Anda di halaman 1dari 12

TUGAS STUDY KASUS

BUDAYA NASI PAPAK PADA BAYI MP ASI TERHADAP STATUS TUMBUH


KEMBANG BAYI

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6

Imelda Febrianti 067 STYC21


Marlia 088 STYC21
Hanifah R.A 059 STYC21
Heri Irawan 058 STYC21
Syahrio 363 STYC21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN JENJANG S1 KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR
Konsep berubah merupakan cara atau langkah untuk membuat individuberubah menuju
ke kehidupan yang lebih baik. Tugas study kasus berjudul “Budaya Nasi Papak Pada Bayi
Mp Asi Terhadap Status Tumbuh Kembang Bayi” ini disusun agar dapat membantu dan
mempermudah dalam memahami konsep perubahan dalam keperawatan.

Dalam penyusunan tugas study kasus ini,banyak terdapat kekurangan untuk itu penulis
berharap agar pembaca dapat memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan makalah ini.
Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Penyusun,

04 November 2023
BUDAYA NASI PAPAK PADA BAYI MP ASI TERHADAP STATUS TUMBUH
KEMBANG BAYI

1. Latar Belakang
Teknik pengolahan dan pemberian makanan bagi anak perlu disesuaikan dengan
tingkat usia anak sehingga pertumbuhan dan perkembangan rahang dan gigi geliginya
dapat optimal (1). Cara pemberian MPASI pada anak dapat dipengaruhi oleh tradisi di
suatu daerah (1). Hal ini terlihat pada tradisi pemberian nasi papah atau disebut juga
nasi papak yang dilakukan para ibu di daerah Lombok Timur Propinsi Nusa Tenggara
Barat (1). Tradisi pemberian nasi papah sudah ada sejak dahulu dan diwariskan
sampai saat ini (1).
Menurut Supriadin Wahida (2020) cara pemberian makanan pendamping asi pada
bayi sedkit banyak dipengaruhi oleh tradisi budaya di suatu daerah tertentu. Ada
beberapa tradisi budaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam memberikan makanan
pendamping asi (MPASI) yang bisa mengakibatkan gangguan kesehatan untuk bayi.
Salah satunya adalah tradisi papah makanan yang masih banyak dilakukan oleh para
ibu dibeberapa wilayah di Indonesia (2).
Tradisi nasi papah adalah nasi yang telah dikunyah dan dilumatkan terlebih
dahulu sebelum diberikan kepada bayi, bahkan ada yang menyimpan nasi papah ini
untuk diberikan dalam beberapa hari ke depan (3). Tradisi ini disebutkan sebagai
bentuk kearifan lokal yang menjelaskan hubungan kasih sayang antara ibu dengan
bayi dan menganggap bahwa pemberian nasi papah ini aman dan tidak akan
menimbulkan masalah bagi kesehatan bayi, tradisi ini merupakan ekspresi kasih
sayang antara ibu dengan bayinya, karena adanya kontak air liur (saliva) antara ibu
dengan anak, yang dipercaya akan mempererat hubungan antara ibu dengan anak (3).
Cara pemberian makanan yang dilakukan oleh ibu terhadap anak balitanya
penting untuk diperhatikan, terutama pada balita yang berusia 6 sampai dengan 2
tahun (4). Balita yang mulai mendapatkan makanan pendamping asi (MPASI) harus
diperhatikan cara pemberian makanannya, karena jika MPASI ini diberikan dengan
cara yang tidak baik maka akan berpengaruh terhadap kerentanan terjadinnya
gangguan kesehatan (4). Dari segi kesehatan terutama kesehatan mulut, perilaku nasi
papah ini dapat menyebabkan terjadinya penyebaran penyakit (1). Dalam hal ini
terjadi transmisi mikroorganisme dari mulut ibu ke mulut anaknya (1).
2. Kelompok Sasaran
Sasaran utama kasus untuk pembelajaran tingkat S1
3. Mata Kuliah yang Relevan dengan Kasus
a. Gizi dan Kesehatan Anak : Mata kuliah ini akan membantu memahami prinsip-
prinsip gizi yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi, termasuk
dampak dari pola makan seperti "nasi papah" pada tumbuh kembang bayi (4).
b. Gizi Ibu dan Anak : Mata kuliah ini akan membahas pentingnya nutrisi selama
kehamilan, masa menyusui, dan MP-ASI. Mahasiswa dapat memahami
bagaimana kebiasaan makan ibu dapat memengaruhi perkembangan bayi (4).
c. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak : Mata kuliah ini akan membahas tahapan
tumbuh kembang anak dari aspek fisik, kognitif, dan sosial. Ini akan membantu
