ASFIKSIA NEONATORUM
DI RSUD KABUPATEN BEKASI TAHUN 2013
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh :
Reza Ananda Pertiwi
NPM 11.156.02.11.164
PROPOSAL PENELITIAN
Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Ahli Madya Kebidanan (A.Md.Keb)
Pada Program Studi D III Kebidanan STIKes Medistra Indonesia
Disusun Oleh :
Reza Ananda Pertiwi
NPM 11.156.02.11.164
BAB I
PENDAHULUAN
resusitasi bayi baru lahir, tindakan resusitasi, asuhan pasca resusitasi, asuhan
tindak lanjut pasca resusitasi dan pencegahan infeksi (Mulastin, 2012).
Laporan WHO juga menyebutkan bahwa AKB kawasan Asia Tenggara
merupakan kedua yang paling tinggi yaitu sebesar 142 per 1.000 setelah
kawasan Afrika. Di tahun 2011, Indonesia merupakan negara dengan AKB
tertinggi kelima untuk negara ASEAN yaitu 35 per 1.000, dimana Myanmar
48 per 1.000, Laos dan Timor Leste 46 per 1.000, Kamboja 36 per 1.000 (
Herianto, dkk. 2012 ). Menurut Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas 2010 )
AKI di Indonesia adalah 214 per 100.000 kelahiran hidup. Di negara maju
hanya 27/100.000 kelahiran hidup sementara itu di negara berkembang AKI
kira-kira mencapai 18 kali lebih tinggi sekitar 480/100.000 kelahiran hidup
(Rosdiana,2013).
Sedangkan berdasarkan data SDKI tahun 2012 Angka Kematian Bayi
berkisar 32/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu berkisar
359/100.000 kelahiran hidup (Nurrizka dan Saputra, 2013). Hasil data survei
Depkes Provinsi Jawa Barat tahun 2012, Angka Kematian Bayi berkisar 5,2
per 1000 kelahiran hidup sedangkan Angka kematian Ibu berkisar 86,3 per
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut data Departemen Kesehatan
Jawa Barat di Kabupaten Bekasi tahun 2012 terdapat 138 kasus AKB dan 44
kasus AKI (Depkes, 2012).
Secara global 80 % kematian ibu tergolong pada kematian ibu
langsung. Pola penyebab langsung dimana-mana sama (perdarahan 25 %,
biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis 15%, hipertensi dalam
kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%)
dan sebab lain (8 %) (Prawirohadjo, 2011 : 54).
Tingginya Angka Kematian Bayi disebabkan oleh asfiksia neonatorum
(49-60 %), infeksi (24-34 %), permaturus/BBLR (Berat Badan LahirRendah)
(15-20 %), trauma persalinan (2-7%) dan cacat bawaan (1-3%) (Aprilia dan
Ramadhan, 2012).
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubunganantara partus lama dengan asfiksia
neonatorum di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi asfiksia neonatorum di RSUD
Kabupaten Bekasi tahun 2013.
b. Diketahui distribusi frekuensi partus lama di RSUD Kabupaten
Bekasi tahun 2013.
c. Diketahui hubungan antara partus lama dengan asfiksia
neonatorum di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan
dapat
pengembangan
ilmu
diperoleh
data-data
pengetahuan
yang
ilmiah
untuk
berkaitan
dengan
Kabupaten
Bekasi
untuk
mempertahankan
dan
untuk
menyusun
strategi
pencegahan
dan
penanggulangannya.
c. Diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan
khususnya ibu hamil agar selalu melakukan antenatal care secara
teratur agar mudah dideteksi kelainan-kelainan yang terjadi
misalnya saja seperti kelainan letak pada janin agar tidak
terlambat dalam melakukan pertolongan persalinan.
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara partus lama
dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun
2013. Dengan variabel independen partus lama dan dependen asfiksia
neonatorum. Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Kota Bekasi pada
tanggal 16 - 21 Mei 2014. Pengumpulan data dilakukan di Medical Record
RSUD Kabupaten Bekasi. Data yang dikumpulkan menggunakan studi
dokumentasi sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah survey
analitik dengan pendekatan restropektif dengan rancangan penelitian cross
sectional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Partus Lama
1. Definisi
Persalinan lama (partus lama) adalah persalinan yang berjalan lebih
dari 24 jam untuk primigravida dan atau 18 jam bagi multigravida
(Manuaba, 2012 : 389). Persalinan lama disebut juga distosia,
didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal/sulit (Prawirohardjo,
2011 :562). Komplikasi yang timbul karena perjalanan partus lama
adalah mengalami dehidrasi karena tanpa makan dan minum serta
berpengaruh pada kondisi janin dalam rahim. Janin dapat mengalami
asfiksia ringan sampai terjadi kematian dalam rahim. Air ketuban keruh
dan bercampur mekonium karena asfiksia dalam rahim (Manuaba, 2012
:391).
a. Ketuban pecah dini ketika cervik masih menutup, keras dan belum
mendatar
b. Analgesi dan anasthesi yang berlebihan pada fase laten
c. Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan dengan orang tua yang
menemaninya ke Rumah Sakit merupakan calon persalinan lama.
Tipe wanita lainnya adalah wanita yang maskulin, masochistik yang
kelihatannya menikmati rasa nyeri yang dialaminya. (Oxorn dan
Forte, 2010 : 604).
20
jam
pada
fase
aktif
menyertai
malposisi
janin,
besar
kelahirannya
berlangsung
pervaginam
i) Ekstaksi forsep-tengah lebih sering dilakukan
spontan
atau
penolakan
pasien
untuk
mengejan
5) Anastesi berlebihan(Oxorn dan Forte, 2010 : 617).
B. Asfiksia Neonatorum
1. Definisi
Asfiksia Neonatorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai
dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis ( Maryunani dan Puspita,
2013 : 296).
Definisi lain, asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru
lahir tidak segera bernapas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan.
Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan dan persalinan (Mochtar dan
Sofian, 2012 : 291).
Asfiksia neonatorum merupakan suatu kondisi dimana bayi tidak
dapat bernapas secara spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan
O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam
kehidupan lebih lanjut (Rukiyah dan Yulianti, 2013 : 249).
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir
yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak
dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2010 : 102).
2. Penyebab terjadinya Asfiksia menurut Mochtar dan Sofian, 2012
:291
a. Asfiksia dalam persalinan
1. Kekurangan 02, misalnya pada:
a. Partus lama seperti serviks yang belum matang hanya
memperpanjang fase laten, dan kebanyakan serviks akan
membuka secara normal begitu terjadi pendataran .
Sekalipun fase laten berlangsung lebih dari 20 jam, banyak
pasien mencapai dilatasi serviks yang normal ketika fase
aktif dimulai (Oxorn dan Forte, 2010 : 607). Dengan
demikian semakin lama serviks membuka akan semakin
lama
persalinan
dimulai
sehingga
bertambahnya
4. Tanda dan Gejala Asfiksia Bayi Baru lahir menurut Dewi, 2010 :
102
a. Asfiksia Berat (nilai APGAR 0-3)
b. Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4-6)
c. Asfiksia Ringan (nilai APGAR 7-10)
5. APGAR SCORE
A : Apprearance
P : Pulse
= Nadi
G : Grimace
Menyeringai
(akibat
repleks
kateter
dalam hidung)
A : Activity
= Keaktifan
R : Respiration
= Pernafasan
Tabel 2.1
Nilai APGAR
Nilai
Nafas
Tidak ada
Teratur
Frekuensi
jantung
Tonus otot
Tidak ada
Tidak
teratur
<100/ menit
Sedikit
fleksi
Fleksi
Refleks
(menangis
Warna kulit
Tidak ada
Tidak ada
>100/ menit
6. Patogenesis
a. Bila janin kekurangan O2dan kadar CO2 bertambah, timbul
rangsangan terhadap N.vagus sehingga bunyi jantung janin menjadi
lambat. Bila kekurangan O2 ini terus berlangsung makan N.vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah kini rangsang dari
N.simpatikus. DJJ menjadi lebih cepat akhirnya irreguler dan
menghilang. Secara klinis tanda-tanda asfiksia adalah denyut jantung
janin lebih cepat dari 160 x/menit atau kurang dari 100 x/menit,
halus dan irreguler, serta adanya pengeluaran mekonium.
b. Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar
sebagai tanda janin dalam asfiksia.
1) Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
2) Jika DJJ lebih dari 160 x/menit dan ada mekonium : janin
sedang asfiksia
3) Jika DJJ kurang dari 100 x/menit dan ada mekonium janin
dalam keadaan gawat.
c. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa
kemudian, terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru.
Bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis bila janin lahir alveoli
tidak berkembang ( Mochtar dan Sofian, 2012 : 291).
7. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari
anoksia/hipoksia janin. Diagnosis anoksia/hipoksia janin dapat dibuat
pada
presentasi
kepala
merupakan
indikasi
untuk
Skema 2.1
Kerangka Teori Faktor Penyebab Terjadinya Asfiksia Neonatorum
Faktor Ibu :
Faktor Plasenta :
Faktor janin :
Faktor Persalinan :
Preeklamsi dan
ekslamsi,
perdarahan
abnormal, infeksi
berat, kehamilan
post matur
Plasenta previa,
solusio plasenta dll
Bayi prematur,
kelainan
kongenital, air
ketuban bercampur
mekonium
Partus lama,
partus macet,
persalinan sulit
(letak sungsang,
bayi kembar, dll)
Asfiksia
Asfiksia ringan
7-10
Asfiksia sedang
4-6
Asfiksia berat
0-3
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian visualisasi hubungan antara
variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo,2010:83). MenurutMochtar dan Sofian, 2011 : 291 penyebab
asfiksia terdiri dari asfiksia dalam kehamilan dan persalinan diantanya adalah
partus lama. Pada penelitian ini, penulis terfokus pada variabel partus lama
sebagai independen, asfiksia neonatorum sebagai variabel dependen
Variabel Independen
Partus Lama
Variabel Dependen
Asfiksia
Neonatorum
Gambar 3.1
Hubungan Antara Partus lama dengan Asfiksia Neonatorum
di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2013.
B. Hipotesa Penelitian
Hipotesis Alternatif (Ha) Hipotesis
suatu kejadian antara kedua kelompok atau hipotesis yang menyatakan ada
hubungan variabel satu dengan variabel yang lain. Hipotesis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
1. Ada Hubungan Partus Lama dengan Asfiksia Neonatorum di RSUD
Kabupaten Bekasi tahun 2013.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Desain cross
sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi ataupun
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).
(Notoatmodjo, 2010 : 37-38). Dalam penelitian ini, mempelajari dinamika
korelasi antara variabel yang menjadi faktor resiko yaitu partus lama dan
variabel yang menjadi efek yaitu asfiksia neonatorum.
C. Subjek Penelitian
a. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap
anggota
populasi
yang
dapat
diambil
sebagai
sampel
Kriteria Eksklusi
Ibu bersalin partus lama Ibu bersalin partus lama pada multigravida dan data
primigravida
di
Kabupaten Bekasi
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang menjadi fokus dalam penelitian yang
mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu.
(Riwidikdo, 2013 : 33). Di dalam penelitian ini penulis mengambil variabel
terdiri dari 2 variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.
E. Definisi Operasional
Definsi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
karakteristik diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
Definisi opersional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran
dalam penelitian (Hidayat,2011:87).
TABEL
Definisi Operasional
No
1
Variabel
Definisi
Asfiksia
Neonatum
Bayi Baru
Lahir yang
terdiagnosa
asfiksia tercatat
dalam rekam
medis
berdasarkan
nilai APGAR
SCORE.
Alat Ukur
Rekam
medis
Cara
Hasil Ukur
Cheklist Parameter :
1. Nilai Apgar
7-10
2. Nilai Apgar
4-6
3. Nilai Apgar
0-3
Kategori:
1. Asfiksia
ringan
2. Asfiksia
sedang
3. Asfiksia
Skala
Ukur
Ordinal
Partus
lama
Ibu yang
terdiagnosa
partus lama
pada
primigravida
yang tercatat
dalam rekam
medis.
Rekam
medis
berat
Cheklist 1. Ya jika partus Nominal
lama pada
primigravida
2. Tidak, jika
partus lama
pada
multigravida
F. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kabupaten Bekasi.
G. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari 16 21 Mei 2014.
I. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu cara untuk melakukan pengumpulan
data (Notoadmodjo, 2010 : 152). Instrumen penelitian ini menggunakan
Rekam Medik.
yaitu
memeriksa
kemungkinan-kemungkinan
kembali
adanya
data
untuk
kesalahan-kesalahan
meelihat
kode,
f
x100%
n
Keterangan :
P = Persentase
f = jumlah kasus
n = jumlah responden
(Sutanto,2007:69)
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo,2010 :183). Untuk
menentukan hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen dilakukan dengan uji statistik Chi Square dengan derajat
yang dipakai adalah 95% dengan ketentuan probabilitas (p value) >
0,05 maka Ho diterima sedangkan jika probabilitas (p value) < 0,05
maka Ho ditolak. Uji statistik Chi Square menggunakan rumus :
x=
Keterangan :
x = Chi Square
o = Frekuensi observasi
h = frekuensi harapan.
1) Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti
ada hubungan antara X dan Y.
2) Jika p value > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, yang berarti
tidak ada hubungan antara X dan Y.
Dimana X adalah variabel independen yaitu partus lama.
Sedangkan variabel Y adalah kejadian asfiksia neonatorum.
K. Penyajian Data
Penyajian data merupakan cara bagaimana untuk menyajikan data
sebaik-baiknya agar mudah dipahami oleh pembaca (Hidayat,2011:100).
Dalam penelitian ini penyajian data yang digunakan adalah dengan
menggunakan tabel dan teks.
L. Etika Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian perlu dibuat surat persetujuan penelitian.
Surat persetujuan ini akan disampaikan kepada Direktur RSUD Kabupaten
Bekasi setelah mendapatkan izin dari suku dinas, akan disampaikan
kebidanan STIKes
Medistra Indonesia
c. Persetujuan dari Direktur RSUD Kabupaten Bekasi