Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Keperawatan

Volume 13 Nomor 1, Maret 2021


e-ISSN 2549-8118; p-ISSN 2085-1049
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan

PENDIDIKAN PERAWATAN BAYI BERHUBUNGAN DENGAN KESIAPAN IBU


MERAWAT BAYI BERAT LAHIR RENDAH
Novi Indrayati1*, Titin Sutini2, Toha Muhaimin3
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal, Jln Laut 31A Kendal, Jawa Tengah, Indonesia 51311
2
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jl. Cemp. Putih Tengah I No.1,
RT.11/RW.5, Cemp. Putih Timur, Jakarta Pusat, Indonesia 10510
*noviindrayati68@gmail.com

ABSTRAK
Bayi berat lahir rendah memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan bayi berat lahir normal
dengan berat kurang dari 2500 gram. Merawat bayi menjadi suatu stressor bagi ibu, terlebih jika bayi
lahir dengan berat badan rendah, sehingga mempengaruhi kesiapan ibu dalam merawat bayi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian pendidikan perawatan bayi dengan
kesiapan ibu merawat BBLR di RS wilayah Tangerang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif
analitik dengan pendekatan Cross- sectional, terhadap 87 responden yang diambil dengan tekhnik
Accidental sampling. Hasil analisis univariat degan menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa
pemberian pendidikan perawatan bayi mempunyai nilai OR paling tinggi yaitu 6,395 dengan P
value0,001 dibandingkan dengan penghasilan keluarga (OR 0,456) dengan P value0,135 dan
pengalaman merawat bayi (OR 2,199) dengan P value 0,133, maka dapat disimpulakn bahwa
pemberian pendidikan perawatan bayi memiliki hubungan dengan kesiapan ibu dalam merawat BBLR,
serta ibu yang mendapatkan pendidikan perawatan bayi secara lengkap 6,395 kali siap merawat BBLR.

Kata kunci: bayi berat lahir rendah; kesiapan ibu merawat bblr; pendidikan perawatan bayi

PROVIDING INFANT NURSING EDUCATION AND MOTHERS’ READINESS FOR


NURSING INFANT WITH LOW BIRTH WEIGHT

ABSTRACT
Infants with low birth weight have smaller size compared to babies with normal birth weight, namely
lesser than 2,500 grams.Nursing an infant becomes a stressor for mothers, especially if the infant is
born with low weight that consequently affecting the mothers’ readiness in caring for the infant.The
purpose of this research is to understand the correlation between providing infant nursing education
and mothers’ readiness for nursing infant with low birth weight (LBW) in Regional Hospital of
Tangerang. This research uses the analytic description with cross-sectional approach to 87
respondents involved with Purposive Sampling technique. The results of univariate analysis used
logistic regression of the research indicate that the providing of infant nursing education has higher
OR value, namely 6.395 with P value 0.001 compared to the family’s income (OR 0.456) with P value
0.135 and infant nursing experience (OR 2.199) with P value 0.133, that therefore, the conclusion is
that there is correlation between the providing of infant nursing education and mothers’ readiness for
nursing infant with LBW, and it appears that mothers receiving complete infant nursing education are
6.395 times more ready to nurse infant with LBW.

Keywords: infant nursing education; low birth weight; mothers’readiness for nursing infant with LBW

PENDAHULUAN
Neonatus adalah bayi baru lahir yang mengalami proses penyesuaian diri dari kehidupan intra
uterin ke kehidupan ekstra uterin. Bayi beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju
kemandirian fisiologis. Kemampuan penyesuaian bayidari intra ke ekstra uterin dipengaruhi

137
oleh kondisi bayi itu sendiri, salah satunya adalah bayi berat lahir rendah atau BBLR
(Rukiyah, 2012).

BBLR termasuk bayi berisiko tinggi karena bayi yang lahir dengan berat lahir rendah, pada
umumnya disertai tubuh yang belum matur. Kebutuhan dasar neonatus harus dikaji sesegera
mungkin. Kebutuhan dasar yang dimaksud adalah pemeliharaan pernafasan, pola sirkulasi
ekstra uteri, pengendalian dan pemeliharaan suhu tubuh, nutrisi, eliminasi, pencegahan
infeksi, pembentukan hubungan orangtua dan bayi serta kebutuhan perkembangan (Reeder, S.
J., & Griffin, 2011). BBLR harus mendapatkan perawatan khusus yang berbeda dengan bayi
normal pada umumnya untuk mempertahankan kondisinya. Perawatan BBLR dapat dilakukan
dengan mempertahankan suhu tubuh, mencegah infeksi, pengawasan nutrisi/ASI, dan
pengawasan berat badan (Rukiyah, 2012).

Insiden BBLR di wilayah Asia Selatan masih tinggi. Angka kejadian BBLR di Asia selatan
memiliki perbandingan 1 : 4 dari bayi lahir, artinya dari empat bayi yang baru lahir ada satu
bayi dengan berat kurang dari 2.500 gram (UNICEF, 2016). Hasil Riskesdas tahun 2013
menyatakan bahwa di Indonesia persentase balita (0-59 bulan) dengan BBLR sebesar 10,2%.
Persentase BBLR tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah (16,8%), terendah di
Sumatera Utara yaitu 7,2%, sedangkan untuk wilayah Banten 9,7%. BBLR merupakan
penyebab kematian terbanyak pada neonatus (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).

Angka Kematian bayi di Provinsi Banten pada tahun 2011 adalah 29.5/ 1000 kelahiran hidup.
Angka ini menurun dari tahun 2010 dimana angka kematian bayi di Provinsi Banten
mencapai 34.2 / 1000 kelahiran hidup (DinKes Banten, 2012). Jumlah kematian bayi
meningkat dari tahun 2011 sampai tahun 2014 di Tangerang. Peningkatan jumlah kematian
bayi disebabkan karena meningkatnya jumlah kasus neonatal komplikasi. Tahun 2014 ada
268 bayi yang meninggal di Tangerang, dan 48% diantaranya disebabkan oleh BBLR, 30%
karena asfiksia, 8% karena kelainan kongenital, 5% sepsis, 2% pneumonia, 1% tetanus dan
6% karena lain–lain. Hal ini dapat diartikan bahwa penyebab utama kematian bayi di wilayah
Tangerang adalah karena BBLR(Tangerang, 2016).

BBLR dapat dirawat di rumah jika kondisi kesehatan bayi tersebut sudah stabil. Pemulangan
lebih awal menjadi hal yang diharapkan seorang ibu apabila sudah merasa siap dan mampu
untuk merawat bayinya di rumah. Ibu yang memiliki keyakinan terhadap kemampuan dirinya
akan berdampak positif terhadap interaksi antara ibu dan bayinya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang pelaksanaan perawatan BBLR di rumah masih
dalam kategori kurang. Ibu memiliki pengetahuan kurang dalam mempertahankan suhu dan
kehangatan 75,56% (Rita Magdalena br. Tarigan, Restuning Widiasih, 2008). Hasil penelitian
lain menjelaskan bahwa ibu yang memiliki BBLR dan dirawat di NICU akan merasa khawatir
dan menginginkan dukungan dari perawat untuk membantu ibu dalam mendapatkan
pengalaman bagaimana cara merawat BBLR (Heidari, Hasanpour, & Fooladi, 2013).

Ibu memerlukan kesempatan untuk mengenal bayi dan belajar untuk merasa siap dalam
memenuhi kebutuhan bayi. Upaya pelayanan kesehatan bagi BBLR salah satunya adalah
pendidikan kesehatan yang diberikan oleh perawat kepada ibu tentang perawatan bayi,
perawatan diri ibu, keselamatan dan keamanan rumah serta imunisasi (Maryunani, 2013).
Teori health promotion oleh Pender menggambarkan bahwa interaksi manusia dengan
lingkungan fisik dan interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Perawat berinteraksi langsung
dengan pasien saat memberikan intervensi keperawatan maupun konseling, harus dapat
memberikan pendidikan kesehatan (health educator) dan mampu menjadi konsultan bagi ibu

138
dalam merawat bayi BBLR. Perawat sebagai educator sangat diperlukan dalam memberikan
informasi tentang perawatan bayi dasar kepada ibu yang memiliki BBLR (Alligood, 2014).

