PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
anak usia 1-3 tahun yang menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara
cepat yang sangat penting bagi tubuh. Diare mungkin bukan penyakit yang parah
seperti jantung atau kanker. Namun, diare pada anak sangat berbahaya karena
dapat menyebabkan kematian akibat kekurangan cairan, akan tetapi selama ini
banyak orang tua yang meremehkan apabila anaknya mengalami diare, hal ini
dalam keadaan terlambat, lemas atau kekurangan cairan dan selanjutnya syok
bahkan kematian (Purbawati, 2005). peran ibu sangat penting pada perawatan
anak yang menderita diare, tetapi disamping itu masih banyak ibu yg membiarkan
penyakit biasa terjadi pada anak apalagi, anaknya masih kelihatan sehat atau bisa
bermain.
Menurut catatan WHO (2010) setiap detik 1 anak meninggal karena diare
sekitar 162 ribu anak meninggal setiap tahun atau sekitar 460 anak setiap harinya
(Amirudin, 2007). Tingkat kematian diare pada usia anak masih sangat tinggi
mencapai lima juta anak pertahun didunia, sebanyak 80% diantaranya kematian
terjadi sebelum menginjak usia 2 tahun. Bahkan setiap tahunnya penderita diare
1
2
terus meningkat, pada tahun 2006 penderita diare di Indonesia mencapai 26000
(Rosalina, 2012). Sedangkan dari 100.000 kematian anak usia 1-3 tahun di
Indonesia 31% disebabkan oleh diare dengan angka riil mencapai lebih dari
31.200 anak (Hasan, 2008).Data yang diperoleh dari puskesmas torjun didapatkan
jumlah anak diare yang berobat di puskesmas torjun pada tahun 2010 sebanyak
820 pasien dan tahun 2011 berjumlah 982 pasien. Bulan Januari sampai Desember
2012 berjumlah 990 pasien, sedangkan untuk setiap harinya masih ada antara 2-3
pasien yang berobat kepolindes, yang dibawa berobat di polindes ada yang
tercatat 10 ibu yang memiliki anak 1-3 tahun menderita diare, ada juga dari
keluarga yang merawat dan menangani dengan memberikan daun jambu yang di
virus dan parasit lainnya. Penularan penyakit melalui oral ini tentunya disebabkan
oleh berbagai faktor pendukung, yaitu lingkungan yang kotor dan sanitasi yang
buruk ataupun manusia itu sendiri yang tidak menjalankan pola hidup bersih dan
sehat. Kondisi tersebut dapat mendukung tingginya angka kejadian diare terutama
pada anak dengan orang tua yang memiliki pengetahuan kurang tentang diare
Pada umumnya orang tua atau ibu yang memiliki pengetahuan kurang, lebih
dari tidak mencuci tangan sebelum makan sampai minimnya sumber informasi,
adat yang menuntut mereka untuk memiliki pendidikam sampai hanya pada
tingkat tertentu.
cara penanganan diare yaitu dengan memberikan cairan oralit atau jika tidak dapat
membuat larutan gula garam tetapi jika anak muntah lebih sering atau berak terus
memelihara dan merawat jika ada anak yang sakit selain itu dalam keluarga harus
Dalam penanganan Awal Terjadinya Diare Pada Anak Usia 1-3 Tahun Di
Polindes Krampon”
“Gambaran Peran Ibu Dalam Penanganan Awal Terjadinya Diare Pada Anak Usia
1-3 Tahun”.
adalah Bagaimana gambaran peran ibu dalam penanganan awal terjadinya diare
1.3Tujuan Penelitian
pengetahuan bagi peneliti tentang pengetahuan ibu dengan anak usia balita
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi bidang pelayanan
TINJAUAN PUSTAKA
Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan atau dimiliki oleh
bersifat khas atau istimewa (Depdiknas, 2004). Peran juga dapat diartikan sebagai
perilaku yang berkenaan dengan siapa yang memegang posisi tertentu. Posisi
mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial (Biddle
oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem
(wahit iqbal mubarak 2008). peran merujuk kepada beberapa set prilaku yang
okupan peran role occupen dalam situasi sosial tertentu.peran didasarkan pada
perskripsi dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus
lakukan dalam situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan mereka sendiri atau
keadaan sosial,baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.peran adalah
bentuk dari prilaku yang di harapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.
