Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit utama di Indonesia pada

anak usia 1-3 tahun yang menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara

cepat yang sangat penting bagi tubuh. Diare mungkin bukan penyakit yang parah

seperti jantung atau kanker. Namun, diare pada anak sangat berbahaya karena

dapat menyebabkan kematian akibat kekurangan cairan, akan tetapi selama ini

banyak orang tua yang meremehkan apabila anaknya mengalami diare, hal ini

dikarenakan ketidaktahuan orang tua tentang bahaya diare yang dapat

mengakibatkan dehidrasi dan seringkali ketika dibawa ke dokter penderita sudah

dalam keadaan terlambat, lemas atau kekurangan cairan dan selanjutnya syok

bahkan kematian (Purbawati, 2005). peran ibu sangat penting pada perawatan

anak yang menderita diare, tetapi disamping itu masih banyak ibu yg membiarkan

anaknya diare(mencret). karena mereka masih menganggap penyakit diare adalah

penyakit biasa terjadi pada anak apalagi, anaknya masih kelihatan sehat atau bisa

bermain.

Menurut catatan WHO (2010) setiap detik 1 anak meninggal karena diare

dan membunuh 2 juta anak di dunia setiap tahunnya, sedangkan di Indonesia

sekitar 162 ribu anak meninggal setiap tahun atau sekitar 460 anak setiap harinya

(Amirudin, 2007). Tingkat kematian diare pada usia anak masih sangat tinggi

mencapai lima juta anak pertahun didunia, sebanyak 80% diantaranya kematian

terjadi sebelum menginjak usia 2 tahun. Bahkan setiap tahunnya penderita diare

1
2

terus meningkat, pada tahun 2006 penderita diare di Indonesia mencapai 26000

jiwa, sedangan sampai Oktober 2012 jumlahnya mencapai 23000 jiwa

(Rosalina, 2012). Sedangkan dari 100.000 kematian anak usia 1-3 tahun di

Indonesia 31% disebabkan oleh diare dengan angka riil mencapai lebih dari

31.200 anak (Hasan, 2008).Data yang diperoleh dari puskesmas torjun didapatkan

jumlah anak diare yang berobat di puskesmas torjun pada tahun 2010 sebanyak

820 pasien dan tahun 2011 berjumlah 982 pasien. Bulan Januari sampai Desember

2012 berjumlah 990 pasien, sedangkan untuk setiap harinya masih ada antara 2-3

pasien yang berobat kepolindes, yang dibawa berobat di polindes ada yang

mengalami tanda-tanda dehidrasi ringan bahkan sampai dehidrasi sedang,

sedangkan bidan mengatakan di polindes desa krampon bulan januari 2013

tercatat 10 ibu yang memiliki anak 1-3 tahun menderita diare, ada juga dari

keluarga yang merawat dan menangani dengan memberikan daun jambu yang di

makan atau di seduh pakai air hangat

Diare merupakan penyakit infeksi mikro organisme termasuk bakteri,

virus dan parasit lainnya. Penularan penyakit melalui oral ini tentunya disebabkan

oleh berbagai faktor pendukung, yaitu lingkungan yang kotor dan sanitasi yang

buruk ataupun manusia itu sendiri yang tidak menjalankan pola hidup bersih dan

sehat. Kondisi tersebut dapat mendukung tingginya angka kejadian diare terutama

pada anak dengan orang tua yang memiliki pengetahuan kurang tentang diare

Pada umumnya orang tua atau ibu yang memiliki pengetahuan kurang, lebih

banyak ditemukan di desa-desa yang mempunyai banyak faktor penyebab,mulai

dari tidak mencuci tangan sebelum makan sampai minimnya sumber informasi,

rendahnya tingkat pendidikan khususnya wanita di desa,sampai lingkungan atau


3

adat yang menuntut mereka untuk memiliki pendidikam sampai hanya pada

tingkat tertentu.

mengingat bahwa diare disebabkan oleh beberapa faktor maka sebagai

perawat perlu dan memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang

cara penanganan diare yaitu dengan memberikan cairan oralit atau jika tidak dapat

membuat larutan gula garam tetapi jika anak muntah lebih sering atau berak terus

maka segera dibawa kepelayanan kesehatan terdekat, ibu berperan dalam

memelihara dan merawat jika ada anak yang sakit selain itu dalam keluarga harus

memperhatikan kebersihan lingkungan, dengan adanya masalah diatas maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul”Gambaran Peran ibu

Dalam penanganan Awal Terjadinya Diare Pada Anak Usia 1-3 Tahun Di

Polindes Krampon”

Berdasarkan fenomena tersebut peneliti ingin meneliti lebih lanjut

“Gambaran Peran Ibu Dalam Penanganan Awal Terjadinya Diare Pada Anak Usia

1-3 Tahun”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka rumusannya

adalah Bagaimana gambaran peran ibu dalam penanganan awal terjadinya diare

pada anak usia 1-3 tahun di Polindes Krampon?

1.3Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran peran ibu dalam penanganan awal terjadinya diare

pada anak usia 1-3 tahun di polindes Krampon


4

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dan

pengetahuan bagi peneliti tentang pengetahuan ibu dengan anak usia balita

tentang diare pada anak.

1.4.2 Bagi Bidang Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi bidang pelayanan

kesehatan setempat untuk memberikan informasi atau pengetahuan tentang diare

pada ibu dengan anak usia 1-3 tahun.

1.4.3 Bagi masyarakat

Meningkatkan dalam penanganan pertama pada penyakit diare dan dapat di

jadikan informasi dan pengetahuan dalam masyarakat dan terutama didalam

keluarga dalam mencegah penyakit di usia dini (1-3 tahun).

1.4.4 Bagi responden

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran dalam

penanganan awal terjadinya diare pada anak usia 1-3 tahun.

2. Hasil penelitian ini dapat berguna terutama bagi keluarga dalam

memperhatikan dan merawat kesehatan anak.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar Peran Ibu

2.1.1 Pengertian Peran

Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan atau dimiliki oleh

orang di masyarakat, peran terutama ditentukan oleh ciri-ciri individu yang

bersifat khas atau istimewa (Depdiknas, 2004). Peran juga dapat diartikan sebagai

perilaku yang berkenaan dengan siapa yang memegang posisi tertentu. Posisi

mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial (Biddle

dalam Friedman, 2004).

Peran adalah Pengertian Peran seperangkat tingkah laku yang di harapkan

oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem

(wahit iqbal mubarak 2008). peran merujuk kepada beberapa set prilaku yang

kurang lebih bersifat homogen,yang didefinisikan secara normatif dari seseorang

okupan peran role occupen dalam situasi sosial tertentu.peran didasarkan pada

perskripsi dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus

lakukan dalam situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan mereka sendiri atau

harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.peran di pengaruhi oleh

keadaan sosial,baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.peran adalah

bentuk dari prilaku yang di harapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.

5
6

2.1.2 Pengertian Ibu

Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang mempunyai banyak

peran, peran sebagai seorang istri dari suaminya, sebagai ibu dari anak-anaknya,

dan sebagai seorang yang melahirkan menyusui dan merawat anak-anaknya. Ibu

juga berfungsi sebagai benteng keluarga yang menguatkan anggota-anggota

keluarganya. Ibu sebagai seorang yang sangat penting dalam rumah tangga. Ibu

yang merawat anak-anaknya, menyediakan makanan untuk anggota keluarganya

dan terkadang bekerja untuk menambah pendapatan keluarga. Peran ibu adalah

tingkah laku yang dilakukan seorang ibu terhadap keluarganya untuk merawat

suami dan anak-anaknya (Santoso, 2009).

2.1.3 Pengertian Balita

Pengertian balita dari beberapa sumber menyebutkan bahwa balita adalah

merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal.

Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun, atau biasa

digunakan perhitungan bulan yaitu 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga

sebagai usia prasekolah (Ensiklopedia). Balita adalah anak yang berumur di

bawah lima tahun, tidak termasuk bayi karena bayi mempunyai karakter makan

yang khusus (Irianto, 2009). Menurut Santoso (2009) menyatakan bahwa balita

adalah anak yang berumur 12-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Proses pertumbuhan dan

perkembangan akan disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang

jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi. Balita termasuk kelompok rawan

gizi, mereka mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang

dibutuhkan, hal ini disebabkan balita sering mengalami gangguan kesulitan makan
7

2.1.4 Peran Ibu

Peran seorang ibu sangat besar dalam proses kehidupan awal seorang

anak. Sejak bayi lahir, ibu yang menyusui atau menyuapi makanan ke mulut bayi.

Freud menempatkan tokoh ibu paling penting dalam perkembangan seorang anak.

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus

rumah tangga, sebagai pengasuh serta pendidik untuk anak-anaknya, pelindung

dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, dan sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, di samping itu ibu juga bisa mencari nafkah

untuk tambahan dalam menopang ekonomi keluarganya (Dagun, 2003). Menurut

Maharani (2009), menyatakan bahwa seorang ibu harus mengetahui berbagai hal

yang terkait dengan perannya meliputi mengetahui makanan bergizi, jadwal

makanan, cara mempersiapkan, cara menyajikan 3 serta dalam mempersiapkan

perlengkapan makannya. Seorang ibu harus mampu melatih makan pada anaknya

dan sanggup mengantisipasi sewaktu anak susah makan. Winarsho (2009)

menyatakan bahwa peran ibu dalam memberikan makanan pada anak balita

adalah sebagai berikut :

