Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MATA KULIAH HUMANIORA DALAM KEBIDANAN

“PENGARUH BUDAYA PANTANG MAKAN TERHADAP GIZI IBU HAMIL


DAN IBU NIFAS DI INDONESIA”

DISUSUN OLEH :
FITRIYANI
NIM : 21041055

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN REGULER TRANSFER INSTITUT


TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakekatnya, untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat perlu adanya
peningkatan kualitas manusia. Gizi yang baik merupakan salah satu faktor
yang diperlukan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas. Upaya
peningkatan SDM seharusnya dimulai sedini mungkin sejak janin dalam
kandungan. Bila keadaan kesehatan dan status ibu hamil baik, maka besar
peluang janin yang dikandungnya akan baik dan keselamatan ibu sewaktu
melahirkan akan terjamin. Namun, pengaruh budaya seringkali
mempengaruhi pemenuhan gizi ibu hamil dan ibu nifas sehingga kesehatan
anak saat lahir dan saat mengalami pertumbuhan serta perkembangan juga
terpengaruh. Contohnya adalah budaya pantang makan yang sampai saat ini
masih diterapkan oleh sebagian besar kalangan masyarakat indonesia.

B. Tujuan
Untuk mengidentifikasi peran bidan dalam pantang makan terhadap gizi ibu
hamil dan ibu nifas di indonesia.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Isi Artikel
(https://www.kompasiana.com/anidaislah/6193a958c26b7746ee25d302/
pengaruh-budaya-pantang-makan-terhadap-gizi-ibu-hamil-dan-ibu-nifas-di-
indonesia)
Berkaitan dengan larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu,
karena terdapat ancaman bahaya terhadap orang yang melanggarnya. Dalam
ancaman bahaya ini terdapat kesan magis, yaitu adanya kekuatan superpower
yang berbau mistik dan akan menghukum orang-orang yang melanggar
pantangan tersebut, tetapi pada kenyataannya hukuman ini tidak selalu terjadi.
Pantangan makanan merupakan sesuatu yang diwariskan dari leluhur melalui
orang tua, terus ke generasi di bawahnya, hal ini menyebabkan orang tidak
tahu lagi kapan suatu pantangan atau tabu makanan dimulai dan apa penyabab
dari adanya pantangan tersebut.
Budaya pantang makan ini semakin berkembang karena beberapa hal
diantaranya adalah pendidikan, pekerjaan ibu, dan pengaruh budaya.
Pendidikan merupakan jalur yang ditempuh untuk memperoleh informasi dari
berbagai sumber, informasi inilah yang akan mempengaruhi perilaku,
sehingga hal tersebut erat hubungannya dengan pengetahuan ibu. Begitu pula
dalam hal pekerjaan, seorang ibu yang hanya berada di rumah seperti ibu
rumah tangga maka kesempatan untuk berinteraksi dengan dunia luar
berkurang, hal ini membatasi paparan atau perolehan informasi ibu. Pada
penelitian yang dilakukan Hardianty dkk (2021) di wilayah puskesmas
Nosarara Kota Palu, didapatkan hasil yaitu sebagian besar (69,7%)
pendidikan ibu nifas di wilayah Puskesmas Nosarara Kota Palu adalah SMA,
sehingga sebagian bsar responden tidak berpantangan makan. Hampir
sebagian (45,5%) pekerjaan responden di Wilayah Puskesmas Nosarara Kota
Palu adalah IRT, sehingga hampir sebagian responden di Wilayah Puskesmas
Nosarara Kota Palu masih berpantangan makan.
Kebiasaan pantang makan pada ibu hamil dan ibu nifas akan berdampak
pada pemenuhan nutrisi ib, khususnya pada ibu nifas, karena berpengaruh
pada proses penyembuhan luka yang melambat dan bisa menilmbulkan
komplikasi lain seperti infeksi masa nifas. Terjadinya infeksi masa nifas yang
disebut morbiditas puerpuralis, infeksi tersebut disebabkan oleh faktor
ekstragenetal yang faktor predisposisinya antara lain kurang izi atau
malnutrisi, anemia, kelelahan, kurangnya mobilisasi dini dan proses
persalinan yang bermasalah. Kurang gizi atau kurang nutrisi yang dialami ibu
pasca persalinan di sebabkan karena budaya dan kebiasaan yang membatasi
makan atau pantang yang mengakibatkan luka tidak segera sembuh dapat
mengganggu aktivitas, misalnya ibu tidak bisa bekerja, tidak bisa merawat
bayinya, tidak bisa merawat dirinya sendiri sehingga bisa terjadi infeksi.
Infeksi ini dapat menyebabkan sub involusi, perdarahan, dan penyebaran
organ lokal maupun sistemik, selain itu akibat infeksi akan membuat ibu
stress yang berdampak pada berkurangnya produksi ASI sehingga kebutuhan
bayi tidak terpenuhi dengan baik.
Buruknya persepsi atau tanggapan ibu hamil terhadap budaya pantang
makan suatu makanan tertentu menjadi dampak buruk kepada ibu hamil,
padahal makanan tersebut mungkin mengandung gizi yang sebenarnya
dibutuhkan oleh ibu hamil. Dari beberapa wawancara yang pernah dilakukan
petugas kesehatan kepada ibu yang baru melahirkan masih ditemukan mitos
pantang makan selama hamil. Ibu hamil tersebut menyebutkan masih
mengikuti anturan pantang makan yang dianjurkan oleh orang tua. Petugas
Kesehatan banyak menyebutkan masih banyak ibu hamil yang melakukan
pantang terhadap suatu makanan dengan alasan budaya.
Masyarakat masih percaya adanya hubungan antara konsumsi makanan
tertentu dengan kesehatan ibu hamil serta bayi yang dikandungnya karena
adanya ketidaktahuan. Seperti kejadian di beberapa masyarakat yaitu ibu
hamil enggan mengonsumsi cumi-cumi dengan alasan anak tersebut akan
hitam ketika lahir. Selain cumi, makanan yang ditabukan oleh ibu hamil yaitu
tidak boleh mengkonsumsi nanas dengan dalih menurut kepercayaan mereka
bahwa nanas akan menimbulkan keguguran pada ibu hamil. Dalam sebuah
kandungan gizi bahan makanan seperti gurita yang dikatakan dalam beberapa
artikel memiliki beberapa nutrisi penting, termasuk mineral dan vitamin B-12.
Gurita secara alami sangat tinggi zat besi bahkan menyediakan semua zat besi
yang diperlukan untuk pria dan hampir setengah dari jumlah yang
direkomendasikan untuk Wanita. Vitamin ini sangat penting untuk
metabolisme, membuat sel-sel darah merah baru dan mendukung fungsi otak
sehari-hari. Akan tetapi, masyarakat masih beranggapan apabila
mengonsumsi gurita, ibu akan susah melahirkan dan bentuk bayinya menjadi
tidak bagus selain itu mereka beranggapan bahwa gurita dapat menyebabkan
pendarahan saar melahirkan bahkan sampai mengalami keguguran.
Kepercayaan dan keyakinan budaya terhadap perawatan ibu post
partum masih banyak dijumpai di lingkungan masyarakat. Mereka meyakini
budaya perawatan ibu setelah melahirkan dapat memberi dampak positif dan
menguntungkan bagi mereka. Seperti kejadian yang dialami beberapa petugas
Kesehatan yang mana ibu hamil setelah melahirkan mengungkapkan "..Waktu
saya sale, tidak boleh makan banyak".. pantangan yang dilakukan itu adalah
telur, sehingga jahitannya menyebabkan terjadi gatal-gatal dan dianggap
bahwa telur adalah penyebab gatal pada bekas jahitan setelah melahirkan.
Dari pernyataan tersebut disimpulkan masih banyak masyarakat yang
melakukan pantang makan makanan tertentu.
Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan
persalinan. Ibu hamil dan yang akan bersalin dilindungi secara adat, religi,
dan moral dengan tujuan uuntuk menjaga kesehatan ibu dan bayi. Mereka
menganggap masa tersebut adalah masa kritis karena bisa membahayakan
janin dan/atau ibunya. Masa tersebut direspon oleh masyarakat dengan
strategi-strategi, seperti dalam berbagai upacara kehamilan, anjuran, dan
larangan secara tradisional.
Masalah yang sering terjadi ketika ibu hamil yaitu membatasi macam
dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Salah satunya karena food taboo.
Makanan yang paling banyak dihindari ketika hamil adalah daging-dagingan
(ayam, babi dan daging merah), ikan, kentang, buah (jeruk, persik, nanas dan
jambu biji), kacang-kacangan, telur, butternut dan labu. Kebudayaan yang
mengharuskan menghindari makanan tertentu pada masa nifas juga
mengakibatkan kekeliruan yang terjadi di masyarakat dengan adanya
pantangan makan, contohnya tidak boleh makan daging, telur, dan ikan agar
luka jahitannya cepat sembuh, kemudian tidak boleh mengonsumsi buah-
buahan selama menyusui karena dapat mengakibatkan diare pada bayi, tidak
mengizinkan makan terlalu banyak agar ibu nifas tetap langsing. Sebagian
besar makanan tabu merupakan sumber kaya zat gizi mikro (kacang-
kacangan, telur, jeroan, buah-buahan, labu dan butternut), protein (ikan, telur,
ayam, jeroan dan kacang-kacangan) dan karbohidrat (kentang) yang
diperlukan untuk kesehatan ibu dan perkembangan bayinya.
Perilaku food taboo dapat dipengaruhi beberapa hal diantaranya
pengetahuan makanan dan pendidikan karena pengetahuan dan pendidikan
berperan penting dalam penurunan kepercayaan terhadap food taboo pada ibu
hamil. Pendidikan yang tinggi tentunya mempunyai pengetahuan yang lebih
banyak. Selain itu, lingkungan sosial budaya juga memiliki pengaruh
terhadap food taboo karena masyarakat yang saling berinteraksi satu sama
lain, saling memengaruhi dalam membentuk perilaku, kebiasaan, sikap,
kepercayaan dan nilai-nilai yang dianggap penting. Kepercayaan ini menjadi
turun temurun sehingga menyebabkan tabu.
Kemiskinan masyarakat dan kondisi keluarga juga akan berdampak pada
penurunan pengetahuan dan informasi , khususnya ibu akan mengalami risiko
kekurangan gizi, menderita anemia dan akan melahirkan bayi berat badan
lahir rendah. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil
cukup tinggi. Masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan
dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor
kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai
berbagai pantangan, hubungan sebab-akibat antara makanan dan kondisi
sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan seringkali membawa dampak positif
dan negatif.
Dalam pandangan masyarakat tentang budaya pantang makan terhadap
ibu hamil masih menjadi sebuah persepsi yang buruk. Masyarakat masih
mempercayai bahwasanya dengan mengonsumsi makanan tertentu dapat
berpengaruh buruk terhadap dirinya baik dari segi yang tak terlihat seperti
kepercayaan, sebuah karma, ataupun dari segi kesehatan dikarenakan
kurangnya informasi ataupun pengetahuan tentang fakta sebenarnya.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Peran Bidan
1. Dalam mengatasi hal tersebut yaitu menangani masalah gizi dengan
cara memberikan makanan tambahan, memantau tumbuh kembang
balita, dan melakukan penyuluhan berkaitan dengan penanganan
masalah gizi.
2. Memberikan KIE tentang segala sesuatu sudah diatuh Tuhan Yang
Maha Esa, mitos yang tidak benae ditinggalkan.
3. Pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang
negatif atau berpengaruh buruk terhadap masa kehamilan dan masa
nifas.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Status gizi ibu hamil adalah keadaan kesehatan ibu hamil yang
dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan minman pada beberapa waktu
sebelum hamil. Status gizi dapt diketahui melalui perhitungan Indeks Masa
Tubuh (IMT) dan pengukurang Lingkar Lengan Atas (LILA).

B. Saran
Harapannya dengan adanya sedikit informasi tentang budaya pantang
makan terhadap ibu hamil ini dapat mengurangi persepsi masyarakat
dikarenakan masih mengandalkan kepercayaan budaya pantang makan untuk
kesehatannya yang fakta sebenarnya berlawanan dengan fakta kesehatan yang
ada.
DAFTAR PUSTAKA

Auditna W, Budiman, Eka PHB. Persepsi ibu hamil terhadap makanan tabu di desa
Bulubete kecamatan Dolo Selatan kabupaten Sigi. Jurnal Kolaboratif Sains 2019;
2(1): 460-470.
Hardianty D, Kartika D, Mualimah M. Hubungan antara pantang makanan ibu nifas
dengan kecepatan penyembuhan luka perineum di Puskesmas Nosarara Kota Palu
tahun 2020. Jurnal Kesehatan Mahasiswa UNIK 2021; 2(2): 36-45.
Hardianty D, Kartika D, Mualimah M. Hubungan antara pantang makanan ibu nifas
dengan kecepatan penyembuhan luka perineum di Puskesmas Nosarara Kota Palu
tahun 2020. Jurnal Kesehatan Mahasiswa UNIK 2021; 2(2): 36-45.
Kristya AM, dkk. 2021. Perilaku food taboo pada ibu hamil dan faktor yang
mempengaruhinya di Puskesmas Pamarayan Kabupaten Serang, Banten. Jurnal
Ekologi Kesehatan :138-151.
Mardiyati RS, Kusmadewi ED, Bulan KH. Pengaruh kelas ibu terhadap persepsi budaya
pantang makan. Smart Medical Journal 2019; 2(1): 11-17.
Mauludiyah I. 2021. Analisa epidemiologi kesehatan reproduksi berdasarkan profil
kesehatan Kota DKI Jakarta (cakupan tablet tambah darah pada ibu hamil).
Kendedes Midwifery Journal; 3(1): 20-40.
Muhammad Z, Hamalding H, Ahmad H. Analisis kebiasaan makan pada ibu hamil
kekurangan energi kronik di wilayah kerja Puskesmas Pulubala Kabupatn
Gorontalo. Jurnal Komunitas Kesehatan Masyarakat 2019; 1(1): 48-57.

Anda mungkin juga menyukai