PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian
khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia) dan
RI, yaitu : “Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan”, dimana ada tiga pilar
yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku sehat bentuk
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta
berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan. Dalam mewujudkan visi yang telah
1
2
dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan
sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak
di dunia. Angka kejadian diare di Amerika diperkirakan 211-375 juta kasus diare
terjadi setiap tahun, yakni 73 juta kasus diantaranya berkonsultasi ke dokter, 1,8
juta kasus opname di rumah sakit dan 3.100 kasus di antaranya mengalami
kesakitan penyakit diare yaitu dari 423 per 1.000 penduduk pada tahun 2006 turun
menjadi 411 per 1.000 penduduk pada tahun 2010. Jumlah penderita pada KLB
diare tahun 2012 menurun secara signifikan dibandingkan tahun 2011 dari 3.003
kasus menjadi 1.585 kasus pada tahun 2012. KLB diare terjadi di 15 provinsi
Sumatera Utara masing-masing sebanyak 292, 274 dan 241 penderita. Sedangkan
kecenderungan case fatality rate (CFR/angka kematian) diare pada periode tahun
2007-2012 mengalami penurunan CFR diare sejak tahun 2008 sampai tahun 2011,
dari 2,94% menjadi 0,4%. Walaupun terjadi penurunan penderita pada KLB diare
pada tahun 2012, namun terjadi peningkatan CFR pada tahun 2012 menjadi
1,45%. CFR KLB diare tertinggi terjadi di Provinsi Papua sebesar 5%. Target CFR
KLB Diare diharapkan <1%, dengan demikian secara nasional CFR KLB diare
jumlah kasus penyakit diare pada balita terbanyak di Kota Bengkulu yaitu sebesar
1.003 kasus, urutan kedua terbanyak adalah Puskesmas Basuki Rahmad yaitu
sebesar 548 kasus, sedangkan jumlah kasus penyakit diare pada balita terendah
jumlah kasus penyakit diare pada balita terbanyak di Kota Bengkulu yaitu sebesar
797 kasus, urutan kedua terbanyak adalah Puskesmas Pasar Ikan yaitu sebesar 567
kasus, sedangkan jumlah kasus penyakit diare pada balita terendah adalah di
Puskesmas Sidomulyo yaitu sebesar 47 kasus. Sedangkan pada tahun 2014, kasus
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau
atau dapat pula bercampur lendir dan darah. Hal ini karena secara fisiologis sistem
pencernaan ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan amoeba atau parasit
melalui makanan yang masuk ke dalam tubuh dan juga mal absorpsi serta alergi
berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau prilaku, sanitasi lingkungan,
faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor
ini akan berinteraksi bersama dengan prilaku keluarga yang tidak sehat. Ada
beberapa perilaku keluarga yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu
menyimpan makanan masak pada suhu kamar, air minum tercemar pada bakteri
tinja, tidak mencuci tangan sesudah BAB sebelum menjamah makanan (Kemenkes
RI, 2011).
oleh faktor predisposisi berupa pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan norma
sosial. Perilaku yang didasari oleh tingkat pengetahuan yang tinggi akan
menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap yang positif dan akan berdampak
pada tindakan yang akan dilakukan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan maka
akan semakin positif sikap sehingga semakin baik pula cara bertindak dalam
sebagai orang tua khususnya ibu harus mengetahui berbagai penyakit yang lazim
menyerang anak. Tujuannya adalah agar sebagai orang tua, ibu mampu mencegah
terjadinya penyakit. Bila anak sakit, ibu tahu bagaimana cara memberikan
Berdasarkan survei awal melalui wawancara terhadap 10 orang ibu balita yang
daun jambu untuk mengobati diare dan tidak memberikan larutan oralit karena tidak
bisa membuatnya, sedangkan 3 orang memberikan oralit dan juga yang menggunakan
obat-obat resep dari dokter serta 1 orang tidak melakukan tindakan apa-apa hanya
Dengan melihat dan mengamati latar belakang dari survei awal di atas telah
“Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan diare pada balita di wilayah
B. Rumusan Masalah
masalah masih rendahnya tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan diare pada
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
menambah wawasan tentang diare, dan peneliti berharap dapat digunakan sebagai
2. Manfaat Praktis
Bagi instansi terkait (puskesmas dan dinas kesehatan), hasil penelitian ini
dapat :
diare.
