PENDAHULUAN
lingkungan yang kurang baik.Di seluruh dunia terdapat 780 juta orang
Kejadian Luar Biasa (KLB) dan diikuti korban yang tidak sedikit.
Laporan WHO, angka kesakitan diare pada tahun 2014 sebesar 411
dengan 400.000 balita setiap tahun. Diare pada balita lebih dari
1
2
nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada
(13,2%). Pada tahun 2012 angka kesakitan diare pada semua umur sebesar
214 per 1.000 penduduk dan angka kesakitan diare pada balita 900 per
gejala sebesar 3,5% (kisaran provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada
balita cukup tinggi. Cakupan pelayanan penyakit diare dalam kurun waktu
mencapai 118,39 % dan sedikit menurun pada tahun 2014 menjadi 106 %
dan meningkat pada tahun 2015 110,66 %. Hal ini terjadi karena
Indonesia, 2015).
hidup bersih dan sehat. Pada tahun 33.833 orang, jumlah penderita Diare
sebesar 85,3%. Total kasus diare tahun 2017 menurun dibanding jumlah
kasus pada tahun 2016 mencapai 37.155 kasus, hal ini disebabkan
terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI ekslusif secara penuh pada
menyuapi anak, sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi
tahun 2017 yang sebesar 60% maka pencapaian rumah tangga berprilaku
Bersih dan Sehat (PHBS) di Desa Bareng terhadap 240 rumah tangga
hidup bersih dan sehat, sisanya 223 rumah tangga (92,9%) belum
2017).
terhadap kejadian diare, diantaranya tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI)
makanan, tetapi juga sebagai cairan yang terdiri dari sel hidup seperti sel
5
pertumbuhan, enzim serta zat yang dapat membunuh bakteri dan virus
adanya antibodi dan zat- zat lain yang dikandungnya. ASI turut
oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan
kejadian diare pada balita. Pada penelitian ini didapati bahwa sebagian
besar ibu termasuk dalam kategori personal hygiene baik (55,3%) dan
hasil bahwa sebagian besar ibu mempunyai personal hygiene baik (66,7%)
dan balita mengalami diare tidak berulang (62%), sedangkan ibu yang
masalah yaitu adakah Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Ibu
Kabupaten Jombang?
Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita.
1. Bagi Responden
2. Bagi Puskesmas
selanjutnya.
hidup bersih dan sehat (PHBS) Ibu dengan kejadian diare pada
sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
10
sehat.
masalah-masalah kesehatan.
PKK3.
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
terlihat berat badannya naik atau tidak naik. Naik, bila garis
tanda:
badannya kurus
b. Mudah sakit
antiseptik.
berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau dan tidak pahit harus
bebas dari bahan kimia beracun. Air tidak berbau seperti bau
16
melalui indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium dan
Syarat – syarat air minum yang sehat agar air minum itu
a. Syarat fisik
b. Syarat bakteriologis
c. Syarat kimia
(Evayanti, 2012).
Pilihan buah dan sayur yang bebas peptisida dan zat berbahaya
lainnya. Biasanya cirri-ciri sayur dan buah yang baik ada sedikit
(Evayanti, 2012).
Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi
dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Balita usia 1-5
tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu
tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan batita dan anak usia
lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia
perkembangan untuk anak balita meliputi usia bayi (0–1 tahun), usia
bermain atau toddler (1–3 tahun), dan usia pra sekolah (3–5 Tahun).
