Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PADA An.

M DENGAN INFEKSI

SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI RUANG POLI ANAK

RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL MAKASSAR

OLEH
NAMA : KARTINA, S.Kep
NIM : 21607111

CI LAHAN I CI LAHAN II

CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIK MAKASSAR
2017
TINJAUAN PUSTAKA

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

I. KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Kejang demam (kejang tonik-klonik demam) adalah bangkitan kejang

yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu mencapai >38oC). Kejang

demam dapat terjadi karena proses intrakranial maupun ekstrakranial.

Kejang demam terjadi pada 2-4 % populasi anak berumur 6 bulan s/d 5

tahun. Paling sering terjadi pada anak usia 17-23 bulan. (Kusuma, 2015).
Kejang demam adalah suatu manifestasi klinik dari lepas muatan listrik

berlebihan dari sel-sel neuron otak yang terganggu fungsinya, gangguan

tersebut dapat disebabkan oleh kelainan fisiologis, anatomis, biokimia atau

gabungan dari ketiga kelainan tersebut. (UKK Neurologi IDAI, 2011).


Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau

anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini

dapat terjadi pada 2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini

terjadi pada usia 6 bulan 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama

kalinya pada usia > 3 tahun. (Nurul Itqiyah, 2008).


B. ETIOLOGI
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari

suatu populasi neuron yang sangat mudah terpicu sehingga mengganggu

fungsi normal otak dan juga dapat terjadi karena keseimbangan asam basa

atau elektrolit yang terganggu. Kejang itu sendiri dapat juga menjadi

manifestasi dari suatu penyakit mendasar yang membahayakan.


Kejang demam disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara cepat

yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Umumnya berlangsung

singkat dan mungkin terdapat predisposisi familial. Dan beberapa kejadian


kejang dapat berlanjut melewati anak-anak dan mungkin dapat mengalami

kejang non demam pada kehidupan selanjutnya.

Beberapa faktor risiko berulangnya kejang, antara lain :

1. Riwayat kejang dalam keluarga


2. Usia kurang dari 18 bulan
3. Tingginya suhu badan sebelum kejang makin tinggi suhu sebelum

kejang demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan

berulang
4. Lamanya demam sebelum kejang semakin pendek jarak antara

mulainya demam dengan kejang, maka semakin besar risiko kejang

demam berulang.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap,

elektrolit dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak

menunjukkan kelainan yang berarti.


2. Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan

atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal pungsi

pada pasien dengan kejang demam meliputi :


a. Bayi >12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala

meningitis sering tidak jelas


b. Bayi antara 12 bulan -1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal

pungsi kecuali pasti bukan meningitis.


3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
4. Pemeriksaan foto kepala, CT scan atau MRI direkomendasikan untuk

kasus kejang fokal untuk mencari lesi organik di otak.


D. KOMPLIKASI
1. Kejang berulang
2. Epilepsi
3. Hemiparese
4. Gangguan mental dan belajar
5. PENATALAKSANAAN
a. Keperawatan
1) Memonitor demam
2) Menurunkan demam : kompres hangat
3) Segera memberikan oksigen bila terjadi kejang
4) Mengelola antipiretik, antikonvulsan
5) Suctioning
b. Medik
1) Pengobatan saat terjadi kejang
a) Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif

dalam menghentikan kejang. Dosis pemberian :


- 5 mg untuk anak <3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak >3

tahun,
- atau 5 mg untuk BB<10 kg dan 10 mg untuk anak dengan

BB>10 kg,
- 0,5-0,7 mg/kgBB/kali
b) Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar

0,2-0,5 mg/kgBB. Pemberian secara perlahan-lahan dengan

kecepatan 0,5-1 mg per menit untuk menghindari depresi

pernafasan. Bila kejang berhenti sebelum obat habis, hentikan

penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5

menit bila anak masih kejang. Diazepam tidak dianjurkan

diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan baik.


c) Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15

mg/kgBB perlahan-lahan. Kejang yang berlanjut dapat diberikan

pentobarbital 50 mg IM dan pasang ventilator bila perlu.


2) Setelah kejang berhenti
Bila kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup

dianjurkan dengan pengobatan intermitten yang diberikan pada anak

demam untuk mencegah terjadinya kejang demam. Obat yang

diberikan berupa :
a) Antipiretik
- Paracetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali diberikan

4 kali atau tipe 6 jam. Berikan dosis rendah dan

pertimbangkan efek samping berupa hiperhidrosis


- Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali
b) Antikonvulsan
- Berikan diazepam oral dosis 0,3-0,5 mg/kgBB setiap 8 jam

pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang, atau


- Dizepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali sehari.
3) Bila kejang berulang
Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam

valprovat dengan dosis asam valprovat 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-

3 dosis, sedangkan fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2

dosis.

