Anda di halaman 1dari 39

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator yang lazim digunakan

untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tingkat provinsi

maupun nasional, angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok

yaitu rendah jika AKB kurang dari 20 sedang 20-49 tinggi 50-99 dan sangat

tinggi jika AKB di atas 100 per 1000 kelahiran hidup. Ada empat penyebab utama

kematian pada masa perinatal yaitu congenital anomalies, usia gestasi dan BBLR,

sudden infant death syndrome, dan komplikasi saat kehamilan. Salah satu faktor

penyebab utama terhadap kematian bayi adalah bayi berat lahir rendah (BBLR).

BBLR dibedakan dalam dua kategori yaitu (1) BBLR karena prematur

(usia kehamilan kurang 37 minggu), dan (2) BBLR karena intra uterine growth

retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya

kurang (Riskesdas, 2007 dalam Suseno, 2011). BBLR merupakan salah satu

faktor penyebab kematian neonatal, sehingga ada korelasi antara BBLR,

mortalitas dan morbiditas. Penyebab kematian bayi berdasarkan sepuluh

klasifikasi penyakit international, BBLR merupakan urutan kedua yaitu 16,6% per

1000 kelahiran hidup (Hockenberry & Wilson, 2009).

Menurut data dari WHO, Indonesia merupakan negara dengan jumlah

kematian neonatal sedang di asia. Dari sepuluh negara Association of South East

Asian Nations (ASEAN) ada lima negara dengan angka kematian bayi rendah

yaitu Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam dan Thailand. Dua

1
negara termasuk kelompok sedang yaitu Filipina dan Indonesia. Sedangkan tiga

negara lainnya masuk dalam kelompok negara yang memiliki angka kematian

bayi tinggi. Tidak ada negara yang masuk dalam kelompok angka kematian bayi

sangat tinggi (lebih dari 100 per 1000 kelahiran hidup). Indonesia memiliki angka

kematian bayi 34 per 1000 kelahiran hidup (Suseno,2011).

Sementara itu data yang dipaparkan pada rakerkesnas 2019 angka

kematian neonatal (AKN) 15 per 1000 kelahiran menurut SDKI tahun 2017,

kematian neonatal di desa/ kelurahan 0-1 per tahun sebanyak 83.447, di

puskesmas kematian neonatal 7-8 per tahun sebanyak 9.825 dan angka kematian

neonatal di rumah sakit 18 per tahun sebanyak 2.868. Sementara penyebab

kematian neonatal tertinggi disebabkan oleh komplikasi kejadian intraparum

283%, akibat ganguan respiratori dan kardiovaskuler 21.3%, BBLR dan

premature 19%, kelainan kogenital 14,2%, akibat tetanus neonatus 1,2% dan

akibat lainya 8,2%.( Rakerkesnas,2019)

Angka prevelensi kejadian BBLR tahun 2014 diprovinsi sumatera barat

sebesar 2,2 % dan pada tahun 2017 prevelensi kejadian BBLR menjadi 1,8% dari

seluruh kelahiran( Dinkes kesehatan sumatera barat,2017), berdasarkan data yang

diperoleh dari dinas kesehatan sumatera barat didapatkan presentase data kejadian

BBLR di kabupaten sijunjung 4,9% (Dinkes kesehatan sumatera barat,2017) hal

tersebut menunjukan bahwa dalam 2 tahun terakhir kejadian BBLR meningkat di

kabupaten sijunjung.

BBLR memiliki risiko tinggi mempunyai masalah dalam beradaptasi

dengan kehidupan ekstrauterin. Seperti mempengaruhi faktor pemikiran dari usia

2
dini, tumbuh kembang yang tidak sempurna atau (Stunting) dan memepengaruhi

kesehatan saat dewasa ( obesitas, diabetes, penyakit jantung ), bayi dengan berat

lahir lebih dari 2250 gram umumnya cukup kuat untuk mulai minum sesudah

dilahirkan, tidak ada perawatan khusus, tetapi perlu menjaga kondisi bayi tetap

hangat dan pengawasan terhadap infeksi. Sebagian bayi dengan berat lahir 1750-

2250 gram perlu perawatan ekstra, tetapi dapat secara normal bersama ibunya

untuk diberi minum dan kehangatan, dengan cara kontak kulit ibu ke kulit bayi

atau dikenal dengan perawatan metode kangguru (WHO, 2013).

Perawatan metode kangguru adalah perawatan untuk bayi prematur

dengan kontak langsung antara kulit ibu dengan kulit bayi (skin to skin contact).

Metode ini sebagai salah satu alternatif bagi perawatan bayi prematur atau BBLR

yang telah melewati masa kritis, tetapi masih memerlukan perawatan seperti

pemberian makanan untuk pertumbuhannya (Arora, 2010). Sebuah studi

penerapan metode kanguru di rumah sakit yang tidak memiliki inkubator dan

peralatan lainnya untuk merawat BBLR yang dilakukan di Manama Mission

Hospital, Zimbabwe, hasilnya menunjukkan terjadi peningkatan kelangsungan

hidup pada bayi berat lahir kurang dari 1500 gram dari 10% menjadi 50% dan

bayi berat lahir 1500-1999 gram meningkat dari 70% menjadi 90% (WHO, 2013).

Prof. Yeni Rustina,S,Kp,M.app.Sc.,Ph.D (Guru besar dalam bidang

keperawatan anak) dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “optimalisasi

pertumbuhan dan perkembangan bayi baru lahir rendah melalui asuhan

perkembangan” mengungkapkan bahwa bayi berat lahir rendah menyumbang

hampir 40% terjadinya stunting, dengan latar belakang masalah tersebut maka

prof. Yeni merekomendasikan untuk pemberian asuhan keperawatan

3
perkembangan salah satunya adalah dengan metode kangguru (PMK), perawatan

metode kangguru memiliki mamfaat yang sangat besar bagi BBLR karena metode

ini dapat memberikan kehangatan kepada bayi, bayi dapat menyusu lebih lama,

kenaikan berat badan lebih cepat, tidur bayi lebih lama dan mengurangi infeksi

pada bayi (Seminar ilmiah UI,2019)

PMK telah tercantum pada petunjuk pelaksanaan nasional untuk

perawatan BBLR dan bayi prematur, hal tersebut sesuai dengan Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia N0: 203/Menkes/SK/III/2008 tentang

pembentukan kelompok kerja (Pokja) nasional perawatan metode kanguru

(PMK). Metode ini lebih membuktikan dalam meningkatkan berat badan bayi

dengan BBLR daripada menggunakan inkubator. Hal tersebut karena dengan

menggunakan metode kangguru (kulit ke kulit) mendorong bayi untuk mencari

putting dan menghisapnya dan secara tidak langsung bayi akan sering menyusui

(Mitayani, 2010).