Pendidikan kesehatan bagi orang tua dengan memberikan kesempatan untuk praktik di bawah
bimbingan perawat merupakan salah satu upaya perawat untuk memenuhi kebutuhan orang
tua. Pendidikan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kesadaran keluarga akan pentingnya
perawatan BBLR dan mengidentifikasi dukungan yang tersedia di rumah, selain itu
pendidikan kesehatan juga diharapkan ibu mampu mendemonstrasikan cara perawatan bayi,
serta memotivasi ibu untuk memanfaatkan sumber dukungan keluarga. Materi–materi
pendidikan kesehatan bayi yang perlu disampaikan pada ibu yang memiliki BBLR antara lain
adalah pencegahan infeksi dan imunisasi, pencegahan perubahan suhu tubuh, peningkatan
status nutrisi, monitoring respon respirasi, membantu perkembangan dan stimulasi (sentuhan
dan pemijatan) serta meningkatkan hubungan orangtua dan bayi. Pendidikan kesehatan yang
perlu diberikan pada ibu sebelum pulang adalah memfokuskan pada upaya preventif dan
promotif kesehatan bayi (Maryunani, 2013).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSU kabupaten Tangerang, bulan
Februari 2017 ada 43 bayi berat lahir rendah dari 99 bayi artinya ada 43,4% BBLR di ruang
perinatologi. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RS An-nisa Tangerang pada tanggal
15 Maret 2017 bahwa kasus BBLR selama 5 bulan terakhir dari bulan Juni sampai dengan
bulan November tahun 2016 terdapat 91 kasus BBLR dari 894 kelahiran, 9,8% BBLR. Kepala
ruang neonatologi RS An-Nisa Tangerang menyampaikan bahwa pada bulan Juni 2016, dari
laporan bulanan ruang neonatologi terdapat 78 bayi yang dirawat di neonatologi, 7 bayi
dengan asfiksia, 21 (37%) BBLR, 14 (17%) hiperbilirubin, 18 (25%) resiko infeksi, 4 (5%)
febris, 4 (5%) DARS, 2 (2.5%) Vomitus, 2 (2.5%) dyspnoe, 2 (2.5%) sepsis, 1 (1.2%)
hipereksia, 1 (1.2%) dehidrai, 1 (1.2%) anemia dan 1 (1.2%) bronkopneumoni. Data
tersebut menunjukkan BBLR merupakan kasus yang terbanyak di ruang neonatologi RS Ani-
Nisa Tangerang. Perawat memberikan pengetahuan tentang perawatan bayi dasar kepada ibu
saat bayi masih dalam proses perawatan, namun belum berjalan maksimal. Kepala ruang
perinatologi RS Ani-Nisa Tangerang mengatakan bahwa belum ada evaluasi yang jelas
setelah pemberian pengetahuan tentang perawatan bayi kepada ibu di RS An-nisa tangerang.

Berdasarkan hasil penelitian pengalaman ibu dalam merawat bayi dengan prematur dan berat
lahir rendah menunjukkan bahwa Ibu yang memiliki BBLR, tingkat kepercayaan dirinya yang
lebih rendah dalam melakukan perawatan bayi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan
bayi berat lahir normal(Deswita, 2016). Hasil penelitian pengaruh edukasi dalam perencanaan
pulang terhadap tingkat kecemasan dan tingkat efikasi diri ibu dalam merawat BBLR
didapatkan hasil edukasi mampu menurunkan kecemasan dan meningkatkan efikasi diri ibu
dalam merawat BBLR (Suyami, Rustina, & Agustini, 2014). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan pemberian pendidikan perawatan bayi dengan kesiapan ibu
merawat BBLR di RS wilayah Tangerang dengan menggunakan jenis penelitian kuantitatif.

METODE
Desain penelitian ini menggunakan deskriptif analitik menggunakan pendekatan cross-
sectionalyaitu desain penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat
bersamaan(Aziz, 2017). Desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
pemberian pendidikan perawatan bayi dengan kesiapan ibu merawat BBLR di RS wilayah
Tangerang (RSU kabupaten Tangerang dan RS An-Nissa Tangerang). Penelitian dilakukan
pada tanggal 07 Juni sampai 18 Juli 2017. Peneliti menentukan responden (ibu yang memiliki

139
BBLR) kemudian memberikan kuesioner, diindentifikasi apakah mendapatkan pendidikan
perawatan bayi dasar dan bagaimana kesiapan ibu dalam merawat BBLR.

Populasi penelitian ini adalah ibu yang memiliki BBLR di RSU Kabupaten Tangerang dan RS
An-Nissa Tangerang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik non–
random sampling dimana setiap anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama
untuk diambil sebagai sampel. Cara pemilihan sampel pada penelitian ini adalah dengan
accidental sampling yaitu merupakan suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan
berdasarkan maksud atau tujuan tertentu yang ditentukan oleh peneliti(Kusuma Kelana,
2011)Penelitian ini mengguanakan 87 responden.

