Anda di halaman 1dari 21

Kesehatan & Budaya

Pengaruh Budaya Terhadap Pencegahan Stunting


Melalui Pola Asuh Ibu Pada Anak

Ahmad Nafa Aminuddin (3401418078)

Sekar Arum Wardhani (3401421077)


PEMBAHASAN
1. Apa itu Stunting
2. Apa penyebab stunting
3. Kapan anak disebut stunting
4. Bagaimana cara mencegah stunting pada anak
5. Dampak stunting bagi anak
6. Hubungan antara stunting dan budaya lokal
STUNTING!
Stunting merupakan masalah kekurangan gizi yang kronis disebabkan
kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang lama, sehingga
mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yaitu tinggi badan anak
lebih rendah atau pendek dari standar usianya (Dhami et al., 2019;
Frongillo, 2019; Rahmadhita, 2020).
Pendahuluan
Stunting pada balita terjadi dimulai sejak bayi masih berada
di rahim ibu, selanjutnya gejala stunting akan mulai terlihat
jika usia balita sudah mencapai 24 bulan. Proses stunting
dapat memberikan dampak yang serius jika terjadi pada
periode golden age tumbuh kembang otak anak (0-36 bulan),
perkembangan otak akan terganggu sehingga mengakibatkan
penurunan kemampuan kreativitas dan daya produktif anak
di masa mendatang (Anugraheni, 2012).
Apa penyebab stunting

Masyarakat kurang menyadari Kesadaran masyarakat masih Orang tua


pentingnya pola rendah dalam menerapkan pola kurang memahami cara pola
makanan sehat bergizi dan hidup sehat asuh yang tepat
seimbang

Asupan nutrisi makanan yang Adanya pengaruh Masih kurangnya pengetahuan


kurang terpenuhi selama janin teknologi seperti media yang dimiliki oleh masyarakat
masih dalam kandungan maupun sosial yang terutama ibu balita tentang
setelah lahir (1.000 hari pertama mengakibatkan para ibu masalah gizi terkait dengan
kehidupan). kurang memperhatikan stunting
anak
Kapan Anak
Disebut Terkena
Stunting?
KAPAN ANAK DISEBUT TERKENA
STUNTING?
Bagaimana Cara
Mencegah Stunting Pada
Anak
Cara Mencegah Stunting
Dampak Stunting Bagi Anak

Stunting juga memiliki dampak buruk bagi kesehatan anak yaitu meliputi dampak
jangka pendek dan dampak jangka panjang. Dampak jangka pendek dari
stunting adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan
pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
Sedangkan dampak jangka panjang yang ditimbulkan oleh stunting meliputi Menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya sistem kekebalan tubuh Sehingga
mudah sakit, dan beresiko tinggi untuk munculnya penyakit kronis seperti diabetes,
Kegemukan (obesitas), penyakit jantung, stroke, kanker dan disabilitas pada usia tua. Dari
kesemua dampak tersebut akan menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM),
produktifitas dan daya saing generasi bangsa.
INTI
PEMBAHASAN
Hubungan
ANTARA STUNTING DAN BUDAYA DALAM POLA
ASUH PADA ANAK
“Pola asuh atau perawatan adalah perilaku-perilaku dan
praktik-praktik pemberian perawatan (ibu, saudara sedarah,
ayah dan penyedia perawatan anak) untuk menyediakan
makan, perawatan kesehatan, stimulasi dan dukungan
semangat yang penting bagi tumbuh kembang anak yang
sehat (Kasmini, 201 1 ).”
—SOMEONE FAMOUS
Pola asuh merupakan kebutuhan dasaran untuk tumbuh dan
kembang meliputi kebutuhan emosi atau kasih sayang. Asuhan
dari seorang ibu dapat menghadirkan kontak fisik dan
psikis,melalui proses menyusui segera setelah lahir sehingga
dapat menjalin rasa aman dan menumbuhkan ikatan yang baik
antara ibu dan anak
(Leo,Subagyo,&Kartasurya,2018).
Budaya merupakan salah satu faktor tidak langsung yang
mempengaruhi status gizi anak. Budaya merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi sikap ibu didalam menjalani masa
kehamilannya, persalinan, serta dalam pengasuhan balita.

Dalam salah satu artikel menyatakan praktik


sosio budaya gizi yang kemungkinan berkaitan dengan stunting
yaitu pantangan makan bagi ibu hamil, pemberian makan
prelakteal pada bayi baru lahir, bayi tidak memperoleh imunisasi
dan pemberian makan pendamping ASI dini (sebelum bayi
berusia 6 bulan) (Illahi & Muniroh, 2016).
Contoh Budaya dan Pola Asuh Pada Anak

Keberagaman Jenis
Asi Menjadi Tidak Ekslusif Makanan
Kebiasaan kurang baik yang masih Tidak memberikan makan
dilakukan yaitu memberikan makanan dengan jenis yang beragam
tambahan seperti pisang dan bubur pada pada anak sehingga asupan
bayi berusia kurang dari 6 bulan, secara nutrisi anak tidak tercukupi,
langsung ASI yang diberikan ke anak
tidak ekslusif.
“Percaya si mbak ancen mboten tak maem, kaya
ikan2 laut udang, cumi, terong mboten maem
mbak, lha soale mboten wantun si mbak”

Pas umur setahun tak paringi nasi karo sayur


kunci mbak. Iku ajarane ibukku jare nek wes
ono gigi e diparingi maem nasi karo sayur
kunci”

“Aku yang penting anake purun maem mbak perute


keisi, wong tuo kan tinggal ngikut anak si mbak
maunya apa gitu daripada rewel gak gelem maem
mending tak turuti maunya”
Budaya Pola Asuh Pada Anak
Budaya yang kurang baik meliputi kebiasan, mitos dan nilai ini akan berdampak pada
pola asuh yang diterapkan ibu kepada anaknya. Pola asuh terkait praktik pemberian
makan pada anak tidak dapat dilakukan dengan baik dan benar sehingga akan
muncul masalah kesehatan berkaitan dengan nutrisi/gizipada anak karena kurangnya
dan tidak adanya kandungan gizi yang diperoleh oleh anak.
Simpulan
Sosial budaya terkait pola asuh dan kebiasaan pemberian makan pada balita berkaitan
dengan upaya pencegahan dan penanggulangan stunting masih sangat kurang.
Penelitian(Belladkk.,2019) menunjukkan bahwa Ada hubungan antara budaya
dengan stunting dari aspek budaya kebiasaan pemberian, kebiasaan
pengasuhan,kebiasaan kebersihan dan kebiasaan mendapatkan pelayanan
kesehatan.
Ada yang
ingin
ditanyakan
Terima kasih

Sosiologi dan Antropologi


Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang
2023

Anda mungkin juga menyukai