A. PENDAHULUAN
1. KONSEP KOMUNITAS
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
yang sama. Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di
suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area
atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang
mempunyai minat yang sama (Riyadi, 2012).
Perawatan komunitas adalah bidang khusus dari keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik
yang sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan
peran serta aktif dari masyarakat. (Elisabeth, 2012).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/
kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder
dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan
perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong
semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan
nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal
(Elisabeth, 2012).
2. KONSEP BALITA
Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang
dari lima tahun sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga
termasuk dalam golongan ini. Namun faal (kerja alat tubuh
semestinya) bagi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia
di atas satu tahun, maka anak di bawah satu tahun tidak termasuk ke
dalam golongan yang dikatakan balita. Anak usia 1-5 tahun dapat
pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan
pra-sekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan
kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga
jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan
keadaannya. Berdasarkan karakteristiknya balita usia 1-5 tahun dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu anak yang berumur 1-3 tahun yang
dikenal dengan Balita merupakan konsumen pasif. Sedangkan usia
prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif (Uripi, 2012).
a. Tumbuh Kembang Balita
Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-
beda, namun prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama,
yakni:
1. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju
bagian bawah (sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai
dari kepala hingga ke ujung kaki, anak akan berusaha
menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar
menggunakan kakinya.
2. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar.
Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai
penggunaan telapak tangan untuk menggenggam,
sebelum ia mampu meraih benda dengan jari.
3. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar
mengeksplorasi keterampilan-keterampilan lain. Seperti
melempar, menendang, berlari dan lain-lain.
Menurut Sigmun Freud tahap perkembangan manusia
terdiri dari lima fase, yaitu fase oral, fase anal, fase
phallic, fase laten, dan fase genital. Dari kelima fase ini,
tiga fase awal yaitu fase oral, anal dan laten dilalui saat
masa balita. (Wong, 2010)
a. Fase Oral
Fase oral dimulai dari saat dilahirkan sampai
dengan 1-2 tahun. Pada fase ini bayi merasa
dipuaskan dengan makan dan menyusui dan terjadi
kelekatan dan hubungan yang emosional antara
anak dan ibu. Beberapa mengatakan bahwa pada
saat anak yang mengalami gangguan pada fase ini
akan sering mengalami stres dengan gejala
gangguan pada lambung seperti maag atau gastritis.
b. Fase Anal
Fase anal berkembang pada saat balita menginjak
umur 15 bulan sampai dengan umur 3 tahun. Pada
fase ini balita merasa puas dapat melakukan
aktivitas buang air besar dan buang air kecil. Fase
ini dikenal pula sebagai periode "toilet training".
Kegagalan pada fase ini akan menciptakan orang
dengan kepribadian agresif dan kompulsif, beberapa
mengatakan kelainan sado-masokis disebabkan oleh
kegagalan pada fase ini.
c. Fase Phallic
Fase phallic disebut juga sebagai fase erotik, fase
ini berkembang pada anak umur 3 sampai 6 tahun.
Yang paling menonjol adalah pada anak laki-laki
dimana anak ini suka memegangi penisnya, dan ini
seringkali membuat marah orangtuanya. Kegagalan
pada fase ini akan menciptakan kepribadian yang
imoral dan tidak tahu aturan.
b. Indikator Kesehatan Kelompok Balita
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah
utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara
Indonesia (Kompas, 2010).
Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat
kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa
memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam
meneruskan pembangunan bangsa, sehingga masalah
kesehatan anak menjadi salah satu prioritas dalam perencanaan
pembangunan bangsa.
Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia,
terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan, antara lain
angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi, dan
angka harapan hidup waktu lahir.
1. Angka Kematian Bayi
Tingginya angka kematian bayi di Indonesia
disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah
faktor penyakit infeksi dan kekurangan gizi.