Peneliti mengurangi bias pada hasil penelitiannya dengan cara menentukan kriteria sampel.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah, ibu bersedia menjadi responden, memiliki bayi
dengan berat lahir rendah di RSU Kabupaten Tangerang dan RS An-Nissa Tangerang, Bayi
masih dalam perawatan di RS wilayah Tangerang, Ibu dapat membaca dan menulis. kriteria
eksklusi pada penelitian ini adalah Bayi meninggal dunia, ibu / bayi dirujuk ke rumah sakit
diluar wilayah Tangerang dan ibu mengalami penurunan kesadaran.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, dimana responden diminta
untuk mengisi kuesioner yang dibagikan dengan memilih jawaban yang tersedia. Kuesioner
terdiri dari kuesioner A digunakan untuk mengetahui data demografi seperti usia, tingkat
pendidikan, pengalaman ibu melahirkan, penghasilan keluarga dalam sebulan, kuesioner B
digunakan untuk mengetahui status pemberian pendidikan perawatan bayi dengan checklist
dankuesioner C digunakan untuk mengukur kesiapan ibu dalam merawat BBLR yang terdiri
dari 35 pernyataan. Analisis univariat meliputi data usia, pengalaman dalam merawat bayi,
tingkat pendidikan, penghasilan keluargadalam satu bulan. Analisis bivariat digunakan untuk
menguji hubungan antara dua variabel. Analisis ini dilakukan untuk membuktikan rumusan
hipotesis yang telah dibuat. Analisis bivariat pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui
hubungan pemberian pendidikan perawatan bayi dengan kesiapan ibu merawat BBLR,
dengan menggunakan uji Chi-Square. Analisis multivariat yang digunakan peneliti untuk
mengetahui faktor yang paling berhubunganterhadap variabel dependentadalah dengan
menggunakan uji regresi logistik ganda.

HASIL
Tabel 1.
Distribusi frekuensi karakteristik responden (n=87)
Variabel f %
Usia
< 25 tahun 27 31
≥ 25 tahun 60 69
Tingkat pendidikan
Rendah 70 80,5
Tinggi 17 19,5
Pengalaman
Tidak berpengalaman 53 60,9
Berpengalaman 34 39,1
Penghasilan keluarga
< UMR 45 51,7
≥ UMR 42 48,3

140
Tabel 1 menunjukkan bahwa distribusi karakteristik ibu yang melahirkan BBLR sebagian
besar usia ibu ≥ 25 tahun sebanyak 60 (69%), ibu berpendidikan rendah sebanyak 70 (80,5%),
jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki pendidikan tinggi, sebagian
besar ibu tidak mempunyai pengalaman dalam merawat BBLR yaitu 53 (60,9%), dan ibu
yang memiliki penghasilan keluarga dibawah UMR sebesar 45 (51,7%).

Tabel 2
Distribusi frekuensi variabel independent dan variabel dependent (n=87)
Variabel f %
Pemberian pendidikan perawatan bayi
Tidak lengkap 43 49,4
Lengkap 44 50,6

Kesiapan ibu dalam merawat BBLR


Tidak siap 30 34,5
Siap 57 65,5

Tabel 2 didapatkan bahwa distribusi antara ibu yang mendapatkan pemberian pendidikan
perawatan bayi tidak lengkap dan lengkap hampir sama, yaitu ada 43 (49,4%) ibu yang tidak
lengkap dalam menerima pendidikan perawatan bayi dan 44 (50,6%) ibu mendapatkan
pendidikan perawatn bayi secara lengkap. Berdasarkan tabel 2 juga menunjukkan bahwa dari
hasil analisis menunjukkan bahwa ibu yang siap dalam merawat BBLR lebih banyak (65,5%)
dari pada ibu yang tidak siap dalam merawat BBLR yaitu sebesar 34,5%.

Tabel 3.
Hubungan pemberian pendidikan perawatan bayi dengan kesiapan ibu merawat BBLR
Variabel Kesiapan ibu merawat
OR P
BBLR Total
(95% CI) Value
Tidak siap Siap
f % f % f %
Usia
0,929 1,00
< 25 tahun 9 33,3 18 66,7 27 100
0,356-2,425
≥ 25 tahun 21 35,0 39 65,0 60
Tingkat Pendidikan
Rendah 24 34,3 46 65,7 70 100 0,957 1,00
Tinggi 6 35,3 11 65,7 17 0,315-2,904
Pengalaman
Tidak berpengalaman 21 39,6 32 60,4 53 100 1,823 0,304
Berpengalaman 9 26,5 25 73,5 34 0,712-4,666
Penghasilan keluarga
< UMR 14 31,1 31 68,9 45 100 0,734 0,646
≥ UMR 16 38,1 26 61,9 42 0,302-1,781
Pemberian pendidikan perawatan bayi
Tidak lengkap 22 51,2 21 48,8 43 100 4,714 0,003
Lengkap 8 18,2 36 81,8 44 1,78-12,459

Tabel 3 menunjukkan bahwa Ibu yang menerima pendidikan perawatan bayi tidak lengkap
ada 43 ibu, 22 diantaranya (51,2%) diantaranya tidak siap dalam merawat BBLR, sedangkan
ibu yang menerima pendidikan perawatan bayi lengkap ada 44, sebagian besar siap dalam
merawat BBLR yaitu ada 36 ibu (81,8%). Hasil uji statistik didapatkan P value 0,003 lebih
kecil dari nilai alfa (0,05) sehingga dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara
pemberian pendidikan perawatan bayi dasar dengan kesiapan ibu dalam merawat BBLR.
Hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 4,714 (95% CI 1,78-12,459) , artinya Ibu yang

141
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 137 - 146, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

menerima pendidikan perawatan bayi lengkap mempunyai peluang 4,521 kali siap dalam
merawat BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak lengkap menerima pendidikan
perawatan bayi.

