Anda di halaman 1dari 16

ABSTRAK

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENANGANAN DIARE


PADA ANAK DI PUSKESMAS BATUA RAYA KOTA MAKASSAR

*Hermin Husaeni *

Dosen Tetap Akademi Keperawatan Sandi Karsa

Diare dikategorikan sebagai penyakit pembunuh balita terbesar di Indonesia. Sebanyak


13,2 persen anak di Indonesia meninggal karena diare. Penyakit diare masih menjadi salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka
kesakitan dan angka kematian anak diberbagai negara termasuk Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu tentang
penanganan diare pada anak di Puskesmas Batua Raya Kota Makassar tahun 2017. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian non eksperimen. Metode penelitian ini adalah
penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu
tentang penanganan diare pada anak di Puskesmas Batua Raya Makassar. Penelitian ini
dilakukan di Puskesmas Batua Raya Kota Makassar, pada bulan Juli 2017 dengan jumlah sampel
sebanyak 40 orang responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan dari 40 responden didapatkan bahwa responden
dengan tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 15 orang (37,5%) dan responden dengan tingkat
pengetahuan kurang sebanyak 25 orang (62,5%). Dan responden dengan kategori sikap yang
positif sebanyak 11 orang (27,5%) dan responden dengan kategori sikap negatif sebanyak 29
orang (72,5%).
Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan salah satu sumber informasi bagi dinas
kesehatan dan puskesmas setempat dalam penaggulangan masalah diare. Hasil penelitian ini
diharapkan sebagai sumbangan ilmiah bagi penelitian selanjutnya. Serta Menambah wawasan
peneliti dan memperkaya ilmu pengetahuan dibidang kesehatan khususnya yang berhubungan
dengan pengetahuan dan sikap ibu tentang penanganan diare pada anak.

Kata Kunci : Pengetahuan & Sikap Ibu, Penanganan Diare Anak


Referensi : 19 (2005-2013)
PENDAHULUAN Menurut data dari United Nations
A. Latar Belakang Children's Fund (UNICEF) dan World Health
Anak-anak merupakan salah satu Organization (WHO) pada 2009, diare
golongan penduduk yang berada dalam situasi merupakan penyebab kematian nomor 2 pada
rentan, dalam kehidupannya di tengah balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor
masyarakat. Kehidupan anak dipandang rentan 5 bagi segala umur. Data UNICEF
karena memiliki ketergantungan tinggi memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal
terhadap orang tua. Jika orang tua lalai dunia setiap tahunnya karena diare. Angka
menjalankan tanggung jawabnya, maka anak tersebut bahkan masih lebih besar dari korban
akan mengalami berbagai masalah kesehatan. AIDS, malaria, dan cacar jika digabung. (Fitri
Salah satu masalah kesehatan yang sering Yulianti, 2010).
terjadi pada anak adalah diare. Diare adalah Berdasarkan data skala Nasional
penyakit yang ditandai dengan bertambahnya Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013,
frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau penderita diare pada tahun tersebut adalah
lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk 8.443 orang dengan angka kematian akibat
dan kosistensi tinja dari penderita (Suharyono, diare adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari
2011) tahun sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah
Diare dikategorikan sebagai penyakit penderita diare adalah 3.661 orang. Tahun
pembunuh balita terbesar di Indonesia. 2013, penderita diare di Indonesia sebanyak
Sebanyak 13,2 persen balita di Indonesia 10.280 orang dengan angka kematian 2.5%,
meninggal karena diare. Penyakit diare masih sedangkan menurut data hasil riset yang
menjadi salah satu masalah kesehatan dilakukan oleh Badan Litbangkes Kementerian
masyarakat yang penting karena merupakan Kesehatan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan tahun 2012, ditemukan angka kesakitan diare
angka kematian anak diberbagai Negara adalah 411/1000 penduduk. (Depkes RI, 2012).
termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 Penderita Diare di Sulawesi selatan
miliar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun secara umum dilaporkan tahun 2013 sebanyak
pada balita disebabkan oleh diare. Setiap anak 162.127 penderita, tahun 2014 sebanyak
mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 157.123 penderita, sedangkan tahun 2014
kali setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian sebanyak 178.631 penderita. (Dinas Kesehatan
terjadi pada anak berusia kurang dari dua Sul-Sel, 2014).
tahun. (Suraatmaja, S. 2010). Berdasarkan data dari Dinas
Sikap ibu rumah tangga terhadap upaya Kesehatan Kota Makassar penderita Diare pada
penanggulangan diare cukup baik, namun belum tahun 2012 sebanyak 9.128 Penderita, tahun
diikuti oleh tindakan yang baik pula. Ketika anak 2013 sebanyak 8.729 penderita, sedangkan
balitanya diare, di mana cara penanganannya tahun 2014 sebanyak 8.523 penderita.
masih salah. Juga masih banyak ibu rumah Walaupun terlihat bahwa kasus kejadian diare
tangga yang anaknya terkena diare tidak terjadi penurunan, tetapi masalah ini masih
diberikan cairan tambahan seperti oralit atau merupakan masalah yang mengancang manusia
cairan rumah tangga. Tindakan pengobatan diare terutama bayi dan anak-anak. (Dinas Kesehatan
adalah suatu upaya yang dilakukan untuk Sul-Sel, 2014).
rnelaksanakan tata laksana penderita diare di Adapun data yang diperolah dari
rumah tangga untuk mencegah terjadinya Puskesmas Batua Raya, tempat penelitian
dehidrasi yang berakibat pada kematian. menyebutkan bahwa jumlah kejadian diare
Tindakan ini hanya dapat dilakukan dengan pada tahun 2013 adalah sebanyak 72 penderita
baik jika pengetahuan, sikap dan perilaku yang dan yang meninggal sebanyak 13 orang. Tahun
baik dari ibu, sebagai upaya terobosan yang 2014 sebanyak 85 orang dan yang meninggal
diambil oleh pemerintah untuk rneningkatkan sebanyak 10 orang. Sedangkan periode bulan
pengetahuan dan sikap masyarakat atau ibu Januari-Juni tahun 2015 sebanyak 37 orang.
rumah tangga. (Nurindayani, 2010). (Profil Kesehatan Puskesmas Batua Raya,
2015).

2
Berdasarkan uraian di atas di mana BAB II
dari tahun ketahun terjadi peningkatan jumlah TINJAUAN PUSTAKA
penderita diare pada balita. Oleh karena itu, A. Tinjauan Umum Tentang Diare Pada Anak
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian 1. Defenisi
GHQJDQ PHQJDQJNDW MXGXO ³Gambaran Diare adalah suatu keadaan
Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang pengeluaran tinja yang tidak normal atau
Penanganan Diare pada Anak di Puskemas tidak seperti biasanya, ditandai dengan
Batua Kota Makassar ´ peningkatan volume. Keenceran serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari, dan pada
B. Tujuan Penelitian neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan
1. Tujuan umum atau tanpa lendir darah (Hidayat, 2008).
Diketahuinya gambaran pengetahuan dan Diare merupakan suatu keadaan
sikap ibu tentang penanganan diare pada pengeluaran tinja yang tidak normal atau
anak di Puskesmas Batua Kota tidak seperti biasanya, ditandai dengan
Makassar. peningkatan volume, keenceran, serta
2. Tujuan Khusus frekuensi lebih dari 2 kali sehari dan pada
a. Diketahuinya gambaran neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan
pengetahuan ibu tentang atau tanpa lendir darah. (Hidayat, 2008)
penanganan diare pada anak di Diare adalah penyakit yang
Puskesmas Batua Kota Makassar. ditandai dengan bertambahnya frekuensi
b. Diketahuinya gambaran sikap ibu berak lebih dari biasanya (3 atau lebih
tentang penanganan diare pada per hari) yang disertai perubahan bentuk
anak di Puskesmas Batua Kota dan kosistensi tinja (encer) dari penderita
Makassar. (Suharyono, 2011).
C. Manfaat Penelitian 2. Etiologi
1. Manfaat Ilmiah a. Penyebab langsung (Hidayat, 2008)
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat 1) Infeksi
dijadikan sebagai sarana untuk a) Di luar usus infeksi pada
kebijakan dalam menyusun strategi bagian tubuh manapun seperti
pengembangan sistem pelayanan pneumonia, infeksi telinga,
kesehatan. tonsilitas dapat menyebabkan
b. Hasil penelitian ini diharapkan mencret dalam stadium yang
sebagai sumbangan ilmiah bagi biasanya ringan.
penelitian selanjutnya b) Di usus, penyebab diare paling
sering pada balita di Negara
2. Manfaat bagi peneliti tropis adalah infeksi dengan
Menambah wawasan peneliti dan berbagai bakteri. Ini dapat
memperkaya ilmu pengetahuan terjadi karena infeksi oleh
dibidang kesehatan khususnya yang organisme disentri basiler,
berhubungan dengan pengetahuan dan bakteri salmonella dan
sikap ibu tentang penanganan diare pada berbagai virus. Penyebab
anak. paling sering adalah bakteri
yang setiap hari di jumpai
dalam jumlah besar yang
berasal dari lingkungan kotor.
Anak yang kurang gizi teramat
rentan dalam periode bebas
diare. Gambarannya bias
bermacam-macam tetapi
diarenya biasanya berat.

3
c) Infeksi usus oleh Entamoeba kulit menurun), ubun-ubun dan mata
Histolytica dapat menyebabkan cekung, membran mukosa kering
diare (disentri amuba). Ini c. Keram abdominal/keram di daerah
biasnya tidak terlalu berat dan perut akibat kontraksi otot
tidak begitu sering di jumpai meningkat
pada anak-anak kecil. d. Anorexia/ hilangnya nafsu makan
2) Non infeksi akibat gangguan psikologis
Non infeksi seperti gangguan e. Perubahan tanda-tanda vital; nadi
metabolic atau malabsorbsi dan pernafasan cepat
makanan. Iritasi langsung pada f. Menurun atau tidak ada pengeluaran
saluran pencernaan oleh makanan, urine
susu dan protein. g. Mual muntah
b. Penyebab tidak langsung h. Demam
Penyebab tidak langsung seperti faktor i. Pucat
makanan, umur, musim, gizi dan j. Lemah (Suraatmaja, 2010).
lingkungan. (Hidayat, 2009) 5. Pengobatan
3. Patofisiologi Untuk pengobatan dengan konsistensi
a. Gangguan osmotik tinja cair, kemungkinan disebabkan
Makanan atau zat yang tidak dapat kekurangan cairan tubuh dapat diatasi
diserap menyebabkan tekanan dengan minum air. Cairan yang sesuai
osmotic dalam rongga usus dengan susunan cairan tubuh dapat
meninggi sehingga pergeseran air termasuk oralit atau larutan garam gula
dan elektrolit ke dalam rongga usus. yang biasa dibuat sendiri di dalam
Hal ini menyebabkan isi rongga usus keluarga dengan membuat air teh manis
berlebihan sehingga merangang usus ditambah seujung sendok garam masak.
mengeluarkannya(diare). (Hidayat, (Faisal Yatim, 2010)
2009) Dasar pengobatan diare akut pada bayi
b. Gangguan sekresi dan anak yaitu sebagai berikut (Fitri
Toxin pada dinding usus Yulianti, 2010) :
meningkatkan sekresi air dan a. Pemberian cairan, baik untuk
elektrolit ke dalam usus. pencegahan dehidrasi maupun untuk
Peningkatan isi rongga usus pengobatan dehidrasi (rehidrasi oral)
merangsang usus untuk 1) Dehidrasi ringan : ASI semaunya
mengeluarkannya. (Hidayat, 2009) kemudian oralit setiap kali mencret
c. Gangguan motalitas usus atau muntah
Hyperperistaltik menyebabkan a) < 1 tahun : 25-50 cc/kgBB
berkurangnya kesempatan usus b) 1-5 tahun : 50-100
untuk menyerap makanan atau cc/kgBB
peristaltic yang menurun c) > 5 tahun : semaunya
menyebabkan peradangan pada 2) Dehidrasi sedang :
rongga usus sehingga sekresi air dan a) < 2 tahun : 50-100
elektrolit meningkat. Hal ini cc/kgBB
menyebabkan absorbs rongga usus b) > 2 tahun : 100-200
menurun sehingga terjadilah diare. cc/kgBB
(Hidayat, 2009) 3) Dehidrasi berat
4. Manifestasi Klinik a) < 1 tahun : 20-30 cc/kgBB
a. Sering buang air besar dengan dalam 1 jam dilanjutkan
konsistensi tinja cair atau encer 70cc/kgBB dalam 5 jam
b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi berikutnya
yaitu turgor kulit jelek (elastisitas

4
b) > 1 tahun : 20-30 cc/kgBB mudah dicerna. Pemberian
½ jam dilanjutkan 70 cc/kgBB makanan secara dini penting
dalam 2 ½ jam berikutnya. untuk mengurangi sekesil
b. Pemberian makanan (refeeding) yang mungkin perubahah
adekuat secepat mungkin keseimbangan protein kalori.
Makanan merupakan suatu zat Makanan diberikan bertahap
esensial bagi kehidupan manusia. mulai dengan yang mudah
Manusia membutuhkan makanan dicerna ke bentuk yang sesuai
untuk bias melakukan seluruh umur dan keadaan penyakit serta
aktivitas di sepanjang makanan diberikan dalam porsi
kehidupannya.pada prinsipnya kecil dengan frekuensi sering.
memilih makanan yang cukup untuk c. Pemberian obat-obatan terutama
keperluan kita yang akan mencegah antibiotik hanya bila benar-benar
penyakit yang disebut malnutrisi. sangat diperlukan.
Gizi kurang yang dapat d. Pemberian petunjuk yang efektif bagi
disebabkan oleh diare akut akibat ibu dan anak serta keluarganya tentang
penundaan makanan oleh ibu, upaya rehidrasi oral di rumah, tanda-
anoreksia, buruknya pencernaan dan tanda untuk merujuk dan cara
penyerapan sehingga kehilangan zat pencegahan diare di masa yang akan
makanan. Makanan mempunyai peran datang. (Fitriani, 2010).
dalam mengatasi diare yaitu:
1) Sebagai bagian dari pengobatan
diare karena makanan dapat: Tabel 2.1 Penentuan derajat dehidrasi
a) Menjaga pertumbuhan Tanda & Tanpa Dehidrasi Dehidrasi
No
b) Mempercepat Gejala Dehidrasi Sedang Berat
penyembuhan dan 1. Keadaan Sadar, Gelisah, Rewel, Mengamuk,
regenerasi mukosa usus dan Umum gelisah, mengantuk lemas,
merangsang poduksi enzim- haus anggota
enzim dalam jonjot usus, gerak
sehingga menyebabkan dingin,
lebih cepatnya berkeringat,
penyembuhan infeksi kebiruan
gangguan penyerapan.
c) Mencegah terjadinya 2. Denyut Normal , Cepat dan Cepat haus,
kurang gizi yang secara nadi kurang lemah 120- kadang-
tidak langsung dapat dari 140/menit kadang
mengurangi diare di 120/menit tidak teraba,
masyarakat. kurang dari
2) Sebagai bagian dari pengaturan 140/menit
cairan
Pemberian makanan
dapat membantu pemberian 3. Pernapas Normal Dalam, Dalam dan
cairan selama diare dan an mungkin cepat cepat
pengelolaan aspek gizi diare. 4. Bibir Biasa Kering Sangat
Fisiologi upaya rehidrasi oral kering
menunjukkan bahea makanan 5. Kelopak Normal Cekung Sangat
penting dalam penyerapan mata cekung
natrium dan air. Makanan yang 6. Elastisita Cepat (> Lambat Sangat
terbaik dapat diberikan selama s Kulit detik) lambat
diare harus dapat diterima oleh Sumber: Erwin 2009
anak, tersedia di rumah dan