E.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Definisi
kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan
frekuensi > 4 kali selama 1 hari. Definisi ini lebih menekankan pada konsistensi
tinja padat, maka tidak disebut sebagai diare (Kemenkes RI, 2011).
karakter tinja dan atau tinja cair dikeluarkan tiga kali atau lebih per hari.
Ditambahkan juga oleh Zulfito, dkk (2010), menyatakan diare adalah BAB
yang keluar berupa cairan atau mencret yang terjadi lebih dari tiga kali sehari
dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja, sedangkan diare akut
adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari tujuh
hari pada bayi dan anak yang sebelumnya dalam kondisi sehat.
menjadi lembek atau cair, dengan atau tanpa darah/lendir dalam tinja (Wijoyo,
2013).
7
8
besar lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lender dalam
tinja serta terdapat perubahan konsistensi tinja menjadi lembek atau cair.
2. Etiologi
a. Faktor infeksi
diare biasanya berbentuk renik dan mampu menimbulkan diare yang dapat
adalah diare cair akut dimana balita akan kehilangan cairan tubuh dalam
yang cepat. Jenis kedua adalah diare akut berdarah yang sering disebut
dengan disentri. Diare ini ditandai dengan adanya darah dalam tinja yang
status gizi. Jenis yang ketiga adalah diare persisten dimana kejadian diare
dapat berlangsung ≥14 hari. Diare jenis ini sering terjadi pada anak dengan
status gizi rendah, AIDS, dan anak dalam kondisi infeksi (Kemenkes RI,
2011).
kejadian diare yang disebabkan oleh kolera terjadi pada dewasa dan anak
dengan usia yang lebih besar. Diare cair pada anak sebagian besar
paling sering disebabkan oleh Shigela. Sedangkan diare cair akut pada anak
antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus ini melekat pada sel-sel
10
mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak sehingga resorpsi
menurun dan sekresi air maupun elektrolit meningkat. Diare yang terjadi
cairan yang berkala dan bertahan lama lebih dari satu minggu.
b. Faktor malabsorbsi
pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa)
2) Malabsorbsi lemak
c. Faktor makanan
allergen (penyebab alergi yang paling umum dijumpai pada bayi dan balita.
yang masuk. Alergi makanan pada balita biasa terjadi saat makanan
pendamping ASI. Selain protein susu, allergen yang umum dijumpai adalah
Disebabkan oleh minuman, yaitu karena terlalu banyak minum jus (terutama
jus buah yang mengandung sorbitol dan fruksosa yang tinggi), juga dapat
menyebabkan diare.
makanan dapat memicu diare. Sebagai contoh, yaitu alergi terhadap laktosa
(banyak terjadi pada bayi dan balita karena tubuhnya tidak mempunyai atau
hanya sedikit memiliki enzim lactose yang berfungsi mencerna laktosa yang
terkandung dalam susu sapi), makanan yang mengandung lemak tinggi, dan
makanan terlalu pedas atau mengandung terlalu banyak serat dan kasar.
d. Faktor psikologis
Faktor ini adalah rasa takut, cemas walaupun jarang, dapat menimbulkan
e. Faktor-faktor lain
a. Faktor pendidikan
anak balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin balk
b. Faktor Pekerjaan
Saat ini banyak orang tua bekerja di luar rumah sehingga anak diasuh oleh
Sebagian besar diare terjadi pada anak usia di bawah dua tahun. Balita yang
berumur 12-24 bulan mempunyai risiko 2 kali lebih besar terserang diare
d. Faktor lingkungan
Diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor
lingkungan yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja.
Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare dan
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui
e. Faktor Gizi
utama penyembuhan diare. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian
besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan oleh dehidrasi dan
malnutrisi.
diare. Kebanyakan anak yang mudah menderita diare berasal dari keluarga
besar dengan daya bell rendah, kondisi rumah buruk, dan tidak mempunyai
Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air minum
yang tidak dimasak, sewaktu mandi, dan berkumur. Kontak kuman pada
kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada
14
penularan diare.
Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan dapat
dari berbagai kuman penyebab diare, seperti Shigella sp. dan V. Cholerae.
Bayi yang tidak diberi ASI, risiko menderita diare lebih besar dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar daripada bayi yang diberi
e. Anusnya lecet
4. Patofisiologi
Menurut Priyanto (2009), pada dasarnya diare terjadi bila terdapat gangguan
transport terhadap air dan elektrolit pada saluran pencernaan, mekanisme gangguan
saluran pencernaan dan penyebab diare, maka patofisiologi diare dapat dibagi
menyebabkan diare, misalnya pada kejadian infeksi. Faktor lain yang juga
cukup penting dalam diare ialah empedu. Ada empat macam garam empedu
yang terdapat di dalam cairan empedu yang keluar dari kantong empedu.
dan kolon dan akan menghambat absorpsi cairan di dalam kolon. lni terjadi
mukosa usus.
memengaruhi absorpsi air pada mukosa. usus manusia, antara lain gastrin,
16
b. Kelainan cepat laju bolus makanan di dalam lumen usus (invasive diarrhea)
berada dalam keadaan yang cukup tercerna. Selain itu, waktu sentuhan yang
adekuat antara khim dan permukaan mukosa usus halus diperlukan untuk
absorpsi normal.
kompensatif, ini terbukti pada penderita yang masih dapat hidup setelah reseksi
usus, walaupun waktu lintas menjadi sangat singkat. Motilitas usus merupakan
gastrin, dan pankreosimin, dalam hal ini dapat memberikan efek langsung
enterotoksin Staphilococcus maupun kolera atau ulkus mikro yang invasif oleh
Shigella sp. atau Salmonella. Selain uraian di atas, harus diingat bahwa
17
hubungan antara aktivitas otot polos usus, gerakan isi lumen usus, dan absorpsi
absorpsi air.
yang terjadi karena defisiensi enzim laktase. Dalam hal ini laktosa yang terdapat
dalam susu tidak sempurna mengalami hidrolisis dan kurang diabsorpsi oleh
asam organik dengan rantai atom karbon yang lebih pendek yang terdiri atas 2-4
atom karbon. Molekul-molekul inilah yang secara aktif dapat menahan air
Defisiensi laktase sekunder atau dalam pengertian yang lebih luas sebagai
dapat terjadi pada setiap kelainan pada mukosa usus halus. Hal tersebut dapat
terjadi karena enzim-enzim tersebut terdapat pada brush border epitel mukosa
tekanan osmotik dalam lumen usus karena asam ini tidak larut dalam air.
18
5. Klasifikasi
a. Diare Akut
hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa disertai
b. Diare Persisten
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
c. Diare Kronis
menurun, dimana lama diare kronik ini berlangsung lebih dari 30 hari.
b. Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 5 % dari berat
badan serta terdapat dua atau lebih tanda berupa gelisah, rewel/mudah
marah, mata cekung, haus, minum dengan lahap, cubitan perut kembali
lambat
19
c. Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 6-10 %
dari berat badan serta terdapat berupa gelisah, rewel/mudah marah, mata
d. Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 10% serta
terdapat dua atau lebih tanda-tanda berupa letargis atau tidak sadar, mata
cekung, tidak bisa minum atau malas minum, cubitan perut kembali sangat
6. Komplikasi
a. Dehidrasi
Kematian ini lebih disebabkan karena balita kehabisan cairan tubuh. Hal ini
karena asupan cairan itu tidak seimbang dengan pengeluaran melalui muntah
menganggap bahwa pengeluaran cairan seperti ini adalah hal biasa dalam
dan berat. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika
cairan yang hilang sudah lebih dari 10% disebut dehidrasi berat. Pada
dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah
20
b. Gangguan pertumbuhan
pengeluaran zat gizi terus berjalan. Jika tidak ditangani dengan benar, diare
akan menjadi kronis. Pada kondisi ini obat-obatan yang diberikan tidak serta
sering terjadi lagi, akan menyebabkan berat badan anak terus merosot.