Beberapa penelitian telah dilakukan di Indonesia antara lain di

Yogyakarta dan Jakarta, hasilnya menunjukkan bahwa dengan perawatan metode

kanguru yang dimulai lebih awal untuk BBLR akan menjadi metode perawatan

yang aman dalam menstabilkan kesehatan BBLR, dan juga dapat mengurangi

biaya perawatan (Suradi & Yanuarso, 2002). Hasil penelitian yang dilakukan Ali

(2009) di Rumah Sakit Aligarh India menyimpulkan bahwa metode kanguru dapat

meningkatkan berat badan bayi, peningkatan berat badan bayi yang mendapatkan

perlakuan dengan metode kanguru meningkat 19,3 gram per hari dibandingkan

dengan bayi yang tidak diberikan perawatan kangguru. sedangkan pada hasil

penelitian yang dilakukan Mardiani Bebasari (2017) di ruang perinatologi RS

4
Rasidin padang menunjukkan bahwa berat BBLR bayi sebelum perlakuan metode

kangguru adalah 1871,33 gram dan setelah perlakuan metode kangguru adalah

2135,33 gram,peningkatan ini disebabkan karena pada saat bayi digendong

dengan metode kangguru bayi dapat menyusu lama pada si ibu.

RSUD Sijunjung telah melakukan metode perawatan kangguru sejak tahun

2014 dan ini telah tercantum pada SPO ( Standar Prosedur Operasional )

berdasarkan hasil rekam medik dari RSUD sijunjung dan pelaporan tahunan

rumah sakit ditemukan data bahwa angka kejadian berat badan lahir rendah

(BBLR) masih menempati posisi dua tertinggi. Angka kejadian BBLR di RSUD

Sijunjung mencapai 170 kasus per tahun dengan rata-rata 15 kasus perbulan,

berdasarkan hasil wawancara pada bulan november 2019 dengan kepala ruangan

perinatologi didapatkan data bahwa hampir setiap bulannya ditemukan kasus

BBLR dan terkadang yang menjadi masalah adalah keterbatasan biaya pada

keluarga pasien menyebabkan bayi dengan BBLR tidak mau dirawat di

perinatologi, sedangkan permasalahan yang ada diruagan adalah jumlah inkubator

yang tidak banyak menyebabkan rawatan bayi dengan BBLR terkadang di

tempatkan dalam satu inkubator sehingga ditakuti bayi memiliki risiko infeksi.

Dan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut maka PMK merupakan pilihan

yang tepat untuk mengatasi BBLR, selain itu tujuan dari PMK ini adalah

pembiasaan ibu melakukan PMK dirumah,dan peningkatan antropometri pada

BBLR lebih mudah untuk di ukur dibandingkan dengan mamfaat dari PMK yang

lainya. Dengan latar belakang tersebut maka peneliti melakukan penelitian tentang

“Pengaruh perawatan metode kanguru terhadap peningkatan antropometri pada

5
berat badan lahir rendah ( BBLR ) di ruang perinatologi di RSUD sijunjung

tahun 2019.”

1.2 Rumusan Masalah

Pada PMK (perawatan metode kangguru) bertujuan ibu sebagai

thermogulator penganti inkubator dengan tiga komponen yaitu: skin to skin,

breast feeding dan dukungan terhadap ibu dimana dengan asuhan ini dapat

menghangatkan bayi sehingga mempermudah pemberian asi lama pada BBLR

sehinga diharapkan bisa membuat kenaikan berat badan, lingkar lengan dan

lingkar kepala pada bayi berat lahir rendah. Dengan demikian rumusan

masalahnya : “Bagaimana pengaruh perawatan metode kangguru terhadap

peningkatan antropometri pada berat badan lahir rendah ( BBLR) di ruang

perinatologi di RSUD sijunjung tahun 2019”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh perawatan metode kangguru terhadap

peningkatan berat badan lahir rendah ( BBLR ) di perinatologi di RSUD sijunjung

2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Diketahuinya distribusi frekuensi perbedaan berat badan bayi, lingkar

kepala bayi, lingkar lengan bayi sebelum metode kanguru.

2) Diketahuinya distribusi frekuensi perbedaan berat badan bayi, lingkar

kepala bayi , lingkar lengan bayi sesudah metode kanguru.

6
3) Diketahuinya pengaruh metode kangguru terhadap peningkatan

pertumbuhan sebelum dan sesudah dilakukan

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pelayanan dan Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi petugas kesehatan, RSUD

sijunjung serta sektor terkait untuk mengembangkan promosi kesehatan kepada

masyarakat tentang pengaruh perawatan metode kanguru terhadap pertumbuhan

BBLR, sebagai landasan dalam upaya meningkatkan kesehatan BBLR,

pengetahuan dan sikap ibu merawat BBLR.

1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Dapat menambah pengetahuan tentang perawatan BBLR, sehingga dapat

dijadikan sumber dalam memberikan materi perkuliahan. Hasil penelitian ini

dapat dijadikan sebagai dasar pengetahuan ilmu dalam pendidikan keperawatan

pada bayi dengan risiko tinggi terutama BBLR.

1.4.3 Bagi Pengembangan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar untuk penelitian

keperawatan khususnya dalam meningkatkan kesehatan BBLR. Hasil penelitian

ini dapat dikembangkan dalam bentuk penelitian lebih lanjut dengan populasi dan

variabel yang berbeda untuk meminimalkan kemungkinan timbulnya masalah

pada BBLR.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perawatan BBLR memerlukan perhatian khusus berbeda dengan

perawatan pada bayi aterm dan sehat. Perbedaan tersebut memerlukan

dukungan dari peran perawat sebagai pemberi asuhan pada BBLR dan

sebagai tenaga kesehatan yang paling lama berinteraksi dengan bayi selama

berada di ruang perawatan. Selain peran dari perawat diperlukan juga peran

orang tua sebagai orang terdekat dengan bayi. Pemahaman yang mendalam

tentang perawatan BBLR diperlukan agar dapat memberikan perawatan yang

tepat pada bayi. Pada bab ini akan diuraikan konsep-konsep terkait BBLR,

perawatan metode kanguru, persiapan pulang dengan ibu BBLR, dan teori

keperawatan terkait penelitian.

1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan

kurang atau sama dengan 2500 gram, bayi prematur menurut WHO, adalah

bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke-37 (dihitung dari hari

pertama haid terakhir). The American Academy of Pediatric, mengambil

batasan 38 minggu untuk menyebut prematur. Bayi prematur atau bayi pre

term adalah bayi yang dengan umur kehamilan 37 minggu tanpa

memperhatikan berat badan. Sebagian besar bayi lahir dengan berat badan

kurang dari 2500 gram adalah bayi prematur (Surasmi, Handayani, Kusuma,

2013).

8
sedangkan menurut Saifuddin (2002), bayi berat lahir rendah adalah

bayi barulahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram

(sampai dengan 2499 gram).

2. Klasifikasi BBLR

Klasifikasi BBLR menurut karakteristik BBLR atau masa

kehamilannya (Idayanti, 2013) yaitu:

1) Prematuritas murni

Prematuritas murni merupakan keadaan dimana bayi dalam masa

kehamilan kurang dari 37 minggu dan usia badan sesuai dengan

berat badan bayi untuk masa kehamilan. Biasa disebut dengan

Neonatus Kurang Bulan - Sesuai Masa Kehamilan (NKBSMA).

2) Dismaturitas

Dismaturitas merupakan keadaan dimana bayi lahir dengan berat

badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa

kehamilan, hal tersebut disebabkan adanya gangguan pertumbuhan

pada saat bayi berada di dalam kandungan. Bayi dengan kelahiran

dismaturitas merupakan bayi yang tergolong kecil untuk masa

kehamilannya.

Ada 3 yang tergolong dalam dismaturitas, yang pertama neonatus kurang

bulan – kecil masa kehamilan (NKBKMK), yang kedua neonatus cukup bulan –

kecil masa kehamilan (NCBKMK), yang ketiga neonatus lebih bulan–kecil masa

kehamilan (NLBKMK). Menurut Saifuddin (2002) berkaitan dengan penanganan

dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan menjadi:

9
1) bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram

2) bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir <1500 gram

3) bayi berat lahir ekstrim rendah(BBLER), berat lahir < 1000 gram.

3. Penilaian Awal Bayi Baru Lahir

Penilaian awal dilakukan pada bayi baru lahir untuk menilai kondisi bayi (Fraser

dan Cooper, 2012), yaitu:

1. Bayi dinyatakan cukup bulan jika usia gestasinya lebih kurang 36-40

minggu.Maturitas bayi mempengaruhi kamampuannya untuk berdaptasi di

luar rahim (uterus).

2. Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium. Tinja bayi pada 24 jam

pertama kelahiran hingga 2 atau tiga hari berbentuk mekonium yang

bewarna hijau tua yang berada dalam usus bayi sejak dalam kandungan

ibu. Mekonium mengandung sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi

saluran pencernaan, empedu, lanugo dan zat sisa dari jaringan tubuh.

3. Bayi menangis dan bernapas.Sebagian besar bayi bernafas spontan.

Perhatikan dalamnya pernapasan, frekuensi pernapasan, apnea, napas

cuping hidung, retraksi otot dada. Dapat dikatakan normal bila frekuensi

pernafasan bayi jam pertama berkisar 80 kali permenit dan bayi segera

menangis kuat pada saat lahir.

4. Tonos otot bayi baik atau bayi bergerak aktif. Pada saat lahir otot bayi

lembut dan lentur. Otot-otot tersebut memiliki tonus, kemampuan untuk

berkontraksi ketika ada ransangan, tetapi bayi kurang mempunyai

kemampuan untuk mengontrolnya. Sistem neurologis bayi secara anatomi

10
dan fisiologis belum berkembang sempurna, sehingga bayi menunjukkan

gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, kontrol otot yang buruk, mudah

terkejut, dan tremor pada ekstremitas.

5. Warna kulit bayi normal. Perhatikan warna kulit bayi apakah merah

muda, pucat, kebiruan atau kuning, timbul pendarahan dikulit atau adanya

edema. Warna kulit bayi yang normal, bayi tampak kemerah-merahan.

Kulit bayi terlihat sangat halus dan tipis, lapisan lemak sub kutan belum

melapisi kapiler. Kemerahan ini tetap terlihat pada kulit dengan pigmen

yang banyak sekalipun dan bahkan menjadi lebih kemerahan ketika bayi

menangis

Pada Bayi Berat Lahir Rendah akan ditemukan ciri- ciri sebagai berikut :

1) Berat badan bayi baru lahir kurang dari 2500 gram

2) panjang badan bayi kurang dari 45 cm

3) lingkar kepala bayi kurang dari 33 cm

4) lingkar dada bayi kurang dari 30 cm

5) ukuran kepala bayi biasanya lebih besar dibandingkan dengan ukuran

tubuh

6) biasanya masa kehamilan bayi kurang dari 37 minggu

7) rambut kepala bayi biasanya tipis dan halus,kulit perut bayi tipis,

pembuluh darah kelihatan atau transparant, ubun ubun dan satura lebar,

tulang rawan dan daun telinga imatur, umumnya kulit bayi tipis dan

transparant, banyak terdapat rambut lanugo, kurangnya lemak kulit

(jaringan lemak subkutan)

11
8) pernafasan tidak teratur bahkan sering terjadi apnue, tangisan dan

pergerakan masih lemah, reflek tonus leher masih lemah dan reflek

menelan serta menghisap belum sempurna (Pratiwi, 2015).

Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas

fungsi tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang

bersifat enssensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti

pernapasan, jantung, sirkulasi darah dan reflek-reflek primitif seperti menghisap

dan mencari puting susu. Bila tidak ditangani secaratepat, cepat dan benar

keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan bahkan mungkin meninngal.

Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan spontan dalam 10-30

menit lahir namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk cacat.

Umumnya penilaian pada bayi baru lahir dipakai nilai APGAR (APGAR

Score).Tanda-tanda bayi sakit berat, apabila terdapat salah satu atau lebih tanda

seperti: sulit minum, sianosis sentral (lidah biru), perut kembung, periode apneu,

kejang/periode kejang-kejang kecil, merintih, pendarahan, sangat kuning, berat

badan lahir < 1500 gram (Prawirohardjo, 2002). Menurut Wong (2009)

klasifikasi bayi baru lahir berdasarkan umur kehamilan atau masa gestasi:

a) Preterm infant atau bayi prematur yaitu bayi yang lahir pada umur

kehamilan tidak mencapai 37 minggu.

b) Term infant atau bayi cukup bulan (mature/aterm) yaitu bayi yang

lahir pada umur kehamilan lebih daripada 37 - 42 minggu.

c) Post term infant atau bayi lebih bulan (posterm/postmatur) yaitu bayi

yang lahir pada umur kehamilan sesudah 42 minggu.

12
4. Faktor-faktor penyebab BBLR

1) Umur Ibu

Faktor usia dapat mempengaruhi kondisi dari mulut rahim seorang

wanita, jika mulut rahim terlalu lemah maka bayi dapat lahir prematur.

