Oleh :
DEBBI SELVIA
NPM. 1426040059.P
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas
serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan
kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah
dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. Upaya kesehatan anak
antara lain diharapkan untuk mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator
angka kematian yang berhubungan anak adalah angka kematian neonatal (AKN),
Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) (Kemenkes
RI, 2014).
yang paling rentan untuk kelangsungan hidup anak. Menurut WHO, angka
kematian neonatal secara global telah mengalami penurunan dari 33 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 21 per 1000 kelahiran hidup. Angka
kelahiran tertinggi. Sedangkan untuk wilayah Asia Tenggara dari 47 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 27 per 1000 kelahiran hidup (WHO,
2014).
2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000
kelahiran hidup menurun dari 20 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2007 dan 23
1
2
per 1000 kelahiran hidup berdasarkan hasil SDKI 2002. Perhatian terhadap upaya
penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian
neonatal memberi kontribusi terhadap 56% kematian bayi (Kemenkes RI, 2014).
langsung, yang dapat menimbulkan gejala klinis yang berat (Manuaba, 2008).
Sepsis neonatorum dapat terjadi secara dini, yaitu pada 5-7 hari pertama dengan
organisme penyebab didapat dari intrapartum atau melalui saluran genital ibu.
Sepsis neonatorum juga dapat terjadi setelah bayi berumur 7 hari atau lebih yang
disebut sepsis lambat, yang mudah menjadi berat. Indonesia belum mempunyai
(RSCM) tahun 2009, insiden sepsis neonatorum adalah 98 per 1000 kelahiran
hidup. Angka kejadian yang tinggi karena RSCM adalah pusat pelayanan tersier
dan pusat rujukan dari hampir seluruh wilayah Indonesia. (Roeslani, 2013).
Angka kejadian sepsis yang masih cukup tinggi dan merupakan penyebab
kematian utama pada neonatus. Hal ini karena neonatus rentan terhadap infeksi.
lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis
dan leukosit imunitas masih rendah. Immunoglobulin yang kurang efisien dan
luka umbilikus yang belum sembuh. Bayi berat lahir rendah (BBLR) kondisinya
lebih berat, sehingga sepsis lebih sering ditemukan pada BBLR (Surasmi, 2003).
3
Masalah pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama pada prematur
terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi berat lahir
Maryunani dan Nurhayati (2009), salah satu faktor risiko sepsis pada bayi adalah
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, persentase berat bayi lahir
rendah menurut Provinsi yang tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Tengah sebesar
16,8% dan terendah adalah Provinsi Sumatera Utara sebesar 7,2%. Sedangkan
Provinsi Sumatera Selatan, persentase berat bayi lahir rendah adalah sebesar
9,3%. Angka tersebut lebih kecil dari persentase berat bayi lahir rendah di
Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), bayi berat lahir rendah (BBLR)
adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan
2500 gram. Bayi BBLR memiliki risiko 8 kali lebih besar mengalami kematian
dibandingkan dengan bayi normal. Bayi dengan berat badan lahir rendah memiliki
daya tahan tubuh (imunitas yang lemah) dibandingkan bayi normal sehingga
menunjukkan bahwa pada tahun 2014 di RS. DR. Sobirin Musi Rawas dari 2512
jumlah kelahiran terdapat 324 orang yang mengalami BBLR yang terdiri dari 285
sepsis neonatorum sebanyak 122 orang yang terdiri dari 113 orang hidup dan 9
4
orang mengalami kematian. Di RS. DR. Siti Aisyah Musi Rawas dari 1088
jumlah kelahiran terdapat 57 orang yang mengalami BBLR yang terdiri dari 38
sepsis neonatorum sebanyak 25 orang yang terdiri dari 18 orang hidup dan 7
orang mengalami kematian. Di RS. DR. AR Bunda Musi Rawas dari 225 jumlah
kelahiran terdapat 15 orang yang mengalami BBLR yang terdiri dari 12 orang
neonatorum sebanyak 7 orang yang terdiri dari 5 orang hidup dan 2 orang
mengalami kematian.
Rawas dibandingkan dua rumah sakit yang lain disebabkan RS. DR. Sobirin Musi
Rawas merupakan rumah sakit rujukan di Kabupaten Musi Rawas, selain itu
fasilitas rumah sakitnya juga lebih lengkap serta dokter spesialis yang lengkap dan
ada setiap hari sehingga menjadikan RS. DR. Sobirin Musi Rawas sebagai
Hasil survey awal di ruang Melati RS. DR. Sobirin Musi Rawas pada bulan
Januari 2015 diperoleh 3 orang yang mengalami BBLR, dari 3 orang tersebut
terdapat 2 orang yang mengalami sepsis neonatorum dan 1 orang yang tidak
diatas, yaitu masih besarnya angka kejadian BBLR dan masih banyaknya kejadian
sepsis neonatorum maka penulis tertarik dan ingin mengetahui tentang hubungan
BBLR dengan kejadian Sepsis Neonatorum di ruang melati RS DR. Sobirin Musi
B. Rumusan Masalah
penelitian yang diambil adalah “Apakah ada hubungan BBLR dengan kejadian
Sepsis Neonatorum di ruang melati RS DR. Sobirin Musi Rawas tahun 2014?”
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi Mahasiswa
3. Bagi Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
a. Pengertian
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi (neonatus) yang lahir
dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan
2499 gram (Hidayat, 2008). BBLR adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2.500 gram pada saat lahir (Mitayani, 2011). BBLR adalah bayi yang
lahir dengan berat lahir kurang 2500 gram tanpa memandang masa
kehamilan. berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram)
rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari
b) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500 gram
7
8
c) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari
1000 gram.
a) Prematuritas murni
badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut
b) Dismaturitas
kehamilannya (KMK).
mature.
gestasionalage ( SGA ).
c. Etiologi
semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi.
umum yaitu :
1) Faktor ibu
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, kehamilan ganda, jarak
kurang.
aplasia pancreas.
kembar.
c) Kehamilan kembar
d. Manifestasi Klinis
terdapat pada bayi dengan bayi berat lahir rendah (BBLR ) adalah :
kurang)
e. Pemeriksaan Penunjang
reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk
2) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan
tes pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
3) Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa
4) Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi
lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat / diperkirakan akan terjadi
f. Penatalaksanaan
adalah:
normal :
rendah.
2) Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
13
3) Diatetik
a) Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit
demi sedikit.
c) Apabila bayi belum ada reflek mengisap dan menelan harus dipasang
dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk
pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan
pilihan utama :
ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
4) Suportif
(2) Menidurkan bayi didalam incubator buatan yaitu dapat dibuat dari
atau botol yang diisi air panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini
tidak tumpah dan tidak mengakibatkan luka bakar pada bayi. Buli-
buli panas aatau botol ini pun harus dalam keadaan terbungkus,
konveksi.
adalah :
menyusui.
5) Pemantauan (Monitoring)
(1) Terapi
minggu.
(b) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama
(c) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua
(1) Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap
yang hangat dan dalam dekapan ibu dengan tehnik mother care,
(7) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada
2. Sepsis Neonatorum
a. Pengertian
dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah (Surasmi, 2003).
Sepsis Neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama
b. Etiologi
terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun bayi sehingga dapat dilakukan
tindakan.
7) neonatus.
bakteri gram positif dan gram negatif, virus infeksi, dapat masuk secara
2) Pada saat inpartu sebagai akibat bayi dengan berat badan lahir
Berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur dapat
kajian ini, kami hanya membahas sepsis yang disebabkan oleh bakteri. Pola
kuman penyebab sepsis pun berbeda-beda antar negara dan selalu berubah dari
pola kuman, walaupun bakteri gram negatif rata-rata menjadi penyebab utama
dari sepsis neonatorum. Pada cairan serebrospinal yang terjadi pada meningitis
Klebsiella sp dan E. Coli, sedangkan pada awitan lambat selain bakteri Gram
ditemukan pada neonatus yang tidak dilahirkan di rumah sakit serta pada usap
c. Klasifikasi
monositogen.
d. Manifestasi Klinis
umumnya tidak jelas dan tidak spesifik serta dapat mengenai beberapa
sistem organ. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dapat ditemukan
1) Tanda dan gejala umum meliputi hipertermia atau hipotermi atau bahkan
normal, aktivitas lemah atau tidak ada dan tampak sakit, berat badan
menurun tiba-tiba.