masih berada di dalam kandungan sampai berusia 2 tahun. Diare yang terjadi
normal. Kondisi kurang gizi ini juga akan diikuti oleh rentetan lain yang
memperburuk kondisi fisik bayi. Daya tahan tubuh yang menurun padabayi
kurang gizi akan membuat pertahanan tubuhnya rapuh dan mudah diserang
pernapasan.
21
7. Penularan
yang tercemar atau tidak higienis, feses yang mengandung kuman penyakit,
proses pengolahan makanan yang tidak sehat sehingga tercemar oleh kuman-
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain
melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung
beberapa jam pada suhu kamar, maka akan tercemar dan kuman akan
berkembang biak.
d. di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila
tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat
penyimpanan.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja
f. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar, ibu sering
mengekskresi virus dalam jumlah besar, yang dapat menyebar melalui tangan
terkontaminasi, air, maupun makanan. Pada iklim tropis, rotavirus pada tinja
dapat bertahan hidup sampai 2 bulan. Para peneliti juga menduga bahwa
rotavirus dapat ditularkan melalui udara, karena virus ini juga terdeteksi di
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui
langsung tangan dengan penderita atau barang yang tercemar tinja penderita.
lain tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan
bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja,
buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak hygiene dan cara
perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan sanitasi lingkungan yang
penyediaan sumber air yang tidak sehat, jarak rembesan dengan sumber air
septik, dan penggunaan lantai rumah yang tidak kedap air. Terdapat tiga
kebiasaan yang dapat mencegah penyakit diare yaitu cuci tangan dengan tehnik
bersih dan pembuangan tinja. Sumber air yang sudah tercemar dari sumbernya
atau tercemar pada saat disimpan di rumah, tercemarnya sumber air dapat
terjadi jika penyimpanan air di rumah tidak tertutup dan juga dapat terjadi bila
jarak sumber air dengan rembesan tinja sangat dekat, hal ini dapat
jamban yang tidak menggunakan tangki septik, hal ini terjadi karena dapat
serangga terutama lalat dan dari serangga dan sumber air yang tercemar akibat
perilaku manusia. Apabila lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman serta
24
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan
penggunaan jenis lantai rumah, lantai yang menunjang kesehatan adalah lantai
yang mudah untuk dibersihkan dan juga lantai yang kedap air, jenis lantai
sangat berpengaruh terhadap penyakit yang terjadi pada balita, hal ini
dikarenakan pada anak umur 1-5 tahun mereka sudah mulai bermain, dan yang
sering menjadi tempat bermainnya anak yaitu berada di atas lantai rumah, jika
lantai rumah tidak bersih dan tidak kedap air hal ini dapat menyebabkan
diantaranya adalah tidak melakukan cuci tangan, penggunaan botol susu yang
imunisasi campak, dari perilaku ibu yang sering dilakukan yaitu tidak mencuci
tangan dengan sabun sebelum memberi makan pada anak, perilaku ini dapat
kotor ketika memberi makan kepada anak. Perilaku mencuci alat makan dan
minum sebelum memberi makan kepada anak juga menjadi hal penting dalam
mencegah penularan penyakit, alat makan dan minum yang kotor dapat
dari 5000 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit yang disebabkan oleh
8. Perawatan Diare
memberikan cairan oralit sesuai dengan jenis atau tingkat diare yang diderita
anak. Diare pada anak termasuk penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya
(self limited disease), hanya terkadang para orangtua khususnya ibu khawatir
melihat keadaan anaknya sehingga perlu diterapi dan penanganan agar penyakit
dapat lebih tertangani dengan optimal dan cepat sembuh (Purnamasari, 2011)
1) Tidak ada klasifikasi berat lain, beri cairan untuk dehidrasi (rencana
2) Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain : rujuk segera, jika masih
bisa minum, berikan ASI dan larutan oralit selama perjalanan, jika ada
berikut :
26
1) Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum beri oralit
Ringer Laktat (atau jika tidak tersedia, gunakan cairan NaCl) yang dibagi
sebagai berikut :
2) Periksa kembali anak setiap 15-30 menit, jika nadi belum teraba, beri
3) Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum, biasanya
sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga tablet zinc.
melanjutkan pengobatan.
anak bisa minum, bekali larutan oralit dan tunjukkan cara meminumkan pada
2) Periksa kembali anak setiap 1-2 jam, jika anak muntah terus atau perut
makin kembung, beri cairan lebih lambat. Jika setelah 3 jam keadaan
pengobatan.
1) Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi B dan tablet Zinc (10 hari
berturut-turut)
2) Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain, rujuk segera, jika masih
di atas.
lambat.
4) Berikan tablet zinc selama 10 hari berturut-turut, untuk umur < 6 bulan :
5) Setelah 3 jam :
1) Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi A dan tablet Zinc (10 hari
berturut-turut)
a) Jelaskan kepada ibu untuk memberi ASI lebih sering dan lebih lama
berikan oralit atau air matang sebagai tambahan, jika anak tidak
oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang. Anak
30
harus diberi larutan oralit di rumah jika : anak telah diobati dengan
b) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit, beri ibu 6 bungkus
1) Siapkan 1 gelas (200 ml) air yang telah dimasak / air teh
Larutan oralit juga bisa dibuat sendiri yang disebut larutan gula-
garam. Caranya larutkan 1 sendok teh garam dan 8 sendok teh gula
2 gelas atau 3 gelas. Setelah itu, 1 gelas larutan garam gula setiap kali
1) Apabila anak tersebut terus muntah dan tidak mau makan apapun, maka
anak hari ke-3, ini kemungkinan sudah masuk pada keadaan dehidrasi
ringan atau sedang sehingga perlu sekali perawatan yang maksimal dan
ke dokter.
2) Apabila anak diare tanpa dehidrasi, maka berikan dia juga cairan seperti
oralit atau larutan garam-gula dan cairan makanan tambahan seperti kuah
sayur dengan air tajin atau air matang atau pun makanan sesuai dengan
keinginan anak.
3) Untuk anak usia 1-5 tahun berikan oralit atau larutan gula-garam
sebanyak 100-200 ml setiap kali buang air besar yang diberikan secara
Balita yang diare biasanya buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24
jam, dan fesesnya berair. Sebelum panik membawa balita ke rumah sakit
diare. Beri minum dan makan. ASI, kuah sup, jus buah segar, air kelapa
32
dan air putih bersih dari sumber yang aman, dapat menggantikan cairan yang
sudah terbuang saat anak BAB. Jika masih menyusu, susui dia lebih sering
kemudian mulai lagi memberinya minum secara perlahan dan sedikit demi
sedikit. Makanan tetap perlu diberikan pada anak yang sedang diare.
Meskipun ia menolak, usahakan agar anak mau makan sedikit namun sering.
Fungsinya, memberi energi yang surut ketika anak diare serta membantu
adalah yang lunak, seperti bubur nasi, bubur kacang hijau, ikan atau daging
ukuran mangkuk 125 ml. Sedangkan untuk anak di atas dua tahun berikan
setengah hingga satu mangkuk oralit. Atau berikan larutan gula dan garam.
Buat dengan cara melarutkan air putih dengan enam sendok teh gula yang
9. Pencegahan
a. Mencuci tangan menggunakan sabun dengan benar pada lima waktu penting,
yaitu sebelum makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang bayi,
b. Makanan sehat, yaitu masakan yang di masak dengan cara yang benar.
Dimana memasak yang benar adalah dengan memisah makanan yang telah
cuci bersih dan yang belum dicuci. Jaga makanan dari serangga seperti lalat
kuman penyebab penyakit yang di bawa oleh serangga (lalat, kecoa, kutu,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
jamban.
1. Pengertian
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya mata, hidung, telinga, dan lain
2. Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (know)
b. Memahami (Comprehension)
secara benar.
35
c. Aplikasi (Application)
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi
d. Analisis (Analysis)
e. Sintesis (Synthesis)
f. Evaluasi (Evaluation)
masalah yang lain, yang sama orang dapat menggunakan cara tersebut.
a. Pendidikan
lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat
b. Pekerjaan
langsung.
c. Umur
aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar
hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat
pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental, taraf berfikir
d. Minat
e. Pengalaman
yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika
sikap positif.
f. Kebudayaan
g. Informasi
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
A. Kerangka Konsep
Pengetahuan Perawatan
Diare
B. Definisi Operasional
Tabel 3.
Defenisi Operasional
Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner 0= Kurang, bila Ordinal
ibu tentang diketahui ibu jumlah jawaban
perawatan mengenai perawatan benar < 56%
diare pada diare pada balita 1 = Cukup, bila
balita jumlah jawaban
benar 56-75%
2= Baik, bila
jumlah jawaban
benar > 75%
40
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu
untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan diare pada balita
1. Populasi
(Notoadmojo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang berkunjung
Bengkulu pada bulan Januari sampai Desember 2014 yang berjumlah 481
orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu
kriteria :
41
42
N
2
n = 1+N ( d )
(Notoamodjo, 2010)
Keterangan :
n = Besarnya sampel
N = Populasi
Dari rumus di atas, maka didapat besarnya sampel dalam penelitian ini adalah :
N
2
n = 1+N ( d )
481
2
n = 1+481(0,1 )
481
n = 1+4,81
481
n = 5,81
D. Etika Penelitian
Prinsip dasar dalam etika penelitian harus berdasarkan empat prinsip yaitu
muncul berupa risiko psikologis misalnya rasa cemas atau malu. Hal ini dapat
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang perawatan diare pada
balita.
1. Jenis Data
Data dalam penelitian ini berasal dari data primer yang diperoleh
pengetahuan ibu tentang perawatan diare pada balita dan data sekunder tentang
jumlah ibu balita yang berkunjung yang diperoleh dengan melihat register di
responden dengan jenis pertanyaan pilihan ganda, serta data sekunder dengan
1. Pengolahan Data
Editing data adalah meneliti kembali apakah isian pada kuisioner yang
dilakukan responden sudah cukup dan benar sesuai dengan petunjuk yang
kuesioner yang sudah diisi dengan harapan apabila ada kekurangan data atau
Data yang telah ada dicoding kemudian diolah kedalam komputer dengan
Pembersihan data dengan melihat variabel apakah sudah benar atau belum.
Jika berbeda, maka telusuri letak kesalahan entry data sebelumnya. Jadi
2. Analisis Data
F
P= x 100 %
n
Keterangan:
Setelah data diolah, maka penyajian data yang digunakan adalah berbentuk
4. Interpretasi Data
Amiruddin R., 2007, Current Issue Kematian Anak (Penyakit Diare), Makasar :
Universitas Hasanuddin
Badan Pusat Statistik Kota Bengkulu. 2013. Kota Bengkulu Dalam Angka.
Bengkulu : BPS Kota Bengkulu.
Depkes RI, 2006. Pedoman Tata Laksana Diare. Jakarta : Depkes RI.
Farida, 2010. Kid's Health Series: Kid And Global Disease. Jakarta : Grasindo.
Kemenkes RI, 2011. Buku Bagan Manajemen Terpadu. Jakarta : Kemenkes RI.
