Anda di halaman 1dari 12

TUGAS STUDY KASUS

BUDAYA PANTANGAN MAKANAN PADA IBU MENYUSUI TERHADAP


KEJADIAN STUNTING

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2

Mulkina Wati 095 STYC21 M.Restu Halipatullah 083 STYC21

Indah Miratul Hayati 069 STYC21 Krisna Thiess Nadi 075 STYC21

Lalu Muh. Arif Wirian H 077 STYC21 Mustika Wati Maulida 097 STYC21

Muhammad Yusron 094 STYC21 Lina Atika Maysarani 078 STYC21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN JENJANG S1 KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR
Konsep berubah merupakan cara atau langkah untuk membuat individuberubah menuju
ke kehidupan yang lebih baik. Tugas study kasus berjudul “Budaya Pantangan Makanan Pada
Ibu Menyusui Terhadap Kejadian Stunting” ini disusun agar dapat membantu dan
mempermudah dalam memahami konsep perubahan dalam keperawatan.

Dalam penyusunan tugas study kasus ini,banyak terdapat kekurangan untuk itu penulis
berharap agar pembaca dapat memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan makalah ini.
Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Penyusun,

04 November 2023
BUDAYA PANTANGAN MAKANAN PADA IBU MENYUSUI TERHADAP
KEJADIAN STUNTING

1. Latar Belakang
Anak adalah potensi masa depan bangsa, oleh karena itu sudah selayaknya setiap
masyarakat ikut berperan serta dalam menjaga keoptimalan proses pertumbuhan dan
perkembangan anak baik dalam keadaan sehat maupun selama sakit. Anak merupakan
individu yang unik dan bukan merupakan miniatur orang dewasa, yang dalam proses
tumbuh kembangnya sangat dipengaruhi oleh aspek fisik, psikologis, lingkungan
social dan spiritual (1). Keberhasilan proses pertumbuhan dan perkembangan
dipengaruhi oleh banyak factor salah satunya adalah faktor gizi (1). Banyak hal yang
dapat terjadi ketika anak mengalami masalah gizi, diantaranya adalah stunting (1).
Permasalahan stunting di Indonesia menurut laporan yang dikeluarkan oleh
UNICEF yaitu diperkirakan sebanyak 7,8 juta anak mengalami stunting, sehingga
UNICEF memposisikan Indonesia masuk kedalam 5 besar negara dengan jumlah anak
yang mengalami stunting tinggi. Berdasarkan data Riskesdas (2018), proporsi status
gizi balita pendek dan sangat pendek adalah 30,8% (2). Menurut data pada buku
ringkasan stunting, prevalensi stunting tahun 2013 pada balita mencapai 27,28%
dengan jumlah balita sebesar 57.372 jiwa (2).
Banyak faktor yang memengaruhi status gizi anak, baik faktor langsung maupun
faktor tidak langsung. Budaya merupakan salah satu faktor tidak langsung yang
memengaruhi status gizi anak (3). Budaya merupakan salah satu faktor yang
memengaruhi sikap ibu di dalam menjalani masa kehamilannya, menjalani proses
persalinan, serta dalam pengasuhan balita (3).
Pada konteks global, tabu makanan pada perempuan telah berlangsung sejak lama
dan dengan alasan yang bervariasi. Nurti (2017: 1) menguraikan bagaimana
masyarakat Papago melarang perempuan yang baru melahirkan makan garam dan
gula sampai tali pusar bayi lepas (Gonzalez, 1972), dan melarang konsumsi binatang
yang dianggap menjijikkan untuk melindungi bayi dari pertumbuhan fisik yang buruk
(Hughes, 1963) (4). Tabu makanan seperti ini sebenarnya merugikan perempuan dan
anaknya karena membuang kesempatan mereka untuk mendapatkan zat-zat gizi yang
dibutuhkan, khususnya pada masa-masa kritis (4). Perempuan berusia produktif juga
dilarang memasukkan telur dalam menunya untuk menghindari sterilitas dan
komplikasi kelahiran (HEW, 1973); ibu menyusui dilarang minum susu, dan