Indikasi untuk diberikan pengobatan rumatan, antara lain :

a) Kejang lama >15 menit


b) Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau

sesudah kejang, misalnya hemiparese, cerebral palsy, hidrocefalus


c) Kejang fokal
d) Bila ada keluarga sekandung yang mengalami epilepsi

Di samping itu, terapi rumatan dapat dipertimbangkan untuk :

a) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam


b) Kejang demam terjadi pada bayi <12 bulan
II. KONSEP TUMBUH KEMBANG PADA ANAK
A. DEFENISI ANAK
Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber

daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita cita perjuangan

bangsa yang memiliki perang strategis dan mempunyai ciri dan sifat
khusus memerlukan pembinaan perlindungan dalam rangka menjamin

pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental,sosial secara utuh,

serasi,selaras dan seimbang. (Sutirna, 2013).


Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum

mengalami masa puberitas. (wahyudin, 2011).


B. PERKEMBANGAN

Perkembangan merupakan sebagai suatu urutan-urutan perubahan

yang bersifat sistematis, dalam arti saling kebergantungan atau saling

mempengaruhi antaraspek-aspek fisik dan psikis merupakan satu

kesatuan yang harmonis. (Sutirna, 2013).

Pada umur 1-3 tahun menunjukkan sifat ke-AKU-annya. Sikapnya

sangat narsistik dan egoistic. Ia pun mulai belajar kenal tubuhnya sendiri

dan mendapatkan kepuasan dari pengalaman. Anak mula-mula hanya

mengeluarkan bahasa suara yang tidak ada artinya, hanya untuk

merasakan kenikmatan dari sekitar bibir dan mulutnya. Pada fase ini

hubungan interpersonal anak masih sangat terbatas. Ia melihat benda-

benda hanya untuk kebutuhan dan kesenangan dirinya. Pada umur ini

seorang anak masi bermain sendiri, ia belum bias berbagi atau main

bersama dengan anak lain. Sifatnya sangat egosentrik dan sadistik.

(Sutirna, 2013).

C. PERTUMBUHAN
Pertumbuhan merupakan sebagai perubahan secara fisiologis

sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang

berlangsung secara normal pada diri individu yang sehat dalam fase-fase
tertentu. Hasil dari pertumbuhan ini berupa bertambah panjang tulang-

tulang terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi dan berat badan

serta semakin bertambah sempurnanya susunan tulang dan jaringan

syaraf. (Sutirna, 2013).


Perkembangan fisik pada anak, Menurut sutina, (2013)

Perkembangan anak

Fisik
Usia
Laki-laki Perempuan

TB BB TB BB Motorik Kognitif

(cm) (Kg) (cm) (Kg)

0-3 Menggerakan beberapa Mulai mengenal suara,


bagian tubuh seperti bentuk benda dan warna
bulan 45-65 3-5 45-60 3-5 tangan , kepala, dan
mulai belajar
memeringkan tubuh

6-9 Dapat menegakan Mengoceh, sudah


bulan kepala, belajar mengenal, mempunyai
65-70 7-9 64-70 7-9 tengkurap sampai ketertarikan terhadap jenis
dengan duduk (pada jenis benda, dan mulai
usia 8-9 bulan), dan muncul rasa ingin tahu
memainkan ibu jari kaki

12-18 Belajar berjalan dan Mulai belajar berbicara,


bulan berlari, mulai bermain, mempunyai ketertarikan
75-81 10-11 74-80 10-11 dan koordinasi mata terhadap jenis-jenis benda
semakin baik. dan mulai muncul rasa
ingin tahu

2-3 Sudah pandai berlari, Keterampilan tangan


tahun berolahraga, dan dapat mulai membaik pada usia
87-96 12-15 86-95 12-15 meloncat 3 tahun belajar
menggunting kertas,
belajar menyanyi dan
membuat coretan
sederhana

4-5 Dapat berdiri pada satu Mulai belajar membaca,


kaki, mulai dapat berhitung, menggambar,
tahun 100- 16-22 100- 16-21 menari, melakukan mewarnai dan merangkai
120 120 gerakan olah tubuh, dan kalimat dengan baik
keseimbangan tubuh

III. KONSEP KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Identitas : umur, alamat
2. Riwayat kesehatan :
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian) :

demam, irritabel, menggigil, kejang)


b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita klien

saat masuk rumah sakit) : kapan mulai panas ?


c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau

penyakit lain yang pernah diderita oleh klien) : pernah kejang

dengan atau tanpa demam ?


d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau

penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang

lain baik bersifat genetik atau tidak) : orang tua, saudara kandung

pernah kejang ?
e. Riwayat tumbuh kembang : adakah keterlambatan tumbuh

kembang ?
f. Riwayat imunisasi
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan,

panjang banda dan usia).