4) Tanda dan gejala pada saluran cerna mencakup distensi abdomen, malas
5) Tanda dan gejala pada sistem saraf pusat meliputi refleks Moro
e. Patofisiologi
1) Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari
ibu setelah melewati placenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh bayi
2) Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi
karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion
kuman melalui umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat
atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre
lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontatninasi oleh kuman (mis.
infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi
f. Diagnosis
ditetapkan karena gejalanya tidak khas. Setiap perubahan keadaan fisik atau
Diagnosis ditegakkan jika terdapat lebih dari satu kumpulan gejala berikut
ini.
1) Gejala umum infeksi: tampak sakit, tidak mau minum, suhu naik atau
turun, sklerema/skleredema.
kejang.
23
g. Penatalaksanaan
sebagai berikut.
1) Perawatan umum:
c) Jalan napas harus bersih, artinya jangan sampai ada gangguan napas.
2) Medikamentosa:
secara klinis.
24
sehingga Hb 11 g%.
ini dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Oleh karena itu,
dilakukan adalah:
diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses
3) Sesudah persalinan.
benar dan baik. Semua personel yang menangani atau bertugas di kamar
sawar darah otak, dan dapat diberi secara parenteral. Pilihan obat yang
eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi
(Surasmi, 2003).
neonatorum dipengaruhi oleh faktor risiko pada ibu, bayi dan lain-lain.
Ketuban pecah dini dan ketuban pecah lebih dari 18 jam. Bila ketuban
pecah lebih dari 24 jam, kejadian sepsis pada bayi meningkat sekitar 1%
menjadi 4 kalinya.
c) Kehamilan multipel.
f) Asfiksia neonatorum.
g) Cacat bawaan.
daripada perempuan, pada bayi kulit hitam daripada kulit putih, pada
bayi dengan status ekonomi rendah, dan sering terjadi akibat prosedur
cuci tangan yang tidak benar pada tenaga kesehatan maupun anggota
masalah sampai saat ini. Hal ini merupakan salah satu penyebab tidak
ketuban bercampur mekonium, berat badan lahir rendah, dan skor Apgar
rendah saat lahir (Shah GS et al, 2006). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
pembentukan gamma globulin oleh sistem limfoid (Guyton & Hall, 2008).
berupa penurunan aktivitas fagosit pada sel darah putih dan penurunan produk
sitokin dan akan terjadi kegagalan dari sistem kekebalan humoral (Karnen
Garna, 2006).
ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit daripada yang lahir di luar
menyebabkan kegagalan dari fungsi imun untuk mengatasi infeksi yang terjadi.
29
neonatorum. Frekuensi infeksi nosokomial pada bayi berat lahir rendah di unit
perawatan intensif neonatus lebih tinggi daripada tempat lain di rumah sakit
lamanya rawat inap dan umur kehamilan yang lebih rendah (Nelson, 2004)
B. Kerangka Konsep
C. Definisi Operasional
Tabel 1.
Definisi Operasional
neonatorum
D. Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan kejadian
2014.
Ha : Ada hubungan bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan kejadian Sepsis
METODE PENELITIAN
Rawas. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2015.
B. Desain Penelitian
1. Populasi
adalah bayi baru lahir di ruang melati RS DR. Sobirin Musi Rawas tahun 2014
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah bayi baru lahir di ruang melati RS
DR. Sobirin Musi Rawas tahun 2014 yang diambil dengan menggunakan
N
2
n = 1+Nd
31
32
2405
2
n = 1+2405 (0,1 )
D. Pengumpulan Data
diperoleh dari rekam medis di ruang melati RS DR. Sobirin Musi Rawas tahun
Yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul
data.
3. Tabulating
Yaitu data-data yang telah diberi kode selanjutnya dijumlah, disusun dan
Yaitu memasukan data ke dalam program computer untuk analisis lebih lanjut.
5. Cleaning
Yaitu untuk memastikan apakah semua data sudah siap untuk dianalisis.
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat