Anda di halaman 1dari 68

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN

SEHAT (PHBS) RUMAH TANGGA DENGAN


KEJADIAN DIARE PADA BALITA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam
bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan
anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut,
masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan dan penataan
pembangunan bangsa (Hidayat, 2008). Dalam profil kesehatan provinsi
SUMSEL 2010 dikatakan bahwa gambaran derajat kesehatan dapat dilihat
dari beberapa indikator seperti mortalitas dan morbiditas. Salah satu
penyebab kematian balita terbesar di Indonesia adalah penyakit diare.
Menurut badan kesehatan Dunia (WHO), diare menjadi penyebab
nomor satu kematian balita di seluruh Dunia. Selama lima tahun terakhir
kejadian

diare

dan

presentasi

kematiannya

di

dunia

mengalami

peningkatan/penurunan dari tahun 2008 sampai dengan 2012, berdasarkan


penelitian WHO (2008), 15% kematian anak dibawah 5 tahun disebabkan
oleh penyakit diare.
Di Indonesia diare adalah pembunuh nomor dua setelah inpeksi
saluran napas atas ISPA. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan
mortalitas-nya yang masih tinggi. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia

kejadian diare pada pasien rawat inap berada di posisi pertama, pada tahun
2009 angka kejadian diare sebesar 143.696 kasus dan jumlah pasien yang
meninggal sebanyak 1.747, pada tahun 2010 angka kejadian diare sebesar
71.889 kasus dan jumlah pasien yang meninggal sebanyak 1.289.
Berdasarkan data DINKES provinsi SUMSEL pada tahun 2010,
penemuan penderita diare balita di kabupaten/kota dengan target SPM 70%.
capaian 15 kabupaten/kota rata-rata 3,24%, yang berarti bahwa persentase
penderita balita yang ditangani terhadap jumlah perkiraan penderita diare di
wilayah tersebut adalah 3,24%. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya
terjadi peningkatan jumlah penderita yaitu dari 67.391 penderita (capaian
SPM 2,23%) pada tahun 2008 menjadi 98.890 penderita (capaian SPM
3,24%) pada tahun 2009.
Dari data DINKES Kota Palembang persentase kejadian diare pada
tahun 2009 sebanyak 54.612 penderita, pada tahun 2010 kejadian diare
sebanyak 49.897 penderita, pada tahun 2011 sebanyak 45.593 penderita, pada
tahun 2012 kejadian diare terus meningkat pada bulan Januari angka kejadian
sebanyak 3.616 kasus dan sampai bulan Agustus angka kejadian diare
meningkat menjadi 5.049 kasus dan terjadi peningkatan pada bulan Januari
sampai ke Februari 2013 sebesar 7,3%.
Pada dasarnya penyakit diare dapat dicegah, salah satu cara yang
dapat digunakan untuk mencegah diare yaitu dengan menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga. Dari data yang di dapat untuk
tingkat keberhasilan program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah
tangga di Indonesia sebanyak 7.961.965 rumah tangga yang ber-PHBS dari
59.118.900 rumah tangga jika di persentasekan sebanyak 53,89%, sedangkan

untuk data keberhasilan program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
rumah tangga Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 409.897 rumah tangga
yang ber-PHBS dari 1.714.700 rumah tangga, jika di persentasekan sebanyak
46,49%

(Kementerian

Kesehatan

Republik

Indonesia

tahun

2012).

Berdasarkan data Puskesmas Sukarami untuk pencapaian program perilaku


hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga sebanyak 80,3%, dari 10
indikator ada beberapa yang belum mencapai target yaitu merokok dan
perilaku mencuci tangan.
Ada beberapa manfaat yang bisa kita dapatkan jika kita melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga yaitu : setiap rumah
tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat
dan cerdas, produktifitas kerja anggota keluarga meningkat dengan
meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga, maka biaya yang tadinya di
alokasikan untuk kesehatan dapat di alihkan untuk biaya investasi seperti
biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk
peningkatan pendapatan keluarga.
Hasil penelitian Kusumawati (2010) di Desa Tegowawu Grobongan,
didapatkan 17 (36,2%) balita yang tidak mengalami diare, sedangkan yang
mengalami diare sebanyak 30 (63,8%). Hasil penelitian Supiyan (2012) di
Kelurahan Rejo Sari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru didapatkan
24 balita yang diare, sedangkan yang balita yang tidak mengalami diare
sebanyak 73 balita.
Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Sukarami Palembang
pada tanggal 17 Mei 2013, terjadi peningkatan kejadian diare pada balita,
pada bulan Februari 28 kasus, bulan Maret 33 kasus, dan pada bulan April 36

kasus. setelah peneliti melakukan wawancara pada 5 orang tua yang datang
ke puskesmas dengan balita mengalami diare, 3 diantaranya belum
melakukan PHBS rumah tangga secara keseluruhan.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menarik kesimpulan
bahwa kejadian diare pada setiap tingkat angka kejadianya masih tinggi oleh
karena itu, maka penulis tertarik untuk meneliti Hubungan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat Rumah Tangga dengan Kejadian Diare Pada Balita di
Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Diare masih merupakan masalah utama pada anak balita, khususnya
di negara berkembang seperti Indonesia. Masih tingginya angka kejadian
diare dan pelaksanaan PHBS rumah tangga yang belum

maksimal oleh

keluarga, berdasarkan latar belakang yang peneliti susun, maka rumusan


masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga dengan kejadian diare pada balita di
Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
rumah tangga dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas
Sukarami Palembang Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) rumah tangga dalam memberi ASI eksklusif pada keluarga

yang datang ke puskesmas dengan membawa balita di Puskesmas


Sukarami Palembang Tahun 2013.
b. Diketahuinya distribusi frekuensi perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) rumah tangga dalam mencuci tangan menggunakan air
bersih dan sabun pada keluarga yang datang ke puskesmas dengan
membawa balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.
c. Diketahuinya distribusi frekuensi perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) rumah tangga dalam menggunakan air bersih pada
keluarga yang datang ke puskesmas dengan membawa balita di
Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.
d. Diketahuinya distribusi frekuensi perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) rumah tangga dalam menggunakan jamban sehat pada
keluarga yang datang ke puskesmas dengan membawa balita di
Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.
e. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian diare pada balita,
terhadap keluarga yang datang ke puskesmas dengan membawa
balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.
f. Diketahuinya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
rumah tangga dalam memberi ASI eksklusif dengan kejadian diare
pada balita terhadap keluarga yang datang ke puskesmas dengan
membawa balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.
g. Diketahuinya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
rumah tangga dalam mencuci tangan menggunakan air bersih dan
sabun dengan kejadian diare pada balita terhadap keluarga yang
datang ke puskesmas dengan membawa balita di Puskesmas
Sukarami Palembang Tahun 2013.

h. Diketahuinya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)


rumah tangga dalam menggunakan air bersih dengan kejadian diare
pada balita terhadap keluarga yang datang ke puskesmas dengan
membawa balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.
i. Diketahuinya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
rumah tangga dalam menggunakan jamban sehat dengan kejadian
diare pada balita terhadap keluarga yang datang ke puskesmas
dengan membawa balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun
2013.
D. Definisi Kata Kunci
Kata kunci : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Diare dan
Balita.
1. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga adalah upaya
untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat yang meliputi : persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan, memberi ASI eksklusif, menimbang balita setiap
bulan, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, ketersediaan air
bersih, ketersediaan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali
seminggu, melakukan aktifitas fisik, makan buah dan sayur setiap hari,
dan tidak merokok di dalam rumah, (Maryunani, 2013).
2. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal,
ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuesnsi lebih
dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau
tanpa lendir darah, (Hidayat, 2008).

3. Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas 1 tahun atau lebih
populer dengan pengertian usia di bawah 5 tahun, (Septiari, 2012).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah merupakan perbuatan atau tindakan dan
perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, di gambarkan dan
dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Perilaku
diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada hubungan
antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. Perubahan
perilaku dapat diciptakan dengan merubah peristiwa di dalam lingkungan
yang menyebabkan perilaku tersebut (Maryunani, 2013).
Menurut Sulzer, Azaroff, Mayer: 1977 dalam teori ABC atau
yang dikenal dengan model ABC mengungkapkan bahwa perilaku adalah
merupakan suatu proses dan sekaligus hasil interaksi antara : Antecedent,
Behavior, Concequences (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Becker (1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku
kesehatan dan membedakan menjadi tiga, yakni :

a. Perilaku sehat (healthy behavior) adalah perilaku-perilaku atau


kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan
meningkatakan kesehatan.
b. Perilaku sakit (illness behavior) adalah berkaitan dengan tindakan
atau kegiatan seseorang yang sakit dan atau terkena masalah
kesehatan atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau
teratasi masalah kesehatan lain.
c. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior) dari segi sosiologi,
orang yang sedang sakit mempunyai peran yang mencakup hakhaknya (rights), dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation).
2. Pengukuran Perilaku Kesehatan
Cara pengukuran sangat berperan dalam menentukan hasil
penelitian tersebut. Metode-metode yang sering digunakan untuk
mengukur perilaku kesehatan, biasanya tergantung dari beberapa hal
antara lain : ranah perilaku yang diukur (pengetahuan, sikap, dan
tindakan / praktek) dan juga tergantung pada jenis dan metode penelitian
yang digunakan.
Perilaku manusia adalah kognitif, afektif (emosi) dan konasi yang
dalam bentuk operasionalnya adalah ranah pengetahuan (knowledge),
sikap (attitude) dan tindakan atau praktek (practice) (Notoatmodjo,
2010).
a. Pengetahuan (knowledge)
1) Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu (Notoatmodjo, 2003) dalam (Budiman dan Agus,
2013).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia,


yang sekadar menjawab what, misalnya apa air, apa manusia,
apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang
atau responden terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan,
misalnya : tentang penyakit (penyebab, cara penularan dan cara
pencegahan) (Notoatmodjo, 2010).
2) Tahapan pengetahuan
Tahapan pengetahuan menurut Benjamin. S Bloom
(1956) dalam (Budiman dan Agus, 2013) ada enam tahapan,
yaitu :
a) Tahu (know)
Berisikan

kemampuan

untuk

mengenali

dan

mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola,


urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.
b) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi tersebut secara benar.

d) Analisis (analisys)
Analisis

adalah

suatu

kemampuan

untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk
meletakan atau menghubungkan bagianbagian didalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f) Evaluasi (evaluation)
Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian suatu materi atau
objek.
3) Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu
pendidikan, informasi / media massa, social, budaya dan
ekonomi, lingkungan, pengalaman, usia (Budiman dan Agus,
2013).
4) Pengukuran tingkat pengetahuan
Menurut Skinner, bila seseorang mampu menjawab
mengenai materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan,
maka dikatakan seseorang tersebut mengetahui bidang tersebut.
Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek


penelitian atau responden.
b. Sikap (Attitude)
1) Pengertian
Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang,
atau peristiwa (Stepan, 2007). Menurut Fishbein dan Ajzen
(1975) Sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk
merespons secara positif atau negatif terhadap suatu objek,
situasi, konsep, atau orang (Budiman dan Agus, 2013).
Sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang
atau responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan,
sehat-sakit dan faktor terkait dengan faktor risiko kesehatan,
misalnya : bagaimana pendapat responden terhadap penyakit
demam berdarah, anak gizi buruk dan lain-lain (Notoatmodjo,
2010).
2) Komponen sikap
Menurut Breckler (1984), komponen utama sikap adalah
sebagai berikut (Budiman dan Agus, 2013).
a) Kesadaran.
b) Perasaan.
c) Perilaku.

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap


Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
(Azwar, 2007) dalam (Budiman dan Agus, 2013).
a) Pengalaman pribadi.
b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting.
c) Pengaruh budaya.

d) Media massa.
e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama.
f) Pengaruh faktor emosional.
4) Tahapan sikap
Dalam taksonomi Bloom (1956) tahapan domain sikap
adalah sebagai berikut (Budiman dan Agus, 2013).
a) Menerima
Tahap sikap menerima adalah kepekaan seseorang
dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang
datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi,
gejala, dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini, misalnya
adalah kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus.
b) Menanggapi
Tahap sikap menanggapi adalah kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya
secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi
terhadapnya.
c) Menilai
Tahap sikap menilai adalah memberikan nilai atau
memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau
objek sehingga apabila kegiatan tersebut tidak dikerjakan,
dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
d) Mengelola
Tahap sikap mengelola adalah mempertemukan
perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang
universal, yang membawa pada perbaikan umum.
e) Menghayati
Tahap sikap mengahayati adalah keterpaduan semua
sistem

nilai

yang

telah

dimiliki

seseorang,

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.


5) Pengukuran sikap

yang

Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah


kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur
adalah : menerima (memperhatikan), merespons, menghargai,
mengorganisasi, dan menghayati. Hasil pengukuran berupa
kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif),
dan netral (Budiman dan Agus, 2013).

c. Tindakan (Practice)
1) Pengertian
Praktek adalah hal apa yang dilakukan oleh responden
terhadap terkait dengan kesehatan misalnya : cara pencegahan
penyakit, cara peningkatan kesehatan, cara memperoleh
pengobatan yang tepat dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
2) Tingkatan praktik menurut kualitasnya menurut Notoatmodjo
2010
a) Praktik terpimpin (guide response)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan
sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan atau
menggunakan panduan.
b) Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau
mempraktikan sesuatu hal secara otomatis maka disebut
praktik atau tindakan mekanis.
c) Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang
sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak
sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah

dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang


berkualitas.
3) Pengukuran tindakan (practice)
Mengukur perilaku terbuka, praktek atau tindakan,
relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan mengukur
perilaku tertutup (pengetahuan dan sikap). Secara garis besar
mengukur perilaku terbuka atau praktek dapat dilakukan melalui
dua metode (Notoatmodjo, 2010), yakni :
a) Langsung
Mengukur perilaku terbuka secara langsung, berarti
peneliti langsung mengamati atau mengobservasi perilaku
subjek yang akan diteliti. Untuk memudahkan pengamatan,
maka hal-hal yang akan diamati tersebut dituangkan atau
dibuat lembar tilik atau (chechk list).
b) Tidak langsung
Pengukuran perilaku secara tidak langsung ini,
berarti peneliti tidak secara langsung mengamati perilaku
orang yang diteliti. Oleh sebab itu pengukuran tidak
langsung ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yakni :
(1) Metode mengingat kembali atau recall
Metode recall ini dilakukan dengan cara
responden atau subjek penelitian diminta untuk
mengingat kembali terhadap perilaku atau tindakan
beberapa waktu lalu. Lamanya waktu yang diminta
untuk diingat responden berbeda-beda. Untuk perilaku
makan atau asupan makanan, oleh para ahli gizi telah
ditetapkan 24 jam maka disebut 24 hours recall.

(2) Melalui orang ketiga atau orang lain yang dekat


dengan subjek atau responden
Pengukuran perilaku terhadap seseorang atau
responden dilakukan oleh orang yang terdekat dengan
responden yang diteliti.
(3) Melalui indikator (hasil perilaku) responden
Pengukuran ini dilakukan melalui indikator
hasil perilaku orang yang diamati. Misalnya peneliti
akan mengamati atau mengukur perilaku kebersihan
diri seorang murid sekolah. Maka yang diamati adalah
hasil dari perilaku kebersihan diri tersebut, antara lain :
kebersihan kuku, telinga, kulit, gigi, dan seterusnya
B. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
1. Pengertian
a. Pengertian perilaku sehat
Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan
proaktif untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan masyarakat.
Menurut Gochman dalam Notoatmodjo (2003), health behaviour
dapat di lihat sebagai atribut-atribut personal seperti kepercayaankepercayaan, harapan-harapan, motif-motif, nilai-nilai, persepsi dan
unsur-unsur kognitif lainnya, sebagai karakteristik individu meliputi
unsur-unsur dan keadaan afeksi dan emosi dan sebagai pola perilaku
yang tampak yakni tindakan-tindakan dan kebiasaan-kebiasaan yang
berhubungan dengan mempertahankan, memilhara dan untuk
meningkatkan kesehatan (Maryunani, 2013).

b. Pengertian perilaku hidup sehat


Perilaku hidup sehat (PHS) adalah perilaku yang bekaitan
dengan upaya atau kegiatan seseorang yang mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya.
c. Pengertian perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS)
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua
perilaku yang dilakukan atas keadaan sehingga anggota keluarga
atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan
dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
(Pusat Promkes Depkes RI, 2008).
Menurut (Poverawati, A dan Rahmawati, E, 2012) bahwa
perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup
keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan
seluruh anggota keluarga.
d. Pengertian program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah
upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan
suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat
dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana dan
pemberdayaan masyarakat (empowerment).
e. Pengertian tatanan dalam perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Yang dimaksud dengan tatanan dalam perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS), dapat di jabarkan sebagai berikut :
1) Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup,
bekerja, bermain, berinteraksi dan lain-lain.

2) Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu rumah tangga, sekolah, tempat


kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum.
3) Pembinaan PHBS dilakukan melalui pendekatan tatanan,
karena setiap orang hidup dalam tatanannya, yang saling
mempengaruhi dan menimbulkan interaksi yang dinamis antar
berbagai pribadi dalam tatanannya, sehingga di harapkan dapat
memacu peningkatan perilaku positif antar anggota dalam
tatanan tersebut.

2. Macam-macam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


a. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah.
c. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di masyarakat.
d. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di institusi kesehatan.
e. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di tempat kerja.
f. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di tempat-tempat umum.
3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga
a. Pengertian
PHBS rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan
anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarkat (Promosi Kesehatan, 2012).
b. Tujuan PHBS di rumah tangga
1) Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas
kesehatan, petugas lintas sektor, media massa, organisasi
masyarakat, LSM, tokoh masyrakat, tim penggerak PKK dan
dunia usaha dalam pembinaan PHBS di rumah tangga.
2) Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS
berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

c. Sasaran PHBS rumah tangga


Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota
keluarga secara keluarga, yaitu :
1)Pasangan usia subur.
2)Ibu hamil dan atau ibu menyusui.
3)Anak dan remaja.
4)Usia lanjut.
5)Pengasuh anak.
d. Manfaat PHBS bagi rumah tangga
1) Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah
sakit.
2) Anak tumbuh sehat dan cerdas.
3) Produktifitas kerja anggota keluarga

meningkat dengan

meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga, maka biaya


yang tadinya di alokasikan untuk kesehatan dapat di alihkan
untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi,
keluarga dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan
keluarga.
e. Sepuluh (10) indikator PHBS di tatanan rumah tangga (Proverawati,
A & Rahmawati, E, 2012) :
1) Persallinan di tolong oleh tenaga kesehatan.
2) Memberi ASI eksklusif.
3) Menimbang balita setiap bulan.
4) Menggunakan air bersih.
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
6) Menggunakan jamban sehat.
7) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.
8) Makan buah dan sayur setiap hari.
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
10) Tidak merokok di dalam rumah.
f. Cara mengukur perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah
tangga
Dengan menggunakan pertanyaan tertutup berupa lembar
wawancara dan observasi berbentuk lembar cheklist tentang
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tatanan rumah

tangga yang telah baku berdasarkan Kemenkes RI 2011 dengan


alternatif jawaban Ya dan Tidak. Jika responden menjawab Ya
diberi nilai = 1 dan jika responden menjawab tidak diberi nilai =
0, kemudian hasil pengukuran variabel PHBS tatanan rumah tangga
dikategorikan menjadi dua kategori :
1) Rumah tangga tidak ber-PHBS = melakukan < 10 Indikator
PHBS tatanan rumah tangga.
2) Rumah tangga ber-PHBS = melakukan 10 indikator PHBS
tatanan rumah tangga.
g. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan
1) Pengertian
Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan adalah
persalinan yang di tolong tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan
tenaga para medis lainnya).
2) Alasan mengapa setiap persalinan harus di tolong oleh tenaga
kesehatan :
a) Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam
membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu bayi lebih
terjamin.
b) Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera di
tolong atau di rujuk ke puskesmas atau rumah sakit.
c) Persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan
menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril
sehingga mencegah terjadinya terjadinya infeksi dan
bahaya kesehatan lainnya.
h. Memberi bayi ASI eksklusif
1) Pengertian bayi di beri ASI eksklusif

Bayi di beri ASI eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan


hanya di beri ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan
atau minuman lain.
2) Pengertian ASI
ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan
kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi,
sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI
pertama berupa cairan bening bewarna kekuningan (kolostrum)
yang sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan
terhadap penyakit.
3) Manfaat memberikan ASI
a) Manfaat ASI bagi ibu
(1) Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan
bayi.
(2) Mengurangi pendarahan setelah persalinan.
(3) Mempercepat pemulihan kesehatan ibu.
(4) Mengurangi resiko terkena kanker payudara.
b) Manfaat ASI bagi bayi
(1) Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.
(2) Bayi tidak sering sakit.
i. Menimbang bayi dan balita
1) Pengertian
Menimbang bayi dan balita adalah menimbang bayi /
balita setiap bulan dan mencatat dalam kartu menuju sehat
(KMS).
2) Alasan mengapa bayi harus ditimbang setiap bulan
Penimbangan bayi dan balita di maksudkan untuk
memantau pertumbuhan bayi dan balita setiap bulan.
j. Menggunakan air bersih
1) Pengertian
Air adalah kebutuhan dasar yang di pergunakan seharihari untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya
agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit.

2) Syarat-syarat air bersih


a) Air tidak berwarna (jernih).
b) Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur,
sampah, dan lain-lain.
c) Air tidak berasa.
d) Air tidak berbau seperti bau amis, dan belerang.
3) Manfaat air bersih
a) Terhindar dari gangguan penyakit seperti diare, kolera,
disentri, dan penyakit kulit.
b) Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.
4) Asal sumber air bersih
a) Mata air.
b) Air sumur / sumur pompa.
c) Air ledeng.
d) Air hujan.
e) Air dalam kemasan.
k. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
1) Pengertian
Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air
ataupun cairan lainnya oleh manusia untuk tujuan menjadi
bersih.
2) Manfaat mencuci tangan
a) Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.
b) Mencegah penyakit seperti diare, kecacingan, penyakit kulit
dan lain-lain.
c) Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
l. Menggunakan jamban sehat
1) Pengertian
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat duduk
dengan leher angsa yang dilengkapi dengan unit penampungan
kotoran dan air untuk membersihkannya.
2) Jenis jamban yang digunakan

a) Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya


berupa lubang.
b) Jamban tangki septik adalah jamban berbentuk leher angsa
yang penampunganya berupa tangki septik.
3) Syarat-syarat jamban sehat
a) Tidak mencemari sumber air minum, jarak antara sumber
air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter.
b) Tidak berbau.
c) Kotoran tidak dapat di jamah oleh serangga dan tikus.
d) Tidak mencemari tanah disekitarnya.
e) Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
f) Di lengkapi dinding dan atap pelindung.
g) Penerangan dan ventilisai yang cukup.
h) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
i) Tersedia air, sebun dan alat pembersih.
m. Memberantas jentik nyamuk di rumah sekali seminggu
1) Pengertian rumah bebas jentik
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah
dilakukan pemerikasaan jentik secara berkala tidak terdapat
jentik nyamuk.
2) Manfaat rumah bebas jentik
a) Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan
penyakit dengan perantara nyamuk dapat di cegah atau di
kurangi.
b) Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin
besar seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria
cikungunya atau kaki gajah.
c) Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat.
n. Makan buah dan sayur setiap hari
1) Pentingnya makan sayuran dan buah
a) Mengandung vitamin dan mineral, yang
pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh.
b) Mengandung serat yang tinggi.
2) Manfaat vitamin yang ada di dalam sayur dan buah
a) Vitamin A untuk pemeliharaan kesehatan mata.

mengatur

b) Vitamin D untuk kesehatan tulang.


c) Vitamin E untuk kesuburan.
d) Vitamin K untuk pembekuan darah.
e) Vitamin C meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
f) Vitamin B mencegah penyakit beri-beri.
g) Vitamin B12 meningkatkan nafsu makan.
3) Manfaat makanan berserat
a) Mencegah diabetes.
b) Melancarkan buang air besar.
c) Menurunkan berat badan.
d) Membantu proses pembersihan racun.
e) Mencegah kanker.
o. Melakukan akrivitas fisik setiap hari
Aktifitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh
yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas
hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.
p. Tidak merokok di dalam rumah
Tidak merokok di dalam rumah. Setiap anggota keluarga
tidak boleh merokok di dalam rumah. Berdasarkan hasil SUSENAS
(Survey sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001 menyatakan bahwa
92,0%, dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok didalam
rumah ketika bersama anggota rumah tangga lainnya.
C. Konsep Diare
1. Pengertian Diare
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan
atau tanpa darah dan lendir dalam feses. Secara epidemiologik, biasanya
diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses lunak atau cair tiga kali
atau lebih dalam satu hari, tetapi ibu mungkin menggunakan istilah
berbeda-beda untuk menggambarkan diare. Secara lebih praktis diare
didefinisikan sebagai frekuensi feses menjadi lebih lunak pada anak
sehingga dianggap abnorma oleh ibu anak tersebut (Sodikin, 2012).

Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab


lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala
dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar
saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan penyakit
diare, karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat
tindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi perlu
mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bila
terlambat (Ngastiyah, 2012).
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume,
keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus
lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat, 2008).
2. Jenis Diare
Secara klinis, diare dibedakan menjadi tiga macam sindrom yaitu :
a. Diare akut (gastroenteritis) adalah yang terjadi secara mendadak
pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Diare akut lebih sering
terjadi pada bayi dari pada anak yang lebih besar.
b. Disentri adalah diare yang disertai darah dalam feses, menyebabkan
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat dan kerusakan
mukosa usus akibat bakteri invasif.
c. Diare persisten adalah diare yang pada mulanya akut, tetapi
berlangsung lebih dari 14 hari. Kejadian dapat dimulai sebagai diare
cair atau disentri (Sodikin, 2012).
3. Etiologi
Secara garis besar, penyebab diare dikelompokan menjadi
penyebab langsung atau faktor yang dapat mempermudah atau

mempercepat terjadinya diare. Penyebab diare akut dapat dibagi menjadi


dua golongan, yaitu diare sekresi dan diare osmotik.
Kuman penyebab diare menyebar melalui mulut (orofekal), di
antaranya melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh feses atau
kontak langsung dengan feses penderita. Beberapa perilaku khusus
menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko
terjadinya diare, yaitu :
a. Tidak memberi ASI eksklusif selama 4-6 bulan pertama kehidupan.
risiko menderita diare berat beberapa kali lebih besar pada bayi yang
tidak mendapat ASI dibandingkan bayi yang mendapat ASI
eksklusif. risiko kematian karena diare juga lebih besar.
b. Menggunakan botol susu yang tidak bersih. Penggunaan botol ini
memudahkan pencemaran oleh kuman yang berasal dari feses dan
sukar dibersihkan. Sewaktu susu dimasukan kedalam botol yang
tidak bersih, terajadi kontaminasi kuman dan bila tidak segera
diminum, kuman dapat berkembangbiak di dalamnya.
c. Menyimpan makanan matang pada suhu kamar. Penyimpanan
makanan

yang

sudah

dimasak

untuk

digunakan

kemudian

memudahkan pencemaran, salah satunya melalui kontak dengan


permukaan peralatan yang terpajan.
d. Menggunakan air minum tercemar bakteri yang berasal dari feses.
Air mungkin terpajan pada sumbernya atau pada saat disimpan di
rumah. Pencemaran di rumah dapat terjadi jika tempat penyimpanan
tidak tertutup atau jika tangan tercemar kuman saat kontak dengan
air sewaktu mengambilnya dari tempat penyimpanan.

e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang


feses, atau sebelum memasak makanan.
f. Membuang feses (termasuk feses bayi) dengan tidak benar. Di
masyarakat ada anggapan bahwa feses bayi tidak membahayakan
kesehatan, padahal sebenarnya feses bayi mengandung virus atau
bakteri dalam jumlah besar. Feses binatang dapat pula menyebabkan
infeksi pada manusia.
Faktor-faktor penyebab Diare :
Faktor infeksi
a. Infeksi enternal ; infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi
enternal sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri : Vibrio,

E.coli,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.


2) Infeksi virus : Enterovirus (virus

Salmonella,
ECHO,

Shigella,
Coxsackie,

Poliomyelitis) Adeno-virus Rotavirus, Astrovirus,dan lain-lain.


3) Infeksi
parasit
:
Cacing
(Ascaris,
Trichuris,
Oxyuris,Strongyloides);

protozoa

(Entamoeba

histolytica,

Giardia lambia, Trichomonas hominis); jamur (Candida


albicans).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan
seperti otitis media akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefaliti dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun (Sodikin,
2012).
4. Manifestasi Klinis

Gambaran awal diare dimulai dengan bayi atau anak cengeng,


gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada, kemudian timbul diare. Fases makin cair, mungkin
mengandung darah atau lendir, dan fases berubah menjadi kehijauan
karena becampur empedu (Sodikin, 2012).
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan eletrolit, gejala dehidrasi mulai nampak ;
yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi
menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat (Ngastiyah, 2012).
5. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai
kemungkinan faktor di antaranya pertama faktor infeksi, proses ini dapat
diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran
pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel
mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
Selanjutnya

terjadi

perubahan

kapasitas

usus

yang

akhirnya

mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan


elektrolit.
Kedua

faktor

malabsorpsi

merupakan

kegagalan

dalam

melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat


sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadila diare. Ketiga faktor

makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang
kemudian menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis dapat
mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan
diare (Hidayat, 2008).
6. Komplikasi
Komplikasi kehilangan akibat diare.
a. Dehidrasi
1) Ringan (5%BB).
2) Sedang (5-10%BB).
3) Berat (10-15%BB).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahan elektrokardiogram).
d. Hipoglikemia.
e. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
f. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau
kronik) (Arief & Kristiyanasari, W, 2009).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan objektif utama pada pasien penderita diare akut
adalah penentuan tingkat keparahan dehidrasi dan deplesi elektrolit.
Adanya demam menunjukan infeksi oleh salmonella, shigella, atau
campylobacter. Pemeriksaaan colok dubur dan sigmoidoskopi harus
dilakukan. Keduanya bertujuan menilai tingkat radang rektal (Sodikin,
8.

2012).
Pencegahan Diare
a. Memberi ASI eksklusif kepada bayi usia 4-6 bulan.
b. Menghindari penggunaan susu botol.

c. Memperbaiki

cara

penyiapan

dan

penyimpanan

makanan

pendamping ASI.
d. Menggunakan air bersih untuk minum.
e. Mencuci tangan dengan baik sesudah buang air besar dan setelah
membuang feses bayi, serta sebelum makan.
f. Membuang feses secara benar.
D. Konsep Balita
1. Pengertian
Balita adalah anak dengan usia di bawah 5 tahun dengan
karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun
dimana umur 5 bulan berat badan naik 2x berat badan lahir, dan 3x berat
badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Balita
juga diartikan anak yang telah menginjak usia diatas 1 tahun atau lebih
populer dengan pengertian usia anak di bawah 5 tahun (Septiari, 2012).
Bagan 2.1 Kerangka Teori

Persalinan Di Tolong
Tenaga Kesehatan
Memberi ASI Eksklusif
Menimbang Bayi Setiap
Bulan
Prilaku Hidup
Bersih dan Sehat
Rumah Tangga

Mencuci Tangan Dengan


Air Bersih dan Sabun
Menggunakan Air Bersih
Makan Buah dan Sayur
Setiap HariJentik
Memberantas
Nyamuk di Rumah Sekali
Seminggu
Menggunakan Jamban
Sehat
Melakukan Aktivitas
Fisik Setiap Hari
Tidak Merokok di Dalam
Rumah

Sumber : PUSPROMKES DEPKES RI, 2006, Maryunani, A 2013, Budiman


dan Agus, 2013, Notoatmodjo, 2010
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Definisi Konsepsional
Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah suatu uraian dan
visiualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang
lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari
masalah yang ingin diteliti. Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk
dengan menggeneralisasi suatu pengertian. Oleh sebab itu, konsep tidak dapat
diukur dan diamati secara langsung. Agar dapat diamati dan dapat diukur,
maka konsep tersebut harus dijabarkan ke dalam variabel-variabel. Dari
variabel itulah konsep dapat diamati dan diukur (Notoatmodjo, 2012).
Jenis variabel diklasifikasikan menjadi bermacam-macam tipe untuk
menjelaskan

penggunaannya

dalam

penelitian.

Beberapa

variabel

dimanipulasi, yang lainnya sebagai kontrol. Beberapa variabel diidentifikasi


tetapi tidak diukur dan yang lainnya diukur dengan pengukuran sebagian.
Macam-macam tipe variabel meliputi : independen, dependen, moderator,
perancu, kontrol dan random (Nursalam, 2008).
Peneliti membahas hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
rumah tangga, dari 10 indikator peneliti mengambil memberi ASI eksklusif,
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan air bersih, dan
menggunakan jamban sehat sebagai variabel independen dan kejadian diare
pada balita sebagai variabel dependen.

Bagan 3.1 : Kerangka Konsep

Memberi ASI
Eksklusif

Mencuci Tangan
dengan Air Bersih dan
Sabun

Kejadian Diare

Menggunakan Air
Bersih

Menggunakan Jamban
Sehat

B. Operasional Variabel
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2012).

Tabel 3.1 Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah
Tangga dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Sukarami
Palembang 2013
Definisi
Skala
Variabel
Cara Ukur
Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional
Ukur

Memberi ASI
Eksklusif

Bayi diberi
ASI saja tanpa
makanan
tambahan
selama 6 bulan

1.ASI eksklusif
jika bayi
diberi ASI
sampai
umur 6
bulan tanpa
makanan
tambahan
Wawancara

Salah satu
tindakan
Mencuci
sanitasi dengan
Tangan dengan membersihkan
Wawancara
Air Bersih dan tangan dan jari
Sabun
jemari dengan
air ataupun
cairan lainnya

Menggunakan
Air Bersih

Air yang
dipergunakan
sehari-hari
untuk minum,
mandi,
mencuci dan
sebagainya

Wawancara

Kuesioner

2.Tidak ASI
eksklusif
jika bayi
diberi ASI
dan
makanan
tambahan
sampai
umur 6
bulan
(Kemenkes
RI 2011)

Ordinal

1. Baik jika
nilai = 6
Kuesioner

2. Kurang
baik jika
nilai < 6
(Kemenkes
RI 2011)

1. Air bersih
jika nilai
=4
2. Air
Kuesioner
kurang
bersih jika
nilai < 4
(Kemenkes
RI 2011)

Ordinal

Ordinal

1. Jamban
sehat jika
nilai = 9

Suatu ruangan
yang
mempunyai
fasilitas
pembuangan
kotoran
manusia

Wawancara

Kuesioner

Suatu
peristiwa yang
Kejadian Diare menerangkan
jumlah
penderita diare

Wawancara

Kuisioner

Menggunakan
Jamban Sehat

2. Jamban
kurang
sehat jika
nilai < 9
(Kemenkes
RI 2011)
1. Diare jika
BAB cair
> 3x
sehari
dalam 6
bulan
terakhir.
2. Tidak
diare jika
BAB cair
3x
sehari
dalam 6
bulan
terakhir

Ordinal

Ordinal

C. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya
dalam penelitian. Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut
kemampuanya untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas. Di dalam
penelitian ada dua jenis hipotesis yang digunakan yaitu hipotesis kerja atau

disebut dengan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) (Arikunto,
2010).
Bedasarkan tujuan dan kerangka konsep penelitian, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Ha :
1. Ada hubungan memberi ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita.
2. Ada hubungan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan
kejadian diare pada balita.
3. Ada hubungan menggunakan air bersih dengan kejadian diare pada balita.
4. Ada hubungan menggunakan jamban sehat dengan kejadian diare pada
balita.

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian

yang

digunakan

adalah

kuantitatif

dengan

menggunakan survei analitik melalui pendekatan cross sectional, yaitu suatu


penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko

dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data


sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoadmodjo, 2012).
Peneliti membahas perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah
tangga dalam memberi ASI eksklusif, mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun, menggunakan air bersih, dan menggunakan jamban sehat sebagai
variabel independen dan kejadian diare sebagai variabel dependen.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di

Puskesmas

Sukarami

Palembang.

Pengumpulan data yang telah dilakukan melalui pengisian kuesioner pada


tanggal 12 Juni 2013 22 juni 2013.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).
Populasi penelitian ini adalah keluarga yang datang dengan membawa
balita ke Puskesmas Sukarami Palembang pada saat penelitian. Perkiraan
besar populasi keluarga yang membawa balita ke puskesmas 4 bulan
terakhir pada tahun 2013 adalah sebanyak 740 orang, rata-rata perbulan
adalah 185 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2010). Pengambilan sampel dalam peneltian ini dilakukan
dengan metode non random (non probability) sampling yaitu pengambilan
sampel

yang

tidak

didasarkan

atas

kemungkinan

yang

dapat

diperhitungkan, dengan menggunakan teknik accidental sampling yaitu

pengambilan sampel secara accidental ini dilakukan dengan mengambil


kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat
sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2012). Jumlah sampel
dalam penelitian ini berjumlah 40 responden.
Dengan kriteria inklusi responden :
a. Keluarga yang bersedia untuk menjadi responden.
b. Keluarga yang membawa balita ke Puskesmas Sukarami Palembang.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
responden dengan menggunakan kuesioner untuk variabel perilaku
hidup bersih dan sehat rumah tangga dengan kejadian diare pada
balita di Puskesmas Sukarami Palembang tahun 2013.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari Profil
DINKES Kota Palembang, Puskesmas Sukarami Palembang, dari
buku ajar keperawatan anak, data tertulis dari media cetak maupun
elektronik.
E. Alat Pengumpul Data
Pengumpulan data

merupakan

kegiatan

penelitian

untuk

mengumpulkan data. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat


alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian (Hidayat,
Aziz Alimul, 2009).
Alat ukur pengumpulan data tersebut antara lain dapat berupa sebagai
berikut :
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner
dengan beberapa pertanyaan. Pembuatan kuesioner ini dibuat oleh peneliti

sendiri berdasarkan teori dan mengacu kepada permasalahan yang akan


diteliti dengan menggunakan skala Guttman. Skala Guttman ini pada
umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian, apabila
skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2009).
a. Pada variabel dependen kejadian diare dalam 6 bulan terakhir, hasil
ukur yang digunakan adalah diare jika nilai jawaban 1 dan tidak
diare jika jawaban nilai 0.
b. Pada variabel independen memberi ASI eksklusif, hasil ukur yang
digunakan adalah ASI eksklusif jika nilai jawaban 1 dan tidak ASI
eksklusif jika nilai jawaban 0.
c. Pada variabel independen mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
hasil ukur yang digunakan adalah baik jika nilai jawaban = 6 dan
kurang baik jika nilai jawaban < 6.
d. Pada variabel independen menggunakan air bersih, hasil ukur yang
digunakan adalah air bersih jika nilai jawaban = 4 dan air kurang
bersih jika nilai jawaban < 4.
e. Pada variabel independen menggunakan jamban sehat, hasil ukur yang
digunakan adalah jamban sehat jika nilai jawaban = 9 dan jamban
kurang sehat jika nilai jawaban > 9.
2. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mewawancarai langsung responden yang akan diteliti, metode ini
memberikan hasil secara langsung dan bertujuan untuk mengetahui hal-hal
dari responden secara mendalam. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif. Oleh karena itu wawancara yang dilakukan tidak
secara mendalam.untuk mendapatkan data yang mendukung variabel

penelitian serta untuk memberikan penjelasan kepada responden yang


tidak mengerti maksud dari pertanyaan yang dibuat peneliti dalam
kuesioner.

F. Tehnik Analisis Data


1. Pengolahan Data
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang
harus ditempuh, diantaranya (Hidayat, 2009) :
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran
data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik
(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian
kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data
menggunakan komputer. Biasanya dalam pembeian kode dibuat juga
daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk
memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu
variabel.
c. Entry data
Data entri adalah kegiatan memasukan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga
dengan membuat tabel kotigensi.
d. Pembersihan Data (cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden
selesai dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan,


dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi
(Notoatmodjo, 2010).
2. Analisis Data
a. Univariat
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi
dari tiap variabel yang diteliti baik dependen maupun independen.
Analisa univariat ini untuk melihat karakteristik dan kualitas tiap
variabel dengan tujuan untuk melihat kelayakan data yang
dikumpulkan.

Pada

umumnya

dalam

analisis

ini

hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel


yakni kejadian diare pada balita, ASI eksklusif, mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun, menggunakan air bersih dan
menggunakan jamban sehat.
b. Bivariat
Analisa bivariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. (Notoatmodjo,
2012). Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah chisquare untuk mengetahui hubungan variabel dependen (kejadian
diare) dan variabel independen (perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) Rumah Tangga dalam memberi ASI eksklusif, mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan air bersih dan
menggunakan jamban sehat). Data yang telah di tabulasi diolah
dengan menggunakan komputer menurut distribusi frekuensi dan
tabulasi silang kemudian di analisis dengan menggunakan uji chi-

square dengan tingkat kemaknaan 0,05, dengan kriteria uji apabila p


value > dari taraf kesalahan yang ditetapkan (nilai ) maka tidak ada
hubungan. Bila p value taraf kesalahan yang ditetapkan (nilai )
maka ada hubungan (Hidayat 2009).
G. Jadwal Penelitian
Jadwal pelaksanaan tahun 2013, yaitu penyusunan proposal dilakukan
pada tanggal 04 Mei-04 Juni 2013. Pengajuan seminar proposal pada tanggal
04 Mei 2013. Seminar proposal pada tanggal 12 Juni 2013. Perbaikan
proposal pada tanggal 13-24 Juni 2013. Pengamatan dan pengumpulan data
tanggal 13-22 Juni 2013. Analisa data dan interpretasi pada tanggal 23-17 Juli
2013. Pengajuan seminar hasil dan komprehensif pada tanggal 17 Juli 2013.
Ujian skripsi pada tanggal 23 Juli 2013. Perbaikan skripsi pada tanggal 24-27
Juli 2013. Penyerahan skripsi dan buku ke Program Studi pada tangaal 27
Juli.
H. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang
sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan
berhubungan langsung dengan manusia, maka dari segi etika penelitian harus
diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai
berikut :
1. Informed Consent (lembar persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent ini diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan


informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak tersedia, maka
peneliti harus menghormati hak pasien.
2. Anomity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset (Hidayat, 2009).

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.
A. Gambaran Umum Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah satuan organisasi
fungsional

yang

menyelenggarakan

upaya

kesehatan

yang

bersifat

menyeluruh, terpadu merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat


dengan peran serta aktif masyarakat yang menggunakan hasil pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan biaya yang dapat dipikul
oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan
dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas, guna
mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan
perorangan.
Pelayanan kesehatan menyeluruh adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif (penyuluhan kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif
(penyembuhan penyakit) maupun rehabilitatif (pemulihan kesehatan) dan
ditujukan untuk semua golongan umur dan jenis kelamin.
Puskesmas Sukarami sebagai Unit Pelayanan Kesehatan terdepan
tingkat dasar, harus mampu mandiri dan bertanggung jawab terhadap

kesehatan masyarakat khususnya di wilayah kerjanya yang meliputi 2 (dua)


keluarahan yakni Kelurahan Kebun Bunga dan Kelurahan Sukarami dalam
membantu Dinas Kesehatan Kota Palembang untuk mencapai Visi
Palembang Sehat Tahun 2013.
1. Letak Geografi
Puskesmas Sukarami berdiri tahun 1990 dengan luas bangunan
kurang lebih 200 m2, ditambah enam unit rumah dinas untuk dokter dan
paramedis sehingga luas seluruhnya mencakup kurang lebih 450 m 2.
Lokasi Puskesmas Sukarami berada di Jalan Kebun Bunga Kelurahan
Kebun Bunga Kecamatan Sukarami, berdekatan dengan beberapa instansi
seperti kantor kecamatan sukarami, kantor Kelurahan Kebun Bunga,
Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan kantor KUA kecamatan
Sukarami. Berjarak 1 km dari Jalan Kolonel H. Burlian Km 9.
Puskesmas Sukarami dapat ditempuh dengan kendaraan umum, baik roda
dua maupun kendaraan roda empat. Wilayah kerja Puskesmas meliputi
tiga kelurahan :
a. Kelurahan Kebun Bunga
b. Kelurahan Sukarami
c. Kelurahan Karya Baru
Luas keseluruhan wilayah tersebut adalah 1.550 km2 yang
sebagian besar hanya dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua ataupun
belum ada kendaraan umum dengan kondisi tanah perbukitan dan dataran
rendah serta jumlah penduduk 51.859 jiwa.
2. Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami

Adapun batas wilayah puskesmas Sukarami Palembang meliputi:


a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Srijaya, Suka Bangun.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Kenten.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Karya Baru.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sukajadi
3. Visi dan Misi Puskesmas
Visi dan misi serta tujuan dari Puskesmas Sukarami Palembang adalah :
a. Visi
Tercapainya wilayah kerja puskesmas Sukarami yang sehat optimal
tahun 2014
b. Misi
1) Meningkatkan sarana dan prasarana dan pelayanan bermutu prima
2) Meningkatkan kemitraan pada semua pihak
3) Meningkatkan sumber daya manusia di Puskesmas Sukarami
4) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat
5) Menciptakan suasana nyaman dilingkungan kerja
c. Tujuan Pokok Puskesmas
1) Menyelenggarakan segala urusan rumah tangga daerah dalam
bidang kesehetan yang menjadi tanggung jawabnya dan tugas
pembantuan yang diberikan oleh pemerintah tingkat I dan
pemerintah kota.
2) Pembinaan umum bidang kesehatan meliputi pendekatan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif berdasarkan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh Gubernur.
3) Pembinaan teknis upaya kesehatan dasar dan upaya pelayanan
kesehatan

rujukan

berdasarkan

ditetapkan oleh menteri kesehatan.

kebijaksanaan

teknis

yang

4) Pembinaan operasional sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan


oleh Bupati / Walikota Kepala Daerah Tingkat I.
4. Demografi
Adapun peta demografi di wilayah kerja puskesmas Sukarami Tahun
2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.1 Peta Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami Tahun
2012
Kelurahan
No
Kondisi Demografi
Kebun Sukarami Jumlah
Bunga
1.

Jumlah Penduduk

32223

19636

51859

2.

Jumlah Kepala Keluarga

5505

3153

3663

3.

Jumlah Bayi

440

274

318

4.

Jumlah Balita

1229

661

1880

5.

Jumlah Posyandu

11

17

6.

Jumlah Kader

Sumber : Profil Puskesmas Sukarami Tahun 2013


5. Sarana dan Prasarana
a. Sumber dana
1) Retribusi 40%
2) ASKES
3) APBD
4) JPS BK
b. Sarana transportasi
1) Mobil ambulance pusling 1 unit
2) Sepeda motor 2 unit
c. Sarana administrasi

Sampai saat ini Puskesmas Sukarami memiliki satu unit komputer


yang digunakan semaksimal mungkin untuk pembuatan laporan dan
pembukuan di Puskesmas.
6. Kegiatan dan Program
a. Kesehatan Ibu dan Anak
1) Pemeriksaan antenatal, buteki, nifas
2) Pemeriksaan MTBS
3) Keluarga berencana
4) Pembinaan posyandu
5) Pembinaan TK
6) Pemberian kapsul vitamin A
7) pemberian tablet penambah darah
8) Penyuluhan pemanfaatan pekarangan
9) Penyuluhan PMT
10) Pemberian makanan tambahan untuk anak sekolah
11) Penyuluhan gilingan emas
b. Kesehatan lingkungan
1) Penyuluhan kesehatan lingkungan sekolah, posyandu, dan
pemukiman
2) Pendataan rumah sehat
3) PHBS
4) Pendataan TPM-TPU
5) Penyuluhan gilingan emas
c. P2P
1) P2 ISPA

a) Penyuluhan penyakit ISPA


b) Penemuan penderita ISPA
c) Pengobatan penderita ISPA
2) P2 Diare
a) Penyuluhan penyakit diare
b) Pengobatan penderita diare
c) Rehidrasi rumah tangga
3) P2 TB paru
a) Penyuluhan penyakit TB paru
b) Pengobatan penderita TB paru
c) Pemeriksaan dahak dirujuk ke puskesmas Dempo karena
puskesmas Ariodillah merupakan puskesmas satelit
4) DHF
a) Penyuluhan penyakit DHF
b) Pengobatan penderita DHF
5) Imunisasi
a) Penyuluhan imunisasi
b) Pelayanan imunisasi bayi, bumil, dan caten
c) Pelayanan imunisasi anak SD
6) Pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan
a) Pengobatan umum
b) Penyuluhan peserta dan keluarga Askes
c) Pengobatan keluarga miskin dan JPS-BK

d) Rujukan
7) Penyuluhan kesehatan masyarakat
a) Didalam gedung puskesmas
b) Diluar gedung puskesmas
8) Usaha kesehatan sekolah (UKS)
a) Pendataan dan penimbangan anak TK
b) Pendataan dan skrining anak SD kelas I
c) Imunisasi (Bias)
9) Perawatan kesehatan masyarakat
a) Rujukan kasus risiko tinggi
b) Kunjungan rumah penderita TB paru dan lain-lain
c) Kunjungan rumah bumil, bayi, balita berisiko tinggi
10) Kesehatan gigi dan mulut
a) Pengelolaan penyakit gigi dan mulut
b) Penyuluhan penyakit gigi dan mulut di Posyandu
c) Penyuluhan dan pemeriksan gigi di TK dan SD

11) Laboratorium sederhana


a) Untuk bumil, pemeriksaan Hb
b) Pemeriksaan kehamilan dengan gravindica stick secara
sederhana
c) Sputum BTA
d) Pemeriksaan widal

12) Kesehatan mata


a) Penyuluhan penyakit mata
b) Pencarian penderita penyakit mata
c) Pengobatan penderita penyakit mata
d) Merujuk penderita kelainan mata
13) Pencatatan dan pelaporan
a) Laporan bulanan
b) Laporan mingguan
c) Laporan PWS KIA, Gizi, Imunisasi
d) Laporan KB
e) Laporan P2M
f) Laporan tahunan
g) Laporan stratifikasi
h) Laporan keuangan
14) Kesehatan usia lanjut
a) Pendataan usia lanjut
b) Pengobatan usia lanjut
B. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
Dalam analisa univariat dihasilkan distribusi frekuensi jumlah dan
persentase dari masing-masing kategori variabel independen (memberi
ASI eksklusif, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan

air bersih dan menggunakan jamban sehat) dan variabel dependen


(kejadian diare pada balita).
a. ASI eksklusif
Berdasarkan hasil perhitungan, peneliti membagi variabel
memberi ASI eksklusif menjadi 2 kategori yaitu ASI eksklusif dan
tidak ASI eksklusif, hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Memberi ASI Eksklusif
di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013
No

Memberi ASI eksklusif

Frekuensi

Persentase

ASI eksklusif

21

52,5

Tidak ASI eksklusif

19

47,5

Total

40

100

Distribusi memberi ASI eksklusif berdasarkan kategori pada


tabel 5.2, hasil penelitian didapatkan responden yang memberi ASI
ekslusif sebanyak 21 keluarga (52,5%), dan responden yang tidak
memberikan ASI eksklusif sebanyak 19 keluarga (47,5%) dari 40
keluarga.

b. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun


Berdasarkan hasil perhitungan, peneliti membagi variabel
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun menjadi 2 kategori, yaitu
baik dan kurang baik. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Mencuci Tangan dengan


Air Bersih dan Sabun di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

Mencuci Tangan dengan


Air Bersih dan Sabun
Baik

Kurang Baik

13

32,5

Total

40

100

No

Frekuensi

Persentase

27

67,5

Distribusi mencuci tangan dengan air bersih dan sabun


berdasarkan kategori pada tabel 5.3, hasil penelitian didapatkan
responden yang baik dalam mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun sebanyak 27 keluarga (67,5%), dan responden yang kurang baik
sebanyak 13 keluarga (32,5%) dari 40 keluarga.
c. Menggunakan air bersih
Berdasarkan hasil perhitungan, peneliti membagi variabel
menggunakan air bersih menjadi 2 kategori, yaitu air bersih dan air
kurang bersih. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Menggunakan Air Bersih di
Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013
No

Menggunakan Air Bersih

Frekuensi

Persentase

Air Bersih

30

75

Air Kurang Bersih

10

25

Total

40

100

Distribusi menggunakan air bersih berdasarkan kategori pada


tabel 5.4, hasil penelitian didapatkan responden yang menggunakan
air bersih sebanyak 30 keluarga (75%), dan responden yang
menggunakan air kurang bersih sebanyak 10 keluarga (25%) dari 40
keluarga.
d. Menggunakan jamban sehat
Berdasarkan hasil perhitungan, peneliti membagi variabel
menggunakan jamban sehat menjadi 2 kategori, yaitu jamban sehat
dan jamban kurang sehat. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Menggunakan Jamban
Sehat di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013
No

Menggunakan Jamban
Sehat

Frekuensi

Persentase

Jamban Sehat

30

75

Jamban Kurang Sehat

10

25

Total

40

100

Distribusi menggunakan jamban sehat berdasarkan kategori


pada tabel 5.5, hasil penelitian didapatkan responden yang
menggunakan jamban sehat sebanyak 30 keluarga (75%), dan
responden yang menggunakan jamban kurang sehat sebanyak 10
keluarga (25%) dari 40 keluarga.
e. Kejadian diare

Berdasarkan hasil perhitungan, peneliti membagi variabel


kejadian diare menjadi 2 kategori, yaitu diare dan tidak diare. Hasil
analisis dapat dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Diare di
Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013
No

Kejadian Diare

Frekuensi

Persentase

Diare

19

52,5

Tidak Diare

21

47,5

Total

40

100

Distribusi kejadian diare berdasarkan kategori pada tabel 5.6,


hasil penelitian didapatkan responden yang balitanya mengalami diare
dalam 6 bulan terakhir sebanyak 19 keluarga (47,5%), dan responden
yang balitanya tidak mengalami diare dalam 6 bulan terakhir
sebanyak 21 keluarga (52,5%) dari 40 keluarga.

2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independen (memberi ASI eksklusif, mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun, menggunakan air bersih dan menggunakan jamban sehat)
dengan variabel dependen (kejadian diare pada balita), uji hubungan pada

penelitian ini menggunakan uji chi square dengan derajat kemaknaan 5 %


(0,05).
a. Hubungan antara Memberi ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare
Pada Balita.
Tabel 5.7
Hubungan antara Memberi ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare
Pada Balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013
Kejadian Diare
No

1.
2,

Memberi ASI
Eksklusif

ASI Eksklusif
Tidak ASI
Eksklusif
Total

Tidak
Diare

Total

Diare

11

52,4

10

47,6

21

100

10

52,6

47,4

19

100

21

52,5

19

47,5

40

100

OR
95%
CI

P
Value

1,010
(,2923,500)

1,000

Dari tabel 5.7, dapat diketahui bahwa keluarga yang memberikan


ASI eksklusif dari 21 responden, balita yang mengalami diare 10
(47,6%), lebih besar bila dibandingkan dengan keluarga yang tidak
memberikan ASI eksklusif, balita yang mengalami diare 9 (47,4%)
dari 19 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 1,000
maka dapat disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima. Ini berarti tidak
ada hubungan yang signifikan antara memberi ASI eksklusif dengan
kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami Palembang tahun
2013.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR (Odds Rotio) = 1,010


artinya keluarga yang tidak memberikan ASI eksklusif mempunyai
peluang 1,01 kali balitanya terkena diare dari pada keluarga yang
memberikan ASI eksklusif.
b.

Hubungan antara Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun


dengan Kejadian Diare pada Balita
Tabel 5.8
Hubungan antara Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun
dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Sukarami
Palembang Tahun 2013

No

Mencuci
Tangan
dengan Air
Bersih dan
Sabun

Kejadian Diare
Total

Tidak
Diare
N %

Diare

1.

Baik

16

59,3

11

40,7

27

100

2,

Kurang Baik

38,5

61,5

13

100

21

52,5

19

47,5

40

100

Total

OR 95%
CI

P
Value

0,430
(,1111,667)

0,370

Dari tabel 5.8, dapat diketahui bahwa keluarga yang mencuci


tangan dengan air bersih dan sabun baik dari 27 responden, balita
yang mengalami diare 11 (40,7%), lebih kecil bila dibandingkan
dengan keluarga yang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
kurang baik balita yang mengalami diare 8 (61,5%) dari 13
responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,370 maka
dapat disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima. Ini berarti tidak ada
hubungan yang signifikan antara mencuci tangan dengan air bersih

dan sabun dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami


Palembang tahun 2013.
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR (Odds Ratio) = 0,430
artinya keluarga yang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
yang kurang baik mempunyai peluang 0,430 kali balitanya terkena
diare dari pada keluarga yang mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun yang baik.
c.

Hubungan antara Menggunakan Air Bersih dengan Kejadian Diare


pada Balita
Tabel 5.9
Hubungan antara Menggunakan Air Bersih dengan Kejadian Diare
pada Balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

No

Menggunaka
n Air Bersih

Kejadian Diare
Tidak
Diare
Diare
N %
n
%

Total

1.

Air Bersih

18

60

12

40

30

100

2,

Air Kurang
Bersih

30

70

10

100

Total

21

52,5

19

47,5

40

100

OR
95%
CI

P
Value

0,430
(,1111,667)

0,148

Dari tabel 5.9, dapat diketahui bahwa keluarga yang menggunakan


air bersih dari 30 responden, balita yang mengalami diare 12 (40%),
lebih kecil bila dibandingkan dengan keluarga yang menggunakan air
kurang bersih, balita yang mengalami diare 7 (70%) dari 10 responden.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,148 maka dapat

disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima. Ini berarti tidak ada hubungan


yang signifikan antara menggunakan air bersih dengan kejadian diare
pada balita di Puskesmas Sukarami Palembang tahun 2013.
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR (Odds Ratio) = 0,430
artinya keluarga yang tidak menggunakan air bersih terkena peluang ,
430 kali balitanya mengalami diare dari pada keluarga yang
menggunakan air kurang bersih.
d.

Hubungan antara Menggunakan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare


pada Balita
Tabel 5.10
Hubungan antara Menggunakan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare
pada Balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

No

Kejadian Diare

Menggunaka
n Jamban
Sehat

Total

Tidak
Diare
N %

Diare

1.

Jamban Sehat

17

56,7

13

43,3

30

100

2,

Jamban
Kurang Sehat

40

60

10

100

21

52,5

19

47,5

40

100

Total
Dari

tabel

5.10,

dapat

diketahui

bahwa

OR
95%
CI

P
Value

0,510
(,1192,188)

0,473

keluarga

yang

menggunakan jamban sehat dari 30 responden, balita yang mengalami


diare 13 (43,3%), lebih kecil bila dibandingkan dengan keluarga yang
menggunakan jamban kurang sehat, balita yang mengalami diare 6
(60%) dari 10 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value =
0,473 maka dapat disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima. Ini berarti

tidak ada hubungan yang signifikan antara menggunakan jamban


dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami Palembang
tahun 2013.
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR (Odds Ratio) = 0,51,
artinya keluarga yang tidak menggunakan jamban sehat mempunyai
peluang 0,51 kali balitanya terkena diare dari pada keluarga yang
menggunakan jamban kurang sehat.

C.

Pembahasan
1. Pembahasan

a.

Diare
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan
atau tanpa darah dan lendir dalam feses. Secara epidemiologik,
biasanya diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses lunak atau
cair tiga kali atau lebih dalam satu hari, tetapi ibu mungkin
menggunakan istilah berbeda-beda untuk menggambarkan diare.
Secara lebih praktis diare didefinisikan sebagai frekuensi feses
menjadi lebih lunak pada anak sehingga dianggap abnorma oleh
ibu anak tersebut (Sodikin, 2012).
Hasil penelitian ini didapatkan balita yang mengalami diare
dalam 6 bulan terakhir sebanyak 19 (47,5%) keluarga dan
responden yang balitanya tidak mengalami diare dalam 6 bulan
terakhir sebanyak 21 (52,5%) keluarga dari 40 keluarga.

b.

Hubungan Memberi ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Balita.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Puskesmas


Sukarami Palembang tahun 2013 didapatkan p value = 1,000
berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku hidup
bersih dan sehat rumah tangga dalam memberi ASI eksklusif
dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami
Palembang tahun 2013.
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Arie, K (2011), yang
menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
pemberian ASI ekslusif dengan kejadian diare. Berdasarkan
penelitian Supiyan (2012), di dapatkan p value = 0,867 ini
menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
memberi ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita.
Menurut Maryunani (2013), bahwa ASI berperan dalam
pencegahan agar bayi tidak sering sakit. Dengan adanya peran dari
keluarga dalam menerapkan ASI eksklusif dapat mencegah balita
untuk tidak sering sakit, salah satunya diare. Menurut Arief dan
Weni. K.(2009), salah satu tindakan untuk mencegah terjadinya
diare pada balita yaitu memberikan ASI eksklusif dari usia 4-6
bulan.
Peneliti berpendapat bahwa tidak adanya hubungan antara ASI
eksklusif dengan kejadian diare pada balita dikarenakan penelitian
ini di tujukan pada balita usia 1-5 tahun. Di samping itu anak balita
pada umumnya sudah memiliki intensitas bermain yang sering dan

frekuensi jajan pada anak balita juga sudah tinggi sehingga rentan
terkena infeksi saat bermain atau dari jajanan.
c.