b. Pemeriksaan persistem
1) Sistem persepsi sensori :
a) Penglihatan : air mata ada / tidak, cekung / normal
b) Pengecapan : rasa haus meningkat / tidak, lidah lembab /

kering
2) Sistem persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing
3) sistem pernafasan : dispnea, kusmaul, sianosis dan cuping

hidung
4) Sistem kardiovaskuler : takikardia, nadi lemah dan cepat / tak

teraba, kapilary refill lambat, akral hangat / dingin, sianosis

perifer
5) Sistem gastrointestinal :
a) Mulut : membran mukosa lembab / kering
b) Perut : turgor, kembung / meteorismus, distensi
c) Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume,

bau, konsistensi, darah dan melena


6) Sistem integumen : kulit kering / lembab
7) Sistem perkemihan : BAK 6 jam terakhir, oliguria / anuria
4. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : sanitasi ?
b. Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual dan muntah
c. Pola eliminasi
1) BAB : frekuensi, warna (merah, hitam), konsistensi, bau dan

darah
2) BAK : frekuensi, warna, BAK 6 jam terakhir, oliguria dan

anuria.
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perceptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
j. Pola seksual dan reproduksi
k. Pola percaya diri dan konsep diri
B. DIAGNOSA
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
2. Defisiensi pengetahuan (orangtua) berhubungan dengan keterbatasan

kognitif
3. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan

gangguan aliran darah ke otak akibat kerusakan sel neuron otak


4. Risiko cedera berhubungan dengan ketidakefektifan orientasi, kejang
5. Risiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
C. INTERVENSI

No Diagnosa NOC NIC


1 Hipertermia Thermoregulation Temperature regulation
Kriteria hasil : a. Monitor suhu minimal
berhubungan
a. Suhu tubuh dalam
dengan proses tiap 2 jam
rentang normal b. Rencanakan monitoring
infeksi
b. Nadi dan RR dalam
suhu secara kontinyu
rentang normal c. Monitor TD, nadi dan
c. Tidak ada perubahan
RR
warna kulit dan tidak d. Monitor warna dan suhu

ada pusing kulit


1.

2 Defisiensi - Knowledge : Disease Teaching : Disease Process


a. Kaji pemahaman
process
pengetahuan
- Knowledge : health orangtua mengenai
(orangtua) behavior kejang demam
Kriteria hasil : b. Jelaskan patofisiologi
berhubungan a. Orangtua menyatakan
dari penyakit dan
pemahaman tentang
dengan bagaimana hal ini
penyakit dan kondisi
berhubungan dengan
keterbatasan
anaknya
anatomi dan fisiologi
b. Orangtua mampu
kognitif
dengan cara yang tepat
melaksanakan prosedur
c. Gambarkan tanda dan
yang dijelaskan secara
gejala yang biasa muncul
benar
pada penyakit dengan
c. Orangtua mampu
cara yang tepat
menjelaskan kembali
d. Sediakan informasi pada
apa yang dijelaskan
orangtua tentang kondisi
perawat
anaknya dengan cara
yang tepat

3 Risiko - Circulation status Peripheral Sensation


- Tissue Prefusion :
Management
ketidakefektifan
cerebral (Manajemen sensasi
perfusi jaringan Kriteria hasil : perifer)
a. Monitor adanya daerah
a. mendemonstrasikan
otak
tertentu yang hanya peka
status sirkulasi yang
berhubungan terhadap
ditandai dengan :
1) Tekanan sistol dan panas/dingin/tajam/tump
dengan
diastol dalam ul
gangguan aliran b. Monitor adanya paretese
rentang yang
c. Instruksikan orang tua
darah ke otak diharapkan
untuk mengobservasi
2) Tidak ada tanda
akibat kerusakan kulit jika ada lesi atau
peningkatan
laserasi
sel neuron otak tekanan intrakranial
d. Batasi gerakan pada
(tidak lebih dari 15 kepala, leher dan
mmHg) punggung
b. Mendemontrasikan e. Monitor kemampuan
kemampuan kognitif BAB
yang ditandai dengan :
berkomunikasi dengan
jelas dan sesuai dengan
kemampuan
c. Menunjukkan fungsi
sensori motori cranil
yang utuh : tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-
gerakan involunter.
4 Risiko cedera Risk Control Environment Management
Kriteria hasil : (Manajemen lingkungan)
berhubungan
a. Sediakan lingkungan
a. Klien terbebas dari
dengan yang aman untuk klien
cedera
b. Sediakan tempat tidur
b. Klien mampu
ketidakefektifan
yang nyaman dan bersih
menjelaskan
c. Anjurkan orang tua
orientasi, kejang
cara/metode untuk
untuk menemani
mencegah
anaknya
injury/cedera d. Kontrol lingkungan dari
c. Menggunakan fasilitas
kebisingan
kesehatan yang ada
5 Resiko aspirasi - Respiratory status : Aspiration precaution
a. Monitor tingkat
ventilation
berhubungan
- Aspiration control kesadaran dan refleks
- Swallowing status
dengan batuk
Kriteria hasil : b. Monitor status paru
penurunan
a. Klien dapat bernafas pelihara jalan nafas
c. Haluskan obat sebelum
tingkat dengan mudah, tidak
pemberian
irama, frekuensi
kesadaran d. Lakukan suction jika
pernafasan normal
perlu
b.Jalan nafas paten, mudah
bernafas, tidak merasa
tercekik dan tidak ada
suara nafas abnormal.
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis


Medis dan NANDA NIC NOC. Penerbit : Mediaction.
Price, Sylvia, Wilson, Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2006. Konsesus Penatalaksanaan Kejang Demam.
Sutirna. 2013. Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik.yogyakarta:
penerbit andi.
Wahyudin, Uyu dan Mubiar Agustin. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini.
Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai