Anda di halaman 1dari 16

1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE


DENGAN PENANGANAN DIARE PADA BALITA SELAMA DI RUMAH
SEBELUM DIBAWA KE RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :
RULY DWI KUSUMAWATI
J.210101027

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
PERSETUJUAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN


PENANGANAN DIARE PADA BALITA SELAMA DI RUMAH SEBELUM
DIBAWA KE RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

Oleh:

RULY DWI KUSUMAWATI


J.210101027

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Bd. Sulastri, S.Kp., M.Kes Siti Arifah, S.Kp., M.Kes.

Tanggal Tanggal

ii
2
1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN


PENANGANAN DIARE PADA BALITA SELAMA DI RUMAH SEBELUM
DIBAWA KE RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

Abstrak

Ruly Dwi Kusumawati*


Bd. Sulastri, S.Kp., M.Kes **
Siti Arifah, S.Kp., M.Kes.**

Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena memiliki insidens dan
mortalitas yang tinggi. Tingginya angka kejadian diare dapat dipengaruhi oleh berbagai
factor seperti kurangnya pengetahuan ibu sebagai orang tua balita tentang penyakit
diare dan penanganan yang masih kurang baik. Hasil studi pendahuluan diperoleh data
bahwa masih banyak ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang penyakit diare
dan penanganan yang kurang sebelum balita yang sakit diare dibawa ke rumah sakit.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang diare
dengan penanganan diare pada balita selama di rumah sebelum dibawa ke Rumah Sakit
Islam Surakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif. Sampel
penelitian ibu yang mempunyai balita yang mengalami diare yang dirawat di bangsal Al
Arof kelas I, II dan III sebanyak 33 responden dengan teknik pengambilan sampel
purposive sampling. Data penelitian diperoleh dari kuesioner pengetahuan tentang diare
dan checklist penanganan diare selama di rumah. Data penelitian diuji dengan uji Fisher
exact. Hasil penelitian adalah 15 orang (45.5 %) mempunyai pengetahuan yang baik, 18
orang (54,5%) mempunyai pengetahuan kurang. Delapan belas responden (54,4%)
penanganan diare dengan baik, sedangkan 15 responden (45.5%) penanganan diare
masih kurang. Hasil uji Fisher exact diperoleh p = 0,013 (p<0,05) dan disimpulkan
terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang diare dengan penanganan diare
pada balita selama di rumah sebelum dibawa ke Rumah Sakit Islam Surakarta.

Kata kunci : Pengetahuan, Penanganan, Diare, balita


2

Abstract

Diarrhoeal diseases is still one of main diseases of public health problem in


Indonesia because it has a high incidence and mortality. High incidence of diarrhea can
be influenced by various factors such as lack of knowledge of the mother as a parent of a
toddler diarrhea and handling is still not good. The results of preliminary study data
showed that there are many mothers who have less knowledge about diarrheal disease
and less treatment before infants with diarrhea were taken to hospital. The objective of
research was to know Relationship Mother’s Knowledge of diarrhea with treatment at
home before treatment at Islamic Hospital of Surakarta. The method is used descriptive
correlative. sample are mothers who had children with diarrhea admitted to Al Arof ward
in class I, II and III and total of 33 respondents. Taking sample was using purposive
sampling thechique. Data obtained from a questionnaire study of diarrhea knowledge and
checklist for home treatment of diarrhea. The research data was tested with Fisher exact
test. The results were 15 respondents (45.5%) had good knowledge, 18 people (54.5%)
poor knowledge. Eighteen respondents (54.4%) with good diarrhea treatment while 15
respondents (45.5%) still less treatment of diarrhea. The results by Fisher exact test p =
0.013 (p <0.05) and concluded there was a relationship mother’s knowledge of diarrhea
with treatment at home before treatment at Islamic Hospital of Surakarta.

Key words: Knowledge, Treatment, Diarrhea, toddlers

PENDAHULUAN
periode yang sama sebanyak 8.539
Latar Belakang Masalah anak, dimana yang terbanyak di
Di Indonesia hasil Survey Kecamatan Jebres yaitu 1.782 anak
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) (Sub Din P2P Surakarta, 2010).
2010 , angka kematian karena diare Angka Kejadian penderita diare di
sebesar 19 per 100 ribu penduduk bangsal anak Ruang Al-A’rof Rumah
dan pada balita 68 per 100 ribu balita. Sakit Islam Surakarta masih tinggi
Selama tahun 2010 sebanyak 38 terutama pada anak. Hal ini dibuktikan
Kabupaten di 17 provinsi melaporkan pada tahun 2011 jumlah pasien diare
Kejadian Luar Biasa (KLB) di 221 Penderita. Karakteristik kejadian
wilayahnya. Jumlah kasus diare yang diare di selama tahun 2011 untuk
dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 balita adalah 98 orang. (Sumber
diantaranya menyebabkan kematian Rekam Medik Rumah Sakit Islam
(SKRT, 2010). Penyakit diare masih Surakarta).
menjadi masalah kesehatan Tingginya angka kejadian diare
masyarakat yang penting karena pada anak, tidak terlepas dari peran
merupakan penyumbang utama ketiga orang tua, salah satunya adalah peran
angka kesakitan dan kematian pada ibu. Menurut Setiadi (2008) peran ibu
balita dan anak di negara berkembang adalah sebagai pengurus rumah
termasuk Indonesia.Golongan umur tangga, pengasuh dan pendidik anak-
yang paling rentan menderita akibat anak, pelindung keluarga dan juga
diare adalah anak-anak karena daya sebagai pencari nafkah tambahan
tahan tubuh yang masih rentan. keluarga dan juga sebagai anggota
Di Jawa Tengah selama periode masyarakat kelompok sosial. Peran
Januari – Desember 2010, balita yang dalam hal masalah kesehatan adalah
terserang diare sebanyak 323.931 bagaimana ibu dapat mencegah,
penderita (Dinkes Jawa Tengah, menangani anak yang terkena
2010), Sedangkan di Kota Surakarta penyakit diare. Peran ibu dalam
jumlah balita yang terserang diare di masalah kesehatan adalah penting,
3

karena di dalam merawat anaknya ibu Pengetahuan adalah segala sesuatu


sebagai pelaksana dan pembuat yang kita ketahui sesuai ilmu yang kita
keputusan dalam pengasuhan anak peroleh. Manusia pada dasarnya
yaitu dalam memberi makanan, merupakan mahluk yang berfikir,
memberi perawatan kesehatan dan merasa,bersikap dan bertindak. Sikap
memberi stimulus mental sehingga ibu dan tindakannya bersumber pada
dalam pelaksanaannya diharapkan pengetahuan yang didapatkan lewat
dapat memberikan pencegahan dan kegiatan merasa dan berfikir yang
pertolongan pertama dalam diare dikutip dari Notoatmojo (2009).
(Sularyo, 2002)
Hasil survey yang dilakukan oleh Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit
peneliti dalam bentuk wawancara Diare
singkat kepada 8 ibu yang
Persepsi masyarakat yang keliru
memeriksakan anaknya menderita
atau tidak sesuai dengan persepsi
diare di Rumah Sakit Islam Surakarta
petugas kesehatan dapat diperkecil
menyatakan bahwa 3 ibu selama di
melalui usaha-usaha intervensi seperti
rumah telah memberikan susu formula
penyuluhan, penerangan melalui
serta ASI pada balita namun tidak ada
media massa dan lain-lain. Dengan
perubahan pada diare . Tiga
demikian akan terlihat persepsi
responden menyatatakan membuat
masyarakat yang benar tentang diare
garam oralit, namun tidak mengetahui
terutama mengenai definisi,
ukuran yang pasti antara campuran
perkembangan dan penangannya,
gula dan garam dalam membuat oralit.
Dua orang ibu menyatakan memegang peran yang penting dalam
bahwa ibu membelikan obat di apotek pemilihan jenis-jenis tindakan
sebagai penanganan awal agar anak pengobatan oleh karena itu persepsi
tidak sering diare. Usaha yang telah masyarakat yang benar akan
dilakukan oleh ibu sebaik mungkin, mengarah kepembentukan sikap yang
namun kondisi balita yang mengalami sesuai dengan yang telah digariskan
diare semakin meningkat frekuensi (Betsz & Sowden, 2000).
diarenya. Ibu menyatakan sempat
anaknya mengalami diare sampai 7 Diare
kali dalam sehari. Gambaran ini Diare adalah penyakit yang
mencerminkan adanya kegagalan ditandai dengan bertambahnya
penanganan ibu selama di rumah frekuensi defekasi lebih dari biasanya
kepada balita yang mengalami diare lebih dari 3 kali/hari disertai perubahan
sebelum di periksakan ke rumah konsisten tinja (menjadi cair), dengan
sakit. atau tanpa darah dan lendir
Tujuan Penelitian adalah (Suraatmaja, 2007).
Mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan ibu tentang diare dengan
Faktor yang dapat mempengaruhi
penanganan diare pada balita selama
penanganan seseorang dalam
di rumah sebelum dibawa ke Rumah
pengobatan menurut Soekanto
Sakit Islam Surakarta. (2002):
TINJAUAN PUSAKA DAN a. Faktor internal
KERANGKA KONSEP Pekerjaan seseorang akan
Pengetahuan mempengaruhi kepatuhan dalam
menjalani program pengobatan,
Berdasarkan bahasa,
sehingga akan mempengaruhi
pengetahuan adalah tahu.
4

kesempatan untuk datang ke tempat Balita


pelayanan kesehatan untuk berobat. Anak balita merupakan anak
Orang yang tingkat ekonominya yang berumur 1 sampai 5 tahun.
rendah akan cenderung lebih Dalam periode ini merupakan periode
mementingkan pekerjaannya dari penting dalam tumbuh kembang anak,
pada pergi ketempat pelayanan karena pada masa ini pertumbuhan
kesehatan. dasar yang akan mempengaruhi dan
b. Faktor eksternal : menentukan perkembangan anak
1) Pengalaman selanjutnya. Pada masa balita ini,
Merupakan salah satu faktor perkembangan kemampuan
dalam diri manusia yang sangat berbahasa, kreativitas, kesadaran
menentukan dalam tahap sosial, emosional dan intelegensia
penerimaaan rangsang. Pada berjalan sangat cepat dan merupakan
proses presepsi langsung orang landasan perkembangan berikutnya.
yang punya pengalaman akan
selalu lebih pandai dalam Tindakan Penanganan Diare
menyikapi dari segala hal dari 1. Pencegahan Diare
pada mereka yang sama sekali Diare itu umumnya ditularkan
tidak memiliki pengalaman. Ibu melaui 4 F, yaitu Food, Feces, Fly dan
yang memiliki anggota keluarga Finger. Oleh karena itu upaya
yang sakit diare akan menjadikan pencegahan diare yang praktis adalah
pengalaman dalam tindakan dengan memutus rantai penularan
perawatan diare dibanding ibu tersebut.
yang belum memiliki anggota 2. Penanganan
keluarga yaitu anak. Penanganan awal di rumah
2) Lingkungan Nelson. (2000) menyatakan
Lingkungan merupakan bahwa penangan awal diare pada
semua obyek baik berupa benda anak dapat menggunakan garam
hidup atau tidak hidup yang ada oralit, pemberian makan dan
disekitar dimana seseorang minuman.
berada. Dalam hal ini lingkungan 1) Oralit. Anak dan balita yang
sangat berperan dalam mengalami diare membutuhkan
pencegahan dan perawatan lebih banyak cairan untuk
penyakit diare. Lingkungan yang mengganti cairan tubuh yang
kumuh dimana sampah, jamban hilang melalui tinja dan muntah.
yang kotor merupakan sarana 2) Makan dan Minum
yang cepat dalam penularan 3) Untuk balita yang masih diberi
penyakit diare. ASI teruskan minum ASI (Air Susu
3) Fasilitas Kesehatan Ibu), untuk anak yang sudah tidak
Fasilitas kesehatan minum ASI makan dan minum
merupakan prasarana dalam hal dilakukan seperti biasa untuk
ini pelayanan kesehatan. Jika menggantikan cairan tubuh yang
fasilitas baik akan mempengaruhi hilang. (Wong, 2009).
kesehatan, hal ini terbukti
seseorang uang memanfaatkan Penanganan di Rumah Sakit
fasilitas kesehatan secara baik 1) Penanganan diare pada
akan mempunyai taraf kesehatan balita apabila memburuk segera
yang lebih baik. pasang infus atau penggantian
cairan secara intravena untuk
mendapatkan penangganan
5

segera. Berikan cairan RL atau angket. Penanganan diare selama di


Nacl secepatnya sebanyak rumah. Penanganan diare pada balita
100ml/BB menggunakan Cheklist, Analisis
3. Pengobatan Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk
Pengobatan yang tepat untuk diare mengetahui hubungan antara variabel
menurut Nelson (2000) bebas dan terikat, yaitu hubungan
a. Pemberian cairan rehidrasi oral / antara pengetahuan Ibu tentang diare
oralit. Pemberian cairan rehidrasi terhadap penanganan diare pada
oral akan sangat penting balita selama di rumah sebelum
pengobatan rehidrasi dibawa ke rumah sakit. Pengujian
b. Pemberian Zinc. Pemberian Zinc dilakukan dengan uji Fisher exact
adalah baik bagi pasien,komposisi
cairan tersebut adalah
air,natrium(garam) dan glukosa HASIL DAN PEMBAHASAN
(gula)dengan osmolaritas tidak
lebih dari 289 osmol setara dengan Karakteristik responden
cairan noma (fisiologis). Anak yang Umur ibu
diare dan diobati di rumah harus Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
Menurut Umur Ibu
diberi obat zinc selama 10 hari.
Umur N (%)
METODE PENELITIAN
20-25 12 36,4
Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif, dengan desain 26-30 18 54,5
penelitian deskriptif korelatif,
menggunakan rancangan cross > 30 tahun 3 9,1
sectional. Populasi penelitian ini
Jumlah 33 100,0
adalah ibu dari balita yang terkena
diare yang dirawat di bangsal Al Arof
di Rumah Sakit Islam Surakarta
sebanyak 98 orang balita pada 1 Tabel 1 menunjukkan banyak
Januari 2011 sampai 31 Januari 2011. responden yang berumur antara 26-30
Sampel sebanyak 33 orang ibu tahun (54,5%). Banyaknya responden
dengan pengambilan sampel dengan yang berumur antara 26-30 tahun
Teknik sampling purposive sampling, lebih disebabkan persetujuan ibu
yaitu suatu teknik non-probability untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini. Diharapkan dengan semakin
Kriteria sampel bertambahnya usia seseorang akan
1) Ibu yang sedang menunggu balita semakin mampu menunjukkan
dalam perawatan diare di rumah kematangan jiwa, mengendalikan
sakit saat penelitian. emosi, dan terampil menjalankan
2) Ibu berpendidikan minimal lulus tugas sebagai seorang ibu yang
SMP memiliki putra/putri yang masih balita
3) Balita yang mengalami dehidrasi (Atikah, 2001). Bertambahnya umur
ringan, yaitu mengalami mencret ibu dapat menjadikan pengalaman
hingga 3 kali sehari. responden dalam melakukan tindakan
penanganan diare yang dialami balita
Instrumen Penelitian responden.
Pengetahuan Ibu tentang diare
dengan menggunakan kuesioner atau
6

Pendidikan ibu Banyaknya responden ibu rumah


Tabel 2 Distribusi Responden Menurut tangga adalah pilihan yang dilakukan
Pendidikan Ibu oleh ibu. Alasan menjadi ibu rumah
Pendidikan Jumlah (%) tangga dan tidak bekerja adalah
keinginan untuk lebih banyak memiliki
SMA 20 60,6
waktu dalam mengasuh, dan mendidik
D-3 11 33,3 balitanya dibanding dengan ibu yang
bekerja di luar rumah.
S-1 2 6,1 Azwar (2007) yang menyebutkan
salah satu faktor yang mempengaruhi
Jumlah 33 100,0
pengetahuan adalah faktor
Tabel 2 menunjukkan respoden lingkungan. Pekerjaan berpengaruh
banyak yang berpendidikan SMA yaitu terhadap tingkat pengetahuan yang
20 orang (60,6%). Dekdiknas (2007) dimiliki seseorang. Seseorang yang
menyatakan bahwa pendidikan wajib bekerja di lingkungan yang didukung
belajar adalah 9 tahun, artinya dengan akses informasi akan banyak
masyarakat indonesia diwajibkan mendapatkan pengetahuan
memiliki pendidikan sekurang- dibandingkan dengan orang yang
kurangnya lulus SMP. Pendidikan bekerja di tempat-tempat yang tertutup
hingga SMP masuk pendidikan dasar, dari akses informasi. Responden
sedangkan pendidikan SMA masuk sebagai ibu rumah tangga, tidak
dalam kelompok pendidikan berarti memiliki pengetahuan yang
menengah, dan perguruan tinggi selalu kurang terhadap penyakit diare.
masuk dalam pendidikan tinggi. Hal ini dapat diketahui dari pola
seorang telah mempunyai pendidikan jawaban responden, bahwa terdapat
SMA diharapkan wawasan dan tingkat jawaban responden sebagai IRT
pengetahuan yang cukup baik dengan pengetahuan baik, namun
sehingga terbuka terhadap hal-hal terdapat juga pengetahuan yang
baru, termasuk khususnya mengenai kurang.
penyakit diare serta bagaimana dalam
Analisis Univariat
melakukan tindakan penanganan saat
Pengetahuan tentang penyakit diare
balita diare. Tabel 4. Distribusi frekuensi
Responden Berdasarkan Tingkat
Pekerjaan ibu Pengetahuan tentang Penyakit Diare
Tabel 3 Distribusi Responden Menurut
Pekerjaan Ibu Pengetahuan N (%)
Pekerjaan N (%) tentang diare
IRT 25 75,8 Baik 15 45,5
Swasta 3 9,1 Kurang 18 54,5
Pedagang 3 9,1 Total 33 100,0
PNS 2 6,1
Jumlah 33 100,0 Tabel 4 menunjukkan responden
masih banyak yang memiliki
Tabel 3 menunjukkan responden
pengetahuan tentang penyakit diare
banyak sebagai ibu rumah tangga
dalam kategori baik yaitu 15 orang
(IRT) yaitu 25 orang (75,8%).
7

(45.5 % ) sedangkan 18 orang (54,5%) Penanganan Diare Pada Balita


dalam kategori kurang. Tingkat Tabel 5. Distribusi Responden
pengetahuan yang berbeda tersebut Berdasarkan Penanganan Diare Pada
dapat terjadi karena latar belakang Balita
tingkat pendidikan responden Ibu yang Penanganan N (%)
berbeda. Pengetahuan Ibu dalam
melakukan penanganan diare pada diare
balita diperoleh melalui informasi yang
didapat melalui pendidikan misalnya Baik 18 54,5
dari peningkatan pendidikan maupun Kurang 15 45,5
penyuluhan dari kader kesehatan.
Selain itu pengetahuan juga Total 33 100,0
dapat diperoleh dari pengalaman.
Faktor lain yang mendukung tingkat
pengetahuan Ibu adalah tingkat Tabel 5 menunjukkan banyak
pendidikan Ibu. Hubungan antara responden yang sudah baik dalam
tingkat pendidikan dengan penanganan diare pada balita
pengetahuan adalah tingkat sebanyak 18 responden (54,4%)
pendidikan dapat meningkatkan sedangkan 15 responden (45.5%)
pengetahuan Ibu tentang penanganan dalam penanganan diare masih
diare. Suliha (2002) mengemukakan kurang. Penanganan diare yang tepat
bahwa sesuatu yang dialami menurut WHO (2006) meliputi
seseorang tentang masalah kesehatan Penggantian cairan (rehidrasi) yang
yang dihadapi akan menambah diberikan secara oral untuk mencegah
pengetahuan tantang kesehatannya. dehidrasi dan mengatasi dehidrasi
Pandangan lain dikemukakan oleh yang sudah berlangsung, pemberian
Herliansyah (2007) yang menyatakan makanan terutama ASI selama diare
bahwa pengetahuan dapat juga dan masa penyembuhan, tidak
didapatkan melalui pengalaman menggunakan anti diare dan antibiotik
pribadi manusia yang terjadi digunakan hanya pada kasus kholera
berulangkali, jika seseorang memiliki dan disentri, serta petunjuk bagi ibu
pengalaman yang lebih maka tentang bagaimana merawat anak
menghasilkan pengetahuan yang sakit terutama cara pembuatan oralit,
lebih. tanda-tanda bahaya penyakit diare
yang harus di bawa ke petugas
kesehatan.
8

Analisis Bivariate
Tabel 6. Tabulasi silang antara hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang diare dengan
penanganan diare pada pada balita di Bangsal Al Arof Rumah Sakit Islam Surakarta

Pengetahuan ibu Penanganan diare Jumlah p Keputusan


tentang diare pada pada balita

Baik Kurang

N % N % N %

Baik 12 36,4 3 9,1 15 45,5


0,013 Ho ditolak
Kurang 6 33,3 12 36,4 18 54,5

Jumlah 18 15,4 15 45,5 33 100

Tabel 9 menunjukkan 12 15 orang (45,5%). Tingkat


responden (36,4%) dengan pengetahuan responden tersebut
pengetahuan yang baik telah terjadi karena adanya faktor-faktor
melakukan penanganan diare dengan yang mempengaruhi pengetahuan
baik, 3 responden dengan baik secara internal maupun eksternal
pengetahuan yang baik namun responden. Kondisi ini tercermin dari
penanganan diare yang masih jawaban kuesioner pengetahuan yang
kurang. Terdapat 6 responden (33.3%) menunjukkan bahwa dari 15 item
dengan pengetahuan kurang, namun pertanyaan nilai rata-rata kelas
upaya penanganan diare baik, 12 sebesar 9.39, namun dari 33
responden (36.4%) yang memiliki responden menunjukkan terdapat 18
pengetahuan tentang diare kurang responden yang memiliki nilai kurang
menjadikan penanganan diare menjadi dari 9,39.
kurang. Banyaknya responden yang
Hasil uji hipotesis penelitian masih memiliki pengetahuan yang
diperoleh dengan uji Fisher exact kurang dapat dipengaruhi oleh faktor
menujukkan nilai p = 0,013 (p<0,05), tingkat pendidikan. Banyak responden
sehingga keputusannya adalah Ho dengan pendidikan SMA. Pendidikan
ditolak. Ho ditolak menjadikan responden yang banyak mendapat
kesimpulan yang diambil adalah pelajaran secara umum, masih kurang
terdapat hubungan tingkat dalam hal pengetahuan kesehatan,
pengetahuan ibu tentang diare dengan terutama pengetahuan tentang diare.
penanganan diare pada balita selama Faktor kurangnya pengetahuan adalah
di rumah sebelum dibawa ke Rumah pengalaman responden. Selama ini
Sakit Islam Surakarta. responden dalam melakukan
penanganan hanya memberikan
Pembahasan pengobatan secara farmakologi.
Namun dalam praktiknya pemberian
Pengetahuan Tentang Diare obat masih kurang memahami
Hasil penelitian menunjukkan bagaimana pemberian obat menurut
banyak responden yang memiliki aturan pakai.
pengetahuan kurang yaitu yaitu 18 Hal itu disebabkan karena tingkat
orang (54,5%) sedangkan yang pengetahuan Ibu yang rendah tentang
memiliki pengetahuan yang baik yaitu kesehatan khususnya dalam
9

pemahaman pemberian obat pada perilaku yang salah dalam perawatan


balita, Ibu menghentikan pemakaian diare.
obat seiring pada saat balita sudah Perilaku responden dalam
tidak mengalami diare, namun obat penanganan diare dapat dipengaruhi
yang diberikan belum habis kecuali oleh adanya kebiasaan sehari-hari,
selama pemakaian obat menimbulkan meskipun tidak semua tindakan
efek lain seperti alergi. DepKes RI responden dapat dikatakan baik,
(2008) menyatakan cara penggunaan artinya ada tindakan yang masih
obat yang biasanya dicantumkan kurang seperti pemberian obat kepada
dalam etiket harus dipatuhi. Hentikan balitanya tidak sesuai petunjuk
penggunaan obat apabila pemakaian, namun dalam hal
menimbulkan hal–hal yang tidak penangan seperti memberikan oralit
diinginkan, segera hubungi tenaga setelah balita mengalami diare, atau
kesehatan terdekat. membersihkan lantai, mengganti
Pengetahuan yang baik celana setelah BAB adalah tindakan
dilakukan Ibu dalam mengasuh yang baik. Penanganan responden
balitanya dengan berperliku tepat yaitu yang baik tersebut mencerminkan
mencuci tangan sebelum menberi telah melakukan personal hygiene.
makan balitanya, mencuci sayuran Wartonah (2006) Personal hygiene
sebelum dimasak,menggunakan air merupakan suatu tindakan untuk
yang matang, mencuci botol susu memelihara kebersihan dan kesehatan
serta mengganti celana balita setelah seseorang untuk kesejahteraaan fisik
balita diare. Hal ini sesuai dengan dan psikis. Tujuan dari perawatan
penelitian Ali (2007) yang berjudul personal hygiene adalah untuk
Hubungan Pengetahuan,Sikap dengan meningkatkan derajat kesehatan,
Praktik Ibu Balita dalam memelihara kebersihan diri seseorang,
Penatalaksanaan Penderita Diare di memperbaiki seseorang,
Puskesmas Siwalan Kabupaten memeperbaiki personal hygiene yang
Pekalongan. Hasilnya adalah ada kurang, mencegah penyakit.
hubungan antara pengetahuan Masalah penanganan diare pada
dengan praktik Ibu dalam responden menunjukkan bahwa
penatalaksanaan diare. responden lebih banyak yang
Penanganan diare pada balita melakukan tindakan penanganan
selama di rumah diare, seperti memberikan garam oralit
Hasil penelitian menunjukkan setelah balita buang air besar (BAB).
bahwa penanganan diare pada balita Marlina (2004) menyebutkan bahwa
banyak yang baik. Hal ini ditunjukkan menjaga makanan tetap aman
dengan banyaknya responden yang menjadi salah cara agar balita tidak
menjawab kuesioner tentang terkena diare.
pertanyaan cara pembuatan oralit
yang benar. Hal ini sesuai dengan Hubungan antara pengetahuan ibu
penelitian Cholic Harun Rosjidi yang dengan penanganan diare
berjudul Persepsi Ibu tentang Penyakit Hasil uji statistik menunjukkan
Diare dan Oralit Berhubungan dengan terdapat hubungan pengetahuan
Perilaku Dalam Perawatan Diare hubungan tingkat pengetahuan ibu
hasilnya bahwa persepsi tentang tentang diare dengan penanganan
penyakit diare dan oralit berhubungan diare pada pada balita selama di
dengan perilaku perawatan balita rumah sebelum dibawa ke Rumah
diare.persepsi negative tentang Sakit Islam Surakarta. Adanya
penyakit diare berpeluang melakukan hubungan antara pengetahuan
10

dengan penanganan diare pada balita meningkatkan risiko terjadinya diare.


dapat ditunjukkan dari distribusi Perilaku tersebut antara, lain tidak
frekuensi pada tabel 9 dimana 12 terbiasa mencuci tangan sebelum
responden yang masih kurang memberi makan pada balita,ibu tidak
pengetahuan menjadikan penanganan memperhatikan kwalitas dan nilai gizi
diare juga masih kurang. Responden pada kandungan makanan, serta
yang memiliki pengetahuan yang tempat penyajian makanan kurang
kurang menunjukkan bahwa diperhatikan kebersihannya oleh ibu.
responden masih kurang memahami Responden dalam memberikan
tentang tanda dan gejala penyakit asupan makanan masih banyak yang
diare. langsung mengambilkan makan dan
Terdapat 3 responden yang langsung menyuapi balitanya.
memiliki pengetahuan yang baik, Kusnoputranto (2005)
namun dalam hal penanganan diare, mengatakan bahwa kebiasaan
responden masih kurang. Keadaan mencuci tangan dengan air saja tidak
tersebut dapat terjadi disebabkan cukup untuk melindungi seseorang
perilaku ibu masih kurang dalam dari kuman penyakit yang menempel
melakukan tindakan penanganan di tangan. Terlebih bila mencuci
diare. Kurangnya penanganan ini tangan tidak dibawah air mengalir.
disebabkan responden belum memiliki Mencuci tangan pakai sabun terbukti
jamban yang baik. Ibu mengetahuai efektif dalam membunuh kuman yang
bahwa dengan jamban yang kurang menempel di tangan. cuci tangan
baik dapat menjadikan anak dapat pakai sabun dilakukan untuk
cepat tertular diare, namun kondisi pengendalian risiko penyakit yang
lingkungan yang ada menjadikan berhubungan dengan lingkungan
responden tidak memiliki pilihan lain seperti diare. Penelitian yang
dalam melakukan kebersihan pada dilakukan Rangga (2011) yang
jamban. meneliti mengenai Hubungan
Jamban responden masih dalam Pengetahuan Keluarga tentang Cuci
bentuk WC cemplung yang dan belum Tangan dengan Kejadian Diare di RT
berbentuk WC dengan bentuk leher 06 RW 01 Menur Pumpungan
angsa, sehingga kondisi WC tersebut Surabaya menunjukkan bahwa
bau dan kuman yang ada dapat semakin tinggi pengetahuan tentang
menjadi faktor penguat terjadinya cuci tangan maka kejadian diare akan
diare pada balita. Dari tabulasi silang semakin rendah.
pada tabel 9 menunjukkan
kecenderungan bahwa responden
dengan pengetahuan yang baik Simpulan
cenderung dalam lebih baik dalam 1. Berdasarkan hasil analisis dan
penanganan diare pada balita pembahasan penelitian dapat
dibandingkan responden yang ditarik kesimpulan sebagai
memiliki pengetahuan kurang dalam berikut:Banyak responden
penanganan diare balita. Oleh karena penelitian di Bangsal Al Arof
itu perlunya pengetahuan yang baik Rumah Sakit Islam Surakarta
pada ibu agar penanganan balita pada memiliki pengetahuan tentang
saat kejadian diare dapat dilakukan diare masih kurang.
secara baik. 2. Masih ada responden yang
Lebenthal (2000) berpendapat melakukan penanganan diare
bahwa perilaku dapat menyebabkan pada balita selama di rumah
penyebaran kuman enterik dan sebelum dibawa ke Rumah Sakit
Islam Surakarta masih kurang.
11