Analisis multivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi logistik ganda, analisa
ini dilakukan untuk menganalisis hubungan satu atau beberapa variabel independent dengan
sebuah variabel dependent kategorik yang bersifat dikotom/binary. Penelitian ini
menggunakan analisis multivariat dengan regresi logistik ganda dengan model faktor resiko.
Pemodelan bertujuan untuk mengestimasi secara valid hubungan satu variabel utama dengan
variabel dependent dengan mengontrol beberapa variabel konfonding (Hastono, 2016). Uji
interaksi dilakukan sebelum masuk dalam pemodelan untuk mengetahui apakah ada variabel
interaksi. Variabel dikatakanberinteraksi bila P value nya <0,05, seleksi dilakukan dengan
mengeluarkan secara bertahap variabel interaksi yang tidak signifikan (P value >0,05).
Pengeluaran dilakukan secara bertahap dari variabel interaksi yang P value nya terbesar.

Tabel 4.
Hasil Uji Interaksi (n=87)
Variabel p value
Pemberian pendidikan perawatan bayi *penghasilan 0,931
pemberian pendidikan perawatan bayi *pengalaman 0,638
Pemberian pendidikan perawatan bayi *usia 0,314
Pemberian pendidikan perawatan bayi *tingkat pendidikan 0,161

Tabel 4 hasil uji interaksi memperlihatkan bahwa p value> 0,05, hal ini berarti tidak ada
interaksi antar setiap variabel, langkah selanjutnya dapat dilakukan uji konfounding atau ke
pemodelan.
Tabel 5.
Hubungan pemberian pendidikan perawatan bayi dengan kesiapan ibu merawat BBLR
B S.E Wald df Sig. Exp(B
)
Step Pemberian Pendidikan perawatan bayi 1,856 0,546 11,542 1 0,001 6,395
5a Pengalaman 0,788 0,524 2,260 1 0,133 2,199
Penghasilan -0,785 0,526 2,230 1 0,135 0,456
Constant -1, 770 0,575 9,487 1 0,002 0,170

Tabel 5 hasil analisis regression ligistik ganda, pada penelitian ini menggunakan 5 langkah
untuk sampai pada hasil akhir, Step ke 5 merupakan step akhir dari pemodelan. Pada Step ke 5
variabel penghasilan dimasukkan kembali kedalam pemodelan karena perubahan OR dari
variabel utama lebih dari 10% yaitu 19%. sehingga dari step tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa semakin besar nilai Exp(B) atau OR maka variabel itu semakin kuat
hubungannya dengan variabel dependent. Hasil akhir analisis regresilogistik
gandamenunjukkan bahwa variabel penghasilan memiliki nilai OR 0,456, hal ini berarti
bahwa ibu yang memiliki penghasilan keluarga dibawah UMR maka akan lebih siap dalam
merawat BBLR, kemudian untuk nilai OR pada variabel pengalaman adalah 2,199, artinya ibu
yang memiliki pengalaman dalam merawat bayi akan 2,199 kali lebih siap dalam merawat
BBLR. Berdasakan hasil akhir analisis regresilogistik ganda dengan pemodelan faktor resiko
tersebut juga menunjukkan bahwa hanya pemberian pendidikan perawatan bayi yang
memiliki hubungan dengan kesiapan ibu dalam merawat BBLR karena nlai P value <0,05
yaitu 0,001 sedangkan untuk variabel pengalaman merawat bayi dan penghasilan keluarga
nilai P valuenya >0,05 selain itu, pemberian pendidikan perawatn bayi memiliki nilai OR atau

142
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 137 - 146, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Exp(B) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai OR pada variabel penghasilan keluarga dan
pengalaman merawat bayi yaitu 6,395 maka dapat disimpulakan bahwa pemberian pendidikan
perawatan bayi memiliki hubungan yang kuat dengan kesiapan ibu merawat BBLR, dari
model di atas dapat dijelaskan bahwa ibu yang mendapatkan pendidikan perawatan bayi
secara lengkap mempunyai peluang 6,395 kali siap dalam merawat BBLR.

PEMBAHASAN
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan BBLR sebagian besar
berusia ≥ 25 tahun sebanyak 60 (69%), berpendidikan rendah sebanyak 70 (80,5%), mayoritas
ibu tidak mempunyai pengalaman dalam merawat BBLR yaitu 53 (60,9%), dan ibu yang
memiliki penghasilan keluarga dibawah UMR sebesar 45 (51,7%). Usia ibu menjadi
indikator dalam kedewasaan setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap
pengalamannya. Semakin muda umur ibu semakin kurang pengalaman yang dimiliki ibu,
sehingga mempengaruhi ketidaksiapan ibu dalam menerima BBLR (Notoatmodjo, 2012).

Ibu yang sudah dewasa akan lebih matang serta lebih siap dalam menghadapi masalah dalam
kehidupannya termasuk ketika menghadapi BBLR. Usia yang semakin bertambah diharapkan
semakin bertambah pula pengalaman, pengetahuan dan informasi didalam hidupnya sehingga
ibu mampu merawat atau siap dalam merawat BBLR, namun tidak semua ibu yang usianya
lebih dewasa akan lebih siap dalam merawat BBLR. Peran seseorang menjadi ibu dapat
dipengaruhi oleh usia, apabila usia terlalu muda kemungkinan tidak dapat menjalankan peran
tersebut secapa optimal. Salah satu peran ibu adalah bagaimana ibu dapat merawat bayi nya
dengan baik, untuk mencapai hal tersebut diperlukan fisik dan psikologis yang baik. Usia
dapat mempengaruhi psikologis ibu, ibu dengan usia muda cenderung belum siap untuk
merawat bayinya, karena ibu muda lebih sering menonjolkan sifat keremajaan dari pada sifat
keibuannya.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang berjudul pengaruh paket pendidikan kesehatan
rindu terhadap kesiapan ibu merawat bayi premature setelah pulang dari RS di Kediri yang
menyatakan bahwa pengetahuan, sikap, keterampilan dan kesiapan ibu merawat bayi
prematur tidak berhubungan dengan umur responden. Penelitian tersebut dilakukan pada 25
ibu yang memiliki bayi premature. Pemberian pendidikan kesehatan identik dengan
pemberian pendidikan perawatan bayi dasar yang dilakukan pada penelitian ini (Erna Rahma
Yani, 2009) . Hasil penelitian lainnya dengan judul pengaruh edukasi dalam perencanaan
pulang terhadap tingkat kecemasan dan tingkat efikasi diri ibu dalam merawat BBLR juga
menunjukkan hasil yang sama, yaitu dimana usia tidak memiliki hubungan yang bermakna
dengan tingkat kecemasan dan efikasi diri, dengan P value > 0,05 (Suyami, 2013).

Usia bukan merupakan penyebab tunggal munculnya kesiapan pada ibu dalam merawat
BBLR. Ibu usia muda juga memungkinkan untuk mempunyai kesiapan merawat BBLR
karena kemampuannya dalam menerima, mengolah informasi dan membentuk rasa siap
melalui proses kognitif. Koping yang adaptif ketika menghadapi masalah maupun situasi
sulit seperti melahirkan BBLR, ibu tetap merasa mampu dalam memberikan perawatan pada
bayinya. Kemampuan seseorang dalam menerima informasi dapat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan. Tingkat pendidikan menentukan mudahnya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan tentang BBLR. Tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi cara berfikir dan
cara pandang ibu tentang merawat BBLR. Pengetahuan merupakan pedoman bagi seseorang
dalam membentuk sebuah tindakan. Pengetahuan tentang tugas pengasuhan bayi dapat
dipengaruhi oleh pengalaman merawat bayi sebelumnya (Notoatmodjo, 2012).

143
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 137 - 146, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Ibu yang memiliki pendidikan tinggi seharusnya mempunyai kematangan berfikir,


kemampuan dalam menerima dan mengolah informasi sehingga siap dalam merawat BBLR,
namun tingkat pendidikan yang tinggi belum tentu akan selalu membuat ibu siap dalam
merawat bayi. Sejalan dengan perkembangan zaman, informasi atau pengetahuan tidak hanya
didapat di pendidikan formal saja, ibu dapat meningkatkan pengetahuan dengan berbagai cara,
misalnya membaca dari internet, tabloid dan lain sebagainya. Kemudahan dalam mencari
informasi menyebabkan semakin tingginya pendidikan formal tidak menjamin ibu akan lebih
siap dalam merawat bayi. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan hal yang sama yaitu
bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat efikasi diri dengan
nilai p value > 0,05 (Suyami et al., 2014). Penelitin ini juga didukung oleh yani (2009) yang
menyatakan bahwa sebagian besar ibu yang memiliki bayi prematur berpendidikan sekolah
dasar– menengah, namun terampil dalam merawat bayi prematur. Secara statistik tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan keterampilan ibu dalam
merawat bayi prematur.

Hasil akhir analisis regresilogistik ganda dengan pemodelan faktor resiko pada penelitian ini
menunjukkan bahwa hanya pemberian pendidikan perawatan bayi yang memiliki hubungan
dengan kesiapan ibu dalam merawat BBLR. Hasil penelitian ini sesuai dengan penilitian yang
dilakukan oleh penelitian sebelumnya yaitu kondisi pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu
dalam merawat bayi premature lebih baik setelah diberikan pendidikan kesehatan
dibandingkan dengan ibu yang tidak menerima pendidikan kesehatan paket rindu(Erna Rahma
Yani, 2009), penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suyami yang
menunjukkan bahwa tingkat efficacy diri pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan
yang bermakna sebelum dan setelah diberikan edukasi, sedangkan pada kelompok intervensi
terdapat perbedaan yang bermakna sebelum dan setelah diberikan edukasi (Suyami et al.,
2014). Perencanaan pulang ibu post partum merupakan suatu proses dalam mempersiapkan
ibu agar mampu melakukan perawatan mandiri untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri
maupun maupun bayinya. Perencanaan pulang ini membantu ibu post partum beradaptasi dari
lingkungan pelayanan kesehatan ke lingkungan rumah. Perencanaan pulang ibu post partum
dimulai sejak ibu masuk ke ruang perawatan post partum melalui pendidikan perawatan bayi.

Pendidikan perawatan bayi yang diberikan oleh perawat kepada ibu dengan BBLR merupakan
aplikasi dari peran perawat sebagai educator. Perawat dituntut untuk meningkatkan
kemampuan ibu dalam merawat bayi dan dirinya sendiri, sehingga ibu siap merawat BBLR.
Tujuan dari keperawatan adalah membantu orang lain untuk merawat dirinya. Model teori
health promotion in nursing practice mencakup secara luas untuk menunjukkan perilaku yang
dibutuhkan dalam meningkatkan kesehatan dan menerapkannya. Ibu dengan BBLR akan
merasa tidak siap dalam merawat bayinya karena kondi bayi yang tidak seperti bayi pada
umumnya. Perawat memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian informasi kepada
ibu tentang perawatan bayi. Pendidikan perawatan bayi merupakan bagian dari perencanaan
pulang yang menggunakan pendekatan health promotion(Alligood, 2014). Edukasi perawatan
bayi dapat diberikan kepada ibu yang memiliki BBLR agar pengetahuan ibu meningkat,
sehingga ibu siap dalam merawat BBLR setelah pulang dari RS.

Pendidikan kesehatan dan pelatihan dapat memberikan dampak psitif bagi ibu. Hasil
penelitian yang dilakukan diruang Perinatologi RSUD Raden Mattaher Jambi menunjukkan
adanya perbedaan yang sangat signifikan antara pengetahuan dan keterampilan ibu sebelum
dan setelah diberikan pendidikan dan pelatihan metode kanguru dengan nilai p-Value=0,000.
Tingkat pengetahuan ibu sebelum dilakukan pelatihan metode kanguru didapatkan nilai mean
44.23, median 41.67 dengan rentang nilai minimum dan maksimum antara 8-83 sedangka

144
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 137 - 146, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

ntingkat pengetahuan ibu sesudah dilakukan pelatihan metode kanguru menjadi meningkat
yaitu nilai mean 80.12, median 83.33, dengan rentang nilai minimum dan maksimum antara
58-100. Keterampilan ibu sebelum dilakukan pelatihan metode kanguru nilai mean 46.92,
median 50.0 dengan rentang nilai minimum dan maksimum antara 30-60 sedangkan
keterampilan ibu sesudah diberikan pelatihan metode kanguru nilai mean menajdi 76.15,
median 70, dengan rentang nilai minimum dan maksimum antara 60-90 (Widiawati, 2015).

Kesiapan atau readiness merupakan kondisi seseorang yang membuatnya siap memberikan
respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi (Slameto, 2015).
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan ibu dari pendidikan kesehatan
yang diberikan oleh perawat saat bayi dirawat dirumah sakit, diharapkan dapat membuat ibu
lebih siap dalam merawat BBLR dirumah. Pemberian pendidikan kesehatan tentang
perawatan BBLR tidak lepas dari peran perawat, sehingga perawat perlu dibekali pelatihan
tentang perawatan BBLR untuk meningkatkan kompetensinya. Hasil penelitian Batra &
Mamta, dengan judul effectiviness of structured teaching protocol on knowledge related to
Kangaroo mother care among staff nurses menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan skor
pengetahuan perawat tentang metode kanguru setelah diberikan pelatihan metode kanguru
(Batra & Mamta, 2014).

