Anda di halaman 1dari 49

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program

Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi

masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerintah

pelayanan kesehatan. Salah satu sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 adalahmeningkatnya status kesehatan

gizi ibu dan anak (Kemenkes, 2015).

Salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan adalah

pengetahuan.Pengetahuan yang kurang baik mengakibatkan tindakan yang

kurang tepat dalam pemilihan makanan yang dikosumsi, hal ini berhubungan

dengan kebiasaan makan dan adanya kepercayaan pada masyarakat yang

diturunkan dari orang tuanya, kebiasaan makan yang kurang baik tersebut dapat

menyebabkan penyakit diare(Notoatmodjo, 2005).

Diare adalah keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak

biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume,

keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3

kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4kali/hari (Hidayat, 2011). Menurut

Suraatmaja (2007) klasifikasi diare dibagi 2 yaitu diare akut dan diare kronis.

Penyebab diare akut adalah gangguan jasad renik atau bakteri yang masuk

kedalam usus setelah melewati berbagai rintangan asam lambung, jasad renik

tersebut berkembang biak multiplikasi (didalam usus halus, oleh jasad renik
2

dikeluarkan toksin (toksin diaregenik) akibat toksin tersebut terjadi hpersekresi

yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Pada diare kronis, yaitu diare yang berlanjut sampai dua minggu atau lebih

dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa

diare tersebut. Penyebabnya akibat luka oleh radang usus, diare kronis lebih

komplek dan faktor-faktor yang menimbulkan ialah infeksi bakteri, jamur, parasit,

malabsorsi, malnutrisi (Suraatmaja, 2007).

Menurut Widoyono (2005) gejala diare tinja cair atau lembek dan sering,

muntah(biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut), demam (dapat

mendahului atau tidak mendahului gejala diare), gejala dehidrasi (mata cekung,

ketegangan kulit menurun, apatis, gelisah).Akibat dari diare jangka pendek

menyebabkan bertambah tingginya angka kesakitan dan angka kematian serta

bertambah beratnya penyakit atau infeksi yang sedang diderita, sedangkan dalam

jangka panjang diare dapat mengakibatkan dehidrasi, gangguan pertumbuhan dan

mengakibatkan produktifitas berkurang serta menurun kemampuan belajar dan

kreatifitas (Widjaja,2002).

Menurut data Riskesdas (2013) Period prevalen diare (3,5%) lebih kecil

dari Riskesdas 2007 (9,0%). Penurunan period prevalen yang tinggi ini

dimungkinkan karena waktu pengambilan sampel yang tidak sama antara 2007

dan 2013. Pada Riskesdas 2013 sampel diambil dalam rentang waktu yang lebih

singkat. Insiden diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3.5%.

Data profil kesehatan Jambi, (2014) pada tahun 2014 penemuan penderita

diare di provinsi Jambi berjumlah 64.308 kasus yang tersebar pada 11 kabupaten/
3

kota,jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan kasus sebesar 7.800

kasus. Pada tahun 2013 penemuan penderita diare di provinsi Jambi berjumlah

72.108 kasus dilihat pada tahun 2012 kasus diare di provinsi Jambi dari 11

kabupaten/ kota berjumlah sebesar 90.757 kasus.

Jika dibandingkan dengan tahun 2011 (84.188 kasus) terjadi peningkatan

sebesar 1,5% (1.213 kasus), jumlah kasus diare di Provinsi Jambi tahun 2014

terbanyak terdapat di Kota Jambi yaitu sebesar 10.491 kasus, kasus diare di

kabupaten Kerinci (3.053 kasus). Adapun kasus terendah adalah Kota Sungai

Penuh (1.975 kasus), kabupaten Kerinci terbagi menjadi 16 kecamatan dan salah

satu nya kecamatan Siulak Mukai.

Berdasarkan data dari Puskesmas Siulak Mukai tahun 2016 terjadi

peningkatan pasien yang menderita diare, pada bulan Maret sebesar 12,09%,

bulan Juni sebesar 24,19% dan terjadi peningkatan yang lebih tinggi kejadian

diare di bulan September yaitu sebesar 40,38%.

Hasil uraian diatas maka penulis tertarik untuk melihat “Hubungan

Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian Diare Di

Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai Kab.Kerinci Provinsi Jambi”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas

maka penulis merumus kan masalah yaitu apakah ada “Hubungan

Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Kejadian Diare di

Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai Kab.Kerinci Provinsi Jambi”


4

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umun

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Perilaku Hidup

Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas

Siulak Mukai.

1.3.2.Tujuan Khusus

1.3.2.1. Diketahui lama kejadian diare diwilayah kerja Puskesmas Siulak Mukai

Kab.Kerinci Provinsi Jambi.

1.3.2.2. Diketahui tingkat pengetahuan penyakit diare diwilayah kerja Puskesmas

Siulak Mukai Kab.Kerinci Provinsi Jambi.

1.3.2.3. Diketahui Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) diwilayah kerja

Puskesmas Siulak Mukai Kab.Kerinci Provinsi Jambi.

1.3.2.4. Diketahui hubungan pengetahuan dengan kejadian diare diwilayah kerja

Puskesmas Siulak Mukai Kab.Kerinci Provinsi Jambi.

1.3.2.5. Diketahui hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) dengan

diare diwilayah kerja Puskesmas Siulak Mukai Kab.Kerinci Provinsi

Jambi.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Dinas Kesehatan Kerinci

Merupakan masukan dan informasi data tentang Hubungan

Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Kejadian Diare di

Puskesmas Siulak Mukai Kab.Kerinci Provinsi Jambi.


5

1.4.2. Bagi Puskesmas Siulak Mukai

Merupakan masukan dan informasi data tentang Hubungan

Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian Diare Di

Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai Kab.Kerinci Provinsi Jambi.

1.4.3, Bagi Penulis

Sebagai tambahan pengalaman dan pengetahuan tentang Hubungan

Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian Diare Di

Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai Kab.Kerinci Provinsi Jambi.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi melalui panca

indra manusia yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

(Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan adalah pemberi bukti oleh seorang melalui proses

peningkatan dan pengenalan informasi, ide atau fenomena yang diperoleh

sebelumnya. Orang yang mengetahui pada dasarnya berarti bisa mengungkapkan

atau mengingat tentang informasi yang pernah diterima (Sugiyanto, 2000).

Menurut Notoatmodjo (2003) mendefinisikan tingkat pengetahuan menjadi

6 ( Enam ) katagori; (1) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang diterima, (2) Memahami diartikan sesuatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, (3) Aplikasi adalah

kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real, (4) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen – komponen. Tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain, (6) Sintesis adalah
7

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi

yang ada, misalnya: dapat menyusun, dapat merancanakan, dapat meringkas,

dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan – rumusan yang ada, (6)

Evaluasi diartikan sebagai berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek

2.2. Definisi Diare

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau

tidak biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkat volume,

keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lender darah, seperti lebih dari

3kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari(Hidayat, 2008).

Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal

(meningkat) dan kosentrasi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono, 2012).

Diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai

lendir dan darah maupun tidak (Widjaja, 2002).

Menurut Hidayat (2008) ada 4 ( Empat ) macam faktor penyebab diare; (1)

Faktor Infeksi, proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme(kuman)

yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus

dan merusak sel mukosaintestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan

intestinal sehingga terjadi perubahan kapasitas dari insternal yang akhirnya

mengakibatkan gangguaan funsi intestinal dalam absorpsi cairan dan elektrolit.