5
6
Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang mempunyai banyak
peran, peran sebagai seorang istri dari suaminya, sebagai ibu dari anak-anaknya,
dan sebagai seorang yang melahirkan menyusui dan merawat anak-anaknya. Ibu
keluarganya. Ibu sebagai seorang yang sangat penting dalam rumah tangga. Ibu
dan terkadang bekerja untuk menambah pendapatan keluarga. Peran ibu adalah
tingkah laku yang dilakukan seorang ibu terhadap keluarganya untuk merawat
merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal.
Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun, atau biasa
digunakan perhitungan bulan yaitu 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga
bawah lima tahun, tidak termasuk bayi karena bayi mempunyai karakter makan
yang khusus (Irianto, 2009). Menurut Santoso (2009) menyatakan bahwa balita
adalah anak yang berumur 12-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses
perkembangan akan disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang
jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi. Balita termasuk kelompok rawan
gizi, mereka mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang
dibutuhkan, hal ini disebabkan balita sering mengalami gangguan kesulitan makan
7
Peran seorang ibu sangat besar dalam proses kehidupan awal seorang
anak. Sejak bayi lahir, ibu yang menyusui atau menyuapi makanan ke mulut bayi.
Freud menempatkan tokoh ibu paling penting dalam perkembangan seorang anak.
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, dan sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, di samping itu ibu juga bisa mencari nafkah
Maharani (2009), menyatakan bahwa seorang ibu harus mengetahui berbagai hal
perlengkapan makannya. Seorang ibu harus mampu melatih makan pada anaknya
menyatakan bahwa peran ibu dalam memberikan makanan pada anak balita
dan sosial (Waryana, 2010). Makanan berperan penting dalam pertumbuhan fisik
dan kecerdasan anak. Pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak
anak yang dimulai sejak dini. Kebutuhan bahan makanan perlu diatur, sehingga
bayi mendapatkan asupan gizi yang diperlukan secara utuh sesuai dengan usia dan
8
kebutuhannya. Pola makan anak sebaiknya diatur sesuai dengan waktu lapar dan
anak tidak diberi makan ketika masih kenyang. Tidak benar memaksa anak
menghabiskan makanannya jika anak sudah tidak mau makan. Sikap memaksa
hanya akan membuat anak trauma pada makanan. Pola makan kelompok
masyarakat atau keluarga akan menjadi pola makan anak dimana seorang anak itu
tinggal. Seorang anak dapat memiliki kebiasaan makan dan selera makan, yang
anak, hal yang perlu diperhatikan adalah memenuhi kebutuhan zat gizi untuk
hidup sehat dan bertumbuh kembang. Kecukupan zat gizi ini berpengaruh pada
makanan sehat untuk anak adalah suatu hal yang amat penting (Santoso,
2009).Makan dapat dijadikan media untuk mendidik anak supaya anak dapat
cukup dan bermutu, dengan demikian dapat dibina kebiasaan yang baik tentang
waktu makan. Melalui cara pemberian makan yang teratur anak biasa makan pada
waktu yang lazim dibiasakan. Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk
ada taman bermain tak ada salahnya jika mengajak anak main di sana. Suasana
bersemangat makan. Namun perlu diingat makanan yang dibawa harus ditutup
dengan baik untuk menghindari debu dan kuman. Tidak benar memaksa anak
9
untuk makan, biarkan anak makan atas inisiatif sendiri. Seperti halnya orang
dewasa nafsu makan anak juga dipengaruhi suasana hatinya. Anak sedang merasa
tidak bahagia, tertekan atau tidak dicintai dapat menyebabkan selera makan anak
akan menurun. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan memberi kesempatan
menyenangkan juga bisa diciptakan didalam rumah bisa sambil nonton televisi,
menarik dapat merangsang keinginan anak untuk makan. Penyajian makanan yang
bergambar karakter kartun yang lucu dengan warna-warna yang menarik, variasi
menu dan berikan perubahan rasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran ibu
dalam mengatasi kesulitan makan pada balita Peran dipengaruhi oleh banyak hal.
Termasuk dalam hal ini adalah peran ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada
balita.
Beberapa hal yang dapat menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi peran ibu
dalam mengatasi makan pada balita adalah sebagai berikut (Santoso, 2009).
a. Pendidikan
pendidikan semakin mudah menerima hal-hal baru dan bisa menyesuaikan dengan
menerima informasi tentang pengetahuan gizi dengan baik dan dapat memperbaiki
b. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
pengetahuan yang cukup untuk mengetahui perannya. Peran dalam hal ini yaitu
c. Perilaku
seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain
ataupun orang yang melakukannya. Untuk dapat menyusun menu yang adekuat
seorang ibu perlu memiliki pengetahuan mengenai bahan makanan, zat gizi dan
d. Sikap
bertindak, sikap senantiasa terarah terhadap suatu hal atau objek. Manusia dapat
makanan dipengaruhi oleh pelajaran dan pengalaman yang diperoleh sejak masa
merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas akan tetapi merupakan presdisposisi tindakan atau perilaku, begitu juga
sikap ibu dalam menentukan jenis makanan yang mengandung zat gizi cukup dan
11
sesuai dengan kebutuhan anak. Ibu dapat menentukan sikap dalam mengatasi
kesulitan makan pada balitanya dengan cara yang sesuai kemampuan masing-
e. Perhatian
(Ahmadi, 2003). Dewasa ini sering kali ibu terpaksa meninggalkan anaknya untuk
bekerja meskipun ibu sangat mencintai anaknya. Keadaan seperti ini mau tidak
mau ibu tidak bisa memberi kasih sayang penuh pada anaknya. Umumnya ibu
tidak mengerti bahwa pada umur yang begitu awal sudah ada kebutuhan
psikologis yang perlu dipenuhi. Ibu yang bekerja mungkin tidak bisa
memperhatikan jenis makanan, frekuensi makan dan zat gizi yang dibutuhkan
anak dengan sempurna. Ibu tidak cukup waktu untuk memperhatikan dan
mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan makan anak. Pemberian makan
pada balita membutuhkan perhatian ibu termasuk dalam peran ibu dalam
f. Ekonomi
g. Keterampilan
dalam memilih keragaman bahan dan keragaman jenis masakan juga sangat
h. Penyediaan makanan
dimasak, makanan akan dihidangkan untuk anak. Makanan yang dihidangkan oleh
ibu harus disajikan dengan menarik, dengan begitu anak merasa senang bahkan
puas sehingga meningkatkan selera makan, gairah makan dan nafsu makan anak.
makanan yang dibutuhkan sesuai umur dan berat badan anak (Santoso, 2009).
harus bekerja, padahal sebagai seorang ibu masih harus bertanggung jawab
kebutuhan nutrisi untuk anak terutama disaat balita mengalami kesulitan makan.
13
Ibu yang memilki banyak waktu untuk anak akan membuat waktu untuk sering
bersama. Kebersamaan itu dapat memberikan keakraban antara ibu dan anak.
Keakraban antara ibu dan anak akan sangat menguntungkan disaat anak
mengalami kesulitan makan. Ibu akan mudah untuk mengatasinya karena anak
sudah merasa nyaman dan percaya sama ibunya. Ibu yang tidak memiliki
Diare atau gastroenteritis (GE) adalah suatu infeksi usus yang menyebabkan
keadaan feses bayi encer dan berair dengan frekuensi lebih dari 3 kali perhari dan
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih
dari biasanya (3 atau lebih perhari) yang disertai perubahan bentuk dan konsisten
1. Penyakit Diare disebabkan oleh 1). Infeksi mikro organisme termasuk bakteri,
virus, dan parasit lainnya seperti jamur,cacing dan protozoa salah satu bakteri
3. Faktor Infeksi
enterocoliticia
agent, Rotavirus
b). Gangguan metabolic atau malabsorbsi, penyakit celiac, cystic fibrosis pada
pangkreas
5. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijauan karena tercampur dengan
empedu
8. Bila penderita banyak kehilangan cairan maka gejala diare akan nampak
1. Diare akut bercampur air (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam /
hari : bahaya utamanya adalah dehidrasi juga penurunan berat badan jika tidak
2. Diare akut bercampur darah (disentri) : bahaya utamanya adalah kerusakan usus
halus (intestinum), sepsis (infeksi bakteri dalam darah), dan malnutrisi (kurang
3. Diare Persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih lama): bahaya utamanya
adalah malnutrisi (kurang gizi) dan infeksi serius diluar usus halus, dehidrasi
cepat, yang sangat penting oleh hidup dan dapat menyebabkan komplikasi sebagai
berikut :
16
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipoglikemi
pada elektrokardigram)
Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan
1. Penanganan di Rumah
Jika ibu menyusui, Asi terus diberikan dan diberikan lebih sering bayi
dengan susu formula boleh diberikan cairan rehidrasi oral selama 12 jam pertama,
setelah itu dapat diberikan susu formula lebih sedikit dari jumlah yang biasanya
Cairan yang hilang di dalam tubuh bisa digantikan dengan CRO (Cairan
Rehidrsi Oral ) / Clear Fluid biasa kita kenal dengan Oralit yang idealnya
rehidrasi terdiri dari: 3,5 g natrium klorida, 2,5 g kalium bikarbonat, 1,5 g kalium
klorida, 20 g glukosa perliter air ( Umar Zein, 2004). Yang bisa kita beli di
b. Limun (bukan rendah kalori ), 1 gelas limun dilarutkan dengan 4 gelas ( 800
ml ) air
d. Untuk bayi hingga usia 9 bulan pembuatan CRO harus menggunakan air
f. Memberikan oralit
d) 2 pisang atau 1 cangkir jus jeruk di berikan untuk mengganti kalium, cairan
pembuangan air kotor (limbah). Perilaku orang tua khususnya ibu dan masyarakat
kebanyakan disebabkan tidak mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang
air kecil.
18
terhadap orang tuanya, jika orang tuanya membiasakan hidup bersih dan sehat
tentu terhindar dari diare. Selain itu diare yang disebabkan oleh bakteri ecoli akan
lebih cepat berkembang ditempat-tempat yang becek dan tergenang air yang
biasanya merupakan tempat yang paling disenangi anak-anak kecil untuk bermain,
sehingga mereka rentan dihinggapi bakteri ecoli (Mujiwati, 2007). Selain itu bayi
dan balita (bayi di bawah lima tahun) rentan sekali oleh diare dikarenakan
Peran Ibu
Eksternal
- perilaku orang tua Internal
- personal hygine - Sistem imun
Diare Pada anak
- faktor lingkungan - usia
- Penyajian makanan
: yang diteliti
: penghubung
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Gambaran peran ibu dalam penanganan awal
terjadinya diare pada anak usia 1-3 tahun dipolindes krampon tahun
2013
20
BAB III
METODE PENELITIAN
melakukan prosedur penelitian (Alimul Aziz, 2007). Pada penelitian ini desain
peran ibu dalam penanganan awal terjadinya diare pada anak usia 1-3 tahun di
peristiwa-peristiwa yang umum terjadi pada masa kini, dimana dilakukan secara
sistematik dan lebih menekankan pada data faktual daripada penyimpulan, peneliti
20
21
penelitian yang ditulis dalam bentuk kerangka atau alur penelitian (Hidayat, A.