Seorang wanita dikatakan siap fisik jika masa pertumbuhannya telah terhenti,

dimana masa pertumbuhan tersebut terhenti pada usia sekitar 20 tahun. Salah

satu faktor penyebab terjadinya komplikasi kehamilan yang bisa

meningkatkan kasus melahirkan BBLR yaitu wanita yang mengandung pada

usia 35 tahun ke atas. Hal ini disebabkan karena resiko munculnya masalah

kesehatan kronis, sebab anatomi tubuh mulai mengalami degenerasi sehingga

sangat mudah mengalami komplikasi pada saat kehamilan ataupun persalisan.

Komplikasi tersebut dapat menyebabkan terjadinya kematian perinatal (Alya,

2013).

Usia ideal bagi ibu untuk hamil yaitu sekitar 20 sampai 35 tahun.

Kehamilan yang beresiko tinggi yang dapat menimbulkan komplikasi dalam

kehamilan ataupun persalinan yaitu ibu yang hamil di bawah 20 tahun atau

lebih dari 35 tahun. Kehamilan pada ibu yang umur dibawah 20 tahun masih

dalam pertumbuhan sehingga asupan makan lebih banyak digunakan untuk

pertumbuhan ibu dari pada untuk bayi yang ada di dalam kandungan,

sedangkan kehamilan pada ibu yang umurnya diatas 35 tahun biasanya organ

reproduksinya sudah berkurang sehingga akan meningkatkan resiko kelahiran

dengan kelainan kongenital dan sangat beresiko mengalami kelahiran prematur

(Alya, 2013).

13
2) Paritas

Paritas merupakan jumlah kelahiran bayi yang lahir hidup maupun

bayi yang lahir dengan keadaan meninggal. Seorang ibu yang kerap

melahirkan sangat beresiko terkena anemia pada kehamilan selanjutnya jika

ibu tidak terlalu memperhatikan asupan nutrisinya, karena nutrisi yang masuk ke

dalam tubuh ibu akan di bagi dengan janin yang ada di dalam kandungannya.

Paritas yang beresiko melahirkan bayi dengan BBLR yaitu paritas 0 dan paritas

yang lebih dari 4. Paritas 0 dikatakan beresiko melahirkan BBLR disebabkan

oleh kejiwaan ibu. Ibu yang baru pertama kali mengandung dan melahirkan

biasanya kondisi jiwanya lebih tertekan dari pada ibu yang sudah pernah

melahirkan lebih dari 1 kali. Sedangkan paritas yang lebih dari 4 kali dapat

mempengaruhi kehamilan berikutnya. Kondisi ini disebabkan karena keadaan ibu

yang belum pulih dari kehamilan dan kelahiran sebelumnya. Pada umumnya

paritas yang aman dilihat dari riwayat kematian maternal adalah paritas 1 sampai

4 (Alya, 2013)

3) Kehamilan ganda

Kehamilan ganda merupakan salah satu faktor dari beberapa faktor yang bisa

menyebabkan ibu melahirkan BBLR. Biasanya berat badan janin pada

kehamilan ganda lebih ringan dibandingkan janin pada kehamilan tunggal pada

umur kehamilan yang sama. Pada minggu ke-30 kenaikan berat badan antara

kehamilan ganda dengan kehamilan tunggal masih sama tapi setelah itu

kenaikan berat badan pada kehamilan ganda dan kehamilan tunggal akan

berbeda. Setelah minggu ke 30 kenaikan berat badan berkurang disebabkan

14
oleh regangan berlebih sehingga menyebabkan peredaran darah plasenta

berkurang. Terdapat perbedaan antara kedua berat badan pada kehamilan

ganda, perbedaan ini berkisaran antara 50 sampai 1000 gram, disebabkan

oleh adanya pembagian darah pada plasenta kedua janin.

Pada kehamilan ganda, uterus biasanya mengalami distensi yang berlebihan

sehingga menyebabkan terjadinya partus prematurus. Pada kehamilan ganda

kebutuhan ibu akan nutrisi meningkat, yang bisa menyebabkan anemia dan

penyakit defisiensi lain, sehingga ibu sering melahirkan bayi yang berat

badannya kurang dari normal (Ageng, 2016). Penyebab lain terjadinya kelahiran

prematur

1) faktor ibu yaitu toksemia gravidarum, kelainan bentuk uterus, tumor,

ibu yang menderita penyakit dan trauma masa kehamilan

2) faktor janin yaitu kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini,

cacat bawaan, infeksi (rubella, toksoplasmosis), insufisiensi plasenta,

inkompabilitas darah ibu dan janin (faktor rhesus, golongan darah

ABO)

3) faktor placenta yaitu placenta previa, solusio placenta (Ladewig,

London & Olds, 2016).

15
5. Permasalahan Bayi Berat Lahir Rendah

1) Hipotermia

Salah satu ciri BBLR adalah mempunyai suhu yang tidak stabil

dan cenderung hipotermia (suhu kurang 36,5ºC). Stress dingin dapat

meningkatkan angka kematian dan menghambat pertumbuhan,

sedangkan hipertermia dan suhu yang berfluktuasi dapat menimbulkan

apneu. Suhu yang cenderung hipotermia disebabkan oleh produksi

panas yang kurang dan kehilangan panas yang tinggi. Panas kurang

diproduksi karena sirkulasi yang masih belum sempurna, respirasi

masih lemah, konsumsi oksigen yang rendah, otot yang belum aktif

serta asupan makanan yang kurang. Kehilangan panas terjadi akibat

dari permukaan tubuh yang relatif lebih luas dan lemak subkutan

yang kurang, terutama lemak coklat (brown fat). Mekanisme

kehilangan panas pada bayi dapat terjadi melalui konduksi, evaporasi,

konveksi dan radiasi. Hipotermia dapat mengakibatkan komplikasi

jangka pendek berupa asidosis, hipoglikemia dan gangguan

pembekuan darah serta peningkatan risiko untuk distress pernafasan

(Suradi &Yanuarso, 2000; Wilson & Hockenberry, 2009).

Dalam mencegah efek stress dingin, BBLR ditempatkan

dilingkungan yang hangat segera setelah lahir sampai bayi mampu

mempertahankan suhu tubuh stabil pada suhu lingkungan. PMK mampu

mempertahankan suhu tubuh BBLR menjadi stabil (Hockenberry &

Wilson, 2009).

16
a) Rendahnya daya tahan terhadap infeksi

Bayi berat lahir rendah sangat rentan terhadap infeksi terutama

infeksi nosokomial. Hal ini disebabkan oleh kadar immunoglobulin

serum yang rendah, aktivitas bakterisidal neutrofil dan efek sitotoksik

limfosit yang rendah.Risiko untuk mendapat infeksi nosokomial

meningkat apabila beberapa bayidirawat bersama dalam satu inkubator,

bayi terlalu lama dirawat di rumah sakit,serta rasio perawat – pasien yang

tidak seimbang (Suradi & Yanuarso 2011).

2) Apnea pada bayi kurang bulan

Kelainan ini terjadi akibat ketidakseimbangan paru dan susunan

saraf pusat.Apneu didefinisikan sebagai periode tak bernafas selama lebih

dari 20 detik dandisertai bradikardia. Kelainan ini dapat ditemukan

pada pemantauan yang teliti dan terus menerus. Semua bayi dengan

masa kehamilan kurang dari 34 minggu harus secara rutin dan terus

menerus dipantau sampai apneu itu hilang selama satu minggu (Suradi

& Yanuarso, 2000).

3) Enterokolitis nekrotikans

Prematuritas merupakan faktor risiko terjadinya enterokolitis

nekrotikans (EKN) pada neonatus. Kenaikan angka harapan hidup

bayi kurang bulanmenyebabkan kenaikan kejadian EKN. Kejadian EKN

tertinggi pada bayi beratlahir kurang dari 1500 gram. Etiologi penyakit

ini multifaktor, yaitu faktoryang menyebabkan trauma hipoksik

iskemik pada saluran cerna yang masihimatur, kolonisasi bakteri

17
pathogen, dan substrat protein berlebihan dalam lumen. Pemberian

ASI dapat mencegah/mengurangi kejadian EKN karena ASI

merupakan cairan normo osmolar dan mengandung makrofag, limfosit

dan immunoglobulin yang mencegah kolonisasi bakteri pathogen

(Suradi & Yanuarso, 2000; Wong, 2009).

4) Nutrisi

Bayi berat lahir rendah, dalam hal ini bayi kurang bulan,

kehilangan kesempatan untuk mempersiapkan diri hidup di luar uterus

yang biasanya terjadi pada trimester ketiga. Makin muda usia gestasi,

kemampuan beradaptasi makin berkurang. BBLR memerlukan

pertumbuhan dan perkembangan yang cepat,namun kemampuan

fisiologis organ-organnya masih terbatas.Kemampuan menghisap dan

menelan telah ada sebelum bayi lahir, namun kemampuan

koordinasinya baru terbentuk pada 32-34 minggu usia gestasi, dan

lebih sinkron pada 36-37 minggu usia gestasi. Pada BBLR

kemampuan menghisapnya tidak diikuti dengan kemampuan menelan

sehingga memiliki risiko aspirasi (Hockenberry & Wilson, 2009).

Menurut Saifuddin (2002) penanganan BBLR di Puskesmas adalah:

1) keringkan secepatnya dengan handuk hangat

2) kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering dan

hangat

3) berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke kulit

4) beri lampu 60 watt, dengan jarak minimal 60 cm dari bayi

18
5) kepala bayi ditutup topi

6) beri oksigen

7) tali pusat dalam keadaan bersih

8) beri ASI bila bayi tidak dapat menelan segera di rujuk ke

rumah sakit

6. Perawatan Metode Kanguru Bagi BBLR

Perawatan Metode Kanguru yang disingkat dengan PMK merupakan

perawatan yang diberikan kepada bayi yang berat badannya rendah, yang

secara umum berat lahirnya kurang dari 2500 gram. Metode PMK ini dilakukan

dengan cara kontak langsung, sehingga antara kulit ibu dengan kulit bayi

akan saling menempel. Pada dasarnya PMK adalah perawatan pengganti

pada BBLR yang menggunakan perawatan inkubator. Dengan adanya perawatan

metode kanguru, maka bayi akan mendapatkan kehangatan secara langsung

dari ibu (Depkes, 2009).

PMK adalah bentuk interaksi orang tua dengan bayinya dimana ibu

atau keluarga lain menggendong bayinya dengan kontak kulit dengan kulit

pada posisi vertikal,kepala diantara payudara selama 60 menit atau lebih

(Indrasanto, et al. 2010). Menurut Shetty (2012) empat komponen perawatan

metode kanguru:

1) Skin to skin contact, kontak kulit dengan kulit pada bayi baru lahir

dengan ibu dapat dilakukan sejak awal dan terus menerus dalam

waktu yang lama.

19
2) Exlusive breastfeeding, banyak bayi dengan berat badan kurang dari

2000 gram dengan pemberian ASI eksklusif dapat meningkatkan

berat badan secara adekuat.

3) Physical, emotional and education support, perawat dan staf medis

harus memberikan dukungan kepada ibu dan keluarga.

4) Early discharge and follow up, ibu tetap melakukan PMK terus

menerus di rumah sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan

baik.

20
Patofisiologi kenaikan berat badan lahir rendah pada metode kangguru

bisa dilihat pada skema dibawah ini :

BBLR

Faktor ibu paritas kehamilan ganda

Berat badan kurang dari 2500 gram


Panjang badan kurang dari 46 cm
Lingkar kepala kurang atau samaa denga 30cm
Jaringan lemak tipis
Tumit mengkilap,telapak kaki halus
Tonus otot lemah
Fungsi saraf belum matang

Masalah kesehatan BBLR PMK

Hipotermia Thermogulator
Rendahnya daya tahan terhadap infeksi
Skin to skin

Nutrisi Breast feeding

Suport
Enterokolitis nekrotikans Inkubator discharge

Apnea

Peningkatan berat badan


Peningkatan lingkar lengan
Peningkatan lingkar kepala

21
7 . Manfaat Metode Kanguru Bagi Bayi dan Ibu

1) Menurunkan risiko infeksi pada neonatus dengan mengupayakan

paparan bakteri dari ibu. Bakteri ibu akan berkolonisasi di usus dan

kulit bayi serta menghalangi bakteri yang lebih berbahaya dari

lingkungan.

2) Menurunkan apnea dan meningkatkan oksigenisasi dengan cara

membuat napas neonatus teratur.

3) Menurunkan bradikardia dengan cara membuat denyut jantung

neonatus teratur.

4) Memulai pemberian ASI dini dan efektif.

5) Meningkatkan jangka waktu laktasi.

6) Menurunkan pengeluaran kalori karena lebih sedikit strees bagi

neonatus.

7) Meningkatkan waktu status perilaku yang optimum.

8) Mendorong kelekatan dan ikatan emosional orang tua.

9) Meningkatkan berat badan.

10) Memperpendek waktu rawat inap

8. Teknik Metode Kanguru

Menurut WHO 2012, metode kanguru adalah sebagai berikut:

1) Letakkan bayi diantara payudara ibu dengan kaki bayi di bawah paydara

ibu dan tangan bayi di atasnya.

2) Kulit bayi harus melekat pada dada ibu (kontak kulit dengan kulit) dengan

kepala bayi menoleh pada satu sisi (kiri atau kanan).

22
3) Gunakan baju kanguru untuk membungkus dengan nyaman ibu dan bayi

bersama.

4) Letakkan bagian tengah dari kain menutupi bayi di dada ibu.