bulan pertama, bayi yang lebih baik hanya mendapatkan ASI saja
tanpa diberikan susu formula. Usia lebih dari enam bulan baru
dan diet tidak adekuat akan tidak banyak berpengaruh pada status
2.3 Diare
2.3.1 Definisi
ditandai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang
air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. Menurut Sunoto dalam
Juffrie (2010), diare adalah buang air besar pada bayi atau anak dengan
frekuensi lebih dari empat kali perhari yang disertai dengan perubahan
22
konsistensi tinja menjadi cair baik dengan maupun tanpa disertai lendir
dan darah.Untuk bayi baru lahir yang minum ASI dikatakan diare bila
frekuensi BAB nya lebih dari empat kali sehari.Hal ini terjadi karena
bentuk tinja yang tidak normal atau cair.Pada keadaan normal makanan
pencernaan.Setelah zat gizi diresorpsi oleh villi kedalam darah, sisa kimus
yang terdiri dari 90% air dan sisa makanan yang sukar dicernakan,
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal
(meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair Suharyono
pada balita itu sendiri yaitu diantaranya faktor penyebab (agent), penjamu
2.3.2 Etiologi
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral
b. Infeksi parenteral
2. Faktor Malabsorbsi
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah
intoleransi laktrosa.
24
b. Malabsorbsi protein
5. Faktor Pendidikan
Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23
7. Faktor lingkungan
yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka
8. Faktor Gizi
terutama air minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi secara
Camilleri,2005).
2.3.3 Patogenesis
berbagai kemungkinan.
26
usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah
air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga
3. Faktor Makanan
menyebabkan diare.
4. Faktor Psikologis.
flies, food, fluid, finger). Faktor risiko terjadinya diare adalah (Kemenkes
RI, 2011). :
1. Faktor perilaku
2. Faktor lingkungan
2011).
2. Disentri
lebih dari 14 hari dan ada penurunan berat badan. Diare kronis
laktat dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus
(Sodikin 2011).
ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan tugor kulit berkurang,
d. Campak, diare, dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada
penderita.
2012)
yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan
2004).
berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
(Mansjoer, 2009).
yang ada pada anak, terutama yang berusia kurang dari dua
33
1. Pemberian ASI
baru lahir.
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan
2006).
4. Mencuci Tangan
5. Menggunakan Jamban
benar
bahwa balita dengan PHBS keluarga kurang lebih banyak pada balita yang
lebih banyak pada balita bukan diare yaitu sebesar 41,7%. Hasil uji
standart mutu air, penggunaan air minum yang sesuai dengan standart,
penggunaan air minum dengan kejadian diare pada balita Desa Toriyo.
pada lima waktu penting dapat mengurangi angka kejadian diare sampai
45%. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa
peneliti diantaranya Nur Alam dan Hamzah, dkk (2012) bahwa memcuci
pada balita.
pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor lua lingkungan
dari konsep Lawrence Green. Model ini mengkaji masalah perilaku manusia
yang lebih positif. Proses pengkajian atau pada tahap precede dan proses
tinggi.
39
3. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis, dan sosial budaya yang
4. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah faktor yang timbul karena adanya
Kesehatan
sarana-sarana kesehatan.
perilaku masyarakat.
Diare
Keterangan : : Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita di
Desa Grogol Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang
43
adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih
H0 = Tidak ada hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Ibu balita
Kabupaten Jombang.
H1= Ada hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Ibu balita dengan
Jombang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
(Nursalam, 2016).
(Hidayat, 2014).
44
45
penelitian yang berbentuk kerangka atau alur penelitian, mulai dari desain
hingga analisis datanya (Hidayat, 2014). Kerangka kerja dalam penelitian ini
Desain Penelitian
Analitik korelasional dengan metode pendekatan cross-sectional
Populasi
Semua Ibu yang mempunyai balita di Desa Grogol Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang
pada bulan Januari 2019 sejumlah 287 orang
Sampel
Sebagian ibu yang mempunyai balita di Desa Grogol Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang
pada bulan Januari 2019 sejumlah 168 orang
Sampling
Cluster random sampling
Pengumpulan data
Menggunakan Kuisioner
Pengolahan data
Editing, coding, tabulating, scoring, chi square
Analisa Data:
Uji Chi-Square
Hasil Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka kerja hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Grogol
Kecamatan Diwek Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
46
3.3.1 Populasi
mempunyai balita sebanyak 287 orang pada bulan Januari tahun 2019
3.3.2 Sampel
Rumus Slovin :
N
n= 2
1+ N e
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
47
N
n= 2
1+ N e
287
= 2
1+ 287(0,05)
287
=
1+ 0,71
287
=
1,71
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian ibu yang mempunyai balita di
Besar sampel yang akan diambil dari 8 posyandu yang ada di Desa Grogol
1) Desa Grogol :
a) Grogol 1 = 44 x 168 = 26
287
b) Grogol 2 = 43 x 168 = 25
287
c) Dempok Utara = 34 x 168 = 20
287
d) Dempok Selatan= 58 x 168 = 34
287
48
e) Bogem = 50 x 168 = 29
287
f) Sentanan = 26 x 168 = 15
287
g) Tawar = 26 x 168 = 15
287
h) Bongso Rejo = 6 x 168 = 4
287
3.3.3 Sampling
obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas (Sujarweni,
2014).
a) Kriteria Inklusi
b) Kriteria Eksklusi
variabel lain. Variable terikat adalah faktor yang diamati dan diukur
Tabel 3.2 Definisi Operasional Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Ibu)
dengan Kejadian Diare pada Balita.
Variabel Definisi Parameter Alat S Skor
Operasional Uku k
r al
a
Variabel Tindakan/perilaku 1. Memahami K N Skala likert
Independen: ibu atas dasar tentang PHBS u O
Perilaku kesadaran sebagai 2. Aplikasi/ i M Pertanyaan positif
Hidup Bersih hasil Tindakan ke s I Sangat sering : 4
dan Sehat pembelajaran keluarga i N Sering : 3
(PHBS) Ibu yang menjadikan o A Kadang-kadang : 2
seseorang, n L Tidak pernah : 1
keluarga, dirinya e
sendiri (mandiri) r Pertanyaan negatif
dibidang Sangat sering : 1
kesehatan dan Sering : 2
berperan aktif Kadang-kadang : 3
dalam Tidak pernah : 4
mewujudkan Kemudian
kesehatan dikategorikan :
a. PHBS positif jika T
hitung > T Mean
(50)
b. PHBS negatif jika T
hitung ≤ T Mean
(50)
Variabel Suatu peristiwa 1. Frekuensi K N Ya = 1
Dependen: terjadinya buang air u O Tidak = 0
Diare frekuensi buang besar lebih i M Dengan kategori:
air besar lebih dari 3 kali s I a. Tidak diare : Jika
i N
dari 3 kali dalam dalam tidak terdapat dua
o A
sehari yang sehari tanda gejala diare
n L
ditandai dengan 2. Konsistensi e b. Diare : Jika
51
Mei 2019.
Jombang.
Jombang.
Jombang
52
Jombang
j. Melakukan tabulasi
3.8 Instrumen
Keterangan :
r hitung = koefisien korelasi
ΣΧ i = jumlah skor item
ΣΥ i = jumlah skor total
n = jumlah responden
Jika nilai r hitung > r tabel berarti valid demikian sebaliknya, jika niali r
hitungnya < r tabel tidak valid, tentunya tidak dapat digunakan dan
dapat diperbaiki atau dihilangkan (Hidayat, 2011)
b. Uji Reabilitas
Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reabilitas data,
apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak (Hidayat, 2011). Reabilitas
adalah kesamaan hasil atau diamati berkali-kali dalam waktu yang
berlainan (Nursalam, 2008).
Untuk mengetahui reabilitas kuesioner, penelitian ini menggunakan
pendekatan pengukuran reabilitas konsistensi internal dengan
menghitung koefisien alpha. Koefisien alpha ini berkisar antara 0 sampai
1. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0,6.
Untuk mengetahui reabilitas digunakan rumus Apha sebagai berikut
(Sugiyono, 2015) :
( )(
∑
)
k σ 2b
r xy = 1− 2
k−1 σ t
Keterangan :
rxy : Reabilitas
k : Jumlah butir soal
⸹2b : Varian skor setiap butir
⸹2t : Varian total
3.9 Metode Analisa Data
3.9.1 Editing
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan
melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau
ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak
54
Wiraswasta = PK4
PNS = PK5
6. Usia orangtua
Umur 20-29 tahun = U1
Umur 30-39 tahun = U2
Umur 40-50 tahun = U3
3.9.3 Scoring
Adalah penentuan jumlah skor, dalam penelitian ini
menggunakan skala nominal.
a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu
Penilian PHBS menggunakan skor jawaban :
1 = Tidak pernah
2 = Kadang-kadang
3 = Sering
4 = Sangat sering
Skor berkisar dari “tidak pernah” sampai “sangat sering”
pada skala 4 point. Pada akhirnya setiap bagian menambah
nilai dan membaginya dengan jumlah pertanyaan dibagian
tersebut. Skor tersebut dihitung adalah skor total untuk
kategori tersebut. Skor tertinggi mengindikasikan gfaktor
perilaku kebersihan tersebut.
b. Kejadian diare
Ya :1
Tidak : 0
3.9.4 Tabulating
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012).
56
b. Kejadian Diare
Untuk mengukur kejadian diare digunakan skala nominal
Ya :1
Tidak : 0
2. Analisa bivariate
Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012),
yaitu kriteria PHBS dan Kejadian Diare.
Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel
apakah signifikasi atau tidak dengan kemaknaan 0,05
dengan menggunakan uji chi square dengan software SPSS
16, dimana < 0,05 maka ada Hubungan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu dengan Kejadian Diare pada
Balita di Desa Grogol Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang.
Untuk memberikan interpretasi terhadap kuat lemahnya
hubungan antara variabel yang dituju, digunakan pedoman
menurut Sugiyono (2015) sebagai berikut :
3.10.1 Nonmaleficience
3.10.2 Beneficence
3.10.3 Autonomy
3.10.4 Anonymity
60
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
3.10.5 Justice
adil, dan hak untuk menjaga privasi partisipan (Setiawan & Saryono,
ekonomi.
3.10.6 Veracity
3.10.7 Confidentiality
61
wawancara dalam tempat husus yang hanya bisa diakses oleh peneliti.
3.10.9 Bujukan/Inducement
Insentif pada penelitian yang berisiko luka fisik, atau lebih berat,
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. (2014). Metodolgi Penelitian Kualitatif dalam Riset
Keperawatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Anak, P., Sekolah, U., & Children, S. (2018). Midwifery Journal of STIKes Insan
Cendekia Medika Jombang Volume 15 No . 1 Maret 2018 Midwifery Journal of
STIKes Insan Cendekia Medika Jombang Volume 15 No . 1 Maret 2018, 15(1), 46–
54.
Iii, B. A. B., & Penelitian, M. (2017). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
kuantitatif dengan pendekatan penelitian deskriptif dan analisis asosiatif, karena
adanya variabel- variabel yang akan ditelaah hubungannya serta tujuannya untuk
menyajikan gambaran mengenai hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.,
47–71.
Kualitatif, S., Sukowono, K., & Jember, K. (2011). Peran ibu dalam menerapkan lima
indikator perilaku hidup bersih dan sehat (phbs) tatanan rumah tangga pada anak
tunanetra.
Majalengka, K., Jatiwangi, K., Burujul, D., Kecamatan, W., Kabupaten, J., Tahun, M., …
Tahun, M. (2016). DIARE PADA BALITA DI DESA BURUJUL WETAN
KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016
Oleh : Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan STIKes YPIB Majalengka.
Maryunani. (2013). Perilaku Hidup Bersih dan sehat (PHBS). Trans Info Media. Jakarta.
Safira, sarah and others. (2015). Hubungan Kepadatan Lalat, Personal Hygiene dan
Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan I Kelurahan Paya
Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2015. Hubungan Kepadatan
Lalat, Personal Hygiene Dan Sanitasi Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di
Lingkungan Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan.
64
Sarosa, S. (2017). Penelitian Kualitatif : Dasar-Dasar. (B. Sarwiji, Ed.) (2nd ed.).
Jakarta: Indeks.
Setiawan, A., & Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, dan
S2. (S. Nuha, Ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.