Aziz Alimul, 2007). Dalam penelitian tentang gambaran peran ibu dalam
penanganan awal terjadinya diare pada anak usia 1-3 tahun Di polindes krampon
Populasi
Orang tua (ibu) yang pernah memiliki anak diare di
polindes krampon, sebanyak 25 orang
Sampel
Semua populasi sebanyak 25 orang
Desain Penelitian
deskriptif
Pengumpulan Data
Kuesioner closeendet question
Analisa Data
Editing, coding, scoring, tabulating
Gambar 3.1 Kerangka Kerja gambaran peran ibu dalam penanganan awal
terjadinya diare pada anak usia 1-3 tahun Di polindes krampon kec
torjun Tahun 2013
22
3.3.1 Populasi
yang akan diteliti (Alimul Aziz, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Alimul Aziz, 2007). Untuk
Menentukan Jumlah sampel yang akan diteliti digunakan rumus (Nursalam. 2008)
3.3.3 Sampling
digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, dengan mengunakan teknik
sampling (Alimul Aziz, 2007). Dalam penelitian ini memilih sampel yang di
lakukan dengan cara non probability Total sampling dengan cara memasukkan
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto, 2010). Variabel pada penelitian ini adalah peran ibu dalam
penanganan awal terjadinya diare pada anak usia 1-3 tahun Di polindes krampon
yang dapat diukur (diamati) itulah yang merupakan kunci opersional. Dapat
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian
observasi, wawancara, skala likert atau yang lain, (Alimul Aziz, 2007). Setelah
24
judul Karya Tulis Ilmiah penelitian Dapat Persetujuan Dan di arahkan oleh
data awal dalam proses penelitian keperawatan dari pihak akademik, setelah
Puskesmas Induk dan Polindes. Setelah mendapatkan izin pengumpulan data awal
dari Puskesmas Induk, Peneliti langsung mengumpulkan jumlah data Anak Yang
2. Instrumen Penelitian
soal Ya = 0 Tidak = 1.
maret 2013, selain itu penelitian dapat dilakukan setelah mendapatkan surat
Data yang telah terkumpul tidak akan bisa untuk menjawab pertanyaan
penelitian (riset Question). Data tersebut perlu diproses dan dianalisa secara
1. Editing
mengetahui adanya soal-soal yang belum dijawab serta pengisian soal yang tidak
2. Coding
Coding adalah memeriksa kode pada data dengan merubah data menjadi
angka. Data dari masing-masing responden diberi kode sesuai dengan jawaban.
jawaban 1= ya, 0= tidak dan juga 0=ya 1=tidak; Jenis kelamin: 1. laki-laki, 2.
3. Scoring
skor.
Dengan kriteria :
4. Tabulating
Tabulating adalah mentabulasi dari data yang diperoleh sesuai dengan item
pertanyaan. Data umum dan data khusus dilakukan tabulasi untuk mengetahui
1) 100% = seluruhnya
4) 50% = setengahnya
issue sentral yang berkembang saat ini. Pada penelitian ilmu keperawatan, karena
hampir 90% subjek yang dipergunakan adalah manusia. Maka penelitian harus
Pada penelitian ini subjeknya adalah peran ibu dalam penanganan awal terjadinya
diare pada anak usia 1-3 tahun di polindes krampon. Dalam melakukan penelitian
Guna menghindari suatu keadaan atau hal-hal yang tidak diinginkan, maka
yang menjadi responden adalah yang bersedia diteliti dan telah menolak untuk
diteliti, maka penelitian tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
Tujuannya adalah subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak
diisi oleh subjek, lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.
3.8 Keterbatasan
Oleh :
Dagun, (2003). prosedur penelitian suatu pendekatan praktek – edisi revisi cetak
Triloka dan Badiul Hasniah .(2009). Menjadi Dokter Pribadi Bagi Anak Kita.
Jogjakarta: Kata Hati.