Penyakit yang hingga saat ini masih menjadi
penyebab kematian terbesar dari bayi, diantaranya
penyakit diare, tetanus, gangguan perinatal, dan
radang saluran napas bagian bawah (Hapsari, 2010).
Kematian pada bayi juga dapat disebabkan oleh
trauma persalinan dan kelainan bawaan yang
kemungkinan besar disebabkan oleh rendahnya
status gizi ibu pada saat kehamilan serta kurangnya
jangkauan pelayanan kesehatan dan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan (WHO, 2002).
2. Angka Kesakitan Bayi
Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua
dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena
nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya
daya tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka
kesakitan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh
status gizi, jaminan pelayanan kesehatan anak,
perlindungan kesehatan anak, faktor sosial
ekonomi, dan pendidikan ibu.
3. Status Gizi
Status gizi menjadi indikator ketiga dalam
menentukan derajat kesehatan anak. Status gizi
yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan anak untuk mencapai kematangan
yang optimal. Kecukupan gizi dapat memperbaiki
ketahanan tubuh sehingga diharapkan tubuh akan
bebas dari segala penyakit. Status gizi ini dapat
membantu untuk mendeteksi lebih dini resiko
terjadinya masalah kesehatan. Pemantauan status
gizi dapat digunakan sebagai bentuk antisipasi
dalam merencanakan perbaikan kesehatan anak.
4. Angka Harapan Hidup Waktu Lahir
Angka harapan hidup waktu lahir dapat dijadikan
tolak ukur selanjutnya dalam menentukan derajat
kesehatan anak. Dengan mengetahui angka harapan
hidup, maka dapat diketahui sejauh mana
perkembangan status kesehatan anak. Hal ini sangat
penting dalam menentukan program perbaikan
kesehatan anak selanjutnya. Usia harapan hidup
juga dapat menunjukkan baik atau buruknya status
kesehatan anak yang sangat terkait dengan berbagai
faktor, sperti faktor social, ekonomi, budaya, dan
lain-lain.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status kesehatan anak
balita
Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan
anak balita adalah sebagai berikut:
1. Faktor Kesehatan
Faktor kesehatan merupakan faktor utama yang
dapat menentukan status kesehatan anak secara
umum. Faktor ini ditentukan oleh status kesehatan
anak itu sendiri, status gizi, dan kondisi sanitasi.
2. Faktor Kebudayaan
Pengaruh budaya juga sangat menentukan status
kesehatan anak, dimana terdapat keterkaiatan secara
langsung antara budaya dengan pengetahuan.
Budaya di mayarakat dapat juga menimbulkan
penurunan kesehatan anak, misalnya terdapat
beberapa budaya di masyarakat yang dianggap baik
oleh masyarakat padahal budaya tersebut justru
menrunkan kesehatan anak. Sebagai contoh, anak
yang badannya panas akan dibawa ke dukun dengan
keyakinan terjadi kesurupan/kemasukan barang
ghaib. Contoh lain, anak yang pasca operasi
dilarang makan telur dan daging ayam atau sapi
karena dianggap dapat menambah nyeri dan jumlah
nanah atau pus pada luka operasi dan menghambat
proses penyembuhan luka operasi. Berbagai contoh
budaya yang ada di masyarakat tersebut sangat
besar mempengaruhi derajat kesehatan anak,
mengingat anak dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan yang tentunya membutuhkan
perbaikan gizi atau nutrisi yang cukup.
3. Faktor Keluarga
Faktor keluarga dapat menentukan keberhasilan
perbaikan status kesehatan anak. Pengaruh keluarga
pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak
sangat besar melalui pola hubungan anak dan
keluarga serta nilai-nilai yang ditanamkan. Apakah
anak dijadikan sebagai pekerja ataukah
diperlakukan sebagaimana mestinya dan dipenuhi
kebutuhannya baik asah, asih, dan asuhnya.
Peningkatan status kesehatan anak juga terkait
langsung dengan peran dan fungsi keluarga
terhadap anaknya, seperti membesarkan anak,
memberikan dan menyediakan makanan,
melindungi kesehatan, memberikan perlindungan
secara psikologis, menanamkan nilai budaya yang
baik, memepersiapkan pendidikan anak, dan lain-
lain (Behrman, 2011).
3. HIPERTERMI
A. Definisi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas renytang
normal yang tidak teratur, dan dosebabkan ketidak simbangan
antara produksi dan pembatasan panas. Hipertermi juga
didefinisiskan dengan suatu keadaan dimana suhu tubuh melebihi
titik normal, yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau
eksternal yang menciptakan lebih banyak panas daripada yang
dapat dikeluarkan oleh tubuh. Pada keadaan hipertermi pusat
pengaturan suhu di hipotalamu berada dalam keadaan normal.
Hipertermi merupakan keadaan ketika individu mengalami
atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh <37,8oC (100oF) per
oral atau 38,8oC (101oF) per rektal yang sifatnya menetap karena
faktor eksternal (Lynda Juall, 2012). Karakteristik dari ghipertermi
adalah kejang (konvulsi), kulit memerah, kulit hangat bila
disentuh, kuku kebiruan, hiperetensi dan muka pucat (Sodikin,
2012).
B. Etiologi
Hipertermi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat
bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang
dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan
suhu sehingga menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat
pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain.
Terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi/
pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat
menyebabkan demam selama keadaan sakit.
1. Faktor penyebab
a. Dehidrasi
b. Penyakit atau trauma
c. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk
berkeringat
d. Pakaian yang tidak layak
e. Kecepatan metabolisme meningkat
f. Pengobatan/ anesthesia
g. Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
h. Aktivitas yang berlebihan
C. Manifestasi klinis
1. Suhu tinggi 37,8oC (100oF) per oral atau 38,8oC (101oF)
2. Takikardia
3. Hangat pada sentuhan
4. Menggigil
5. Dehidrasi
6. Kehilangan nafsu makan
D. Komplikasi
1. Kerusakan sel-sel dan jaringan
2. Kematian
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan
terjadinya resiko infeksi
2. Pemeriksaan urine
3. Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi
untuk pasien thypoid
4. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl
5. Uji tourniquet
4. BATUK PILEK (COMMON COLD)
A. Definisi
Common Cold adalah suatu infeksi virus pada selaput hidung,
sinus dan saluran udara yang besar. Common cold dikenal juga
dengan istilah"pilek".
Batuk pilek adalah penyakit saluran pernapasan yang paling
sering mengenai bayi dan anak ( Ngastiyah , 2010).
Batuk dan pilek adalah penyakit saluran pernapasan yang bisa
pula menyerang orang dewasa tetapi karakteristiknya berbeda.
Pada bayi dan anak serangannya cenderung lebih berat karena
infeksi mecangkup daerah sinus paranasal, telinga tengah, dan
nasofaring yang disertai demam tinggi. Pada orang dewasa, infeksi
batuk dan pilek hanya meliputi daerah yang terbatas serta tidak
menimbulkan demam tinggi.
B. Etiologi
Penyebab penyakit ini virus spesifik yang mempunyai masa
tunas sampai 3 hari. Komplikasi timbul akibat dari bakteri
pathogen biasanya pneumococcus, streptococcus, dan pada anak
kecil haemophilus influenza dan staphylocus, masa tunas 1-2 hari (
IKA FKUI, 2010).
Cara penularan biasanya disebarkan dari satu tangan ke tangan
yang lainnya. Masa inkubasi dari virus ini adalah 1-4 hari. Batuk
pilek bisa terjadi 3-10 hari, tetapi pada anak kecil batuk pilek dapat
bertahan lebih lama( Eveline dan Djamaludin, 2010).
C. Manifestasi klinis
Gejala mulai timbul dalam waktu 1-3 hari setelah terinfeksi.