perempuan Burma harus mengurangi makan daging dan ungags selama masa
kehamilan (Mead, 1955) (4).
2. Kelompok Sasaran
Sasaran utama kasus untuk pembelajaran tingkat S1
3. Mata Kuliah yang Relevan dengan Kasus
 Gizi dan Kesehatan Anak : Mata kuliah ini akan memberikan pemahaman tentang
kebutuhan gizi anak selama pertumbuhan dan perkembangannya. Mahasiswa akan
mempelajari konsep gizi, jenis-jenis gizi, dan dampak kekurangan gizi pada
pertumbuhan anak.
 Gizi Ibu Menyusui : Mata kuliah ini akan membahas pentingnya gizi ibu menyusui
untuk perkembangan anak. Mahasiswa akan memahami makanan yang dianjurkan
dan pantangan selama masa menyusui.
 Antropologi Budaya dan Kesehatan : Mata kuliah ini akan membantu mahasiswa
memahami hubungan antara budaya, tradisi, dan kebiasaan makan dengan
kesehatan. Mahasiswa akan belajar tentang bagaimana budaya dan pandangan
masyarakat tentang makanan dapat mempengaruhi pola makan ibu menyusui dan
pertumbuhan anak.
 Gizi dan Gizi Masyarakat : Ini adalah mata kuliah yang mempertimbangkan aspek
sosial, ekonomi, dan budaya dalam isu-isu gizi. Mahasiswa akan memahami
bagaimana faktor-faktor sosial dan budaya dapat memengaruhi pilihan makanan
dan kesehatan gizi.
 Kesehatan Masyarakat : Mata kuliah ini akan membantu mahasiswa memahami
aspek-aspek kesehatan masyarakat, termasuk epidemiologi dan promosi kesehatan.
Mahasiswa akan belajar bagaimana stunting dipengaruhi oleh faktor-faktor
masyarakat dan bagaimana mengatasi masalah ini dalam konteks budaya tertentu.
 Kebijakan Gizi dan Gizi Masyarakat : Mata kuliah ini akan membahas peran
pemerintah dan kebijakan dalam meningkatkan gizi masyarakat, termasuk upaya
untuk mengatasi stunting. Mahasiswa akan memahami bagaimana kebijakan
makanan dan gizi dapat berdampak pada perilaku makan dalam masyarakat.
 Ilmu Sosial dan Kesehatan : Mata kuliah ini akan membantu mahasiswa
memahami hubungan antara ilmu sosial, budaya, dan kesehatan. mahasiswa akan
belajar cara melakukan penelitian kualitatif untuk menggali lebih dalam masalah
budaya dan makanan dalam konteks kesehatan anak.
4. Tujuan Pembelajaran dan Isu Kunci
Tujuan Pembelajaran :
 Memahami Budaya dan Tradisi Makanan: Tujuan ini adalah untuk memahami
budaya, nilai-nilai, dan tradisi makanan dalam masyarakat tertentu yang dapat
memengaruhi pola makan ibu menyusui.
 Mengidentifikasi Pantangan Makanan: Tujuan ini adalah untuk mengidentifikasi
jenis-jenis makanan yang dihindari atau dianjurkan oleh budaya dan tradisi tertentu
pada ibu menyusui.
 Menilai Dampak Pantangan Makanan: Tujuan ini adalah untuk menganalisis
dampak pantangan makanan pada gizi ibu menyusui dan pertumbuhan anak,
khususnya dalam konteks stunting.
 Mengidentifikasi Solusi dan Intervensi: Tujuan ini adalah untuk mengembangkan
pemahaman tentang strategi dan intervensi yang dapat diimplementasikan untuk
mengurangi dampak budaya pantangan makanan pada ibu menyusui terhadap
stunting anak.
 Mempromosikan Pendidikan Gizi: Tujuan ini adalah untuk memahami pentingnya
pendidikan gizi dalam budaya tertentu dan bagaimana pendidikan ini dapat
membantu mengubah pola makan dan perilaku ibu menyusui.
 Mengembangkan Rencana Aksi: Tujuan ini adalah untuk merencanakan tindakan
konkret dalam rangka mengatasi masalah budaya pantangan makanan dan stunting,
termasuk melibatkan komunitas dan lembaga terkait.
 Mendorong Kesadaran Budaya dan Sosial: Tujuan ini adalah untuk
mempromosikan kesadaran akan keragaman budaya dan dampaknya pada
kesehatan, serta mendorong dialog dan penghargaan antarbudaya.