1. Membentuk pola makan anak

Pola makan adalah cara seseorang dalam memilih makanan dan

memakannya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis budaya

dan sosial (Waryana, 2010). Makanan berperan penting dalam pertumbuhan fisik

dan kecerdasan anak. Pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak

dini. Penting sekali membina dan mengembangkan keterampilan makan pada

anak yang dimulai sejak dini. Kebutuhan bahan makanan perlu diatur, sehingga

bayi mendapatkan asupan gizi yang diperlukan secara utuh sesuai dengan usia dan
8

kebutuhannya. Pola makan anak sebaiknya diatur sesuai dengan waktu lapar dan

pengosongan lambungnya. Perhatikan juga jarak waktu pemberian makan, supaya

anak tidak diberi makan ketika masih kenyang. Tidak benar memaksa anak

menghabiskan makanannya jika anak sudah tidak mau makan. Sikap memaksa

hanya akan membuat anak trauma pada makanan. Pola makan kelompok

masyarakat atau keluarga akan menjadi pola makan anak dimana seorang anak itu

tinggal. Seorang anak dapat memiliki kebiasaan makan dan selera makan, yang

terbentuk dari kebiasaan dalam masyarakatnya. Jika menyusun hidangan untuk

anak, hal yang perlu diperhatikan adalah memenuhi kebutuhan zat gizi untuk

hidup sehat dan bertumbuh kembang. Kecukupan zat gizi ini berpengaruh pada

kesehatan dan kecerdasan anak, maka pengetahuan dan kemampuan mengelola

makanan sehat untuk anak adalah suatu hal yang amat penting (Santoso,

2009).Makan dapat dijadikan media untuk mendidik anak supaya anak dapat

menerima, menyukai, memilih makanan dan menentukan jumlah makanan yang

cukup dan bermutu, dengan demikian dapat dibina kebiasaan yang baik tentang

waktu makan. Melalui cara pemberian makan yang teratur anak biasa makan pada

waktu yang lazim dibiasakan. Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk

pola makan pada balita (Santoso, 2009).

2. Menciptakan situasi yang menyenangkan

Suasana makan juga menentukan mood anak, jika di lingkungan rumah

ada taman bermain tak ada salahnya jika mengajak anak main di sana. Suasana

bertemu teman-teman sepermainannya akan membuat anak cenderung lebih

bersemangat makan. Namun perlu diingat makanan yang dibawa harus ditutup

dengan baik untuk menghindari debu dan kuman. Tidak benar memaksa anak
9

untuk makan, biarkan anak makan atas inisiatif sendiri. Seperti halnya orang

dewasa nafsu makan anak juga dipengaruhi suasana hatinya. Anak sedang merasa

tidak bahagia, tertekan atau tidak dicintai dapat menyebabkan selera makan anak

akan menurun. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan memberi kesempatan

kepada anak untuk memilih menu favoritnya. Suasana makan yang

menyenangkan juga bisa diciptakan didalam rumah bisa sambil nonton televisi,

mendengarkan lagu kesenangan, atau makan bersama-sama keluarga yang lain,

sehingga menambah nafsu makan pada anak.

3. Penyajian makanan yang menarik

Penyajian makanan yang menarik bisa dilakukan dengan banyak cara

diantaranya perhatikan dalam menyajikan makanan. Penyajian makanan yang

menarik dapat merangsang keinginan anak untuk makan. Penyajian makanan yang

menarik dapat dengan menggunakan perangkat makan yang menarik misalnya

bergambar karakter kartun yang lucu dengan warna-warna yang menarik, variasi

menu dan berikan perubahan rasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran ibu

dalam mengatasi kesulitan makan pada balita Peran dipengaruhi oleh banyak hal.

Termasuk dalam hal ini adalah peran ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada

balita.

Beberapa hal yang dapat menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi peran ibu

dalam mengatasi makan pada balita adalah sebagai berikut (Santoso, 2009).

a. Pendidikan

Bidang pendidikan memegang peranan penting. Semakin tinggi

pendidikan semakin mudah menerima hal-hal baru dan bisa menyesuaikan dengan

mudah. Pendidikan yang semakin tinggi memungkinkan seseorang untuk dapat


10

menerima informasi tentang pengetahuan gizi dengan baik dan dapat memperbaiki

gizi keluarga terutama untuk balita (Notoadmodjo, 2005).

b. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Ibu sangat membutuhkan

pengetahuan yang cukup untuk mengetahui perannya. Peran dalam hal ini yaitu

untuk mengatasi kesulitan makan pada balita (Notoadmodjo, 2005).

c. Perilaku

Perilaku adalah merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan

seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain

ataupun orang yang melakukannya. Untuk dapat menyusun menu yang adekuat

seorang ibu perlu memiliki pengetahuan mengenai bahan makanan, zat gizi dan

cara pengolahan makanan. Pengolahan makanan yang tepat akan meningkatkan

mutu makanan yang akan dikonsumsi oleh balita (Notoadmodjo, 2005).

d. Sikap

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk

bertindak, sikap senantiasa terarah terhadap suatu hal atau objek. Manusia dapat

mempunyai sikap terhadap bermacam-macam hal. Sikap seseorang terhadap

makanan dipengaruhi oleh pelajaran dan pengalaman yang diperoleh sejak masa

kanak-kanak tentang makan dan makanan (Santoso, 2009).

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas akan tetapi merupakan presdisposisi tindakan atau perilaku, begitu juga

sikap ibu dalam menentukan jenis makanan yang mengandung zat gizi cukup dan
11

sesuai dengan kebutuhan anak. Ibu dapat menentukan sikap dalam mengatasi

kesulitan makan pada balitanya dengan cara yang sesuai kemampuan masing-

masing ibu (Notoadmodjo, 2005).

e. Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang diarahkan kepada suatu obyek

(Ahmadi, 2003). Dewasa ini sering kali ibu terpaksa meninggalkan anaknya untuk

bekerja meskipun ibu sangat mencintai anaknya. Keadaan seperti ini mau tidak

mau ibu tidak bisa memberi kasih sayang penuh pada anaknya. Umumnya ibu

tidak mengerti bahwa pada umur yang begitu awal sudah ada kebutuhan

psikologis yang perlu dipenuhi. Ibu yang bekerja mungkin tidak bisa

memperhatikan jenis makanan, frekuensi makan dan zat gizi yang dibutuhkan

anak dengan sempurna. Ibu tidak cukup waktu untuk memperhatikan dan

mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan makan anak. Pemberian makan

pada balita membutuhkan perhatian ibu termasuk dalam peran ibu dalam

mengatasi kesulitan makan pada balita (Santoso, 2009).

f. Ekonomi

Kekurangan pendapatan ekonomi keluarga membawa konsekuensi buruk.

Kurangnya pendapatan keluarga akan menyebabkan ketahanan pangan akan

terganggu. Kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi untuk seluruh anggota keluarganya akan semakin berkurang.

Ketidakberdayaan keluarga memenuhi persediaan pangan secara langsung akan

berpengaruh terhadap pemenuhan nutrisi anggota keluarganya termasuk untuk

anak balitanya (Santoso, 2009).


12

g. Keterampilan

Keterampilan ibu dalam memilih, memasak dan menghidangkan makanan

anak dapat berpengaruh terhadap pemenuhan nutrisi anak. Keterampilan ibu

dalam memilih keragaman bahan dan keragaman jenis masakan juga sangat

diperlukan untuk menghindari kebosanan anak terhadap makanan. Ibu yang

memiliki keterampilan dalam memasak, memilih bahan dan menyajikan akan

menghasilkan makanan yang menarik saat disajikan. Keterampilan dalam

memberikan atau menyuapi makanan pada anak akan meningkatkan kemauan

anak untuk makan (Santoso, 2009).

h. Penyediaan makanan

Penyediaan makanan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang bersifat hasil

karya manusia seperti sistem pertanian. Termasuk disini pengadaan setelah

dimasak, makanan akan dihidangkan untuk anak. Makanan yang dihidangkan oleh

ibu harus disajikan dengan menarik, dengan begitu anak merasa senang bahkan

puas sehingga meningkatkan selera makan, gairah makan dan nafsu makan anak.

Selanjutnya anak dapat mengkonsumsi semua zat-zat gizi yang dibutuhkan

(Sediaoetama, 2003). Pengadaan makanan perlu diperhitungkan, persediaan bahan

makanan yang dibutuhkan anak diseimbangkan dengan nilai rata-rata, kecukupan

makanan yang dibutuhkan sesuai umur dan berat badan anak (Santoso, 2009).

i. Ketersediaan waktu ibu

Dewasa ini seringkali seorang ibu terpaksa meninggalkan anaknya karena

harus bekerja, padahal sebagai seorang ibu masih harus bertanggung jawab

terhadap peran yang diembannya. Salah satunya berperan dalam memenuhi

kebutuhan nutrisi untuk anak terutama disaat balita mengalami kesulitan makan.
13

Ibu yang memilki banyak waktu untuk anak akan membuat waktu untuk sering

bersama. Kebersamaan itu dapat memberikan keakraban antara ibu dan anak.

Keakraban antara ibu dan anak akan sangat menguntungkan disaat anak

mengalami kesulitan makan. Ibu akan mudah untuk mengatasinya karena anak

sudah merasa nyaman dan percaya sama ibunya. Ibu yang tidak memiliki

ketersediaan waktu akan berpengaruh terhadap perannya dalam mengasuh

anaknya (Santoso, 2009).

2.2 Konsep Dasar Diare

2.2.1 Pengertian Diare

Diare atau gastroenteritis (GE) adalah suatu infeksi usus yang menyebabkan

keadaan feses bayi encer dan berair dengan frekuensi lebih dari 3 kali perhari dan

kadang disertai muntah, (Triloka & Hasniah 2009)

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih

dari biasanya (3 atau lebih perhari) yang disertai perubahan bentuk dan konsisten

tinja dari penderita (Amiruddin, 2007).

2.2.2 Penyebab Diare

1. Penyakit Diare disebabkan oleh 1). Infeksi mikro organisme termasuk bakteri,

virus, dan parasit lainnya seperti jamur,cacing dan protozoa salah satu bakteri

penyebab diare adalah bakteri Escherichia Coli Enteropatogenik (EPEC)

2. Secara klinis penyebab diare di kelompokkan menjadi 6 golongan

1). Karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, penyebeb

lain (Amirundin, 2007)


14

3. Faktor Infeksi

a). Bakteri : Enteropathogenic Escherichia coli, Salmonella, Sheigella,Yersinia

enterocoliticia

b). Virus : Enterovirus-echoviruses, Adenovirys,Human retrovua seperti

agent, Rotavirus

c). Jamur : Candida enteritis

d). Parasit : Glardia clmbia, Crytosporidium, biasanya disebabkan oleh

cacing (Ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides

e). Protozoa : entamoeba histolytica. (Ardiyansah, 2012)

4. Bukan faktor infeksi

a). Alergi makanan, susu, protein

b). Gangguan metabolic atau malabsorbsi, penyakit celiac, cystic fibrosis pada

pangkreas

c). Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan

d). Obat-obatan : antibiotic

e). Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, entero colitis

f). Emosional atau stress

g). Obstruksi usus (Suriadi, dkk, 2004).

2.2.3 Tanda dan gajala Diare

1. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat

2. Nafsu makan berkurang atau tidak ada

3. Frekuensi berak lebih dari 3 kali perhari

4. Tinja cair mungkin disertai lendir dan darah


15

5. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijauan karena tercampur dengan

empedu

6. Anus dan daerah sekitarnya lecet

7. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare

8. Bila penderita banyak kehilangan cairan maka gejala diare akan nampak

9. Berat badan turun (Suriadi, dkk, 2004).

2.2.4 Macam-macam diare

1. Diare akut bercampur air (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam /

hari : bahaya utamanya adalah dehidrasi juga penurunan berat badan jika tidak

diberi makan atau minum

2. Diare akut bercampur darah (disentri) : bahaya utamanya adalah kerusakan usus

halus (intestinum), sepsis (infeksi bakteri dalam darah), dan malnutrisi (kurang

gizi) dan komplikasi lain termasuk dehidrasi

3. Diare Persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih lama): bahaya utamanya

adalah malnutrisi (kurang gizi) dan infeksi serius diluar usus halus, dehidrasi

juga bisa terjadi

4. Diare dengan malnutrisi berat ( marasmus dan khwashiorkor): bahaya utama

adalah infeksi sistemik (menyeluruh) berat, dehidrasi, gagal jantung, serta

defisiensi (kekurangan) vitamin dan mineral (Suriadi, dkk, 2004).

2.2.5 Bahaya diare

Diare dapat menyebabkan kehilangan garam ( natrium ) dan air secara

cepat, yang sangat penting oleh hidup dan dapat menyebabkan komplikasi sebagai

berikut :
16

1. Dehidrasi ( ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau hipertonik )

2. Renjatan hipovolemik

3. Hipoglikemi

4. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena

kerusakan vili mukosa usus halus

5. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,

pada elektrokardigram)

6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik

Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga

mengalami kelaparan

2.2.6 Penanganan Diare

1. Penanganan di Rumah

Jika ibu menyusui, Asi terus diberikan dan diberikan lebih sering bayi

dengan susu formula boleh diberikan cairan rehidrasi oral selama 12 jam pertama,

setelah itu dapat diberikan susu formula lebih sedikit dari jumlah yang biasanya

diberikan, namun diberikan lebih sering (Sakina, 2006).

2. Penggantian Cairan dan Elektrolit

Cairan yang hilang di dalam tubuh bisa digantikan dengan CRO (Cairan

Rehidrsi Oral ) / Clear Fluid biasa kita kenal dengan Oralit yang idealnya

rehidrasi terdiri dari: 3,5 g natrium klorida, 2,5 g kalium bikarbonat, 1,5 g kalium

klorida, 20 g glukosa perliter air ( Umar Zein, 2004). Yang bisa kita beli di

apotik / toko obat. Cara penyajian:

1) Oralit satu sachet dilarutkan dengan 2 gelas ( 400 ml ) air

2) CRO khusus anak ( kemasan botol ) siap digunakan ( Sakina, 2006).