Biasanya gejala awal berupa:
1. Rasa tidak enak di hidung
2. Rasa tidak enak di tenggorokan
3. Bersin-bersin
4. Tenggorokan gatal
5. Hidung meler
6. Batuk
7. Suara serak
8. Cemas
9. Sakit kepala
10. Demam (biasanya ringan)
11. Sesak nafas
Biasanya tidak timbul demam, tetapi demam yang ringan bisa
muncul pada saat terjadinya gejala.Hidung mengeluarkan cairan
yang encer dan jernih dan pada hari-hari pertama jumlahnya sangat
banyak sehingga mengganggu penderita.
Selanjutnya sekret hidung menjadi lebih kental, berwarna
kuning-hijau dan jumlahnya tidak terlalu banyak.Gejala biasanya
akan menghilang dalam waktu 4-10 hari, meskipun batuk dengan
atau tanpa dahak seringkali berlangsung sampai minggu kedua.
D. Komplikasi
Batuk pilek di sebabkan infeksi virus. Antibiotic tidak
bermanfaat dalam pengobatan common cold. Anti biotic hanya
berfungsi pada infeksi bakteri. efektif mempercepat penyembuhan.
Pemberian obat batuk pilek pada bayi justru mempunyai resiko
timbulnya efek samping obat.
Batuk pilek dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak
memerlukan pengobatan khusus,yang lebih penting di perlukan
anak dan bayi adalah pemberian cairan atau imun lebih banyak dan
pemantauan kondisi emergensi.
Komplikasi bisa memperpanjang terjadinya gejala:
1) Infeksi saluran udara (trakea) disertai sesak di dada dan
rasa terbakar.
2) Gangguan pernafasan yang lebih berat terjadi pada
penderita bronkitis atau asma yang menetap.
3) Infeksi bakteri pada telinga, sinus atau saluran udara
(infeksi trakeobronkial).
4) Otitis media (infeksi telinga). Sekitar 5-15% anak yang
terkena common cold terjadi infeksi pada telinga bagian
tengah.penyebabnya adalah adanya saluran yang
menghubungkan antara tenggorokan dan rongga
telinga.
Komplikasi tersebut lebih sering terjadi pada anak atau bayi
dengan faktor resikao tertentu :
a. Anak berusia kurang dari 2 tahun, karena daya tahan tubuh
rendah
b. Anak menderita penyakit immunodefisiensi (daya tahan
tubuh rendah)
c. Anak mendapatkan pengobatan kortikosteroid jangka
panjang
d. Anak menderita penyakit kronik seperti jantung
E. Penatalaksanaan
Pengobatan :
1. Usahakan untuk beristirahat dan selalu dalam keadaan hangat
dan nyaman, serta diusakahan agar tidak menularkan
penyakitnya kepada orang lain.
2. Jika terdapat demam atau gejala yang berat, maka penderita
harus menjalani tirah baring di rumah.
3. Minum banyak cairan guna membantu mengencerkan sekret
hidung sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan/dibuang.
4. Untuk meringankan nyeri atau demam dapat diberikan
asetaminofen atau ibuprofen.
5. Pada penderita dengan riwayat alergi, dapat diberikan
antihistamin.
6. Menghirup uap atau kabut dari suatu vaporizer bisa membantu
mengencerkan sekret dan mengurangi sesak di dada.
7. Mencuci rongga hidung dengan larutan garam isotonik bisa
membantu mengeluarkan sekret yang kental
8. Batuk merupakan satu-satunya cara untuk membuang sekret
dan debris dari saluran pernafasan. Oleh karena itu sebaiknya
batuk tidak perlu diobati, kecuali jika sangat mengganggu dan
menyebabkan penderita susah tidur. Jika batuknya hebat, bisa
diberikan obat anti batuk.
9. Antibiotik tidak efektif untuk mengobati batuk pilek ,
antibiotik hanya diberikan jika terjadi suatu infeksi bakteri.