Isu Kunci :
 Budaya dan Tradisi Makanan: Budaya dan tradisi makanan dalam masyarakat
tertentu dapat melibatkan pantangan makanan yang memengaruhi pola makan ibu
menyusui. Isu ini melibatkan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai budaya dan
keyakinan yang mendasari pantangan makanan ini.
 Keterbatasan Gizi: Pantangan makanan tertentu mungkin menyebabkan
keterbatasan gizi dalam pola makan ibu menyusui, yang pada gilirannya dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
 Kebijakan dan Peraturan: Keberadaan kebijakan atau peraturan yang mengatur
makanan dan gizi dalam masyarakat dapat memengaruhi pola makan ibu menyusui
dan anak-anak. Isu kebijakan ini termasuk dalam perumusan kebijakan yang
mempertimbangkan budaya dan tradisi masyarakat.
 Keterlibatan Komunitas: Keterlibatan dan partisipasi komunitas dalam mengatasi
masalah ini adalah kunci. Isu ini mencakup bagaimana mengajak masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perubahan perilaku makan, serta pendekatan yang
mempertimbangkan pandangan dan kepentingan komunitas.
 Pendidikan Gizi: Kurangnya pendidikan gizi dan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya gizi dapat menjadi isu yang signifikan dalam kasus ini. Diperlukan
upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang dampak pantangan
makanan pada gizi dan stunting.
 Kesetaraan Gender: Faktor-faktor sosial seperti kesetaraan gender juga dapat
memengaruhi masalah ini. Isu-isu kesetaraan gender dalam hal akses dan kontrol
terhadap makanan dan keputusan gizi harus diperhatikan.
 Keadilan dan Kesejahteraan: Pemberian makanan yang memadai kepada ibu
menyusui dan anak adalah isu kunci. Keadilan dalam akses terhadap gizi yang baik
harus dijaga, dan kesejahteraan anak harus menjadi prioritas.
 Pembangunan Masyarakat: Isu-isu pembangunan masyarakat, seperti akses ke
layanan kesehatan, sanitasi, dan kebijakan gizi yang efektif, juga harus
diperhitungkan dalam upaya mengatasi stunting.
 Pemantauan dan Evaluasi: Pemantauan dan evaluasi yang baik diperlukan untuk
mengukur dampak dari intervensi yang dijalankan dan membuat perubahan sesuai
kebutuhan.
 Pendekatan Budaya-Sensitif: Pendekatan yang memahami budaya dan tradisi
masyarakat adalah kunci dalam menangani isu ini. Ini mencakup berkomunikasi
dengan bijaksana dan menghormati nilai-nilai lokal.
5. Strategi Pengajaran
 Pengenalan Budaya dan Tradisi: Mulailah dengan pengenalan budaya dan tradisi
makanan dalam masyarakat tertentu. Ajarkan mahasiswa tentang pentingnya
memahami bagaimana budaya memengaruhi pola makan ibu menyusui.
 Pendekatan Interdisipliner: Buatlah program perkuliahan yang melibatkan berbagai
disiplin ilmu, termasuk gizi, antropologi, ilmu sosial, dan kesehatan masyarakat.
Hal ini akan membantu mahasiswa mendapatkan pemahaman yang komprehensif
tentang isu tersebut.
 Kasus Studi: Gunakan studi kasus nyata atau simulasi untuk membantu mahasiswa
menganalisis dampak budaya pantangan makanan pada ibu menyusui terhadap
stunting anak. Ini dapat membantu mahasiswa mengaitkan teori dengan situasi
praktis.
 Diskusi Kelompok: Fasilitasi diskusi kelompok di kelas untuk memungkinkan
mahasiswa berbagi pandangan mereka tentang isu ini. Diskusi ini dapat