Adanya toksin bakteri jugga akan menyebabkan system transport menjadi aktif

dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan

dan elokrolit akan meningkat. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang


8

antara lain; Infeksi oleh bakteri, Escherichia coli, Salmonella thyposa, Vibrio

cholera, kolera, serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik

seperti pseudomonas dan Infeksi basil (disentri), (2) Faktor malabsorpsi,

merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan

osmotic meningkat kemudian akan terjadi pengeseran air dan elektrolit ke rongga

usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare, (3)

Faktor makanan, dapat terjadi apa bila toksin yang ada tidak mampu diserap

dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltic usus yang akhirnya

menyebabkan penurunan kesempatan untuk mennyerap makanan, (4) Faktor

Psikologis, dapat dipengaruhi terjadinya peningkatan peristaltic usus yang dapat

memengaruhi proses penyerapan makanan.

Menurut Suraatmaja(2007) berdasarkan lamanya jenis diare ada 2 : diare

akut dan diare kronik, (1) Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi

yang meningkat dan kosentrasi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat

mendadak datangnya; dan berlansung dalam waktu kurang dari dua minggu.

Penyebabnya sebagai berikut ; (a) Masuknya jasad renik yang masih hidup ke

dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, (b) Jasad

renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus, (c) Oleh jasad

renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik), (d) Akibat toksin tersebut terjadi

hipersekrsi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. (2) Diare Kronis atau

Menahun atau Persisten, yaitu diare yang berlanjut sampai dua minggu atau lebih

dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa

diare tersebut. Penyebabnya diakibatkan luka oleh radang usus, tumor ganas dan
9

sebagainya. Diare kronik lebih komplek dan faktor-faktor yang menimbulkannya

ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.

Beberapa faktor yang menimbulkan Diare Kronis atau menahun atau

persisten, terutama jika sering berulang pada anak ; (1) Faktor penyebab diare, (a)

Pengurangan atau penghambatan ion-ion pada usus, (b) Perangsangan dan sekresi

aktif ion-ion pada usus ( secretory diarrhea). Gangguan bakteri, jamur, dan

parasit. (2) Terdapatnya zat yang sukar diabsorpsi atau cairan dengan tekanan

osmotic yang tinggi pada usus yaitu ; (a) Larutan yang sulit diserap/laktasif, (b)

Penyimopangan pencernaan makanan, (c) Kegagalan pengangkutan makanan non-

elektrolit yang mempunyai tekanan osmotic yang tinggi. (3) Perubahan

pergerakan dinding usus, (a) Penurunan pergerakan peristaltik yang menyebabkan

bertambahnya perkembangbiakan bakteri dalam rongga usus, (b) Meningkatnya

pergerakan usus yang menyebabkan kurangnya waktu kontak antara makanan

dengan permukaan usus halus, sehingga makanan cepat masuk kedalam lumen

kolon, (c) Pengosongan kolon secara prematur yang disebabkan isi kolon atau

proses peradangan kolon (sindrom irritamble colon) yang mempersingkat waktu

kontak, sehingga volume dan feses akan bertambah cair( Inayah: 2004).

Gejala klinis dari penyakit diare kronis adalah ; (1)Diare yang dapat

bercampur darah, lender, lemak, dan berbuih, (2) Rasa sakit diperut, (3) Rasa

kembung dan (4) Demam ( Inayah, 2004).

Menurut Widoyono ( 2005 ) tanda dan gejala diare adalah sebagai berikut,

Gejala umum; (1) Tinja cair atau lembek dan sering, (2) Muntah, biasanya

menyertai diare pada gastroenteritis akut, (3) Demam, dapat mendahului atau
10

tidak mendahului gejala diare, (4) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung,

keteganagn kulit menurun, apatis, gelisah. Gejala spesifik (1) Vibrio cholera:

diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis, (2) Disenteriform:

tinja belendir dan berdarah.

Menurut Widjaja (2002), gejala diare pada balita; (1) Bayi atau anak

menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun meninggi, (2) Tinja bayi encer,

berlendir atau berdarah, (3) Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan

cairan empedu, (4) Lecet pada anus, (5) Gangguan gizi akibat intake (asupan)

makanan yang kurang, (6) Muntah sebelum dan sesudah Diare, (7) Hipoglikemia

(penurunan kadar gula darah).

Menurut Tahapan(2004) sebenarnya pengobatan yang paling baik adalah

dengan melakukan pencegahan, namun seandainya kita sudah menderita diare ini,

perlu dipikirkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengembalikan cairan yang hilang

Umumnya penyakit ini akan sembuh sendiri dalam 2 hingga 3 hari.

Tindakan yang perlu kita lakukan adalah mengembalikan cairan yang hilang. Apa

bila masa gejala cairan yang hilang (DP) tidak disertai muntah, cairan rehidrasi

seperti muntah, cairan rehidrasi seperti air mineral yang dikombinasikan dengan

makan biscuit asin akan dapat digunakan untuk tindakan pengobatan sementara

sehingga kebutuhan air juga mengandung gula (glukosa) karena gula mudah

diserap walaupun dinding usus halus sedang mengalami gangguan.

Makanan/minuman yang harus dihindari pada waktu serangan adalah

bahan yang meransang misalnya makanan/minuman yang kadar lemaknya tinnggi


11

(bersantan, goring-gorengan, pedas, dll). Selain itu harus menghindari makanan

berserat tinggi seperti sayuran, makanan produk perternakan seperti susu, keju,

dan mentega (Tahapan, 2004).

Pada pariode diare makanan tersebut dapat mengurangi enzim lactase

sehingga dapat menganggu (merusak) dinding usus halus. Sebaliknya, makanan

rendah residu sangat dianjurkan seperti bubur nasi, kentang rebus, roti, dan

pisang, bila perlu gunakan oralit/pedialit (Tahapan,2004).

2. Obat Antidiare

Karena diare terjadi akibat gerakan usus halus atau peristaltic yang

berlebihan, maka obat antidiare biasanya bersifat absorben (menyerap) sehingga

dapat menurunkan motolitas, peristaltik (gerakan usus) atau secara tidak lansung

dapat mematikan kuman atau bakteri. Obat yang sering diberikan untuk

meredakan ini adalah norit, kaolin, pectin, dan loperamide karena dapat

menurunkan peristaltik usus secara cepat (Tahapan, 2004).

Obat seperti loperamide salain berguna untuk mengurangi gerakan yang

berlebihan juga mengurangi produksi cairan yang berlebihan bisa digunakan

untuk penyakit ini dengan dosis awal 4 mg (2 tablet), kemudian 1 tablet setiap

diare maksimal 8 tabletper hari (Tahapan, 2004), obat ini boleh digunakan apa

bila; (1) Demam yang tinggi dan terdapat darah/lender pada feses, (2) Pada anak

yang lebih kecil dari 2 tahun, (3) Tidak ada perubahan selama 48 jam.

Jika dengan hal ini masih juga kurang bermakna , atau diare terus berlanjut

(2 hari) segeralah berkonsultasi kedokter terdeka, artinya kurang bermakna,


12

apabila keluhan tidak reda, juga penderita menjadi sangat lemas, kaki dan tangan

dingin, susah untuk berkomunikasi( Tahapan, 2004).

Jangan lupa untuk selalu memberi minum (residrasi) pada penderita

meskipun sudah minum obat. Prinsipnya, cairan yang diberikan harus sama atau

lebih dari cairan yang keluar akibat diare (Tahapan, 2004).