17

3. Menurut Farian Sakina

a. Larutkan 1 sendok makan gula dengan 2 gelas ( 200 ml ) air

b. Limun (bukan rendah kalori ), 1 gelas limun dilarutkan dengan 4 gelas ( 800

ml ) air

c. Jus buah 1 gelas dilarutkan degan 4 gelas (800 ml ) air

d. Untuk bayi hingga usia 9 bulan pembuatan CRO harus menggunakan air

mendidih yang didinginkan

e. Memberikan Teh Hangat

f. Memberikan oralit

4. Menurut Umar zein

a) ½ sendok teh garam

b) ½ sendok teh baking soda

c) 2-4 makan gula perliter air

d) 2 pisang atau 1 cangkir jus jeruk di berikan untuk mengganti kalium, cairan

tersebut harus diberikan segera setelah mereka merasa haus.

e) memberikan jamu daun jambu

d) memberikan obat toko

2.2.7 Faktor lingkungan

Faktor lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan

lingkungan yang tidak optimum sehingga berpengaruh negatif terhadap

terwujudnya status kesehatan antara lain pembuangan sampah sembarangan,

pembuangan air kotor (limbah). Perilaku orang tua khususnya ibu dan masyarakat

kebanyakan disebabkan tidak mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang

air kecil.
18

2.2.8 Faktor risiko kejadian diare pada anak 1-3 tahun

Kehidupan anak dipandang rentang karena memiliki ketergantungan tinggi

terhadap orang tuanya, jika orang tuanya membiasakan hidup bersih dan sehat

tentu terhindar dari diare. Selain itu diare yang disebabkan oleh bakteri ecoli akan

lebih cepat berkembang ditempat-tempat yang becek dan tergenang air yang

biasanya merupakan tempat yang paling disenangi anak-anak kecil untuk bermain,

sehingga mereka rentan dihinggapi bakteri ecoli (Mujiwati, 2007). Selain itu bayi

dan balita (bayi di bawah lima tahun) rentan sekali oleh diare dikarenakan

perkembangan sistem pencernaan dan kekebalan tubuhnya yang belum optimal

menyebabkan mareka mudah terserang diare akibat virus.


19

2.3 Kerangkat konseptual

Peran Ibu
Eksternal
- perilaku orang tua Internal
- personal hygine - Sistem imun
Diare Pada anak
- faktor lingkungan - usia
- Penyajian makanan

Ringa Sedang Berat

: yang diteliti

: yang tidak di teliti

: penghubung

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Gambaran peran ibu dalam penanganan awal
terjadinya diare pada anak usia 1-3 tahun dipolindes krampon tahun
2013
20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

melakukan prosedur penelitian (Alimul Aziz, 2007). Pada penelitian ini desain

yang digunakan adalah deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran

peran ibu dalam penanganan awal terjadinya diare pada anak usia 1-3 tahun di

polindes krampon kecamatan torjun sampang

Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendiskripsikan (memaparkan)

peristiwa-peristiwa yang umum terjadi pada masa kini, dimana dilakukan secara

sistematik dan lebih menekankan pada data faktual daripada penyimpulan, peneliti

tidak mencoba dan bagaimana fanomena tersebut terjadi (Nursalam, 2003).

20
21

3.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah langkah-langkah yang akan dilakukan dalam

penelitian yang ditulis dalam bentuk kerangka atau alur penelitian (Hidayat, A.

Aziz Alimul, 2007). Dalam penelitian tentang gambaran peran ibu dalam

penanganan awal terjadinya diare pada anak usia 1-3 tahun Di polindes krampon

kec torjun dalam menggunakan kerangka kerja sebagai berikut:

Populasi
Orang tua (ibu) yang pernah memiliki anak diare di
polindes krampon, sebanyak 25 orang

Sampel
Semua populasi sebanyak 25 orang

Non Probability Tipe Total Sampling

Desain Penelitian
deskriptif

Pengumpulan Data
Kuesioner closeendet question

Analisa Data
Editing, coding, scoring, tabulating

Kesimpulan dan Diseminasi

Gambar 3.1 Kerangka Kerja gambaran peran ibu dalam penanganan awal
terjadinya diare pada anak usia 1-3 tahun Di polindes krampon kec
torjun Tahun 2013
22

3.3 Desain sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh objek dan subjek dengan karakteristik tertentu

yang akan diteliti (Alimul Aziz, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu

dalam menangani diare pada anak 1-3 tahun sebanyak 25 responden.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Alimul Aziz, 2007). Untuk

Menentukan Jumlah sampel yang akan diteliti digunakan rumus (Nursalam. 2008)

Dengan Besar sampel 25 orang

3.3.3 Sampling

Sampling merupakan suatu proses dalam menyeleksi sampel yang

digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, dengan mengunakan teknik

sampling (Alimul Aziz, 2007). Dalam penelitian ini memilih sampel yang di

lakukan dengan cara non probability Total sampling dengan cara memasukkan

sebagian populasi yang ada (Nursalam, 2003).