3. Terdapat hubungan tingkat Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis


pengetahuan ibu tentang diare Multivariate: Dengan Program
dengan penanganan diare pada SPSS. Semarang: Universitas
balita selama di rumah sebelum Diponegoro.
dibawa ke Rumah Sakit Islam
Surakarta. Hidayat, A. A., 2005. Pengantar Ilmu
keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika
Saran
1. Diharapkan kepada peneliti Iqbal, H. 2004. Analisis Data
selanjutnya untuk melanjutkan Penelitian dengan Statistik.
atau memodifikasi penelitian ini Jakarta : Bumi Aksara.
misalnya faktor lain yang
Lebenthal, Emanuel, 2000. Texbook
berbungan dengan penangan diare
of Gastroenterology and
pada balita. Hal yang harus lebih
Nutrition in Infancy Second
diperhatikan adalah cara
Edition, Raven Press,1185
pengambilan data agar hasil yang
Avenue of the Americas, New
didapatkan untuk peneliti
York 10036.
selanjutnya dapat maksimal seperti
menggunakan teknik total Liadewi, V.N. 2010. Asuhan neonates
sampling. bayi & anak balita. Jakarta:
2. peneliti selanjutnya untuk Salemba Medika.
melakukan penelitian di Rumah
sakit negeri dengan aturan-aturan Majidah . 2006. Hubungan
rumah sakit yang ditetapkan Kekurangan Energi Protein
dengan tujuan dapat memperoleh dengan Kejadian Diare serta
sampel yang lebih banyak Faktor-faktor yang
dibandingkan di rumah sakit Mempengaruhi pada Balita di
swasta. http://jiptunair.co.id.
Kabupaten Gresik.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer. A. 2000. Kapita Selekta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Kedokteran. Media Auspulatius
Penelitian Suatu Pendekatan Jakarta.
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Mini Sheth and Reeta Dwivedi 2009.
Beaglehola, R., 2003. Dasar-dasar Complementary Foods
Epidemiologi. Gadjah Mada Associated Diarrhea Indian
University Journal of Pediatrics, Volume
73—JanuaryDepartment of
Press, Yogyakarta Betsz & Sowden. Foods and Nutrition, Faculty of
2000. Pediatric Nursing Home Science, The Maharaja
Reference. Edisi 4. Morby. Sayajirao University of Baroda,
Depkes, R. I., 2000. Buku Pedoman Vadodara, Gujarat, India
Pelaksanaan Program P2 Diare. Mubarok, W. I, dkk. 2005. Pengantar
Jakarta: Ditjen PPM dan PL. Keperawatan Komunitas.
Dewi, R.P. 2011. Waspadai penyakit Jakarta: CV Sagung Seto.
pada anak. Indeks Jakarta barat. Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta : EGC.
12

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Suharyono, 2008, Diare Akut. Jakarta :


Penelitian Kesehatan. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Rineka Cipta
Suliha, U. 2002. Pendekatan
Notoatmodjo,. 2009. Promosi Kesehatan dalam Keperawatan.
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit buku
Jakarta: Rineka Cipta kedokteran EGC

Notoatmojo, S. 2002. Metodologi Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk


Penelitian Kesehatan. Jakarta: Keperawatan. Jakarta : EGC.
Rineka Cipta
Suraatmaja, 2007. Gastroenteritis
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan akut. Dalam: Suharyono,
Bayi dan Anak. Jakarta: Boediarso aswitha, Halimun EM
Salemba Medika (editors). Gastroenterologi anak
praktis. Jakarta : Balai penerbit
Rangga S.R. 2011 Hubungan FKUI.
Pengetahuan Keluarga Tentang
Cuci Tangan Dengan Kejadian Sylvan, R.2011.
Diare Di Rt 06 Rw 01 Menur http//www.ehow.faktor-
Pumpungan Surabaya. Skirpsi _health_care/delivery/html.
Tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu
Warouw. 2002.
Kesehatan, Universitas
http//www.hubunganfaktorlingku
Airlangga Surabaya.
ngandansosialekonomidengan
Sander, M.A. 2005. Hubungan Faktor morbiditasdiare. Diakses 25
Sosial Budaya dengan kejadian November 2011
diare. Journal Medika Vol II No. Wong, L.D. 2004. Pedoman Klinis
2. Juli-Desember 2005. Keperawatan Pediatrik Edisi 4
Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan (Monica Ester: Alih Bahasa).
Ismael. 2008. Dasar-dasar Jakarta: EGC.
Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta : Sagung Seto.

Schwartz, M. William. 2004. Pedoman


Klinis Pediatri. EGC: Jakarta.

Sugiyono. 2005. Statistika Untuk


Penelitian. Jakarta: Alfabeta.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian


Administrasi. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif Administrasi
dan R&D. Bandung : Alfabeta.
13

Anda mungkin juga menyukai