BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
kurang tepat dalam pemilihan makanan yang dikosumsi, hal ini berhubungan
diturunkan dari orang tuanya, kebiasaan makan yang kurang baik tersebut dapat
Diare adalah keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3
kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4kali/hari (Hidayat, 2011). Menurut
Suraatmaja (2007) klasifikasi diare dibagi 2 yaitu diare akut dan diare kronis.
Penyebab diare akut adalah gangguan jasad renik atau bakteri yang masuk
kedalam usus setelah melewati berbagai rintangan asam lambung, jasad renik
tersebut berkembang biak multiplikasi (didalam usus halus, oleh jasad renik
2
Pada diare kronis, yaitu diare yang berlanjut sampai dua minggu atau lebih
dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa
diare tersebut. Penyebabnya akibat luka oleh radang usus, diare kronis lebih
komplek dan faktor-faktor yang menimbulkan ialah infeksi bakteri, jamur, parasit,
Menurut Widoyono (2005) gejala diare tinja cair atau lembek dan sering,
mendahului atau tidak mendahului gejala diare), gejala dehidrasi (mata cekung,
bertambah beratnya penyakit atau infeksi yang sedang diderita, sedangkan dalam
kreatifitas (Widjaja,2002).
Menurut data Riskesdas (2013) Period prevalen diare (3,5%) lebih kecil
dari Riskesdas 2007 (9,0%). Penurunan period prevalen yang tinggi ini
dimungkinkan karena waktu pengambilan sampel yang tidak sama antara 2007
dan 2013. Pada Riskesdas 2013 sampel diambil dalam rentang waktu yang lebih
singkat. Insiden diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3.5%.
Data profil kesehatan Jambi, (2014) pada tahun 2014 penemuan penderita
diare di provinsi Jambi berjumlah 64.308 kasus yang tersebar pada 11 kabupaten/
3
kota,jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan kasus sebesar 7.800
kasus. Pada tahun 2013 penemuan penderita diare di provinsi Jambi berjumlah
72.108 kasus dilihat pada tahun 2012 kasus diare di provinsi Jambi dari 11
sebesar 1,5% (1.213 kasus), jumlah kasus diare di Provinsi Jambi tahun 2014
terbanyak terdapat di Kota Jambi yaitu sebesar 10.491 kasus, kasus diare di
kabupaten Kerinci (3.053 kasus). Adapun kasus terendah adalah Kota Sungai
Penuh (1.975 kasus), kabupaten Kerinci terbagi menjadi 16 kecamatan dan salah
peningkatan pasien yang menderita diare, pada bulan Maret sebesar 12,09%,
bulan Juni sebesar 24,19% dan terjadi peningkatan yang lebih tinggi kejadian
Siulak Mukai.
1.3.2.Tujuan Khusus
1.3.2.1. Diketahui lama kejadian diare diwilayah kerja Puskesmas Siulak Mukai
1.3.2.3. Diketahui Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) diwilayah kerja
1.3.2.5. Diketahui hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) dengan
Jambi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan
(Notoatmodjo, 2007).
6 ( Enam ) katagori; (1) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah
mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi real, (4) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen – komponen. Tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain, (6) Sintesis adalah
7
dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan – rumusan yang ada, (6)
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lender darah, seperti lebih dari
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal
(meningkat) dan kosentrasi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono, 2012).
Diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai
Menurut Hidayat (2008) ada 4 ( Empat ) macam faktor penyebab diare; (1)
yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus
Adanya toksin bakteri jugga akan menyebabkan system transport menjadi aktif
dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan
antara lain; Infeksi oleh bakteri, Escherichia coli, Salmonella thyposa, Vibrio
cholera, kolera, serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik
osmotic meningkat kemudian akan terjadi pengeseran air dan elektrolit ke rongga
usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare, (3)
Faktor makanan, dapat terjadi apa bila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltic usus yang akhirnya
akut dan diare kronik, (1) Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi
yang meningkat dan kosentrasi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat
mendadak datangnya; dan berlansung dalam waktu kurang dari dua minggu.