memunculkan berbagai perspektif budaya dan sosial.
 Penelitian Lapangan: Berikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan
penelitian lapangan di komunitas yang terkena dampak masalah ini. Mereka dapat
berinteraksi dengan ibu menyusui, anak-anak, dan anggota masyarakat lainnya
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam.
 Pendidikan Gizi: Sertakan pelajaran tentang gizi ibu menyusui dan kebutuhan gizi
anak-anak dalam kurikulum. Ajarkan mahasiswa bagaimana pantangan makanan
dapat mengganggu asupan gizi yang tepat.
 Kebijakan Gizi: Diskusikan peran kebijakan pemerintah dalam mengatasi isu-isu
gizi, dan bagaimana kebijakan tersebut dapat mempertimbangkan budaya
masyarakat.
 Penciptaan Rencana Aksi: Berikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
merancang rencana tindakan yang dapat membantu mengatasi masalah budaya
pantangan makanan dan stunting. Ini dapat mencakup pendekatan seperti
penyuluhan, kampanye pendidikan, atau pengembangan program gizi.
 Evaluasi dan Pemantauan: Berikan pemahaman tentang pentingnya pemantauan
dan evaluasi terhadap efektivitas intervensi. Ajarkan mahasiswa cara mengukur
dampak perubahan dalam komunitas.
 Etika dan Budaya: Diskusikan isu-etika yang mungkin muncul dalam upaya
mengubah pola makan yang berasal dari budaya. Fokuskan pada pendekatan yang
menghormati dan menghargai budaya lokal.
6. Teori yang Berkaitan dengan Studi Kasus
1) Teori Sistem Keluarga Neuman: Teori ini mempertimbangkan keluarga sebagai
sistem yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam konteks ini, perawat dapat
memahami bagaimana budaya dan tradisi keluarga memengaruhi pola makan ibu
menyusui dan anak, serta dampaknya pada stunting. Perawat dapat membantu
dalam merancang intervensi yang mempertimbangkan budaya dan melibatkan
keluarga.
2) Teori Kepuasan Kebutuhan Dasar Virginia Henderson: Teori ini menekankan
pentingnya memenuhi kebutuhan dasar pasien, termasuk kebutuhan gizi. Perawat
dapat membantu ibu menyusui dalam memahami pentingnya makanan yang
seimbang dan memberikan dukungan dalam mengatasi pantangan makanan yang
dapat mengganggu gizi dasar.
3) Teori Sosial-Kognitif Albert Bandura: Teori ini berfokus pada pembelajaran sosial
dan bagaimana individu memperoleh pengetahuan melalui observasi,
pembelajaran, dan permodelan. Perawat dapat menggunakan teori ini untuk
membantu ibu menyusui dalam memahami dampak budaya pada pola makan dan
bagaimana mereka dapat memodifikasi perilaku makan mereka.
4) Teori Transkultural Madeleine Leininger: Teori ini menekankan pentingnya
pemahaman dan penghargaan terhadap budaya dalam pelayanan kesehatan.
Perawat dapat menerapkan pendekatan transkultural dalam merancang intervensi
yang mempertimbangkan budaya dan tradisi makanan dalam masyarakat tertentu.
5) Teori Penyesuaian Dorothea Orem: Teori ini memfokuskan pada upaya individu
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan mereka. Perawat dapat membantu ibu
menyusui dalam mengidentifikasi hambatan budaya yang mungkin menghambat
mereka dari memenuhi kebutuhan gizi mereka dan anak-anak mereka.
7. Pertanyaan Diskusi
1) Bagaimana budaya dan tradisi makanan dalam masyarakat tertentu dapat
