Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Diare adalah salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat di negara-negara berkembang (Raini, 2016). Diare masih menjadi

suatu problematika dan masalah bagi kesehatan masyarakat di negara berkembang

terutama di Indonesia. Angka mortalitas, morbiditas dan insidennya cenderung

meningkat (Kemenkes, 2014).

Diare adalah salah satu penyebab mordibitas dan mortalitas utama pada

anak-anak secara global. World Health Organization (2017) menyatakan bahwa

penyakit diare berkontribusi terhadap 525 ribu penderita tiap tahunnya dan

menjadi penyebab kematian terbesar kedua pada anak dibawah usia lima tahun.

Menurut United Nation Children Fund’s (UNICEF) pada tahun 2017 kematian

pada anak-anak dibawah usia lima tahun didapatkan sekitar 8% dengan jumlah

1.300 anak meninggal setiap hari, atau sekitar 480.000 anak per tahun walaupun

sudah dilakukan pengobatan yang efektif

WHO (2018) menyatakan, hampir 1,7 miliar terjadi kasus diare dan

umumnya terjadi pada anak. Data Kementrian Kesehatan Indonesia (2016)

menyatakan, Jumlah kasus diare yang ditangani instansi kesehatan di Indonesia

menaik tiap tahunnya. Pada tahun 2018 penderita diare di Indonesia yang

ditangani sebanyak 46,4% dari jumlah penderita diare tercatat berjumlah adalah

1
2

8.490.976 orang. Jawa Barat yang mencapai angka 1.048.885 penderita, dan

disusul oleh Jawa Tengah dengan angka kejadian 911.901 penderita.

Diare merupakan masalah yang sebenarnya dapat dicegah dan ditangani.

Peran ibu sangat berkaitan dengan pencegahan penyakit diare. Dimana ibu sebagai

pengasuh yang terdekat dengan balita memiliki peran besar dalam melakukan

pencegahan penyakit diare. Persepsi ibu yang salah dalam memandang penyakit

yang diderita anak bisa mempengaruhi tindakan ibu dalam melakukan pencegahan

terhadap penyakit tersebut (Muswita, 2010).

Penyakit diare sering menyerang pada semua orang, terutama balita

dikarenakan daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Namun masih banyak ibu-

ibu yang belum cukup mampu memberikan penanganan yang baik, hal ini

dikarenakan pengetahuan tentang penanganan pencegahan diare pada anak dan

balita masih rendah sehingga akan mempengaruhi dalam penanganan diare pada

anaknya. Peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare diperlukan

suatu pengetahuan karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor

predisposisi yang penting (Farida, 2016).

Kesehatan anak berhubungan dengan apa yang dikonsumsi oleh anak

tersebut terlebih jika makanan tersebut mengandung patogen seperti bakteri,

jamur dan virus (D Rosidi, 2015). Bayi berumur enam bulan direkomendasikan

untuk memulai makanan padat atau lunak untuk memastikan bayi mendapat

nutrisi yang cukup untuk bahan bakar otak dan tubuh selama masa perkembangan

(Unicef. 2017). Pemberian makanan pendamping ASI menjadi salah satu faktor

yang mempengaruhi kejadian diare. Pemberian makanan pendamping ASI tidak


3

hanya mementingkan ketersediaan makanan tetapi harus mengetahui beberapa

syarat seperti frekuensi makanan dalam satu hari, jumlah makanan dalam setiap

kali makan, konsistensi yang tepat, pemberian makanan aktif dan penyiapan

makan yang bersih. Menurut WHO (2016) mempersiapkan makanan, pemberian

makan bayi dan menyimpan makanan pendamping secara aman merupakan hal

penting dalam upaya pencegahan kontaminasi.

Jenis-jenis MP-ASI yang dapat diberikan adalah Makanan pendamping ASI

yang baik adalah terbuat dari bahan makanan segar, seperti tempe, kacang-

kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayur, dan buah-buahan. Jenis-jenis

MP-ASI yang dapat diberikan adalah Makanan saring, makanan saring adalah

makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan bentuknya

lebih kasar dari makanan lumat halus, contoh : bubur susu, bubur sumsum, pisang

saring/dikerok, pepaya saring, nasi tim saring, dan lain-lain. Makanan lunak,

makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak

berair, contoh : bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, pure kentang, dan lain-lain.

Makanan padat, makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair

dan biasanya disebut makanan keluarga, contoh : lontong, nasi tim, kentang rebus,

biskuit, dan lain-lain (Proverawati, 2010)

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan

mendorong seseorang untuk bersikap, pengetahuan yang baik umumnya akan

berdampak kepada tindakan positif. Penanganan yang tepat pada diare, akan

menurunkan derajat keparahan penyakit. Diare dapat diatasi dengan menjaga


4

kebersihan dan mengolah makanan yang sehat dan bersih dan anjuran pada ibu

untuk mencegah dan menangani diare secara cepat dan tepat agar angka

morbiditas dan mortalitas diare menurun (Soebagyo & Santoso, 2010).