5) Bungkus dengan kedua ujung kain mengelilingi ibu di bawah lengannya

ke punggung ibu.

6) Silangkan ujung kain dibelakang ibu, bawa kembali ujung kain ke depan.

7) Ikat ujung kain untuk mengunci di bawah bayi.

8) Topang kepala bayi dengan menarik pembungkus ke atas hanyasampai

telinga bayi.

9. Lama dan Kesinambungan Perawatan Metode Kanguru

Kontak kulit dengan kulit harus dimulai secara bertahap dengan

transisi secara hati-hati dari asuhan konvensional menjadi PMK

berkesinambungan. Sesi selama kurang dari 60 menit dihindari karena perubahan

yang terlalu sering akan membuat bayi stress. Waktu kontak kulit dengan

kulit diperpanjang secara bertahap agar menjadi selama mungkin. Ibu bisa

tidur dengan bayi yang diletakkan dengan posisi kanguru yang benar

(Indrasanto, et al. 2012). Hal – hal yang harus diperhatikan saat dilaksanakan

perawatan metode kanguru.

1) Suhu

Bayi yang cukup minum dan dalam kondisi kontak kulit dengan

kulit,dapat dengan mudah mempertahankan suhu tubuh normalnya

(antara36,5ºC–37,5ºC). Saat PMK dimulai, ukur suhu aksila setiap 6

jam hingga stabil selama 3 hari berturut-turut. Setelahnya pengukuran

23
dilakukan hanya dua kali sehari (Suradi, et al 2012).

2) Pernafasan

Penelitian menunjukkan bahwa kontak kulit dengan kulit

dapatmembuat pernapasan lebih teratur pada bayi kurang bulan dan

bisamenurunkan insidensi apnea. Ibu harus dianjurkan untuk

mengenalapnea, mengetahui kapan harus melakukan intervensi segera

danmencari pertolongan. Ibu bisa mengusap punggung atau kepala

bayiuntuk menstimulasi pernapasan, atau dengan cara menimang bayi.

Jika bayi tetap tidak bernapas, ibu harus memanggil tenaga kesehatan

segeradan tenaga kesehatan harus merespon panggilan minta bantuan

dari ibu

3) Tanda Bahaya

Menurut WHO (2003) & Suradi, et al (2009) Ibu harus mengenali

tanda-tanda bahaya dan memberikan perawatan yang diperlukan:

1) Sulit bernapas, retraksi, merintih.

2) Bernapas sangat lambat atau sangat perlahan.

3) Apnea yang sering dan lama.

4) Bayi teraba dingin, suhu tubuhnya dibawah normal meskipun dijaga

kehangatannya.

5) Sulit minum: bayi tidak bangun untuk minum, berhenti minum atau

muntah.

6) Kejang.

7) Diare.

8) Kulit menjadi kuning.

24
d) Nutrisi (ASI)

Setiap ibu memproduksi ASI yang khusus untuk bayinya, tapi

ibu dari bayi kurang bulan menghasilkan ASI rendah laktosa yang penting

untuk pencernaan karena bayi kurang bulan tidak mempunyai laktosa.

Kandungan ASI manusia berubah sesuai pertumbuhan neonatus. ASI

terutama kolostrum kaya akan antibodi, immunoglobulin, yang

melindungi tubuh dari infeksi. mengandung zat anti infeksi lainnya

(Suradi, et al. 2009).

Untuk bayi dengan usia kehamilan lebih dari 30-32 minggu,

bisa digunakan cangkir kecil untuk memberikan ASI yang telah

diperah. Pemberian minum menggunakan cangkir bisa dilakukan satu

atau dua kali sehari meskipun bayi masih diberi minum melalui

selang nasogastrik, jika bayi bisa minum dari cangkir dengan baik,

maka pemberian minum melalui naso gastric tube (NGT) bisa

dikurangi secara bertahap. Untuk memberikan minum melalui cangkir,

bayi dilepaskan dari posisi kanguru, ditutup dengan selimut hangat

Menurut Suradi, et al. (2009) pertambahan berat badan pada

bayi PMK dapat diperkirakan berdasarkan HPHT (hari pertama haid

terakhir) adalah :

1) 20 gram/hari sampai dengan 32 minggu dari HPHT,

diperkirakan akan mencapai 150-200 g/minggu.

2) 25 gram/hari dari 33 sampai 36 minggu dari HPHT,

diperkirakan akan mencapai 200-250 g/minggu.

25
3) 30 gram/hari dari 37 sampai 40 minggu dari HPHT,

diperkirakan akan

4) mencapai 250-300 g/minggu.

Menurut Muscari (2005) bahwa pertumbuhan pada bayi aterm

antara 0 dan 6 bulan berat bayi bertambah 682 gram per bulan atau 170,5 gram

per minggu. Lingkar kepala bertambah 1.32 cm per bulan atau 0,33 cm

perminggu hingga ukuran rata-rata 37,4 cm.. Bayi PMK dapat diijinkan pulang

jika memenuhi kriteria berikut:

1) Kesehatan umum bayi baik dan tidak ada penyakit pada saat itu seperti

apnea atau infeksi.

2) Bayi minum dengan baik dan mendapatkan ASI ekslusif atau

sebagianbesar minumnya adalah ASI.

3) Berat badan bayi naik (sedikitnya 15 gram/kg/hari paling sedikit 3 hari

berturut-turut).

4) Suhu bayi stabil saat berada dalam posisi PMK (dalam kisaran normal

selama 3 hari berturut-turut).

5) Ibu yakin bisa merawat bayinya dan dapat datang secara teratur untuk

6) kunjungan tindak lanjutnya.

Menurut Suradi, et al. (2009) Home visit harus dilakukan untuk ibu

dan bayinya, semakin kecil bayi pada saat pemulangan, semakin awal dan

sering home visit yang diperlukan. Jadual home visit PMK adalah :

1) Dua kali home visit per minggu sampai dengan 37 minggu usia

bayi berdasarkan HPHT.

26
2) Satu kali home visit per minggu setelah usia bayi 37 minggu.

Sebagai patokan kunjungan harus direncanakan sekurangnya satu kali

Kunjungan untuk setiap minggu preterm. Menurut Suradi, et al. (2009)

PMK minimal atau intermiten setara dengan perawatan konvensional

(perawatan dengan inkubator), dalam hal keamanan dan perlindungan

terhadap suhu tubuh bayi.