Penyebabnya sebagai berikut ; (a) Masuknya jasad renik yang masih hidup ke
dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, (b) Jasad
renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus, (c) Oleh jasad
renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik), (d) Akibat toksin tersebut terjadi
hipersekrsi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. (2) Diare Kronis atau
Menahun atau Persisten, yaitu diare yang berlanjut sampai dua minggu atau lebih
dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa
diare tersebut. Penyebabnya diakibatkan luka oleh radang usus, tumor ganas dan
9
persisten, terutama jika sering berulang pada anak ; (1) Faktor penyebab diare, (a)
Pengurangan atau penghambatan ion-ion pada usus, (b) Perangsangan dan sekresi
aktif ion-ion pada usus ( secretory diarrhea). Gangguan bakteri, jamur, dan
parasit. (2) Terdapatnya zat yang sukar diabsorpsi atau cairan dengan tekanan
osmotic yang tinggi pada usus yaitu ; (a) Larutan yang sulit diserap/laktasif, (b)
dengan permukaan usus halus, sehingga makanan cepat masuk kedalam lumen
kolon, (c) Pengosongan kolon secara prematur yang disebabkan isi kolon atau
kontak, sehingga volume dan feses akan bertambah cair( Inayah: 2004).
Gejala klinis dari penyakit diare kronis adalah ; (1)Diare yang dapat
bercampur darah, lender, lemak, dan berbuih, (2) Rasa sakit diperut, (3) Rasa
Menurut Widoyono ( 2005 ) tanda dan gejala diare adalah sebagai berikut,
Gejala umum; (1) Tinja cair atau lembek dan sering, (2) Muntah, biasanya
menyertai diare pada gastroenteritis akut, (3) Demam, dapat mendahului atau
10
tidak mendahului gejala diare, (4) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung,
diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis, (2) Disenteriform:
Menurut Widjaja (2002), gejala diare pada balita; (1) Bayi atau anak
menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun meninggi, (2) Tinja bayi encer,
berlendir atau berdarah, (3) Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan
cairan empedu, (4) Lecet pada anus, (5) Gangguan gizi akibat intake (asupan)
makanan yang kurang, (6) Muntah sebelum dan sesudah Diare, (7) Hipoglikemia
dengan melakukan pencegahan, namun seandainya kita sudah menderita diare ini,
Tindakan yang perlu kita lakukan adalah mengembalikan cairan yang hilang. Apa
bila masa gejala cairan yang hilang (DP) tidak disertai muntah, cairan rehidrasi
seperti muntah, cairan rehidrasi seperti air mineral yang dikombinasikan dengan
makan biscuit asin akan dapat digunakan untuk tindakan pengobatan sementara
sehingga kebutuhan air juga mengandung gula (glukosa) karena gula mudah
berserat tinggi seperti sayuran, makanan produk perternakan seperti susu, keju,
rendah residu sangat dianjurkan seperti bubur nasi, kentang rebus, roti, dan
2. Obat Antidiare
Karena diare terjadi akibat gerakan usus halus atau peristaltic yang
dapat menurunkan motolitas, peristaltik (gerakan usus) atau secara tidak lansung
dapat mematikan kuman atau bakteri. Obat yang sering diberikan untuk
meredakan ini adalah norit, kaolin, pectin, dan loperamide karena dapat
untuk penyakit ini dengan dosis awal 4 mg (2 tablet), kemudian 1 tablet setiap
diare maksimal 8 tabletper hari (Tahapan, 2004), obat ini boleh digunakan apa
bila; (1) Demam yang tinggi dan terdapat darah/lender pada feses, (2) Pada anak
yang lebih kecil dari 2 tahun, (3) Tidak ada perubahan selama 48 jam.
Jika dengan hal ini masih juga kurang bermakna , atau diare terus berlanjut
apabila keluhan tidak reda, juga penderita menjadi sangat lemas, kaki dan tangan
meskipun sudah minum obat. Prinsipnya, cairan yang diberikan harus sama atau
melalui promosi kesehatan antara lain; (1) Meningkatkan penggunaan ASI (Air
Susu Ibu), (2) Memperbaiki praktik pemberian makanan pendamping ASI, (3)
Penggunaan air bersih yang cukup, (4) Makan makanan bersih dan bergizi, (5)
Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan, (6) Penggunaan jamban yang
benar dimana pembuangan kotoran yang tepat termasuk tinja anak-anak dan bayi
yang benar, (7) Menjaga kebersihan diri (personal hygiene) dan lingkungan, (7)
Memberikan imunisasi campak, (8) Pemberian kaporit pada sumur gali 2 minggu
sekali.
anggota keluarga terkena diare yaitu; (1) Berikan minuman oralit atau larutan gula
(Cara membuat larutan gula garam di rumah: 1 (satu) sendok teh gula pasir +1/4
sendok teh garam dapur dicampur ke dalam 1 gelas air hangat), (2) Berikan obat
diare yang tersedia, (3) Segera dibawa ke puskesmas atau sarana pelayanan
kesehatan terdekat.
13
1. Memberikan ASI
ASI merupakan makanan yang paling baik untuk bayi. Komponen zat
makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan
diserap secara optimal oleh bayi. Pemberian ASI sudah cukup untuk menjaga
dibutuhkan selama masa ini. ASI memiliki khasiat preventif secara imonologic
ASI turut memberi perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru
lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar
terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora
usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah timbulnya bakteri penyebab diare.
Bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan
akan mendapat resiko terjadi diare adalah 30 kali lebih besar. Penggunaan
botol susu untuk pemberian susu formula juga akan memberi resiko tinggi
dewasa yang dihaluskan, pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya
Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang- kacangan, buah-
buahan dan sayuran hijau ke dalam makanannya. 4) Cuci tangan pakai sabun
sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok
yang bersih, sebaiknya botol sususerta peralatan makanan bayi disiram atau
direbus dengan air panas mendidih.5) Masak dan rebus makanan dengan
benar.
cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari
tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air yang
tercemar.
dari sumber yang bersih, (2) Ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih
dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air, (3) Pelihara
atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan lain-lain, (4) Gunakan
15
air yang direbus, (5) Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang
bersih.
Mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah buang air besar, sesudah
makan anak dan sebelum makan mempunyai dampak dalam kejadian diare.
5. Menggunakan Jamban
harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai seluruh
anggota keluarga, b) Bersihkan secara teratur dan c) Bila tidak ada jamban,
jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air
besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain
serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas
kaki.
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal
ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-
anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar. Hal-
hal yang harus diperhatikan oleh keluarga : a) Tinja bayi atau anak kecil
sebaiknya dibuang kejamban, b) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk
membuang tinja anak seperti dalam lubang atau kebun kemudian ditimbun dan
16
c) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangannya dengan
sabun.
campak dapat mencegah diare. Oleh karena itu beri anak imunisasi campak
Cara pembubuhan kaporit pada sumur gali antara lain: Satu sendok
dalam segayung air, setelah itu dimasukkan ke dalam sumur pada malam hari.
Pada pagi harinya air sumur sudah dapat dimanfaatkan kembali. Pemberian
dini dengan cairan. Baik lewat mulut atau, pada beberapa negara, dengan
subkutan) dalam waktu yang singkat( minyalnya, kurang dari 24 jam) dipusat
Menurut Depkes (2007) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah
semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sendiri sehingga anggota
keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan
Perilaku Hidup Sehat dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
masyarakat.
ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter dan tenaga para lainnya).
timbang di buku KIA maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak
naik. Naik, bila garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna
vas bunga, tatanan kulkas, dan lain-lain dan di luar rumah. Yang dilakukan
tua, kuning dan orange) seperi bayam, kangkung, daun katuk, wortel, selada
hjau, atau daun singkong. Semua buah bagus untuk dimakan, terutama yang
bewarna (merah, kuning), seperti mangga, papaya, jeruk, jambu biji, atau apel
lebih banyak kandungan vitamin dan mineral serta seratnya. Pilihan buah dan
dan menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker. Perokok aktif adalah
walaupun itu cuma 1 batang dalam sehari,atau orang yang menghisap rokok
walau hanya sekedar coba-coba dan cara menghisap rokok cuma sekedar
19
Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok
orang lain. Rumah merupakan tempat berlindung termasuk dari asap rokok.
Perokok pasif harus berani menyuarakan haknya tidak menghirup asap rokok.
ASI ekslusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa
alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk
kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh berkembang dengan baik. Air susu ibu
dapur, mencuci pakaian dan sebagainya. Agar kita tidak terkena penyakit
atau terhindar sakit. Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra
Air tidak berwarna harus bening/jernih. Air tidak keruh, harus bebas
dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya. Air tidak berasa,
tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak berbau, dan tidak pahit harus bebas
dari bahan kimia beracun. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk
atau belerang. Air bersih bermanfaat bagi tubuh supaya terhindar dari
20
dirinya.
dengan menggunakan air bersih dan sabun. Air yang tidak bersih banyak
berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat
kotoran dan air untuk membersihkannya. Setiap anggota rumah tangga harus
akan bermanfaat untuk menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau.
juga tidak mengundang datangnya lalat atu serangga yang dapat menjadi
penular penyakit.
seseorang selain adanya motivasi untuk berperan dalam membentuk sumbar daya
manusia, hal ini dimulai dari pengetahuan masyarakat yang meliputi: pengertian,
21
1.Tingkat Pengetahuan
Kejadian Lama Diare
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
2.Tingkat Pengetahuan Diare
Mukai
Mukai.
.
24
Kesehatan Benar : 1
Setiap Bulan
3. Memberantas Jentik
di Rumah
5. Melakukan
Aktifitas Fisik
Setiap Hari
6. Tidak Merokok di
dalam Rumah
7. Pemberian ASI
Ekslusif
8. Menggunakan Air
25
Bersih
9. Mencuci Tangan
dan Sabun
10. Menggunakan
Jamban Sehat
2 Independen : 4. Baik : 8- Kuesioner Ordinal
(Riskesdas, 2013)
Pengetahuan 10 Hasil
Adalah
Penyakit 5. Sedang : jawaban
pengetahuan
Diare 5-7 dikelompok
responden yang
6. Kurang : kan dengan
diuji menggunakan
< dari 5 kriteria :
kuesioner tentang
Benar : 1
defenisi, penyebab,
Salah : 0
gejala, akibat,
pencegahan dan
pengobatan diare
kesehatan 2. <2
Minggu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
26
Hidup Bersih dan Sehat yang terkena diare di wilayah Puskesmas Siulak Mukai.
3.3.1. Populasi
3.3.2. Sampel
N (d)2 +1
Keterangan :
N= jumlah populasi
Perhitungan sampel :
n= N (d)2+1
n = 187
187 (0,1)2 + 1
n = 65.1Responden
= 65 Responden
(Notoatmodjo, 2012).
1. Kriteria Inklusi
sekurang-kurangnya 1 tahun.
e. Mau diwawancarai.
2. Criteria Eksklusi
28
tahun.
3.4.1. Pengetahuan
Pengetahuan dikategorikan:
1. Baik : 8-10
2. Sedang : 5-7
data.
3.6.1. Editing
3.6.2. Coding
3.6.3. Entri
30
3.6.4. Cleaning
tidak sesuai dengan jawaban yang tersedia dalam kuesioner dengan cara
tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan kejadian diare, yang
X²=∑ (0-E)²
E
Keterangan:
31
X² : Nilai rata-rata
∑ : Jumlah Total
melihat hasil kemaknaan 0,05. Jika p < 0,05 maka hasil perhitungan statistic
bermakna, yang berarti ada hubungan antara variable independen dengan variable
dependen. Jika p > 0,05 maka hasil perhitungan statistik tidak bermakna, yang
BAB IV
32
yang baru mempunyai luas wilayah kerja 282,16 KM2 terdiri dari 14 desa.
Dilihat dari peta Kabupaten Kerinci, maka Puskesmas Siulak Mukai terletak
di bagian Utara.
daerah yang beriklim tropis dengan curah hujan tertinggi sebesar 367 mm
pada bulan Oktober, dan terendah sebesar 122 mm pada bulan Juli. Sedangkan
dialiri oleh sungai Batang merao yang merupakan sungai terbesar yang
dari anak sungai mulai dari Siulak Deras kecamatan Gunung Kerinci dan
mulai dari desa Lubuk Nagodang wilayah kerja Puskesmas Siulak Mukai
dengan anak sungai yang bermuara di perbukitan Desa Air terjun yang
mengalir ke Desa siulak kecil dan bermuara sampai ke aliran sungai batang
Wilayah kerja Puskesmas Siulak Mukai Kec. Siulak Mukai dilintasi oleh
jalan Kabupaten sebagai urat nadi transportasi untuk mencapai wilayah ujung
Berdasarkan data dari Kantor Desa dan Kantor Camat Siulak Mukai yang
didata pada bulan Pebruari 2016 tercatat jumlah penduduk Wilayah kerja
Penduduk terbanyak di desa tebing Tinggi dengan 1.221 jiwa dan sedikit di
4.1.3. Pendidikan
desa Siulak Mukai, 1 Buah di desa Senimpik dan 1 buah di desa. SD/Mi 10
buah tersebar di semua desa, SMP 2 buah di desa Siulak Mukai dan sungai
langkap
lainnya adalah pedagang, buruh, PNS/ABRI, Dari 5.330 kepala keluarga yang
terdapat 1.789 kepala keluarga (33,6%) tergolong miskin terdiri dari 7.824
Puskesmas maupun rumah sakit masyarakat lari kepada kepala desa meminta
SKTM. Selama tahun 2016 tercatat 62 orang pasien yang dirujuk ke RSUD
Askeskin.
kota Kabupaten Kerinci yang baru Puskesmas Siulak Mukai mempunyai Luas
wilayah kerja 18.18 KM2 dan wilayah kerja terdiri dari 26 (Dua puluh enam)
desa. Puskesmas Siulak Mukai dibangun diatas tanah seluas 1.750 M2 dengan
luas gedung /bangunan 360 M2 dan dengan penambahan gedung baru untuk
1.000 M2 dan bangunan gedung baru 2 Lantai seluas 375 M2, mempunyai 3
(Tiga) Rumah dinas masing – masing 1 (satu) rumah dinas Dokter umum,1
(satu) buah rumah dinas dokter gigi, 1 (Satu) buah rumah dinas paramedis.
buah Polindes, 1 (satu) buah Pusling serta 5 (lima) buah kenderaan roda dua.
Tabel 4.1
DISTRIBUSI ANAK MENURUT UMUR
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS SIULAK MUKAI
Umur Anak (Tahun) n %
3 2 3,1
4 12 18,5
5 8 12,3
6 7 10,8
7 9 13,8
8 8 12,3
9 4 6,2
10 7 10,8
11 8 12,3
Total 65 100
Dilihat dari tabel 4.1 distribusi anak menurut umur yang terbanyak adalah
umur 4 tahun yaitu sebanyak 18,5% dan yang paling sedikit terdapat pada umur 3
tahun yaitu sebanyak 3,1%.
36
Dilihat dari tabel 4.2 distribusi anak menurut jenis kelamin terdapat 53,8%
Tidak Sekolah 0 0
SD 16 24,6
SLTP 25 38,5
SLTA 18 27,7
Perguruan Tinggi 6 9,2
Total 65 100
TABEL 4.4
DISTRIBUSI ANAK YANG MENGALAMI PENYAKIT DIARE
Lama Diare N %
< 2 Minggu 39 60
>2 Minggu 26 40
Total 65 100
Dilihat dari tabel 4.4 diatas kejadian diare yang kurang dari dua minggu
sebanyak 39 orang 60% dari 65 anak, sedangkan yang menderita diare lebih dari
4.1.7.2 Pengetahuan
Tabel 4.5
DISTRIBUSI RESPONDEN MENURUT
TINGKAT PENGETAHUAN DIARE
Tingkat Pengetahuan N %
diare
Baik 11 16,9
Sedang 27 41,5
Kurang 27 41,5
Total 65 100
kurang.
TABEL 4.6
DISTRIBUSI RESPONDEN MENURUT TINGKAT
PENGETAHUAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
Tingkat Pengetahuan N %
PHBS
Baik 18 27,7
Sedang 25 38,5
Kurang 22 33,8
Total 65 100
kurang.
diare pada anak diwilayah kerja Puskesmas Siulak Mukai dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
TABEL 4.7
39
Dilihat dari tabel 4.7presentase penyakit diare yang dialami oleh anak dengan
masa waktu lebih dari dua minggu lebih dari separuhnya (59,3%) dialami oleh ibu
diare yang dialami oleh anak kurang dari dua minggu lebih dari separuhnya
(81,8%) dialami oleh ibu yang mempunyai pengetahuan diare nya baik,
dibandingkan dengan yang pengetahuan diare nya kurang hanya sebesar 40,7%.
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan, angka
kejadian diare lebih dari dua minggu semakin kecil. Sedangkan semakin kurang
pengetahuan maka akan semakin besar angka kejadian diare lebih dari minggu.
Berdasarkan hasil uji chi square, diperoleh nilai p = 0,023 (p < 0,5) yang
diare pada anak diwilayah kerja Puskesmas Siulak Mukai dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
Tebel 4.8
Hubungan Pengetahuan PHBS dengan Kejadian Diare
di Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai Kab. Kerinci Prov. Jambi
Pengetahuan Penyakit Diare Jumlah P-
PHBS Value
< 2 Minggu >2 n %
Minggu
N % n %
Baik 15 83,3 3 16,7 18 100
Sedang 14 56,0 11 44,0 25 100
0,045
Kurang 10 45,5 12 54,5 22 100
Jumlah 39 60,0 26 40,0 65 100
Dilihat dari tabel 4.8 presentase penyakit diare yang dialami oleh anak
dengan masa waktu lebih dari dua minggu lebih dari separuhnya (54,5%) dialami
oleh ibu yang mempunyai pengetahuan PHBS nya kurang, dibandingkan dengan
yang pengetahuan PHBS nya baik hanya sebesar 16,7%. Sementara presentase
penyakit diare yang dialami oleh anak kurang dari dua minggu lebih dari
separuhnya (83,3%) dialami oleh ibu yang mempunyai pengetahuan PHBS nya
baik, dibandingkan dengan yang pengetahuan PHBS nya kurang hanya sebesar
45,5%. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan,
angka kejadian diare lebih dari dua minggu semakin kecil. Sedangkan semakin
41
kurang pengetahuan maka akan semakin besar angka kejadian diare lebih dari dua
minggu.
Berdasarkan hasil uji chi square, diperoleh nilai p = 0,045 (p < 0,05) yang
4.2 Pembahasan
Dilihat dari tabel 4.4, kejadian diare yang kurang dari minggu sebanyak 60%
dari 65 anak, sedangkan yang menderita diare lebih dari dua minggu sebanyak
40% dari 65 anak. Data ini berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan.
Dilihat dari tabel 4.5, menunjukkan bahwa terdapat 16,9% responden yang
kurang.
karena pendidikan responden merupakan salah satu faktor yang penting dalam
42
menerima segala informasi dari luar terutama dalam cara pencegahan maupun
penanganan penyakit diare yang baik, ini sesuai dengan pendapat Y.B Mantra
(2006) makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah juga orang itu menerima
diare pada anak ini disebabkan karena responden hanya berada pada tingkat tahu
(Notoatmodjo, 2003).
Dilihat dari tabel 4.6, menunjukkan bahwa terdapat 17,7% responden yang
kurang.
antara PHBS dengan kejadian diare pada anak, itu disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan tentang PHBS sehingga mengakibatkan diare. Hal ini selaras dengan
teori yang dikemukakan oleh Sunoto (1990) dalam penelitian Siska (2012), bahwa
terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan diare, yaitu faktor luar dan
faktor dalam, faktor luar merupakan faktor diluar tubuh yang mengakibatkan
43
resiko terjadinya diare, sedangkan faktor dalam adalah faktor yang mendukung
terjadinya diare dari dalam tubuh seseorang. Faktor luar terdiri dari pemakaian air
makanan yang tidak semestinya, penghentian ASI yang terlalu cepat (sebelum 6
bulan pertama), dan faktor dalam terdiri dari gizi kurang, daya tahan tubuh
genetik.
Berdasarkan hasil uji chi square, diperoleh nilai p = 0,023 (p < 0,05) yang
yang dimilikinya, seperti mata, telinga, hidung dan alat indra lainnya. Dengan
Pengetahuan pada penelitian ini adalah pengetahuan tentang diare baik dari
aspek pengertian, penyebab, gejala termasuk upaya yang harus dilakukan untuk
Secara teori dikatakan bahwa salah satu faktor yang berkaitan dengan
tingginya kasus diare pada anak yaitu pengetahuan keluarga, karena masalah
44
kurang pengetahuan keluarga pada anak dengan diare ini dapat disebabkan oleh
informasi yang kurang atau budaya yang menyebabkan tidak mementingkan pola
hidup yang sehat. Sehingga rasa ingin tahu masih kurang, khususnya dalam
penanganan diare. Untuk itu rencana yang dilakukan adalah mengatasi agar
(2008) Dipuskesmas Andalas Padang Timur Kota Padang tahun 2008 yang
4.2.5 Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Kejadian
Berdasarkan hasil uji chi square, diperoleh nilai p = 0,045 (p < 0,05) yang
antara PHBS dengan kejadian diare pada anak, itu disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan tentang PHBS sehingga mengakibatkan diare. Hal ini selaras dengan
teori yang dikemukakan oleh Sunatol dalam penelitian Siska (2012), bahwa
terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan diare, yaitu faktor luar dan
faktor dalam, faktor luar merupakan faktor diluar tubuh yang mengakibatkan
resiko terjadinya diare, sedangkan faktor dalam adalah faktor yang mendukung
terjadinya diare dari dalam tubuh seseorang. Faktor luar terdiri dari pemakaian air
makanan yang tidak semestinya, penghentian ASI yang terlalu cepat (sebelum 6
bulan pertama), dan faktor dalam terdiri dari gizi kurang, daya tahan tubuh
genetik.
terhadap kejadian diare. Hal ini dimungkinkan karena kondisi lingkungan yang
air bersih untuk keperluan minum, mandi dan masak. Selain itu factor jamban
yang dipakai juga berpengaruh, misalnya masyarakat yang sarana pembuang tinja
yang baik, dapat mencegah diare. Selain itu, komponen perilaku hidup bersih dan
sehat, seperti: mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar,
mengosumsi air bersih daan menjaga kebersihan dan kualitas air diberbagai
polutan dapat mencegah diare (UNICEF, 2005) dalam penelitian Utari (2011).
Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Siska (2012)
dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dengan kejadian diare pada Bayi Usia 1-12 Bulan di Kelurahan Antirogo
Kab. Jember.Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Utari (2011) yang
Delanggu Klaten.
46
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dan Sehat Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Siulak Mukai”
5.1.1. Kejadian diare yang kurang dari dua minggu sebanyak 60% dari 65
anak, sedangkan yang menderita diare lebih dari dua minggu sebanyak
5.1.2. Tingkat pengetahuan orang tua tentang diare dengan kejadian penyakit
responden.
dari 65 responden.
47
5.2 Saran
penyakit diare dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam
keseharian sehingga anak mampu terhindar dari penyakit diare, dan juga perlunya
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, (2007). Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat.
Inayah, Iin, (2004.) Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan gangguan Sistem
Pencernaan.Jakarta : Salemba Medika
Riset Kesehatan Dasar, (2013). Proporsi rumah tangga yang memenuhi kriteria
Prilaku HidupBersih dan Sehat
49