3.4 Identifikasi Variabel

Indentifikasi variabel merupakan bagian penelitian dengan cara

menentukan variabel-variabel yang ada dalam penelitian (Alimul Aziz, 2007).

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian (Arikunto, 2010). Variabel pada penelitian ini adalah peran ibu dalam

penanganan awal terjadinya diare pada anak usia 1-3 tahun Di polindes krampon

kec torjun Tahun 2013


23

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamani dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003). Karakteristik

yang dapat diukur (diamati) itulah yang merupakan kunci opersional. Dapat

diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian

dapat diulangi lagi oleh orang lain.

No Variabel Devinisi Indikator Alat ukur skala Skor


oprasional
1 peran ibu Seorang ibu 1. memberikan Kuesoner Ordinal -nilai untuk
dalam dalam air teh setiap
penanganan mengatasi pertanyaan
terjadinya masalah diare
hangat -skor 0:tidak ada
awal diare pada anak 2. memberikan -skor 1:ya
air gula
3. Memberika Baik:76-100%
n Jus Buah Cukup56-75%
Kurang:<55%
4. memberikan
daun jambu
5. Memberika
n Oralit
6. Memberika
n 1 Gelas
limun
7. memberikan
obat toko
8. faktor
lingkungan

3.6 Pengumpulan dan Analisa Data

3.6.1 Pengumpulan Data

1. Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data berisi penjelasan cara pengumpulan data terutama

tentang alat pengumpulan data, apakah menggunakan angket atau kuisioner,

observasi, wawancara, skala likert atau yang lain, (Alimul Aziz, 2007). Setelah
24

judul Karya Tulis Ilmiah penelitian Dapat Persetujuan Dan di arahkan oleh

pembimbing. Peneliti mengajukan permohonan surat rekomentasi pengumpulan

data awal dalam proses penelitian keperawatan dari pihak akademik, setelah

mendapatkan surat rekomendasi dari Direktur Akademi Keperawatan Pamekasan,

kemudian akan diserahkan ke Bakesbang setelah itu langsung diserahkan kepada

Puskesmas Induk dan Polindes. Setelah mendapatkan izin pengumpulan data awal

dari Puskesmas Induk, Peneliti langsung mengumpulkan jumlah data Anak Yang

Kenak Penyakit Diare

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan pengumpulan data secara

formal berupa pertanyaan kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara

tertulis. Kuisioner yang digunakan yaitu kuisioner tipe Closed-Ended, Dicotomy

cuisioner. (Alimul Aziz 2007).Dengan skor nilai 10 soal Ya = 1 Tidak = 0, dan 4

soal Ya = 0 Tidak = 1.

3.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dimulai setelah ujian Karya Tulis Ilmiah tanggal 11

maret 2013, selain itu penelitian dapat dilakukan setelah mendapatkan surat

rekomendasi dari pihak Akademi keperawatan Pamekasan dan mendapatkan izin

dari Puskesmas Torjun

3.6.2 Analisa Data

Data yang telah terkumpul tidak akan bisa untuk menjawab pertanyaan

penelitian (riset Question). Data tersebut perlu diproses dan dianalisa secara

sistematis (Nursalam , 2003).


25

1. Editing

Editing adalah memeriksa dan menyesuaikan data dengan rencana semula

seperti yang diinginkan. Jawaban dari masing-masing responden diedit untuk

mengetahui adanya soal-soal yang belum dijawab serta pengisian soal yang tidak

sesuai dengan petunjuk soal.

2. Coding

Coding adalah memeriksa kode pada data dengan merubah data menjadi

angka. Data dari masing-masing responden diberi kode sesuai dengan jawaban.

Pada data umum diberi kode untuk:

jawaban 1= ya, 0= tidak dan juga 0=ya 1=tidak; Jenis kelamin: 1. laki-laki, 2.

perempuan; Pendidikan: 1. SD, 15. SMP, 1. SMA, 1. Perguruan tinggi; Pekerjaan:

1. petani, 12. wiraswasta, 1. PNS/Pensiunan, 1. ibu rumah tangga; Usia 1. 21-30

tahun, 2. 31-40 tahun, 3.41-50 tahun, 4. 51-60 tahun.

3. Scoring

Scoring adalah memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi

skor.

Dengan skor nilai pada kuisioner:

1).10 soal : Ya = 1 Tidak = 0

2).4 soal : Ya = 0 Tidak = 1

Dengan kriteria :

1). Baik 76%-100%,

2). Cukup 56%-75%,

3). Kurang ≤56%


26

4. Tabulating

Tabulating adalah mentabulasi dari data yang diperoleh sesuai dengan item

pertanyaan. Data umum dan data khusus dilakukan tabulasi untuk mengetahui

jumlah responden berdasarkan karakteristik data umum dan data khusus.