10 .Dukungan dalam melakukan perawatan metode kanguru

1) Dukungan edukasi atau informasi dari tenaga kesehatan sangat

dibutuhkan bagi ibu. Dengan adanya edukasi dan informasi mengenai

perawatan metode kanguru seperti pengertian PMK, manfaat dari

PMK, dan cara melakukan PMK. Dari edukasi tersebut maka ibu

akan memahami proses PMK dan betapa pentingnya melakukan

perawatan metode kanguru bagi bayinya. Sehingga ibu akan bersedia

dalam melaksanakan perawatan metode kanguru (Dahlan, 2017)

2) Dukungan suami merupakan dukungan yang paling diharapkan oleh

para ibu. Karena bagi ibu, orang yang paling dekat dan yang selalu ada

untuk ibu adalah suami. Dengan dukungan dari suami dan

keikutsertaan suami dalam melakukan perawatan metode kanguru ini,

maka ibu akan sangat termotifasi dalam melakukan PMK, terjalinnya

kasih sayang antara bayi dan ayah, bayi bisa secara langsung

mengenali ayahnya, selain itu juga akan menambah rasa percaya diri

serta ikatan batin bagi ayah dengan bayi (Wahyuni, 2013).

27
3) Dukungan sosial merupakan dukungan dari orang-orang sekitar ibu,

bisa dari saudara ataupun masyarakat sekitar yang menunjang keberhasilan

ibu dalam melakukan perawatan metode kanguru (Dahlan, 2017).

28
11 . Kerangka teori

Bayi lahir dengan BBLR Perawatan metode kanguru

o Berat badan lahir 1. bayi diberi popok, topi dan


kurang dari 2500 kaos kaki.
o Panjang badan kurang 2. Letakkan bayi pada dada ibu
dari 46 cm dengan posisi tegak langsung
o Lingkar kepala sama ke kulit ibu dan pastikan
dengan atau kurang kepala bayi sudah terfiksasi
dari 33cm
pada dada ibu, dengan
o Lingkar badan sama
menggunakan kain, atau kain
atau kurang dari 30 cm
gendong yang sudah
o Jarigan lemak
subkutan tipis
dimodifikasi untukPMK.
o Tumit 3. Posisi bayi dengan siku dan
mengkilap,telapak tungkai tertekuk, kepala dan
kaki halus dada bayi terletak pada dada
o Tonus otot lemah ibu dengan kepala agak
o Fungsi saraf belum tengadah dan dipalingkan ke
matang kanan atau ke kiri.
4. Kemudian ibu memakai baju
dengan ukuran lebih besar dari
Sumber ( pratiwi,2015)
badannya.
5. Kontak kulit ini dilakukan
minimum 1 jam dalam satu hari

Sumber: (SOP metode perawatan


kangguru RSUD Sijunjung).

Efek metode kangguru:

1. Menurunkan resiko infeksi


2. Menurunkan apnea
3. Menurunkan bradikardi
4. Meningkatkan jangka waktu
laktasi
5. Mendorong kelekatan ibu dan
anak
6. Meningkatkan berat
badan,lingkar kepala,dan
lengan bayi

29 Sumber: (WHO)
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu

dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Pada kerangka konsep

ini peneliti menghubungkan pengaruh variabel bebas (independen) terhadap

variabel terikat (dependen). Variabel dapat diartikan sebagai ukuran atau ciri yang

dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki

oleh kelompok lain (Notoadmodjo, 2010),

Menurut Hidayat (2013), variabel independen (variabel bebas) merupakan

variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen

(variabel terikat). Variabel ini juga dikenal dengan variabel bebas artinya bebas

dalam memengaruhi variabel lain, variabel ini punya nama lain seperti variabel

predictor, resiko, atau kausa.Sedangkan variabel dependen (variabel terikat)

merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas.

Variabel ini tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan. Variabel ini juga

disebut sebagai variabel efek, hasil, outcome, atau event. Variabel independen dari

penelitian ini adalah metode kangguru, sedangkan variabel dependen dari

penelitian ini adalah kenaikan berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan.

Berdasarkan hal diatas peneliti ingin melakukan penelitian tentang

“Pengaruh perawatan metode kanguru terhadap peningkatan berat badan lahir

rendah ( BBLR ) di ruang perinatologi di RSUD sijunjung tahun 2019.”.

30
Kerangka Konsep Penelitian

 Berat badan bayi  Berat badan bayi


 Lingkar kepala  Lingkar kepala
 Lingkar lengab Perawatan metode  Lingkar lengab
kanguru
Bayi BBLR Bayi BBLR
sebelum sesudah
melakukan melakukan metode
metode PMK PMK

3.2 Hipotesa

Menurut Notoadmodjo (2010), hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari

pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian.

Berdasarkan tujuan dan pertanyaan penelitian sebelumnya, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah :

(Ha): Adanya pengaruh perawatan metode kanguru terhadap peningkatan

atropometri berat badan lahir rendah ( BBLR ) di ruang perinatologi di RSUD

sijunjung tahun 2019.

(Ho) : tidak adanya pengaruh perawatan metode kangguru terhadap peningkatan

atropometri berat badan lahir rendah (BBLR) di ruang perinatologi di RSUD

sijunjung tahun 2019

BAB IV

31
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen

atau percobaan (experimental research) adalah suatu penelitian dengan

melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang bertujuan untuk mengetahui

gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu

atau eksperimen tersebut. Desain penelitian yang digunankan dalam penelitian ini

adalah Pre Eksperimental Design dengan metode rancangan One Group Pretest-

Posttest without Control. Desain ini tidak menggunakan kelompok pembanding

(control), tetapi dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan

menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen

(Notoadmodjo, 2010).

4.2 Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau wilayah generalisasi

yang terdiri dari subjek maupun objek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulan. Populasi tidak hanya terbatas pada orang, tetapi juga benda yang

memiliki sifat atau ciri yang bisa diteliti (Hidayat, 2013). Populasi pada

penelitian ini adalah seluruh bayi BBLR yang di rawat diruang perinatologi

sebanyak 15 orang, ditambah dengan bayi yang tidak dirawat di ruang

perinatologi diRSUD sijunjung yang masuk dalam kriteri inklusi penelitian.

2. Sampel

32
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian keperawatan,

kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi, dimana kriteria

tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan (Hidayat,

2013). Untuk menentukan ukuran besar sampel pada penelitian ini, peneliti

menggunakan rumus total sampling dimana jumlah sampel sama dengan

populasi ( Hidayat,2013 ).

3. Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili

sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Pertimbangan ilmiah

harus menjadi pedoman dalam menetukan kriteria inklusi. Sedangkan kriteria

ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili

sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Hidayat,

2013). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

Kriteria inklusi

a) bayi berat lahir < 2500 gram.

b) Bayi mampu menghisap, walaupun masih lemah.

c) Bayi tidak mengalami distres pernapasan.

d) Frekuensi napas normal.

e) Bayi tidak tergantung oksigen.

f) Orang tua dari bayi tersebut bersedia mengikuti penelitian ini

(informed consent).