Pencegahan Menurut Depkes RI (2000), penyakit diare dapat dicegah

melalui promosi kesehatan antara lain; (1) Meningkatkan penggunaan ASI (Air

Susu Ibu), (2) Memperbaiki praktik pemberian makanan pendamping ASI, (3)

Penggunaan air bersih yang cukup, (4) Makan makanan bersih dan bergizi, (5)

Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan, (6) Penggunaan jamban yang

benar dimana pembuangan kotoran yang tepat termasuk tinja anak-anak dan bayi

yang benar, (7) Menjaga kebersihan diri (personal hygiene) dan lingkungan, (7)

Memberikan imunisasi campak, (8) Pemberian kaporit pada sumur gali 2 minggu

sekali.

Pertolongan pertama yang dapat dilakukan di rumah tangga apabila ada

anggota keluarga terkena diare yaitu; (1) Berikan minuman oralit atau larutan gula

garam. Sebaiknya setiap keluarga diharapkan menyimpan garam oralit di rumah

(Cara membuat larutan gula garam di rumah: 1 (satu) sendok teh gula pasir +1/4

sendok teh garam dapur dicampur ke dalam 1 gelas air hangat), (2) Berikan obat

diare yang tersedia, (3) Segera dibawa ke puskesmas atau sarana pelayanan

kesehatan terdekat.
13

Menurut Depkes RI (2000) ada beberapa upaya pencegahan yang efektif

yang dapat dilakukan antaralain:

1. Memberikan ASI

ASI merupakan makanan yang paling baik untuk bayi. Komponen zat

makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan

diserap secara optimal oleh bayi. Pemberian ASI sudah cukup untuk menjaga

pertumbuhan sampai 6 bulan. Tidak ada makanan tambahan lain yang

dibutuhkan selama masa ini. ASI memiliki khasiat preventif secara imonologic

dengan kandungan antibodi dan zat-zat lain.

ASI turut memberi perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru

lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar

terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora

usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah timbulnya bakteri penyebab diare.

Bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan

akan mendapat resiko terjadi diare adalah 30 kali lebih besar. Penggunaan

botol susu untuk pemberian susu formula juga akan memberi resiko tinggi

terkena diare sehingga dapat menyebabkan terjadinya gizi buru.

2. Pemberian Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI diberikan pada bayi secara

bertahap, dimulai dengan membiasakan dengan memberikan makanan orang

dewasa yang dihaluskan, pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya

meningkatkan resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang

menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang


14

baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana makanan

pendamping ASI diberikan.

Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian

makanan pendamping ASI yang baik antara lain: 1) Berikan makanan

pendamping ASI setelah bayi berumur 6 bulan. 2) Tambahkan minyak, lemak

dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk menambah energi. 3)

Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang- kacangan, buah-

buahan dan sayuran hijau ke dalam makanannya. 4) Cuci tangan pakai sabun

sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok

yang bersih, sebaiknya botol sususerta peralatan makanan bayi disiram atau

direbus dengan air panas mendidih.5) Masak dan rebus makanan dengan

benar.

3. Menggunakan Air Bersih yang Cukup

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui

jalur fecal oral, ditularkan dengan memasukkan makanan ke dalam mulut,

cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari

tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air yang

tercemar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan anggota keluarga; (1) Mengambil Air

dari sumber yang bersih, (2) Ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih

dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air, (3) Pelihara

atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan lain-lain, (4) Gunakan
15

air yang direbus, (5) Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang

bersih.

4. Mencuci Tangan dengan Sabun

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang

penting dalam mencegah penularan kuman diare adalah mencuci tangan.

Mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah buang air besar, sesudah

membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi

makan anak dan sebelum makan mempunyai dampak dalam kejadian diare.

5. Menggunakan Jamban

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah: a) keluarga

harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai seluruh

anggota keluarga, b) Bersihkan secara teratur dan c) Bila tidak ada jamban,

jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air

besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain

serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas

kaki.

6. Membuang Tinja Bayi yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal

ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-

anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar. Hal-

hal yang harus diperhatikan oleh keluarga : a) Tinja bayi atau anak kecil

sebaiknya dibuang kejamban, b) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk

membuang tinja anak seperti dalam lubang atau kebun kemudian ditimbun dan
16

c) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangannya dengan

sabun.

7. Memberikan Imunisasi Campak

Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi

campak dapat mencegah diare. Oleh karena itu beri anak imunisasi campak

segera setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2000).

8. Pemberian Kaporit pada Sumur Gali 2 Minggu Sekali

Cara pembubuhan kaporit pada sumur gali antara lain: Satu sendok

makan peres untuk 1 (satu) cincin (1 meter kubik) dengan frekwensi

pemberian 2 (dua) minggu sekali. Caranya kaporit dilarutkan terlebih dahulu

dalam segayung air, setelah itu dimasukkan ke dalam sumur pada malam hari.

Pada pagi harinya air sumur sudah dapat dimanfaatkan kembali. Pemberian

kaporit pada sumur gali 2 minggu sekali.

pencegahan terbaik dari kematian akibat dehidrasi adalah pengobatan

dini dengan cairan. Baik lewat mulut atau, pada beberapa negara, dengan

memberikan cairan (lewat sonde lambung, intraperi tonial, atau lewat

subkutan) dalam waktu yang singkat( minyalnya, kurang dari 24 jam) dipusat

rehidrasi dipoliklinik atau balai pengobatan.

2.3. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

Menurut Depkes (2007) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah

semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sendiri sehingga anggota

keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan

berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Menurut Depkes(2011)


17

Perilaku Hidup Sehat dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan

seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri

(mandiri) dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakat.

Menurut Riskesdes (2013) ada 10 Indikator Perilaku Hidup Bersih Dan

Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga:

1. Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter dan tenaga para lainnya).

2. Menimbang Balita Setiap Bulan

Penimbangan balita di maksud kan untuk memantau

pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan balita dilakukan setiap bulan

mulai dari umur 1 tahun sampai 5 tahun diposyandu. Setelah balita di

timbang di buku KIA maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak

naik. Naik, bila garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna

pada KMS. Tidak naik, bila garis pertumbuhannya menurun.

3. Memberantas Jentik di Rumah

Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan

pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.

Pemberantasan jentik bermaksud untuk membebaskan rumah dari jentik-jentik

yang dapat dilakukan secara berkala.


18

Pemeriksaan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat

perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah seperti bak mandi/wc,

vas bunga, tatanan kulkas, dan lain-lain dan di luar rumah. Yang dilakukan

secara teratur sekali dalam seminggu.

4. Makan buah dan sayur setiap hari

Semua sayur bagus dimakan, terutama sayuran yang berwarna (hijau

tua, kuning dan orange) seperi bayam, kangkung, daun katuk, wortel, selada

hjau, atau daun singkong. Semua buah bagus untuk dimakan, terutama yang

bewarna (merah, kuning), seperti mangga, papaya, jeruk, jambu biji, atau apel

lebih banyak kandungan vitamin dan mineral serta seratnya. Pilihan buah dan

suyur yang bebas pestisida dan zat berbahaya lainnya.

5. Melakukan Aktifitas Fisik Setiap Hari

Semua anggota keluarga sebaiknya melakukan aktivitas fisik minimal

30 menit setiap hari. Aktifitas fisik adalah Melakukan pergerakan anggota

tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi

pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar

tetap sehat dan bugar sepanjang hari.

