabil

e) Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.

Gambar 2.5. Indikator KMS bila berat badan balita naik setiap bulan
35

f) Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti

salah satu pita warna atau pindah ke pita warna diatasnya.

Gambar 2.6. Indikator KMS bila pertumbuhan balita sehat

2.4.3 Pengisian KMS Balita

Apabila anak ditimbang berat badannya secara teratur tiap bulan di

dalamKMS, berat badan balita hasil penimbangan diisi dengan titik dan

dihubungkan dengan garis sehingga membentuk garis pertumbuhan anak. Apabila

titik-titik yang menunjukan berat badan anak pada KMS dihubungkan, maka akan

tergambar apa yang disebut sebagai garis pertumbuhan anak. Garis pertumbuhan

anak tersebut dapat dibandingkan dengan garis pertumbuhan tubuh baku yang tertera dalam

KMS.
36

Apabila berat badan angka sewaktu penimbangan tidak menunjukkan

kenaikkan maka ini berarti anak tidak tumbuh yang berarti pula sebagai tanda

awal tidak terpenuhinya kebutuhan gizi anak (Sjahmien Moehjie,2002).

2.5 Kerangka Teoritis

Berdasarkan teori-teori diatas maka dapat digambarkan kerangka

teoritisnya sebagai berikut:

Depkes RI, 2005

Informasi pada KMS


- Grafik Pertumbuhan Pola
- dan Perkembangan Anak Asuh
- Periode Pemberian ASI Gizi
Eksklusif

Depkes RI, 2006

KMS
Pelayanan Kesehatan Pertumbuhan
(Status
- Petugas Kesehatan Balita
Gizi
- Kader posyandu
Balita)

Gambar kerangka teoritis

Anda mungkin juga menyukai