Hasil pengolahan data yang disajikan secara kualitatif dikelompokkan menurun

sekala sebagai berikut:

1) 100% = seluruhnya

2) 76%-99% = hampir seluruhnya

3) 51%-75% = sebagian besar

4) 50% = setengahnya

5) 25% - 49% = hampir setengahnya

6) 1% - 24% = sebagian kecil

7) 0% = tidak satu pun

3.7 Etika Penelitian

Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia menjadi

issue sentral yang berkembang saat ini. Pada penelitian ilmu keperawatan, karena

hampir 90% subjek yang dipergunakan adalah manusia. Maka penelitian harus

memahami prinsip-prinsip etika penelitian dikutip oleh buku (Nursalam 2003:).

Pada penelitian ini subjeknya adalah peran ibu dalam penanganan awal terjadinya

diare pada anak usia 1-3 tahun di polindes krampon. Dalam melakukan penelitian

ini, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada polindes krampon untuk

mendapatkan persetujuan. Kemudian kuesioner diberikan ke subjek yang diteliti

dengan menekankan kepada masalah etika, meliputi:


27

3.7.1 Lembar persetujuan menjadi responden (Informed consent)

Guna menghindari suatu keadaan atau hal-hal yang tidak diinginkan, maka

yang menjadi responden adalah yang bersedia diteliti dan telah menolak untuk

diteliti, maka penelitian tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

Tujuannya adalah subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak

yang diteliti selama pengumpulan data.

3.7.2 Tanpa nama (anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, penelitian tidak akan

mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang

diisi oleh subjek, lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.

3.7.3 Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dijamin oleh peneliti.

3.8 Keterbatasan

Keterbatasan adalah kelemahan dan hambatan dalam penelitian.

Dalam penelitian ini, hambatan yang di hadapi peneliti adalah :

1. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang di buat sendiri dan belum

di uji cobakan sehingga reliabilitas dan validalitasnya perlu disempurnakan

2. Kurangnya pemahaman dan pengalaman peneliti sedikit banyak

menghambat proses pelaksanaan penelitian

3. Terbtasnya dana, sarana dan waktu sehingga peneliti kurang sempurna

dalam memberikan hasil penelitian.


28

GAMBARAN PERAN IBU DALAM PENANGANAN AWAL


TERJADINYA DIARE PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN
DI POLINDES KRAMPON KEC TORJUN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

ACH. SADAR AMINULLAH


NIM. 10.046

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN


AKADEMI KEPERAWATAN
2013
DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul .(2007). Riset Keperawatan Dan Teknis Penulisan Ilmiah.


Jakarta: Salemba Medika.

Amirudin .(2007). Konsep dan penerapan dan metodelogi ilmu keperawatan.


Edisi 2. Salemba : Jakarta

Ardiansyah, M .(2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. DIVA Pres:


Jogjakarta.

Arikunto,S .(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Biddle dalam Friedman, (2004). Keperawatan Keluarga. Jakarta:EGC

Dagun, (2003). prosedur penelitian suatu pendekatan praktek – edisi revisi cetak

Irianto.(2009)” Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak”


((http://www/librari.usu.ac.id), diakses tanggal 23 Februari 2013 jam 14:15.

Mubarok, Wahit Iqbal .(2010). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan


Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Notoadmodjo, (2005). Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.

Nursalam (2003). Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Sikripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.

Triloka dan Badiul Hasniah .(2009). Menjadi Dokter Pribadi Bagi Anak Kita.
Jogjakarta: Kata Hati.

Santoso, (2009). Buku ajar Keperawatan Medikal bedah, jakarta : EGC

Sakinadkk, (2006). Kapita Selekta Kedokteran (Edisi Ketiga Jilid Pertama).


Media Aes Culapius (FKUI). Jakarta

Sakina, R.,(2013). ”Family Influence and Decision Making”,(Online),


(http://www.articlesbase.com/marketing-articles/family-influences-
decision-making-family-decisionmaking-1014177.html. Diakses pada
tanggal 14 Februari 2013 pukul 10:25)
30

Suriadi. Dkk. 2004. “Asuhan Keperawatan Anak”.edisi 1. Jakarta : (online)


(http://www.google.co.id), diakses tangggal 11 Maret 2013.

Mujiwati (2007).“30Persen Anak-anak”. (online) (http://www. Radarmojokerto


.web.id), diakses tanggal 08 Maret 2007

Umar, Zein (2004). “Bahaya Diare Pada Anak”. (online)


(http://www/librari.usu.ac.id), diakses tanggal 20 November 2007.

Winarsho.(2009) Ilmu Keperawatan Keluarga ”,(Online),


(http://www.smallcrab.Com Diakses pada tanggal 28 Februari 2013
pukul 10:25)

Anda mungkin juga menyukai