6. Tidak Merokok di dalam Rumah

Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung, aliran darah

dan menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker. Perokok aktif adalah

orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin dengan sekecil apapun

walaupun itu cuma 1 batang dalam sehari,atau orang yang menghisap rokok

walau hanya sekedar coba-coba dan cara menghisap rokok cuma sekedar
19

menghembuskan asap walau tidak diisap masuk kedalam paru-paru.

Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok

orang lain. Rumah merupakan tempat berlindung termasuk dari asap rokok.

Perokok pasif harus berani menyuarakan haknya tidak menghirup asap rokok.

7. Pemberian ASI Ekslusif

ASI ekslusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa

memberikan tambahan makanan atau miniman lain. ASI adalah makanan

alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk

kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh berkembang dengan baik. Air susu ibu

pertama berupa cairan bening bewarna kekuningan (kolostrum) sangat baik

untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.

8. Menggunakan Air Bersih

Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk

minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat

dapur, mencuci pakaian dan sebagainya. Agar kita tidak terkena penyakit

atau terhindar sakit. Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra

kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba).

Air tidak berwarna harus bening/jernih. Air tidak keruh, harus bebas

dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya. Air tidak berasa,

tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak berbau, dan tidak pahit harus bebas

dari bahan kimia beracun. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk

atau belerang. Air bersih bermanfaat bagi tubuh supaya terhindar dari
20

gangguan penykit-penyakit setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan

dirinya.

9. Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun

Cuci tangan dapat berfungsi menghilang mengurangi

mikroorganisme yang menempel di tangan. Cuci tangan harus dilakukan

dengan menggunakan air bersih dan sabun. Air yang tidak bersih banyak

mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman

berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam

tubuh, yang bias menimbulkan penyakit.

10. Menggunakan Jamban Sehat

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas

pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat

duduk dengan leher angsa yang dilengkapi dengan unit penampungan

kotoran dan air untuk membersihkannya. Setiap anggota rumah tangga harus

menggunakan jamban untuk buang air besar/air kecil. Penggunaan jamban

akan bermanfaat untuk menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau.

Jamban mencegah pencemaran sumber air yang ada disekitarnya. Jamban

juga tidak mengundang datangnya lalat atu serangga yang dapat menjadi

penular penyakit.

2.4. Hubungan Pengetahuan Dengan Penyakit Diare

Pengetahuan merupakan faktor pendukung yang mempengaruhi perilaku

seseorang selain adanya motivasi untuk berperan dalam membentuk sumbar daya

manusia, hal ini dimulai dari pengetahuan masyarakat yang meliputi: pengertian,
21

penyebab, jenis penyakit diare, gejala, akibat, pengobatan dan pencegahan.

Semakin baik pengetahuan masyarakat tentang penyakit diare akan membantu

meningkatkan kesehatan masyarakat yang optimal (Notoatmadjo, 2005).

2.5. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang berhubungan dengan diare dilampirkan pada hal.22


22

2.5. Kerangka Teori Diare


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
Faktor penyebab diare: rumah tangga :
Diare Prilaku kesehatan :
1. Penyebaran kuman yang a. Persalinan ditolong oleh tenaga
1. Perilaku kesehatan
menyebabkan diare
hidup sehat
2. Faktor penjamu yang b. Menimbang bayi dan balita
2. Perilaku setiap bulan
meningkatkan kerentanan
sakit
terhadap diare c. Memberantas jentik di rumah
3. Faktor lingkungan dan d. Makan buah dan sayur setiap
perilaku hari
e. Melakukan aktivitas fisik setiap
hari
Upaya Pencegahan :
f. Tidak merokok di dalam rumah
Perilaku sehat
g. Memberikan ASI ekslusif
1.Memberikan ASI
h. Menggunakan air bersih
2.Menggunakan Air Bersih yang Cukup
i. Mencuci tangan dengan air
3.Mencuci Tangan dengan Sabun
bersih dan sabun
4.Menggunakan Jamban
j. Menggunakan jamban setiap
5.Pemberian Makanan Pendamping ASI hari
6.Membuang Tinja Bayi yang Benar Gambar 2.1. Kerangka Teori
7.Memberikan Imunisasi Campak
( Siska, 2012 )
8.Pemberian Kaporit pada Sumur
b. penyehatan lingkungan
1.Penyediaan air bersih
2. pengolahan sampah
3. sarana pembuangan sampah
23

2.6. Kerangka Konsep

1.Tingkat Pengetahuan
Kejadian Lama Diare
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
2.Tingkat Pengetahuan Diare

2.7. Hipotesis Penelitian

Suatu asumsi pernyataan tentang hubungan satu atau lebih variabel

diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam penelitian.(Nursalam, 2003)

Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan perilaku hidup bersih sehat (PHBS)

masyarakat dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Siulak

Mukai

H1 : Ada hubungan pengetahuan perilaku hidup bersih sehat(PHBS)

masyarakat dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Siulak

Mukai.

Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan diare dengan kejadian diare di wilayah

kerja Puskesmas Siulak Mukai.

H1 : Ada hubungan pengetahuan diare dengan kejadian diare di wilayah

kerja Puskesmas Siulak Mukai.

.
24

2.8. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Kriteria Alat Ukur Skala

1 Independen: Segala perilaku Hidup 1. Baik : 8- Kuesioner Ordinal

Prilaku Bersih dan Sehat (PHBS) 10

Hidup Bersih melalui pengisian 2. Sedang : Hasil

dan kuesioner meliputi 10 5-7 jawaban

Sehat(PHBS) pengetahuan PHBS: 3. Kurang : dikelompok

1. Persalinan Ditolong < dari 5 kan dengan

oleh Tenaga kriteria :

Kesehatan Benar : 1

2. Menimbang Balita Salah : 0

Setiap Bulan

3. Memberantas Jentik

di Rumah

4. Makan buah dan

sayur setiap hari

5. Melakukan

Aktifitas Fisik

Setiap Hari

6. Tidak Merokok di

dalam Rumah

7. Pemberian ASI

Ekslusif

8. Menggunakan Air
25

Bersih

9. Mencuci Tangan

dengan Air Bersih

dan Sabun

10. Menggunakan

Jamban Sehat
2 Independen : 4. Baik : 8- Kuesioner Ordinal
(Riskesdas, 2013)
Pengetahuan 10 Hasil
Adalah
Penyakit 5. Sedang : jawaban
pengetahuan
Diare 5-7 dikelompok
responden yang
6. Kurang : kan dengan
diuji menggunakan
< dari 5 kriteria :
kuesioner tentang
Benar : 1
defenisi, penyebab,
Salah : 0
gejala, akibat,

pencegahan dan

pengobatan diare

2 Dependen: Pemeriksaan diare yag 1. > 2 Kuesioner Ordinal

diare dilakukan oleh tenaga Minggu

kesehatan 2. <2

Minggu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
26

3.1. Jenis Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional study yang bertujuan untuk melihat hubungan variable dependent

penyakit diare dengan variable independent yaitu pengetahuan tentang Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat yang terkena diare di wilayah Puskesmas Siulak Mukai.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2016- April 2017 di

wilayah kerja Puskesmas Siulak Mukai Kab.Kerinci Prov.Jambi.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua masyarakat yang

menderita diare yang datang berobat ke Puskesmas Siulak Mukai yaitu

sebanyak 187 orang penderita September 2016.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling

(Nursalam.2008). Sampel dalam penelitian ini adalah semua penderita

diare yang berumur 3-12 tahun.

Estimasi besar sampel ditentukan dengan rumus penelitian analitik

kategorik tidak berpasangan (Dahlan, 2010) : n =N

N (d)2 +1

Keterangan :

n = jumlah sampel yang di cari


27

N= jumlah populasi

d = nilai presisi (0,1) (Notoatmodjo, 2005)

Perhitungan sampel :

Jumlah populasi : 187 orang

Nilai presisi : 0,1

n= N (d)2+1

n = 187

187 (0,1)2 + 1

n = 65.1Responden

= 65 Responden

Jadi subjek dalam penelitian ini yaitu 65 Responden.

Pengambilan sampel dilakukan dengan kriteria Inklusi dan Eksklusi

(Notoatmodjo, 2012).

1. Kriteria Inklusi

a. Ibu dan anak yang tinggal diwilayah Puskesmas Siulak Mukai

sekurang-kurangnya 1 tahun.

b. Ibu yang mempunyai anak yang berumur 3-12 tahun.

c. Memahami bahasa Indonesia.

d. Sehat jasmani dan rohani.

e. Mau diwawancarai.

2. Criteria Eksklusi
28

a. Ibu yang tinggal diwilayah Puskesmas Siulak Mukai kurang dari 1

tahun.

b. Ibu yang mempunyai anak balita yang berumur kurang dari 3

tahun, dan lebih 12 tahun.

c. Tidak memahami bahasa Indonesia.

d. Ibu yang sedang sakit.

e. Tidak bersedia diwawancarai.

3.4. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel

3.4.1. Pengetahuan

Variabel pengetahuan mengenai pengetahuan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Untuk

mengetahui tingkat pengetahuan terdapat 10 pertanyaan. Setiap soal jika

jawabannya benar diberi skor 1, jika jawabannya salah diberi skor 0.

Kemudian skor dijumlahkan.

Pengetahuan dikategorikan:

1. Baik : 8-10

2. Sedang : 5-7

3. Kurang : < dari 5

3.4.2. Penyakit Diare

Variabel diare diperoleh melalui registrasi pasien.

3.5. Jenis dan Cari Pengumpulan Data


29

3.5.1. Data Primer

Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dimana

responden di minta untuk mengisi kuesioner yang akan diberikan oleh si

peneliti yang telah disiapkan mengenai tingkat pengetahuan tentang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), sedangkan penyakit diare

diperoleh melalui registrasi pasien.

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder data yang diperoleh dari Puskesmas Siulak Mukai

Kab.Kerinci Prov.Jambi tentang gambaran wilayah kerja puskesmas dan

masyarakat yang datang berobat ke puskesmas pada saat pengumpulan

data.

3.6. Cara Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan komputer

program SPSS 16.0 dengan langkah-langkah sebagai berikut:

3.6.1. Editing

Kegiatan yang dilakukan sebelum pemasukan data, melakukan

pengecekan daftar kuesioner apakah sudah dijawab.

3.6.2. Coding

Kegiatan ini memberikan kode dan informasi yang terkumpul pada

setiap pertanyaan dan kuesioner. Kegiatan ini bertujuan untuk

mempermudah dan mempercepat masukan data.

3.6.3. Entri
30

Kegiatan untuk memasukan data yang telah dikumpulkan

dilapangan dengan program computer program SPSS 16.0.

3.6.4. Cleaning

Pembersihan data dilakukan untuk mempertimbangkan data yang

tidak sesuai dengan jawaban yang tersedia dalam kuesioner dengan cara

melihat distibusi frekuensi dari masing-masing variable.

3.7. Analisa Data

Setelah semua data diolah kemudian dilakukan analisi data dengan

uji statistic dengan program SPSS 16.0.

3.7.1. Analisa Univariat

Untuk melihat kejadian gambaran tingkat pengetahuan responden

tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan kejadian diare, yang

dibuat dalam table distribusi frekuensi.

3.7.2. Analisa Bivariat

Untuk melihat hubungan antara dua variable yaitu hubungan

pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan kejadian penyakit

diare di Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai digunakan uji X² (chi

square) dengan rumus:

X²=∑ (0-E)²
E

Keterangan:
31

X² : Nilai rata-rata

E : Frekuensi yang diharapkan (expected)

O : Frekuensi yang diamati (observasi)

∑ : Jumlah Total

Analisa data dilakukan secara komputerisasi dengansoftware untuk

melihat hasil kemaknaan 0,05. Jika p < 0,05 maka hasil perhitungan statistic

bermakna, yang berarti ada hubungan antara variable independen dengan variable

dependen. Jika p > 0,05 maka hasil perhitungan statistik tidak bermakna, yang

berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan dependen.

BAB IV
32

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum lokasi

4.1.1. Keadaan Geografi

Puskesmas Siulak Mukai merupakan salah satu dari 18 Puskesmas yang

ada di Kabupaten Kerinci. Puskesmas ini terletak di kecamatan Siulak mukai

dan berada di wilayah rencana pembangunan Ibu kota Kabupaten Kerinci

yang baru mempunyai luas wilayah kerja 282,16 KM2 terdiri dari 14 desa.

Dilihat dari peta Kabupaten Kerinci, maka Puskesmas Siulak Mukai terletak

di bagian Utara.

Adapun letak geografisnya adalah antara 0028’58”LU – 002’24”LU dan

110037’BT–110020’BT dengan luas keseluruhan 764,3 km2. Batas-batasnya

yaitu: 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Gunung Kerinci dengan

wilayah kerja Puskesmas Siulak Deras. 2) sebelah Timur berbatasan dengan

wilayah kerja Puskesmas Siulak Mukai, Kecamatan Siulak. 3) sebelah Selatan

berbatasan dengan Kecamatan Air Hangat sebagai wilayah kerja Puskesmas

Semurup Kabupaten Kerinci. 4) dan sebelah Barat berbatasan dengan kawasan

TNKS dan Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumbar.

Wilayah kerja Puskesmas Siulak Mukai, Kabupaten Kerinci termasuk

daerah yang beriklim tropis dengan curah hujan tertinggi sebesar 367 mm

pada bulan Oktober, dan terendah sebesar 122 mm pada bulan Juli. Sedangkan

suhu rata-rata adalah 26,5oC.


33

Permukiman penduduk pada umumnya di dataran rendah hanya sebagian

kecil di daerah perbukitan dan perladangan, tanah (60%) merupakan

perbukitan dan sebagian lagi (40%) dataran rendah.

Kecamatan Siulak Mukai atau wilayah kerja Puskesmas Siulak Mukai

dialiri oleh sungai Batang merao yang merupakan sungai terbesar yang

mengalir di tengah dataran rendah atau daerah perkampungan yang berhulu

dari anak sungai mulai dari Siulak Deras kecamatan Gunung Kerinci dan

bermuara sampai ke Danau Kerinci, + 50 % Debit airnya dialirkan ke Irigasi

sedang besar yang jalurnya di buat di pinggiran perbukitan yang mengalir

mulai dari desa Lubuk Nagodang wilayah kerja Puskesmas Siulak Mukai

sampai ke wilayah Kota Sungai Penuh sepanjang + 20 Km dan dialiri juga

dengan anak sungai yang bermuara di perbukitan Desa Air terjun yang

mengalir ke Desa siulak kecil dan bermuara sampai ke aliran sungai batang

merao di wilayah kerja Puskesmas Semurup sepanjang lebih kurang 4 km.