mahasiswa memahami dampak "nasi papah" pada perkembangan anak (5).
d. Gizi Makanan Pendamping ASI : Ini adalah mata kuliah yang lebih spesifik yang
akan membahas bagaimana memberikan makanan pendamping ASI yang sehat
dan sesuai dengan usia bayi, serta dampaknya pada pertumbuhan dan
perkembangan mereka (4).
e. Metode Penelitian Kesehatan : Dalam mata kuliah ini, mahasiswa akan
mempelajari berbagai metode penelitian yang dapat mahasiswa gunakan untuk
mengumpulkan data dan menganalisis dampak "nasi papah" pada bayi dalam
konteks tumbuh kembang mereka (6).
f. Kesehatan Masyarakat dan Gizi : Mata kuliah ini akan membahas aspek-aspek
kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan gizi anak, termasuk intervensi
kesehatan masyarakat untuk meningkatkan pemahaman dan praktik gizi yang
benar pada masyarakat (6).
4. Tujuan Pembelajaran dan Isu Kunci
Tujuan pembelajaran dari mengkaji kasus efek "nasi papah" pada bayi dengan
makanan pendamping asi (MP-ASI) terhadap tumbuh kembang bayi adalah sebagai
berikut:
a. Memahami Gizi Bayi dan Anak : Tujuan pertama adalah untuk mengembangkan
pemahaman mendalam tentang kebutuhan gizi bayi dan anak serta peran makanan
pendamping ASI dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Ini melibatkan
pemahaman tentang asupan nutrisi yang benar dalam tahap-tahap perkembangan
bayi (4).
b. Menilai Dampak Pola Makan "Nasi Papah" : Tujuan ini adalah untuk
menganalisis dampak makanan pendamping "nasi papah" pada pertumbuhan dan
perkembangan bayi, termasuk dampak positif dan negatif yang mungkin terjadi
(7).
c. Menerapkan Prinsip-Prinsip Gizi : Pembelajaran ini bertujuan untuk menerapkan
prinsip-prinsip gizi dalam memberikan makanan pendamping ASI yang sesuai
dengan kebutuhan bayi berdasarkan usianya. Ini mencakup pemilihan makanan,
porsi, dan frekuensi pemberian (8).
d. Meningkatkan Kesadaran akan Kesehatan Anak : Salah satu tujuan utama adalah
untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya gizi dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta memahami risiko-risiko yang terkait dengan makanan
pendamping yang tidak sesuai (4).
e. Menilai Strategi Pemberian Makanan Pendamping ASI yang Efektif : mahasiswa
juga dapat mempelajari cara merancang dan mengevaluasi strategi pemberian
makanan pendamping ASI yang efektif, dengan mempertimbangkan preferensi
anak, kebutuhan gizi, dan kondisi kesehatan mereka (6).
f. Berkontribusi pada Riset Gizi Anak : Tujuan ini adalah untuk dapat berkontribusi
pada penelitian gizi anak dengan melakukan penelitian atau studi kasus yang
memfokuskan pada "nasi papah" dan dampaknya pada tumbuh kembang bayi (1).
g. Memberikan Rekomendasi yang Sesuai : Pada akhirnya, tujuan pembelajaran
adalah dapat memberikan rekomendasi gizi yang sesuai dan praktis kepada orang
tua dan perawat anak untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan bayi
yang optimal (6).
Efek "nasi papah" pada bayi dengan makanan pendamping asi (MP-ASI) terhadap
tumbuh kembang bayi adalah topik yang memiliki sejumlah isu kunci yang perlu
dipahami dan diperhatikan. Beberapa isu-isu utama yang berkaitan dengan topik ini
adalah :
a. Kualitas Nutrisi : Isu pertama adalah kualitas nutrisi yang diberikan kepada bayi
melalui makanan pendamping ASI. Penting untuk memastikan bahwa makanan
tersebut mengandung nutrisi yang cukup dan seimbang, seperti protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan oleh bayi (3).
b. Waktu Pemberian MP-ASI : Isu kedua adalah kapan MP-ASI diberikan kepada
bayi. Memberikan MP-ASI terlalu dini atau terlambat bisa memiliki dampak pada
perkembangan bayi. Penting untuk mengikuti pedoman yang sesuai dengan usia
bayi (3).
c. Kebiasaan Makan : Kebiasaan makan bayi sangat penting. Kebiasaan makan yang
buruk, seperti mengonsumsi makanan berlebihan atau makanan yang tidak
seimbang, dapat berdampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan bayi.
d. Alergi dan Intoleransi Makanan : Beberapa bayi mungkin memiliki alergi atau
intoleransi terhadap beberapa jenis makanan. Isu ini perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan makanan pendamping ASI.
e. Kesehatan dan Kondisi Medis Bayi : Beberapa bayi mungkin memiliki kondisi
kesehatan khusus yang memerlukan perhatian khusus dalam pemilihan makanan
pendamping ASI. Misalnya, bayi dengan gangguan pencernaan atau masalah
alergi.
f. Konsistensi Makanan : Konsistensi makanan pendamping ASI, misalnya, apakah
makanan itu dihaluskan atau tidak, juga merupakan isu penting yang dapat
memengaruhi kemampuan bayi untuk mengonsumsi makanan tersebut.
g. Pola Makan yang Baik : Penting untuk mengajarkan kepada bayi kebiasaan makan
yang baik, seperti makan dengan porsi yang sesuai, makan secara perlahan, dan
mencoba berbagai jenis makanan yang sehat.
h. Peran Orang Tua dan Pengasuh : Isu penting lainnya adalah peran orang tua dan
pengasuh dalam memberikan makanan pendamping ASI kepada bayi. Mereka
perlu memiliki pemahaman yang baik tentang gizi bayi dan bagaimana
memberikan makanan yang tepat.
i. Edukasi dan Kesadaran : Kesadaran tentang pentingnya gizi bayi dan pentingnya
makanan pendamping ASI yang sehat juga merupakan isu kunci. Orang tua dan
pengasuh perlu diberikan edukasi yang baik untuk membuat keputusan yang tepat.
j. Pengawasan Pertumbuhan : Penting untuk secara teratur memantau pertumbuhan
bayi untuk memastikan bahwa makanan pendamping ASI memberikan dampak
positif pada pertumbuhan dan perkembangan mereka.
5. Strategi Pengajaran
1. Presentasi Multimedia : Gunakan presentasi multimedia, seperti slide PowerPoint,
infografik, atau video pendek, untuk menyajikan informasi tentang topik ini
dengan jelas. Ini akan membantu memvisualisasikan konsep dan data yang
relevan.
2. Diskusi Kelompok : Bagi peserta didik ke dalam kelompok kecil dan berikan
kasus atau pertanyaan terkait "nasi papah" pada bayi dengan MP-ASI. Biarkan
mereka berdiskusi dan berbagi pemahaman mereka. Diskusi kelompok dapat
merangsang pemikiran kritis dan kolaborasi.
3. Studi Kasus : Gunakan studi kasus nyata atau skenario untuk mengilustrasikan
situasi nyata yang melibatkan "nasi papah" pada bayi. Biarkan peserta didik
menganalisis kasus tersebut dan mencari solusi atau rekomendasi.
4. Demonstrasi Praktik : Jika memungkinkan, lakukan demonstrasi praktik yang
melibatkan persiapan dan pemberian makanan pendamping ASI yang tepat. Ini
dapat membantu peserta didik memahami tindakan konkret yang diperlukan.
5. Kegiatan Kreatif : Gunakan kegiatan kreatif, seperti bermain peran atau membuat
poster edukasi, untuk memotivasi peserta didik dalam memahami dan
mengkomunikasikan informasi tentang makanan pendamping ASI yang sehat.
6. Penyajian Informasi Interaktif : Buat kuis atau pertanyaan interaktif untuk
menguji pemahaman peserta didik sepanjang presentasi. Ini dapat membantu
mereka tetap fokus dan terlibat aktif dalam pembelajaran.
7. Tamu Pembicara : Undang ahli atau praktisi kesehatan anak untuk memberikan
wawasan tambahan tentang topik ini. Mereka dapat berbagi pengalaman praktis
dan pandangan yang berharga.
8. Proyek Penelitian : Berikan tugas proyek kepada peserta didik yang
memungkinkan mereka untuk menggali lebih dalam topik ini. Mereka dapat
melakukan penelitian independen tentang dampak "nasi papah" pada bayi dan
mempresentasikannya di kelas.
9. Debat : Bagi peserta didik menjadi dua kelompok yang berbeda dan beri mereka
topik untuk didebatkan, misalnya, "Apakah "nasi papah" dianjurkan pada bayi?"
Ini akan merangsang pemikiran kritis dan penalaran.
10. Evaluasi Kasus Nyata : Bawa kasus nyata atau berita terbaru yang berkaitan
dengan topik ini dan minta peserta didik untuk menganalisisnya, memberikan
rekomendasi, atau mengidentifikasi isu-isu yang muncul.
11. Pendekatan Multidisiplin : Libatkan berbagai disiplin ilmu seperti gizi, kesehatan
anak, psikologi anak, dan sosiologi dalam pendekatan pengajaran. Ini akan
memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang isu ini.
6. Teori yang Berkaitan dengan Studi Kasus
a. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Erikson : Teori Erikson mengemukakan
bahwa perkembangan anak melibatkan serangkaian tahap psikososial yang
berkaitan dengan pencapaian tugas perkembangan tertentu. Dalam konteks "nasi
papah," mahasiswa dapat menggunakan teori ini untuk mempertimbangkan
dampak pada tahap perkembangan bayi, terutama pada aspek seperti kepercayaan
dasar, otonomi, dan inisiatif.
b. Teori Pengembangan Kognitif Piaget : Teori Piaget fokus pada pengembangan
kognitif anak. Mahasiswa dapat menerapkan teori ini untuk menggali bagaimana
"nasi papah" dapat memengaruhi proses berpikir, pemahaman, dan belajar bayi.
c. Teori Keperawatan Orem (Self-Care Theory) : Teori Orem menekankan
pentingnya pemenuhan kebutuhan dasar anak, termasuk kebutuhan gizi. Dalam
konteks "nasi papah," mahasiswa dapat menggali bagaimana makanan
pendamping ASI yang tepat mendukung perkembangan kemampuan bayi untuk
merawat diri sendiri, seperti makan dengan benar.
d. Teori Ekologi Sistem Bronfenbrenner : Teori ini menekankan peran berbagai
faktor ekologi dalam perkembangan anak, termasuk keluarga, lingkungan, dan
masyarakat. Dalam konteks "nasi papah," mahasiswa dapat menganalisis
dampaknya pada bayi dalam konteks ekologi sosial yang lebih luas.
e. Teori Perkembangan Sosial Bandura : Teori Bandura menyoroti pentingnya
pembelajaran sosial dalam perkembangan anak. Mahasiswa dapat menerapkan
teori ini untuk memahami bagaimana anak memperoleh kebiasaan makan,
preferensi makanan, dan perilaku makan melalui pengamatan orang dewasa dan
interaksi sosial.
f. Teori Pertumbuhan Fisik WHO (World Health Organization) : WHO memiliki
pedoman pertumbuhan fisik bayi yang standar, dan teori ini dapat digunakan
untuk menilai dampak "nasi papah" pada pertumbuhan fisik bayi dan apakah
mereka mencapai parameter pertumbuhan yang sehat.
g. Teori Perkembangan Psikososial Erickson : Teori ini menggambarkan tahapan
perkembangan psikososial sepanjang hidup seseorang. Dalam konteks bayi, ini
dapat membantu dalam memahami dampak "nasi papah" pada aspek-aspek
psikososial seperti kepercayaan diri dan hubungan dengan orang lain.
h. Teori Pilihan Konsumen: Teori ekonomi seperti teori pilihan konsumen dapat
diterapkan untuk menganalisis preferensi makanan bayi, kebijakan makanan
pendamping ASI, dan bagaimana orang tua membuat keputusan terkait dengan
makanan bayi.
7. Pertanyaan Diskusi
a. Apa yang dimaksud dengan "nasi papah," dan bagaimana pemberian makanan
pendamping ASI yang tidak tepat bisa memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan bayi?
b. Bagaimana kualitas nutrisi dalam "nasi papah" mempengaruhi perkembangan fisik
bayi, seperti pertumbuhan berat badan dan tinggi badan?
c. Apa saja dampak dari "nasi papah" terhadap perkembangan kognitif bayi?
Bagaimana makanan pendamping yang tidak sesuai dapat memengaruhi
kemampuan belajar dan pemahaman anak?
d. Bagaimana peran pola makan dan kebiasaan makan dalam perkembangan sosial
dan emosional bayi? Apakah "nasi papah" memiliki dampak pada aspek ini?
e. Bagaimana makanan pendamping ASI yang tidak sesuai dapat memengaruhi
kesehatan bayi, seperti risiko alergi atau intoleransi makanan?
f. Apakah terdapat isu sosial dan ekonomi yang berkaitan dengan praktik "nasi
papah"? Bagaimana aspek ini dapat memengaruhi akses orang tua terhadap
makanan pendamping ASI yang sesuai?
g. Bagaimana praktik "nasi papah" dapat berdampak pada pola makan dan preferensi
makanan anak saat mereka tumbuh dewasa?
h. Apa peran orang tua dalam memberikan makanan pendamping ASI yang sesuai
dan mendukung perkembangan bayi?
i. Bagaimana pemerintah dan lembaga kesehatan dapat berkontribusi dalam
meningkatkan kesadaran tentang bahaya "nasi papah" dan memberikan panduan
yang tepat kepada orang tua?
j. Apa rekomendasi mahasiswa untuk mengatasi masalah "nasi papah" pada bayi,
baik dari segi edukasi, pemberian makanan, atau kebijakan?
8. Cara Penyelesaian
a. "Nasi papah" adalah istilah yang mengacu pada pemberian makanan pendamping
ASI yang tidak sesuai dengan rekomendasi gizi bayi. Pemberian makanan yang
tidak tepat dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi.
b. Kualitas nutrisi dalam "nasi papah" bisa kurang baik, seperti terlalu banyak garam
atau gula. Hal ini dapat mengakibatkan defisiensi nutrisi yang dapat memengaruhi
pertumbuhan berat badan dan tinggi badan bayi.
c. "Nasi papah" yang tidak sesuai dengan usia bayi dapat menghambat
perkembangan kognitif dengan mengurangi asupan nutrisi yang mendukung
fungsi otak.
d. Pola makan yang tidak sehat dapat memengaruhi aspek sosial dan emosional bayi
karena makanan dapat memengaruhi suasana hati dan interaksi sosial.
e. "Nasi papah" yang tidak sesuai dapat meningkatkan risiko alergi atau intoleransi
makanan pada bayi.
f. Ada isu-isu ekonomi yang berkaitan dengan biaya makanan pendamping ASI
yang sehat, dan isu sosial yang berkaitan dengan pengetahuan dan kebiasaan
orang tua.
g. Praktik "nasi papah" dapat memengaruhi pola makan anak saat mereka tumbuh
dewasa, mendorong kebiasaan makan yang buruk.
h. Orang tua memiliki peran utama dalam memberikan makanan pendamping ASI
yang sesuai, termasuk pemilihan makanan, porsi, dan kebiasaan makan yang
positif.
i. Pemerintah dan lembaga kesehatan dapat berperan dalam memberikan edukasi
kepada orang tua dan mengembangkan kebijakan yang mendukung pemberian
makanan pendamping ASI yang sehat.
j. Rekomendasi termasuk meningkatkan kesadaran orang tua tentang pentingnya
makanan pendamping ASI yang sehat, menyediakan sumber daya edukasi, dan
memastikan akses yang lebih baik ke makanan pendamping ASI yang sesuai.
Kebijakan kesehatan anak juga perlu diperkuat untuk mendukung praktik yang
baik.
9. Bacaan Tambahan
Setelah pembelajaran mengenai kasus efek "nasi papah" pada bayi dengan makanan
pendamping asi (MP-ASI) terhadap tumbuh kembang bayi, ada beberapa
kemungkinan yang dapat terjadi :
a. Peningkatan Kesadaran : Peserta pembelajaran, termasuk orang tua, tenaga
kesehatan, dan praktisi gizi, mungkin memiliki peningkatan kesadaran tentang
dampak makanan pendamping ASI yang tidak sesuai. Mereka mungkin lebih
memahami pentingnya memberikan makanan pendamping ASI yang sehat.
b. Perubahan Praktik Gizi : Orang tua dan pengasuh bayi mungkin lebih cenderung
mengadopsi praktik gizi yang lebih baik, seperti memberikan makanan
pendamping ASI yang sesuai dengan usia dan kebutuhan bayi.
c. Perbaikan Kebijakan : Hasil pembelajaran ini dapat membantu para pengambil
kebijakan untuk merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan yang lebih
baik terkait dengan makanan pendamping ASI yang sehat dan mendukung tumbuh
kembang bayi.
d. Penelitian Lanjutan : Kemungkinan akan ada penelitian lebih lanjut yang
dilakukan untuk mendalaminya. Hasil penelitian dapat memberikan panduan lebih
lanjut untuk praktik gizi yang lebih baik.
e. Kolaborasi Lintas Disiplin : Orang-orang dari berbagai disiplin ilmu, seperti gizi,
kesehatan anak, dan psikologi, mungkin mulai berkolaborasi lebih aktif untuk
memahami dan mengatasi isu-isu terkait "nasi papah."
f. Pengembangan Rencana Pendidikan dan Intervensi : Sekolah, rumah sakit, dan
organisasi kesehatan mungkin mengembangkan rencana pendidikan dan intervensi
yang lebih kuat untuk membantu orang tua dan pengasuh dalam memberikan
makanan pendamping ASI yang sesuai.
g. Perubahan Pribadi : Individu yang telah mengikuti pembelajaran ini mungkin
merasa tergerak secara pribadi untuk memastikan bahwa mereka memberikan
nutrisi yang baik kepada anak-anak mereka atau orang yang mereka layani.
h. Kesadaran Masyarakat : Kesadaran masyarakat secara keseluruhan dapat
meningkat tentang pentingnya gizi anak dan bahaya "nasi papah." Masyarakat
mungkin lebih aktif dalam mempromosikan praktik gizi yang benar.
i. Peningkatan Kesehatan Anak : Dalam jangka panjang, hasil pembelajaran ini
memiliki potensi untuk meningkatkan kesehatan dan tumbuh kembang anak
secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjarkawi G, Novrinda H, Bahar A. Pengaruh Tradisi Nasi Papah Terhadap Risiko