________, 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan : Lintas Diare. Jakarta: Kemenkes RI
Khomsan dkk, 2008. 60 Variasi Makanan Tim Sehat. Jakarta: Pustaka Bunda.
Mubarak. 2007. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Pangau, Stephani, 2011. Anak Tiba-tiba Kurus dan Lemas. Tabloid Reformata Edisi
135 Januari 2011.
Purnamasari, Dewi. 2011. Deteksi dan Pengobatan Dini Balita Anda Panduan
Praktis Bagi Orangtua. Yogyakarta : Pustaka Solomon.
Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta : EGC
Ramaiyah, S. 2007. All You Wanted to Know About Diarrhoea . Jakarta : EGC.
Sari, 2009. Perilaku ibu dalam Penatalaksanaan Rehidrasi Oral Pada Balita Diare
Yang Berada Di Rumah di Kelurahan Siringo-Ringo Labuhan Batu. Medan :
Universitas Sumatera Utara
Widjaja, 2009. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka
Wijoyo, Yosef. 2013. Diare, Pahami Penyakit dan Obatnya. Klaten : PT. Intan
Sejati.
Zulfito, dkk, 2010. Smart Parents : Pandai Mengatur Menu dan Tanggap Anak Sakit.
Jakarta: Gagas Media.
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG
PERAWATAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SUKAMERINDU
KOTA BENGKULU
TAHUN 2015
OLEH :
Proposal Karya tulis Ilmiah ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan
dihadapan Tim Penguji Proposal Karya Tulis Ilmiah Program Studi
Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Dehasen Bengkulu
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Diare
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2015”
mendapatkan bimbingan dan bantuan yang bermanfaat oleh berbagai pihak, oleh
1. Ibu Dr. Ida Samidah, SKp, M.Kes selaku Ketua STIKes Dehasen Bengkulu.
2. Ibu Des Metasari, S.Kep, M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III
3. Ibu Yulia, S.Kep, M.Kes selaku Pembimbing I yang telah membimbing penulis
5. Seluruh Staf pengajar STIKes Dehasen Bengkulu, yang telah memberikan banyak
6. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan do’a dan dukungan atas
keberhasilanku.
7. Semua teman-teman sejawat dan seperjuangan yang telah mendukung dan
Dalam penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan-
kekurangan baik dari segi isi, penyusunan maupun teknik penulisan karena
keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu dengan kerendahan hati
penulis mengharapkan saran, kritik yang sifatnya membangun dari pembaca demi
datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
Penulis
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................................ iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Lampiran 1. Kuesioner
A. BIODATA
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
B. PETUNJUK
Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda anggap benar, mohon
pertanyaan tidak ada satupun dilewatkan, atas bantuan Ibu saya ucapkan terima
kasih.
C. PERTANYAAN PENGETAHUAN
1. Dalam penanganan pertama kali pada balita yang terkena diare adalah:
a. Pemberian Oralit
b. Minum air putih
c. Tidak tahu
3. Apabila tidak ada oralit, penderita diare juga bisa diberikan minum apa ?
a. Minum susu
b. Minum larutan gula-garam
c. Minuman dingin
5. Pemberian oralit pada balita pada saat menderita diare setelah tiga jam
pertama diberikan sebanyak ?
a. 1 gelas setiap kali diare
b. 2 gelas setiap kali diare
c. 3 gelas setiap kali diare
6. Apa bahaya diare bila tak segera ditangani ?
a. Tidak terjadi apa-apa
b. Kekurangan cairan (Dehidrasi)
c. Tidak Tahu
8. Selain memberi oralit, apa yang Anda lakukan terhadap penderita diare?
a. Ke pengobatan alternatif
b. Ke petugas kesehatan
c. Dibiarkan saja
10. Kemana ibu membawa berobat anak ibu saat diarenya sudah semakin parah?
a. Diberi obat yang di warung
b. Pengobatan alternatif / tukang urut
c. Tenaga kesehatan terdekat.