Wilayah kerja Puskesmas Siulak Mukai Kec. Siulak Mukai dilintasi oleh

jalan Kabupaten sebagai urat nadi transportasi untuk mencapai wilayah ujung

kabupaten dan lansung menghubungkan Kabupaten Solok selatan + 65 Km

dan ke Propinsi Sumbar + 200 Km

4.1.2. Keadaan Demografi

Berdasarkan data dari Kantor Desa dan Kantor Camat Siulak Mukai yang

didata pada bulan Pebruari 2016 tercatat jumlah penduduk Wilayah kerja

Puskesmas Siulak Mukai sebanyak 10521 jiwa. 3571 KK dengan rasio.

Penduduk terbanyak di desa tebing Tinggi dengan 1.221 jiwa dan sedikit di

desa pasir jaya dengan 379 jiwa.


34

4.1.3. Pendidikan

Sarana pendidikan yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Siulak Mukai

Kecamatan Siulak Mukai terdiri dari tingkat TK hingga SMK. TK 5 buah di

desa Siulak Mukai, 1 Buah di desa Senimpik dan 1 buah di desa. SD/Mi 10

buah tersebar di semua desa, SMP 2 buah di desa Siulak Mukai dan sungai

langkap

Sedangkan 1 buah di desa talang tinggi. Dengan tersedianya sarana

pendidikanyang menyebar di semua desa maka untuk jenjang pendidikan

dasar di Kecamatan Siulak khususnya diwilayah kerja Puskesmas Siulak

Mukai dapat dikatakan sudah memadai.

4.1.4. Keadaan Sosial Ekonomi

Sebagian besar penduduk adalah petani dan pekebun. Mata pencaharian

lainnya adalah pedagang, buruh, PNS/ABRI, Dari 5.330 kepala keluarga yang

ada di wilayah kerja Puskesmas Siulak Mukai Kecamatan Siulak Mukai

terdapat 1.789 kepala keluarga (33,6%) tergolong miskin terdiri dari 7.824

jiwa telah memiliki kartu JAMKESMAS, 339 Jiwa memiliki kartu

JAMKESDA.Padamenderita penyakit yang memerlukan rawat inap di

Puskesmas maupun rumah sakit masyarakat lari kepada kepala desa meminta

SKTM. Selama tahun 2016 tercatat 62 orang pasien yang dirujuk ke RSUD

Kabupaten menggunakan SKTM, dari pada yang menggunakan Kartu

Askeskin.

4.1.5. Keadaan Sarana dan tenaga Kesehatan

Puskesmas Siulak Mukai merupakan salah satu puskesmas yang terletak di

kecamatan Siulak Mukai dan berada di wilayah rencana pembangunan Ibu


35

kota Kabupaten Kerinci yang baru Puskesmas Siulak Mukai mempunyai Luas

wilayah kerja 18.18 KM2 dan wilayah kerja terdiri dari 26 (Dua puluh enam)

desa. Puskesmas Siulak Mukai dibangun diatas tanah seluas 1.750 M2 dengan

luas gedung /bangunan 360 M2 dan dengan penambahan gedung baru untuk

peningkatan status puskesmas ke Puskesmas perawatan diatas tanah seluas

1.000 M2 dan bangunan gedung baru 2 Lantai seluas 375 M2, mempunyai 3

(Tiga) Rumah dinas masing – masing 1 (satu) rumah dinas Dokter umum,1

(satu) buah rumah dinas dokter gigi, 1 (Satu) buah rumah dinas paramedis.

Sarana penunjang terdiri dari 3 (Tiga) buah Puskesmas Pembantu, 2 (Dua)

buah Polindes, 1 (satu) buah Pusling serta 5 (lima) buah kenderaan roda dua.

4.1.6 Gambaran Umum Responden

4.1.6.1 Umur Anak

Tabel 4.1
DISTRIBUSI ANAK MENURUT UMUR
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS SIULAK MUKAI
Umur Anak (Tahun) n %
3 2 3,1
4 12 18,5
5 8 12,3
6 7 10,8
7 9 13,8
8 8 12,3
9 4 6,2
10 7 10,8
11 8 12,3
Total 65 100

Dilihat dari tabel 4.1 distribusi anak menurut umur yang terbanyak adalah
umur 4 tahun yaitu sebanyak 18,5% dan yang paling sedikit terdapat pada umur 3
tahun yaitu sebanyak 3,1%.
36

4.1.6.2 Jenis Kelamin Anak


Tabel 4.2
DISTRIBUSI ANAK MENURUT JENIS KELAMIN
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS SIULAK MUKAI
Jenis Kelamin N %
Laki-Laki 30 46,2
Perempuan 35 53,8
Total 65 100

Dilihat dari tabel 4.2 distribusi anak menurut jenis kelamin terdapat 53,8%

berjenis kelamin perempuan dan 46,2% berjenis kelamin laki-laki.

4.1.5.3 Pendidikan Ibu


Pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan formal
Tabel 4.3
DISTRIBUSI RESPONDEN MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN IBU
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS SIULAK MUKAI
Tingkat Pendidikan n %

Tidak Sekolah 0 0
SD 16 24,6
SLTP 25 38,5
SLTA 18 27,7
Perguruan Tinggi 6 9,2
Total 65 100

Pendidikan dikategorikan rendah apabila responden tidak sekolah dan tamat

SD, pendidikan yang dikategorikan sedang apabila responden tamat SLTP/SLTA

dan pendidikan dikatagorikan tinggi apabila responden dikatagorikan tinggi

apabila responden tamat perguruan tinggi. Berdasarkan tabel 4.3 maka

disimpulkan bahwa tingkat pendidikan responden adalah sedang.


37

4.1.7 Analisa Univariat

4.1.7.1 Penyakit Diare

TABEL 4.4
DISTRIBUSI ANAK YANG MENGALAMI PENYAKIT DIARE
Lama Diare N %
< 2 Minggu 39 60
>2 Minggu 26 40
Total 65 100

Dilihat dari tabel 4.4 diatas kejadian diare yang kurang dari dua minggu

sebanyak 39 orang 60% dari 65 anak, sedangkan yang menderita diare lebih dari

dua minggu sebanyak 26 orang 40% dari 65 anak.

4.1.7.2 Pengetahuan

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang diare dan perilaku hidup

bersih dan sehat dapat dilihatpada tabel dibawah ini

Tabel 4.5
DISTRIBUSI RESPONDEN MENURUT
TINGKAT PENGETAHUAN DIARE
Tingkat Pengetahuan N %
diare
Baik 11 16,9
Sedang 27 41,5
Kurang 27 41,5
Total 65 100

Dilihat dari tabel 4.5diatas menunjukkan bahwa terdapat 16,9% responden

yang berpengetahuan baik dari 65 responden, sedangkan responden yang

berpengetahuan sedang terdapat 41,5% dari 65 responden, dan responden yang

berpengetahuan kurang terdapat 41,5% dari 65 responden. Jadi, responden yang


38

berpengetahuan sedang sama banyak dengan responden yang berpengetahuan

kurang.

TABEL 4.6
DISTRIBUSI RESPONDEN MENURUT TINGKAT
PENGETAHUAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
Tingkat Pengetahuan N %
PHBS
Baik 18 27,7
Sedang 25 38,5
Kurang 22 33,8
Total 65 100

Dilihat dari tabel 4.6diatas menunjukkan bahwa terdapat 17,7% responden

yang berpengetahuan baik dari 65 responden, sedangkan responden yang

berpengetahuan sedang terdapat 38,5% dari 65 responden, dan responden yang

berpengetahuan kurang terdapat 33,8% dari 65 responden. Jadi, responden yang

berpengetahuan sedang lebih banyak dengan responden yang berpengetahuan

kurang.

4.1.8 Analisa Bivariat

4.1.8.1 Hubungan Pengetahuan Diare dengan Kejadian Diare di Wilayah

Kerja Puskesmas Siulak Mukai Kab. Kerinci Prov. Jambi

Hubungan tingkat pengetahuan (Ibu) tentang diare dengan kejadian penyakit

diare pada anak diwilayah kerja Puskesmas Siulak Mukai dapat dilihat pada tabel

dibawah ini

TABEL 4.7
39

Hubungan Pengetahuan Diare dengan Kejadian Diare


di Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai Kab. Kerinci Prov. Jambi
Tingkat Penyakit Diare Jumlah P-
Pengetahuan Value
< 2 Minggu >2 n %
Minggu
n % N %
Baik 9 81,8 2 18,2 11 100
Sedang 19 70,4 8 29,6 27 100
Kurang 11 40,7 16 59,3 27 100
Jumlah 39 60,0 26 40,0 65 100 0,023

Dilihat dari tabel 4.7presentase penyakit diare yang dialami oleh anak dengan

masa waktu lebih dari dua minggu lebih dari separuhnya (59,3%) dialami oleh ibu

yang mempunyai pengetahuan diarenya kurang, dibandingkan dengan yang

pengetahuan diarenya baik hanya sebesar 18,2%. Sementara presentase penyakit

diare yang dialami oleh anak kurang dari dua minggu lebih dari separuhnya

(81,8%) dialami oleh ibu yang mempunyai pengetahuan diare nya baik,

dibandingkan dengan yang pengetahuan diare nya kurang hanya sebesar 40,7%.

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan, angka

kejadian diare lebih dari dua minggu semakin kecil. Sedangkan semakin kurang

pengetahuan maka akan semakin besar angka kejadian diare lebih dari minggu.

Berdasarkan hasil uji chi square, diperoleh nilai p = 0,023 (p < 0,5) yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan diare dengan kejadian diare pada anak.


40

4.1.8.2 Hubungan Pengetahuan PHBS dengan Kejadian Diare di Wilayah

Kerja Puskesmas Siulak Mukai Kab. Kerinci Prov. Jambi

Hubungan tingkat pengetahuan (Ibu) tentang PHBS dengan kejadian penyakit

diare pada anak diwilayah kerja Puskesmas Siulak Mukai dapat dilihat pada tabel

dibawah ini

Tebel 4.8
Hubungan Pengetahuan PHBS dengan Kejadian Diare
di Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai Kab. Kerinci Prov. Jambi
Pengetahuan Penyakit Diare Jumlah P-
PHBS Value
< 2 Minggu >2 n %
Minggu
N % n %
Baik 15 83,3 3 16,7 18 100
Sedang 14 56,0 11 44,0 25 100
0,045
Kurang 10 45,5 12 54,5 22 100
Jumlah 39 60,0 26 40,0 65 100

Dilihat dari tabel 4.8 presentase penyakit diare yang dialami oleh anak

dengan masa waktu lebih dari dua minggu lebih dari separuhnya (54,5%) dialami

oleh ibu yang mempunyai pengetahuan PHBS nya kurang, dibandingkan dengan

yang pengetahuan PHBS nya baik hanya sebesar 16,7%. Sementara presentase

penyakit diare yang dialami oleh anak kurang dari dua minggu lebih dari

separuhnya (83,3%) dialami oleh ibu yang mempunyai pengetahuan PHBS nya

baik, dibandingkan dengan yang pengetahuan PHBS nya kurang hanya sebesar

45,5%. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan,

angka kejadian diare lebih dari dua minggu semakin kecil. Sedangkan semakin
41

kurang pengetahuan maka akan semakin besar angka kejadian diare lebih dari dua

minggu.

Berdasarkan hasil uji chi square, diperoleh nilai p = 0,045 (p < 0,05) yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan PHBS dengan kejadian diare pada anak.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Angka Kejadian Diare Pada Anak

Dilihat dari tabel 4.4, kejadian diare yang kurang dari minggu sebanyak 60%

dari 65 anak, sedangkan yang menderita diare lebih dari dua minggu sebanyak

40% dari 65 anak. Data ini berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan.

4.2.2 Tingkat Pengetahuan Penyakit Diare

Dilihat dari tabel 4.5, menunjukkan bahwa terdapat 16,9% responden yang

berpengetahuan baik dari 65 responden, sedangkan responden yang

berpengetahuan sedang terdapat 41,5% dari 65 responden, dan responden yang

berpengetahuan kurang terdapat 41,5% dari 65 responden. Jadi, responden yang

berpengetahuan sedang sama banyak dengan responden yang berpengetahuan

kurang.

Pengetahuan merupakan hasil yang telah terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan melalui panca indra, sebagian besar penginderaan diperoleh dari

mata dan telinga.

Tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh dengan pengetahuan responden,

karena pendidikan responden merupakan salah satu faktor yang penting dalam
42

meningkatkan pengetahuan, dengan pendidikan yang baik maka responden dapat

menerima segala informasi dari luar terutama dalam cara pencegahan maupun

penanganan penyakit diare yang baik, ini sesuai dengan pendapat Y.B Mantra

(2006) makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah juga orang itu menerima

informasi, baik dari media massa maupun dari orang lain.

Masih banyaknya pengetahuan responden yang kurang terhadap kejadian

diare pada anak ini disebabkan karena responden hanya berada pada tingkat tahu

dan belum sampai memahami, mengaplikasikan, menganalisa, mensintesis, dan

mengevaluasi terhadap suatu materi yang berkaitan dengan kejadian diare

(Notoatmodjo, 2003).

4.2.3 Tingkat Pengetahuan PHBS

Dilihat dari tabel 4.6, menunjukkan bahwa terdapat 17,7% responden yang

berpengetahuan baik dari 65 responden, sedangkan responden yang

berpengetahuan sedang terdapat 38,5% dari 65 responden, dan responden yang

berpengetahuan kurang terdapat 33,8% dari 65 responden. Jadi, responden yang

berpengetahuan sedang lebih banyak dengan responden yang berpengetahuan

kurang.

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna

antara PHBS dengan kejadian diare pada anak, itu disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan tentang PHBS sehingga mengakibatkan diare. Hal ini selaras dengan

teori yang dikemukakan oleh Sunoto (1990) dalam penelitian Siska (2012), bahwa

terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan diare, yaitu faktor luar dan

faktor dalam, faktor luar merupakan faktor diluar tubuh yang mengakibatkan
43

resiko terjadinya diare, sedangkan faktor dalam adalah faktor yang mendukung

terjadinya diare dari dalam tubuh seseorang. Faktor luar terdiri dari pemakaian air

yang kotor, kurangnya sarana kebersihan, lingkungan yang jelek penyimpanan

makanan yang tidak semestinya, penghentian ASI yang terlalu cepat (sebelum 6

bulan pertama), dan faktor dalam terdiri dari gizi kurang, daya tahan tubuh

menurun, berkurangnya keasaman lambung, menerunnya otalitas usus dan faktor

genetik.

4.2.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Diare Dengan Kejadian Diare Di

Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai Kab. Kerinci.

Berdasarkan hasil uji chi square, diperoleh nilai p = 0,023 (p < 0,05) yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan diare dengan kejadian diare pada anak.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap objek melalui indra

yang dimilikinya, seperti mata, telinga, hidung dan alat indra lainnya. Dengan

sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Pengetahuan ini merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan pada penelitian ini adalah pengetahuan tentang diare baik dari

aspek pengertian, penyebab, gejala termasuk upaya yang harus dilakukan untuk

mencegah terjadinya diare dan menangani anak yang menderita diare.

Secara teori dikatakan bahwa salah satu faktor yang berkaitan dengan

tingginya kasus diare pada anak yaitu pengetahuan keluarga, karena masalah
44

kurang pengetahuan keluarga pada anak dengan diare ini dapat disebabkan oleh

informasi yang kurang atau budaya yang menyebabkan tidak mementingkan pola

hidup yang sehat. Sehingga rasa ingin tahu masih kurang, khususnya dalam

penanganan diare. Untuk itu rencana yang dilakukan adalah mengatasi agar

keluarga memahami atau pengetahui cara mengatasi diare. (Hidayat, 2006).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nofdelena

(2008) Dipuskesmas Andalas Padang Timur Kota Padang tahun 2008 yang

menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan

dengan kejadian diare.

4.2.5 Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Kejadian

Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai Kab. Kerinci

Berdasarkan hasil uji chi square, diperoleh nilai p = 0,045 (p < 0,05) yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan PHBS dengan kejadian diare pada anak.

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna

antara PHBS dengan kejadian diare pada anak, itu disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan tentang PHBS sehingga mengakibatkan diare. Hal ini selaras dengan

teori yang dikemukakan oleh Sunatol dalam penelitian Siska (2012), bahwa

terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan diare, yaitu faktor luar dan

faktor dalam, faktor luar merupakan faktor diluar tubuh yang mengakibatkan

resiko terjadinya diare, sedangkan faktor dalam adalah faktor yang mendukung

terjadinya diare dari dalam tubuh seseorang. Faktor luar terdiri dari pemakaian air

yang kotor, kurangnya sarana kebersihan, lingkungan yang jelek penyimpanan


45

makanan yang tidak semestinya, penghentian ASI yang terlalu cepat (sebelum 6

bulan pertama), dan faktor dalam terdiri dari gizi kurang, daya tahan tubuh

menurun, berkurangnya keasaman lambung, menerunnya otalitas usus dan faktor

genetik.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seorang ternyata mempengaruhi

terhadap kejadian diare. Hal ini dimungkinkan karena kondisi lingkungan yang

sangat bias mendukung penyebaran diare, diantaranya adalah pemakaian sumber

air bersih untuk keperluan minum, mandi dan masak. Selain itu factor jamban

yang dipakai juga berpengaruh, misalnya masyarakat yang sarana pembuang tinja

yang baik, dapat mencegah diare. Selain itu, komponen perilaku hidup bersih dan

sehat, seperti: mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar,

mengosumsi air bersih daan menjaga kebersihan dan kualitas air diberbagai

polutan dapat mencegah diare (UNICEF, 2005) dalam penelitian Utari (2011).

Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Siska (2012)

dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) dengan kejadian diare pada Bayi Usia 1-12 Bulan di Kelurahan Antirogo

Kab. Jember.Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Utari (2011) yang

berjudul hubungan PHBS dengan kejadian diare diwilayah kerja Puskesmas

Delanggu Klaten.
46

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Perilaku HidupBersih

Dan Sehat Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai”

dapat disimpulkan sebagai berikut:

5.1.1. Kejadian diare yang kurang dari dua minggu sebanyak 60% dari 65

anak, sedangkan yang menderita diare lebih dari dua minggu sebanyak

40% dari 65 anak

5.1.2. Tingkat pengetahuan orang tua tentang diare dengan kejadian penyakit

diare pada anak, menunjukkan bahwa terdapat 16,9% responden yang

berpengetahuan baik dari 65 responden, sedangkan responden yang

berpengetahuan sedang terdapat 41,5% dari 65 responden, dan

responden yang berpengetahuan kurang terdapat 41,5% dari 65

responden.

5.1.3. Tingkat pengetahuan orang tua tentang PHBS dengan kejadian

penyakit diare pada anak, menunjukkan bahwa terdapat 17,7%

responden yang berpengetahuan baik dari 65 responden, sedangkan

responden yang berpengetahuan sedang terdapat 38,5% dari 65

responden, dan responden yang berpengetahuan kurang terdapat 33,8%

dari 65 responden.
47

5.1.4. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan orang

tua tentang diare dengan kejadian penyakit diare pada anak.

5.1.5. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan orang

tau tentang PHBS dengan kejadian penyakit diare pada anak.

5.2 Saran

Diharapkan kepada orang tua untuk meningkatkan pengetahuan tentang

penyakit diare dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam

keseharian sehingga anak mampu terhindar dari penyakit diare, dan juga perlunya

peran petugas kesehatan agar lebih dalam memberikan pengetahuan dan

penyuluhan kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat meningkatkan

pengetahuannya mengenai Diare dan PHBS.


48

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, (2000)Laporan Penanggulangan KLB diare.

Departemen Kesehatan RI, (2007). Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat.

Departemen Kesehatan (2011). Proporsi rumah tangga yang memenuhi kriteria


Prilaku HidupBersih dan Sehat

Dahlan, (2010).Besar Sempel dan Cara Pengambilan Sempel dalam Penelitian


dan Kesehatan.Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, Alimul Aziz. (2011). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta :


Penerbit Selemba Medika

Hidayat,Alimul Aziz. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya:


Salemba Medika

Kementrian Kesehatan (2015). Program Indonesia Sehat 2015-2019.

Inayah, Iin, (2004.) Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan gangguan Sistem
Pencernaan.Jakarta : Salemba Medika

Nofdelena (2008).Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan Kejadian


Penyakit Diare Pada Balita Di Puskesmas Andalas Padang Timur Kota
Padang.

Notoatmodjo, Soekidjo, (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta

Notatmodjo, Soekidjo, (2000). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip


DasaR. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo, (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta :


Rineka Cipta

Nursalam, (2003)Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi,Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam, (2008).Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika
Profil Kesehatan Jambi, (2014). Angka Kesakitan Diare
Riset Kesehatan Dasar, (2013). Priod Prevalence Diare.Hal:76

Riset Kesehatan Dasar, (2013). Proporsi rumah tangga yang memenuhi kriteria
Prilaku HidupBersih dan Sehat
49

Tahapan Erik, (2004).Flu, Hfmd, Diare pada pelancong, Malaria, Demam


Berdarah, TIfus.Jakarta : Pustaka Popular Obor.

Utari (2011).Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian


Diare Dilayah Kerja Puskesmas Delanggu Klaten.

Widjaja, (2002).Mengatasi Diare dan Keracunan Pada Balita.Jakarta : Kawan


Pustaka.

Widoyono,  (2005).  Penyakit  Tropis,  Epidemiologi,  Penularan,  Pencegahan, 


dan Pemberantasan. Jakarta: Erlangga.

Siska (2012).Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian


Diare Pada Bayi Usia 1-12 Bulan Dikelurahan Anti Rogo Kab.Jember.

Suraatmaja, S. (2007).Aspek Gizi Air Susu Ibu. Jakarta: EGC

Suharyono, (2008).Diare Akut Klinik dan Laboratorik.Rineka cipta.

Sugiyanto, (2000).Belajar Motorik UT, Jakarta

Sunoto dkk (1990).Buku Ajar Diare, Depkes RI; Chin, J.2000.

Anda mungkin juga menyukai