Kriteria eksklusinya adalah:

33
a) Bayi - bayi dengan kelainan kongenital mayor.
b) Bayi - bayi yang diterapi sinar.

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruangan Rawat Inap Perinatologi RSUD

Sijunjung. Peneliti tertarik meneliti di RSUD Sijunjung dikarenakan RSUD

Sijunjung merupakan rumah sakit rujukan di kawasan daerah kabupaten

Sijunjung. Waktu penelitian dilakukan dari bulan november 2019 sampai januari

2020 dibagi menjadi 3, yaitu pembuatan proposal, pengambilan data dan

pelaporan hasil penelitian.

4.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan

ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana

variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat,2013).

N Variabel Defenisi Operasional Cara Skala Hasil ukur


o ukur ukur
Independent Suatu metode perawatan di RSUD
BBLR yang dilakukan sijunjung - -
1 Perawatan dengan cara kontak
Metode langsung antara kulit bayi
Kanguru dengan kulit ibu atau
pengganti ibu, yang
dilakukan setelah bayi
dalam kondisi stabil.

2 Berat badan Parameter antropi yang Observasi Rasio Berat badan


labil dalam keadaan timbagan dalam
normal,berkembang bentuk kg
mengikuti pertambahan
umur pada bayi/ anak

34
3 Lingkar Penilaian pada anak yang Observasi Rasio Lingkar
kepala Mencerminkan meteran kepala
pertumbuhan otak dalam
bayi/anak bentuk cm

4 Lingkar Untuk penilaian terpenuhi Observasi Rasio Lingkar


lengan protein pada bayi /anak meteran lengan
dalam
bentuk cm

4.5 Instrument penelitian

Instrument adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data.

Instrumen penelitian ini dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan), formulir

observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan

sebagainya (Notoadmodjo, 2010). Adapun instrument yang digunakan dalam

penelitian ini adalah formulir observasi.

4.6 Etika Penelitian

Setelah mendapatkan izin dari pihak akademik, peneliti meneruskan surat

yang didapat dari kampus ke Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol)

Kabupaten Sijunjung untuk mendapat tembusan ke Diklat Perawatan RS umum

daerah sijunjung tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian ini

dimulai bulan november Tahun 2019. Setelah peneliti mendapat izin dari diklat

kemudian peneliti meminta surat pengantar penelitian untuk ruangan rawat

perinatologi. Sebelum penelitian dilakukan semua responden yang menjadi subjek

penelitian, diberi informasi tentang rencana dan tujuan penelitian. Setiap

responden berhak untuk menolak atau menyetujui sebagai subyek penelitian. Bagi

mereka yang setuju akan diminta untuk menandatangani surat pesetujuan sebagi

35
subyek penelitian. Bagi mereka yang setuju akan diminta untuk menandatangani

surat persetujuan yang telah ditetapkan. Setelah mendapatkan persetujuan barulah

peneliti melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang

meliputi:

a) Informed Concent (Format Persetujuan)

Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang di teliti

selama pengumpulan data, jika responden bersedia di teliti maka harus ditanda

tangani lembar persetujuan, jika responden menolak untuk di teliti maka peneliti

tidak memaksakan dan tetap menghormati hak responden.

b) Anonimity (Tanpa Nama )

Menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden

tetapi lembaran tersebut diberi kode. Informasi responden tidak hanya dirahasiakan

tapi harus juga dihilangkan.

4.7 Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Pengumpulan data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian. Pada penelitian ini, data yang diperoleh terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data, sedangkan data sekunder adalah sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain

atau lewat dokumen (Sugiyono, 2011).

Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari hasil kuisioner pengaruh

metode kangguru yang diamati oleh peneliti, sedangkan data sekunder diperoleh

dari data ruang rawat perinatologi RSUD Sijunjung. Proses penelitian ini meliputi

36
pelaksanaan metode kangguru yang akan dilakasanakan dalam waktu 7 hari

dengan 4 kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan 2 kali dalam seminggu.

4.7.2 pengolahan data

a) Editing (pengeditan data)

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian kuesioner

atau formulir. Setelah kuesioner selesai diisi kemudian dikumpulkan langsung

oleh peneliti dan selanjutnya diperiksa kelengkapan data apakah dapat dibaca atau

tidak dan kelengkapan isian. Jika isian belum lengkap responden diminta

melengkapi lembar kuesioner pada saat itu juga

b) Coding (Pengkodean).

Coding adalah mengalokasikan jawaban-jawaban yang ada menurut

macamnya kedalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode

agar lebih mudah dan sederhana seperti : 1 bila pelaksanaan tidak ada dan 0 bila

pelaksanaan ada

c) Entri Data

Setelah isi kuesioner terisi penuh dan benar, dan telah melewat pengkodean,

kemudian data dianalisis. Data diproses dengan cara memasukan data dari

kuesioner ke paket program komputer yaitu dengan program komputerisasi.

d) Cleaning

Data pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan terhadap data yang

sudah di masukan apakah ada kesalahan atau tidak,disebut juga dengan

pembersihan data.

e) Processing

37
Kemudian selanjutnya data diproses dengan mengelompokkan data ke dalam

variabel yang sesuai dengan menggunakan program komputerisasi.

4.7.2 Analisa Data

1) Analisa Univariat

Analisa univariat pada penelitian ini menggunakan uji statistik

deskriptif untuk mengetahui distribusi frekuensi atau tabel frekuensi. Pada

penelitian ini variabel bebas yaitu perlakuan intervensi dengan metode

kangguru. Hasil dari analisa ini berupa disribusi frekuensi dan persentase

dari masing – masing variabel maupun mean, median, modus, varians

serta standar deviasi. Adapun gambaran dari bentuk distribusi

frekuensinya adalah karakteristik dari peningkatan berat badan,lingkar

kepala,lingkar lengan sebelum dilakukan metode kangguru dan setelah

dilakukan metode kangguru.

2) Analisa Bivariat

Analisa ini dilakukan setelah karakteristik masing-masing variabel

diketahui. Data analisis untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang

signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Perhitungan bivariat pada penelitian ini menggunakan paired sample t-

test. Paired sample t-test atau uji sampel berpasangan (Priyatno, 2010).

Pengujiian ini dilakukan dengan membuktikan hipotesis perbedaan rata-

rata pengaruh metode kangguru terhadap peningkatan berat badan,lingkar

kepala,lingkar lengan, dengan kepercayaan 95% atau nilai p=0,05. Untuk

melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batasan

kemaknaan α=0,05 sehingga jika nilai p<0,05, maka hasil uji statistik

38
bermakna artinya Ha diterima, jika nilai p>0,05 maka secara statistik

disebut tidak bermakna artinya Ha ditolak.

39

Anda mungkin juga menyukai