Bahaya diare pada bayi yang mengalami diare  cenderung lebih berisiko

dibandingkan orang dewasa. Salah satu risiko yang sangat mungkin muncul

adalah dehidrasi yang bisa datang dengan cepat. Bila kondisi ini tidak

mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat, maka ini bisa menyebabkan

risiko yang lebih besar bahkan kematian.

Pengetahuan tentang diare pada invidu merupakan salah satu komponen

faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku dalam melaksanakan penanganan

diare pada anak (Notoatmodjo, 2010). Ibu yang berperilaku baik dapat

mengurangi kejadian diare pada balitanya, karena ibu yang berperilaku baik

tentunya akan bertindak mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab

penyakit atau masalah dan penyebab masalah kesehatan. Perilaku ibu yang baik

dalam penelitian ini disebabkan karena pengetahuan ibu yang tinggi (Andreas,

dkk 2013).

Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga

merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian.

Penyakit diare cenderung masih tinggi dibuktikan dengan diare masuk ke dalam

10 besar penyakit. Beberapa faktor penyebab masih tingginya angka kesakitan

penyakit diare antara lain : 1) Masih belum maksimalnya membudayakan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) di masyarakat. 2) Rendahnya kualitas lingkungan,

diantaranya akibat pencemaran air, kualitas air bersih yang memenuhi syarat, dan
5

penggunaan jamban yang belum optimal, serta 3) Perubahan pola makan pada

anak/balita yang terlalu cepat

Hasil pengamatan di puskesmas Bungbulang Kabupaten Garut. Penyakit

diare merupakan penyakit yang berpotensi terjadinya kejadian luar biasa atau

wabah. Kasus diare di Kabupaten Garut relatif masih tinggi, Di Garut tercatat

sebanyak 109.21l kasus.(Propil Dinas Kesehatan Garut, 2020). sedangkan di

wilayah UPT Puskesmas DTP Bungbulang selama tahun 2021 ditemukan

sebanyak 195 kasus diare (Profil Puskesmas Bungbulang, 2021).

.Secara umum hasil temuan penyakit diare tersaji pada Tabel di bawah ini

Tabel. 1.1

Angka Kasus Diare Di Wilayah Kerja


Puskesmas Bungbulang
Tahun.2020

BULAN
NO UMUR
J F M A M J J A S O N D Total

1 0-<6 2 1 1 1 6 0 1 0 0 1 0 2
15

2 6-12 10 7 11 7 6 3 5 7 2 2 2 3 65

3 12-59 17 9 11 10 15 9 13 11 16 15 13 21 150

4 >5 41 24 37 23 23 28 35 34 42 23 39 23 372

JML 70 41 60 31 31 40 54 52 60 23 54 54 602

Sumber data program diare tahun 2021


6

Melihat dari tabel di atas bahwa kasus diare terbanyak pada usia lebih dari 5

tahun yaitu 372 kaus dan yang kedua terbanyak adalah usia 12 – 59 bulan yaitu

150 kasus, kemudian yang ketiga adalah balita usia 6-12 bulan yaitu 65 kasus.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

Melihat latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI pada Balita (6-

24 bulan) dengan Kejadian Diare di UPT Puskesmas Bungbulang Kabupaten

Garut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas bahwa rumusan masalah dari

penelitian ini adalah ; “Bagaimanakah Hubungan Pengetahuan Ibu tentang MP-

ASI pada Balita (6-24 bulan) dengan Kejadian Diare di UPT Puskesmas

Bungbulang Kabupaten Garut.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan

Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI pada Balita (6-24 bulan) dengan Kejadian

Diare di UPT Puskesmas Bungbulang Kabupaten Garut.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI pada Balita (6-

24 bulan) dengan Kejadian Diare di UPT Puskesmas Bungbulang

Kabupaten Garut.
7

2. Mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI pada Balita (6-

24 bulan) dengan Kejadian Diare di UPT Puskesmas Bungbulang

Kabupaten Garut.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Secara Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah bahan referensi bagi penelitian yang Hubungan

Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI pada Balita dengan Kejadian Diare.

2. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan bagi penulis

mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang MP-ASI pada balita (6-

24 bulan) dengan kejadian diare.

3. Bagi Peneliti Selanjunya

Sebagai dasar pengembangan penelitian sejenis mengenai hubungan

pengatahuan ibu tentang MP-ASI dengan kejadian diare pada balita

agar dapat diperoleh hasil yang lebih mendalam untuk mengendalikan

penyakit diare

1.4.2 Secara Praktis

1. Bagi Institusi Puskesmas Bungbulang

Sebagai konstribusi untuk pertimbangan pihak Puskesmas

Bungbulang dalam pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP)


8

untuk penanganan penyakit diare pada balita terkait pemberian MP-

ASI.

2. Bagi Perawat

Sebagai acuan dalam meningkatkan asuhan keperawatan perawat dalam

memberikan pelayanan kepada pasien khususnya dalam

penatalaksanaan penyakit diare.

Anda mungkin juga menyukai