Hubungan Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun dengan


Kejadian Diare pada Balita.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Puskesmas
Sukarami Palembang tahun 2013 didapatkan p value =

0,370

berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku hidup


bersih dan sehat rumah tangga dalam mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas
Sukarami Palembang tahun 2013.
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Supiyan (2012) di
dapatkan p value = 0,766 ini menunjukan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun dengan kejadian diare pada balita.
Menurut Maryunani (2013), mencuci tangan adalah salah satu
tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari
dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia
untuk tujuan menjadi bersih. Menurut Arief dan Weni. K.(2009),
salah satu tindakan untuk mencegah terjadinya diare pada balita
yaitu mencuci tangan dengan baik sesudah buang air besar dan
setelah membuang feses bayi, serta sebelum makan.
Peneliti berpendapat bahwa tidak adanya hubungan antara
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan kejadian diare
pada balita dikarenakan penelitian ini di tujukan pada balita usia 15 tahun. Di samping itu anak balita pada umumnya sudah memiliki

intensitas bermain yang sering dan frekuensi jajan pada anak balita
juga sudah tinggi sehingga rentan terkena infeksi saat bermain atau
d.

dari jajanan.
Hubungan Menggunakan Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Balita.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Puskesmas
Sukarami Palembang tahun 2013 didapatkan p value = 0,148
berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku hidup
bersih dan sehat rumah tangga dalam menggunakan air bersih
eksklusif dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas
Sukarami Palembang tahun 2013.
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Supiyan (2012), di
dapatkan p value = 0,433 ini menunjukan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara menggunakan air bersih dengan
kejadian diare pada balita.
Menurut Maryunani (2013), air adalah kebutuhan dasar yang
di pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi,
mencuci dan sebagainya agar kita tidak terkena penyakit atau
terhindar dari sakit. Adapun syarat-syarat air bersih yaitu tidak
berwarna (jernih), tidak keruh, (harus bebas dari pasir, debu,
lumpur, sampah), tidak berasa, dan tidak berbau (bau amis, dan
belerang). Menurut Arief dan Weni. K.(2009), salah satu cara
untuk mencegah terjadinya diare pada balita yaitu dengan
menggunakan air bersih untuk minum.
Peneliti berpendapat bahwa tidak adanya hubungan antara
menggunakan air bersih dengan kejadian diare pada balita
dikarenakan penelitian ini di tujukan pada balita usia 1-5 tahun. Di

samping itu anak balita pada umumnya sudah memiliki intensitas


bermain yang sering dan frekuensi jajan pada anak balita juga
sudah tinggi sehingga rentan terkena infeksi saat bermain atau dari
jajanan.
e.

Hubungan antara menggunakan jamban sehat dengan kejadian diare pada


balita.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Puskesmas
Sukarami Palembang tahun 2013 didapatkan p value =

0,473

berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku hidup


bersih dan sehat rumah tangga dalam menggunakan jamban sehat
dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami
Palembang tahun 2013.
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Supiyan (2012),
didapatkan p value = 0,107 ini menunjukan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara menggunakan jamban sehat
dengan kejadian diare pada balita.
Menurut Maryunani (2013), Jamban adalah suatu ruangan
yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang
terdiri atas tempat duduk dengan leher angsa yang dilengkapi
dengan

unit

penampungan

kotoran

dan

air

untuk

membersihkannya. Adapun syarat-syarat jamban sehat yaitu tidak


mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum
dengan lubang penampungan minimal 10 meter), tidak berbau,
kotoran tidak dapat di jamah oleh serangga dan tikus, tidak

mencemari tanah disekitarnya, mudah dibersihkan dan aman


digunakan, di lengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan
dan ventilisai yang cukup, lantai kedap air dan luas ruangan
memadai, dan tersedia air, sebun dan alat pembersih. Menurut
Arief dan Weni. K.(2009), salah satu cara untuk mencegah
terjadinya diare pada balita yaitu dengan menggunakan air bersih
untuk minum.
Peneliti berpendapat bahwa tidak adanya hubungan antara
menggunakan jamban sehat kejadian diare pada balita dikarenakan
penelitian ini di tujukan pada balita usia 1-5 tahun. Di samping itu
anak balita pada umumnya sudah memiliki intensitas bermain yang
sering dan frekuensi jajan pada anak balita juga sudah tinggi
sehingga rentan terkena infeksi saat bermain atau dari jajanan.
D. Keterbatasan Penelitian
1. Waktu penelitian yang disediakan sangat singkat dan proses saat
pengumpulan data penelitian terhambat karena diharuskan melakukan
dinas selama penelitian sehingga mempengaruhi jumlah sampel untuk
penelitian ini.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) rumah tangga dengan kejadian diare pada balita di
Puskesmas Sukarami Palembang tahun 2013 adalah sebagai berikut :
1. Proporsi memberi ASI eksklusif didapatkan yang memberi ASI ekslusif
sebanyak 21 responden (52,5%), dan responden yang tidak memberikan
ASI eksklusif sebanyak 19 responden (47,5%).
2. Proporsi mencuci tangan dengan air bersih dan sabun didapatkan
responden yang baik dalam mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
sebanyak 27 responden (67,5%), dan responden yang kurang baik
sebanyak 13 responden (32,5%).
3. Proporsi menggunakan air bersih

didapatkan

responden

yang

menggunakan air bersih sebanyak 30 responden (75%), dan responden


yang menggunakan air kurang bersih sebanyak 10 responden (25%).
4. Proporsi menggunakan jamban sehat didapatkan responden yang
menggunakan jamban sehat sebanyak 30 responden (75%), dan responden
yang menggunakan jamban kurang sehat sebanyak 10 responden (25%).
5. Distribusi frekuensi kejadian diare didapatkan responden yang balitanya
mengalami diare dalam 6 bulan terakhir sebanyak 19 responden (47,5%),
dan responden yang balitanya tidak mengalami diare dalam 6 bulan
terakhir sebanyak 21 responden (52,5%).

6. Tidak ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah
tangga dalam memberi ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita di
Puskesmas Sukarami Palembang tahun 2013
7. Tidak ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah
tangga dalam mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan
kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami Palembang tahun 2013
8. Tidak ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah
tangga dalam menggunakan air bersih dengan kejadian diare pada balita di
Puskesmas Sukarami Palembang tahun 2013
9. Tidak ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah
tangga dalam menggunakan jamban sehat dengan kejadian diare pada
balita di Puskesmas Sukarami Palembang tahun 2013
B. SARAN
1. Bagi Puskesmas Sukarami Palembang
Pada operasional variabel perilaku hidup bersih dan sehat rumah
tangga, diharapkan Puskesmas Sukarami memberikan informasi kepada
masyarakat tentang penyebab dan tanda gejala diare, dan memberikan
informasi kepada masyarakat tentang pentingnya mengawasi perilaku
bermain dan perilaku jajan untuk mencegah terjadinya penyakit diare
pada balita.
2. Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga selalu memperaktikan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS), mengawasi perilaku bermain dan jajan balita untuk
mencegah terjadinya penyakit diare ataupun penyakit lainnya.
3. Bagi Peneliti Yang Akan Datang
Diharapkan adanya peneliti yang lebih lanjut untuk mengetahui
hubungan perilaku hidup bersih dan sehat rumah tangga dengan kejadian

diare pada balita dan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi


terjadinya diare, dengan jumlah dan kuesioner yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Arief dan Weni. K. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
Bea. S, Bety. 2012. Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Budiman dan Agus. R. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan Sikap dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemban Medika.
Hidayat A. A. A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta : Salemba Medika.
Maryunani, Anik. 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta : TIM.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
. 2012. Metodeogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2011. Konsep dan
Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta Salemba Medika.

Proverawati, A dan Eni. R. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Yogyakarta : Nuha Medika.
Sodikin. 2011. Keperawatan Anak Gangguan Pencernaan. Jakarta : EGC.
Ari, K. 2011. Pengaruh PHBS Tatanan Rumah Tangga Terhadap Diare Balita Di
Kelurahan Gandus Palembang [skripsi], (online). PSIK Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
http://eprints.unsri.ac.id/889/1/makalah_PHBS_keluarga_diare.pdf
Diakses Tanggal 9 Mei 2013.

(online)

Supiyan. 2012. Hubungan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah
Tangga dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Rejosari Kecamatan
Tenayan Raya Kota Pekanbaru [skirpsi], (online). PSIK, Universitas Riau.
http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/1882/1/JURNAL%20SUPIYAN
%20pdf..pdf (online) Diakses Tanggal 9 Mei 2013.

Kusumawati, O. 2011. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian
Diare Pada Balita Usia 1-3 Tahun Studi Kasus Di Desa Tegowanu Wetan
Kecamatan Tegowanu Grobongan [Jurnal], (online). Alumni Program Studi
S1Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/69
(online) Diakses Tanggal 9 Mei 2013.
Furwanto, R. 2013. Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan PenerapanPerilaku Hidup
Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga di Kelurahan Suka Mulia Kecamatan
Sail Kota Pekanbaru [Jurnal], (online).
http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/1951/1/pdf%20roby.pdf
Diakses Tanggal 9 Mei 2013.

(online)

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/112/jtptunimus-gdl-hermilawat5564-2-babi.pdf (online) Diakses Tanggal 9 Mei 2013.


http://datadokter.blogspot.com/2012/12/diare-pada-anak.html (online) Diakses Tanggal 9
Mei 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Mencuci_tangan (online) Diakses Tanggal 9 Mei


2013.
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL
KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN
2009.pdf (online) Diakses Tanggal 9 Mei 2013.
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL
KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN
2010.pdf (online) Diakses Tanggal 9 Mei 2013.

http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA
TAHUN_2011.pdf (online) Diakses Tanggal 9 Mei 2013.

Anda mungkin juga menyukai