Terjadinya Early Childhood Caries Di Desa Senyiur Lombok Timur. B-Dent J Kedokt
Gigi Univ Baiturrahmah. 2018;2(1):51–9.

2. Supriadin S, Wahidah W. Pengaruh Tradisi Pemberian Nasi Papah Terhadap Bounding


Attachment Dan Kesehatan Pada Bayi Usia 6-12 Bulan Di Desa Sambori Kecamatan
Lambitu. J Ilm PANNMED (Pharmacist, Anal Nurse, Nutr Midwivery, Environ Dent.
2020;15(3):415–9.

3. Sari J, Sajalia H, Maesum S. Hubungan Pengetahuan Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0-
12 Bulan dengan Pemberian Nasi Papah di Desa Semaya Kabupaten Lombok Timur.
2022;12(1):1–5.

4. Undol CA, Damopolii R, Akbar H. KOTA KOTAMOBAGU Papah Food Tradition


For Children In Kotamobagu District. Heal Papua [Internet]. 2022;5(1):301–9.
Available from: https://www.jurnal.akpermarthenindey.ac.id

5. Sara M, Hertanto W, Irene M. Makanan (prelakteal dan papahan ) sebagai faktor risiko
kejadian stunting pada usia 12-24 bulan di Lombok Timur NTB. J Ilmu Kesehat
[Internet]. 2016;1–10. Available from:
http://eprints.undip.ac.id/56087/1/JURNAL_PUBLIKASI_STUNTING.pdf

6. Utami NH, Fahmida U, Santika O. Unfavorable Infant Feeding Practices in East


Lombok Have Not Yet Changed Much in the Last Decade. Penelit Gizi Makanan.
2011;34(1):75–85.

7. Rhokliana, Aisyah S, Chandradewi A. Hubungan Sosial Budaya Dengan Pemberian


ASI Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Keruak Kabupaten Lombok Timur. J
Kesehat Prima. 2019;5(2):765–77.

8. Sopian M, Purbowati, Pontang GS. Hubungan Pemberian Makanan Papahan Dengan


Kejadian Diare Pada Balita Usia 6 – 24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sengkol
Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. J Gizi Dan Kesehat. 2019;11(25):39–
45.

Anda mungkin juga menyukai