memengaruhi pola makan ibu menyusui? Apa saja contoh konkret dari pantangan
makanan yang ditemukan dalam budaya-budaya tertentu?
2) Apa dampak pantangan makanan pada ibu menyusui terhadap gizi dan
pertumbuhan anak? Bagaimana pantangan makanan ini dapat menyebabkan
stunting?
3) Bagaimana kebijakan dan peraturan pemerintah dapat memengaruhi pola makan
ibu menyusui dan anak-anak dalam konteks budaya? Bagaimana kebijakan gizi
dapat mempertimbangkan budaya masyarakat?
4) Mengapa penting untuk melibatkan komunitas dalam mengatasi masalah ini?
Bagaimana dapat memulai dialog dengan masyarakat untuk memahami perspektif
budaya mereka?
5) Bagaimana pendidikan gizi dapat memengaruhi pengetahuan dan perilaku
masyarakat terkait dengan makanan dan gizi? Bagaimana pendidikan gizi dapat
disesuaikan dengan budaya lokal?
6) Apa peran kesetaraan gender dalam isu-isu gizi dan pantangan makanan?
Bagaimana kesetaraan gender dapat memengaruhi asupan gizi ibu menyusui dan
anak-anak?
7) Bagaimana memastikan keadilan dalam akses terhadap makanan yang baik dalam
konteks budaya tertentu? Bagaimana mencegah ketidaksetaraan dalam akses gizi?
8) Bagaimana perawat dan tenaga kesehatan lainnya dapat memahami dan
menghormati budaya dalam memberikan perawatan kepada ibu menyusui dan
anak-anak? Apa tantangan yang mungkin dihadapi?
9) Bagaimana perawat dapat membantu ibu menyusui dalam merancang rencana
tindakan yang mengatasi pantangan makanan dan mendorong pola makan yang
lebih seimbang?
10) Bagaimana pentingnya pemantauan dan evaluasi dalam mengukur dampak dari
intervensi yang dijalankan? Bagaimana mengukur perubahan dalam kejadian
stunting dan asupan gizi?
11) Bagaimana etika memainkan peran dalam upaya mengubah pola makan yang
berasal dari budaya? Bagaimana memastikan bahwa pendekatan yang diambil
menghormati dan menghargai budaya lokal?
12) Bagaimana menerapkan teori keperawatan yang relevan dalam merawat ibu
menyusui dan anak-anak dalam kasus ini? Bagaimana teori-teori tersebut dapat
membantu dalam merancang perawatan yang efektif?
8. Cara Penyelesaian
1) Budaya dan Tradisi Makanan: Budaya dan tradisi makanan mencerminkan nilai-
nilai dan kepercayaan masyarakat. Pantangan makanan dapat menjadi bagian
penting dari identitas budaya dan tradisi yang diwariskan. Sebagai contoh, dalam
budaya tertentu, seperti masyarakat Hindu di India, daging sapi dihindari karena
sapi dianggap suci. Ini dapat berdampak pada pilihan makanan ibu menyusui dan
menyebabkan kekurangan protein yang berdampak pada pertumbuhan anak.
2) Dampak Pantangan Makanan pada Gizi dan Pertumbuhan: Pantangan makanan
yang tidak seimbang atau mengandung larangan makanan tertentu dapat
menyebabkan ketidakseimbangan gizi dan kekurangan zat gizi penting. Dalam
beberapa kasus, pantangan makanan ini dapat mengakibatkan kekurangan protein,
zat besi, kalsium, dan vitamin, yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak. Akibatnya, anak-anak dapat mengalami stunting, yaitu
pertumbuhan tubuh yang terhambat.
3) Kebijakan dan Peraturan: Kebijakan pemerintah yang mengatur aspek-aspek
seperti harga makanan, regulasi kesehatan, dan pendidikan gizi dapat
memengaruhi pola makan ibu menyusui dan keluarga. Penting untuk memastikan
bahwa kebijakan kesehatan masyarakat mempertimbangkan budaya lokal dan
memberikan panduan yang dapat diterima oleh masyarakat.
4) Keterlibatan Komunitas: Keterlibatan komunitas merupakan kunci dalam
mengatasi masalah budaya dan gizi. Komunitas lokal adalah sumber pengetahuan
dan pemahaman yang berharga tentang kebijakan makanan dan gizi yang cocok.
Melibatkan komunitas dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi dapat
memungkinkan pendekatan yang lebih efektif dan berkelanjutan.
5) Pendidikan Gizi: Pendidikan gizi dapat meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang pentingnya nutrisi dan dampak pola makan pada kesehatan anak. Melalui
pendidikan gizi, kita dapat membantu ibu menyusui untuk memahami cara
memodifikasi pola makan mereka untuk memenuhi kebutuhan gizi anak dan
mengatasi pantangan makanan.
6) Kesetaraan Gender: Kesetaraan gender dapat memengaruhi pengambilan
keputusan terkait dengan makanan dan gizi dalam keluarga. Penting untuk
memastikan bahwa ibu menyusui memiliki kendali atas pilihan makanan mereka
dan anak-anak, tanpa adanya tekanan gender atau budaya yang tidak seimbang.
7) Keadilan dan Kesejahteraan: Keadilan dalam akses terhadap makanan yang baik
adalah penting untuk memastikan kesejahteraan anak-anak. Dalam beberapa
kasus, penting untuk menyediakan akses yang setara ke makanan yang seimbang,
terutama bagi mereka yang terkena dampak pantangan makanan.
8) Pembangunan Masyarakat: Pembangunan masyarakat, termasuk akses ke layanan
kesehatan dan sanitasi yang baik, merupakan faktor penting dalam mengatasi
masalah gizi dan stunting. Kesehatan ibu menyusui, akses ke layanan antenatal
dan pascalahir, serta sanitasi yang baik, semuanya berkontribusi pada
pertumbuhan anak.
9) Pendekatan Budaya-Sensitif: Pendekatan yang menghormati budaya lokal
memainkan peran penting dalam perancangan intervensi yang sukses. Ini
termasuk berkomunikasi dengan bijaksana dan menghargai tradisi lokal, dan
mungkin mencari alternatif makanan yang sesuai dengan budaya.
10) Pemantauan dan Evaluasi: Pemantauan dan evaluasi yang baik adalah penting
untuk mengukur efektivitas intervensi. Data pemantauan memungkinkan kita
untuk melacak kemajuan, mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan, dan
mengukur dampak perubahan dalam kejadian stunting.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ikha Ardianti. BUDAYA YANG DIMILIKI IBU SAAT HAMIL, MENYUSUI DAN
MERAWAT BALITA STUNTING. J Ilmu Kesehat MAKIA. 2020;(July):1–23.

2. Penulis K, Dewa I, Supariasa N, Purwaningsih H, Kementrian P, Malang K, et al.


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Balita Di Kabupaten
Malang [Internet]. 2019. Available from: http://ejurnal.malangkab.go.id/index.php/kr.
2019;1(2):55–64. Available from: http://ejurnal.malangkab.go.id/index.php/kr

3. Illahi RK, Muniroh L. Gambaran Sosio Budaya Gizi Etnik Madura Dan Kejadian
Stunting Balita Usia 24–59 Bulan Di Bangkalan. Media Gizi Indones. 2018;11(2):135.

4. Intan T. Fenomena Tabu Makanan Pada Perempuan Indonesia Dalam Perspektif


Antropologi Feminis. PALASTREN J Stud Gend. 2018;11(2):233.

Anda mungkin juga menyukai