SIMPULAN
Hasil penelitian dapat disimpulakn bahwa ibu yang memiliki BBLR berusia ≥ 25 tahun yaitu
69%, berpendidikan rendah sebesar 80,5%, belum memiliki pengalaman merawat bayi
sebanyak 60,9%, dan berpenghasilan kurang dari UMR sebanyak 51,7%, Sebagian besar ibu
menerima pendidikan perawatan bayi dasar secara lengkap, yaitu sebanyak 50,6%, Sebagian
besar ibu siap merawat BBLR, yaitu sejumlah 65,5%, Ada hubungan antara pendidikan
perawatan bayi dasar dengan kesiapan ibu dalam merawat BBLR. Hasil uji statisik
menunjukkan PValue 0,003.Hasil uji regresilogistik ganda didapatkan bahwa pemberian
pendidikan perawatan bayi mempunyai nilai OR lebih tinggi yaitu 6,395 dengan P value0,001
dibandingkan dengan penghasilan keluarga (OR 0,456) dengan P value0,135 dan pengalaman
merawat bayi (OR 2,199) dengan P value0,133, maka dapat disimpulakan bahwa hanya
pemberian pendidikan perawatan bayi yang memiliki hubungan dengan kesiapan ibu dalam
merawat BBLR, serta ibu yang mendapatkan pendidikan perawatan bayi secara lengkap akan
6,395 kali siap merawat BBLR.

DAFTAR PUSTAKA
Deswita. (2016). Pengalaman Ibu dalam Merawat Bayi dengan Prematur dan Berat Badan
Lahir Rendah. NERS Jurnal Keperawatan. https://doi.org/10.25077/njk.9.1.25-29.2013
Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorists and Their Work (8th edn)Alligood, M. R. (2014).
Nursing Theorists and Their Work (8th edn). Nursing Theorists and Their Work (8th
edn). http://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a. Nursing Theorists and Their Work
(8th Edn).
Aziz, A. H. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. In salemba medika.
Batra, K., & Mamta, M. (2014). Effectiveness Of Structured Teaching Protocol On
Knowledge Related To Kangaroo Mother Care Among Staff Nurses. Nursing and
Midwifery Research Journal,. https://doi.org/10.33698/nrf0315
Erna Rahma Yani. (2009). Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan” Rindu” terhadap
kesiapan Ibu Merawat Bayi Prematur Setelah Pulang Dari Rumah Sakit di Kediri.

145
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 137 - 146, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Universitas Indonesia. Retrieved from http://lib.ui.ac.id/detail?id=124763&lokasi=lokal


Hastono, S. P. (2016). Analisa Data Bidang Kesehatan, 1–212.
Heidari, H., Hasanpour, M., & Fooladi, M. (2013). The experiences of parents with infants in
Neonatal Intensive Care Unit. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research.
Kusuma Kelana, D. (2011). Panduan Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil
Penelitian. Metodologi Penelitian Keperawatan.
Maryunani, A. (2013). Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta: CV Trans
Info Media.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
https://doi.org/10.1519/JSC.0000000000001247
Profil Kesehatan Indonesia. (2016). Profil Kesehatan RI 2015. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2015.
Reeder, S. J., & Griffin, K. (2011). Keperawatan maternitas: kesehatan wanita, bayi &
keluarga. Jakarta: EGC.
Rita Magdalena br. Tarigan, Restuning Widiasih, E. (2008). Pengetahuan ibu tentang
penatalaksanaan perawatan bayi bblr di rumah di rskia kota bandung. Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Padjadjaran, 1–15.
Rukiyah. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta: CV Trans Info Media.
Slameto. (2015). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Suyami. (2013). Pengaruh Edukasi dalam Perencanaan Pulang terhadap Tingkat Kecemasan
dan Tingkat Efikasi Diri Ibu dalam Merawat BBLR. Retrieved from
lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20335906.pdf%0A%0A
Suyami, Rustina, Y., & Agustini, N. (2014). Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Kecemasan
dan Tingkat Efikasi Diri Ibu Dalam Merawat BBLR. Prosiding Seminar Nasiona.
Tangerang, D. K. K. (2016). Profil Kesehatan Kota Tangerang 2015. 2017.
https://doi.org/10.1109/ICC.2017.7996342
Widiawati, S. (2015). Pengaruh Pelatihan Metoda Kanguru Terhadap Peningkatan
Pengetahuan dan Keterampilan Ibu yang Memiliki Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(Bblr) di Ruang Perinatologi RSD Raden Mattaher Jambi 2009. Jurnal Ipteks Terapan,
8(3), 123–130. https://doi.org/10.22216/jit.2014.v8i3.8

146

Anda mungkin juga menyukai