5
6. Pencegahan enterik dan meningkatkan risiko
Diare dapat dicegah dengan cara sebagai terjadinya diare, prilaku tersebut
berikut (Dr. Suparyono, 2011) : antara lain (Sunaryo, 2009) :
a. Mencuci tangan dengan 1) Tidak memberikan ASI (air
menggunakan sabun: susu ibu) secara penuh 4-6
1) Sebelum makan bulan pada pertama kehidupan
2) Setelah buang air besar pada bayi yang tidak diberi
3) Sebelum memegang bayi ASI risiko untuk menderita
4) Setelah menceboki anak diare lebih besar dari pada bayi
5) Sebelum menyimpan yang diberi ASI penuh dan
b. Meminum air minum sehat, atau air kemungkinan menderita
yang sudah diolah dengan cara dehidrasi berat juga lebih
merebus, pemanasan dengan sinar besar.
matahari atau proses klorinasi. 2) Menggunakan botol susu,
c. Pengolaan sampah yang baik supaya penggunaan botol ini
makanan tidak tercemar serangga memudahkan pencernaan oleh
(lalat, kecoa, kutu, lipas dll) kuman, karena botol susah
d. Membuang air besar dan kecil pada untuk dibersihkan.
tempatnya sebaiknya menggunakan 3) Menyimpan makanan masak
jamban dengan tangki septic. pada suhu kamar. Bila
7. Komplikasi makanan disimpan beberapa
Komplikasi diare mencakup jam pada suhu kamar makanan
potensial terhadap distrimia jantung akibat akan tercemar dan kuman akan
hilangnya cairan dan elektrolit secara berkembangbiak.
bermakna (khususnya kehilangan kalium). 4) Menggunakan air minum yang
Kelemahan otot, hipotensi, anoreksia dan tercemar. air mungkin sudah
mengantuk dengan kadar kalium di bawah tercemar dari sumbernya atau
3,0 Meq/L, harus dilaporkan. Penurunan pada saat disimpan di rumah,
kadar kalium menyebabkan distrimia pencemaran di rumah dapat
jantung (tachikardia atrium dan ventrikel, terjadi kalau tempat
kontraksi ventrikel prematur) yang dapat penyimpanan tidak tertutup
menimbulkan kematian. (Nurindayani, atau apabila tangan tercemar
2010). menyentuh air pada saat
8. Epidemiologi mengambil air dari tempat
Sebelum kita ketahui penyimpanan.
epidimiologi dari kasus diare ini, perlu 5) Tidak mencuci tangan setelah
kita ketahui terlebih dahulu frekuensi buang air besar dan sesudah
diare pada balita yaitu 2-3 kali per tahun. membuang tinja anak atau
Maka kejadian ini, merupakan kejadian sebelum makan dan
berulang pada balita. Adapun yang menyusui/menyuapi anak.
menyebabkan kejadian diare ini berulang 6) Tidak membuang tinja
(Sofwan Rudianto, 2010). (termasuk tinja bayi) dengan
a. Penyebaran Kuman yang benar. Sering menganggap
menyebabkan diare bahwa tinja bayi tidaklah
Kuman penyebab diare berbahaya padahal
biasanya menyebar melalui fecal sesungguhnya mengandung
oral antara lain makan/minum yang virus dan bakteri dalam jumlah
tercemar tinja dan atau kontak besar. Sementara itu tinja
langsung dengan tinja penderita. binatang dapat menyebabkan
Beberapa prilaku dapat infeksi pada manusia. (Sofwan
menyebabkan penyebaran kuman Rudianto, 2010)

6
b. Faktor penjamu yang meningkatkan faktor lingkungan tidak sehat karena
kerentanan terhadap diare tercemar kuman diare serta
Beberapa faktor pada berakumulasi dengan prilaku
penjamu dapat meningkatkan manusia yang tidak sehat pula.
insiden beberapa penyakit lain dan Yaitu melalui makan dan minum ,
lamanya diare. Faktor-faktor maka dapat menimbulkan kejadian
tersebut adalah: penyakit diare. (Sunaryo, 2009).
1) Tidak memberikan ASI sampai B. Tinjauan Umum Tentang Anak
umur 2 tahun. ASI Masa tumbuh kembang anak dapat dijabarkan
mengandung antibodi yang mulai dari yakni sebagai berikut (Suyono,
dapat melindungi kita terhadap 2009) :
kuman penyebab diare seperti : a) Bayi 0 - < 1 tahun
shigella dan V cholera. b) Usia bermain / toddler 1 - < 2,5 tahun
2) Kurang gizi beratnya penyakit c) Pra sekolah 2,5 - < 5 tahun
, lama dan risiko kematian d) Usia sekolah 5 - < 11 tahun
karena diare meningkat pada e) Remaja 11 ± 18 tahun
anak-anak yang menderita Kualitas tumbuh kembang anak dan
gangguan gizi terutama gizi remaja sangat ditentukan oleh pemenuhan
buruk. kebutuhan zat gizi serta tenaga. Karena itu
3) Campak, diare dan disentri cermati konsumsi makanan mereka seperti
sering terjadi dan berakibat yang seharusnya mereka butuhkan berdasarkan
berat pada anak-anak yang pola makan dengan gizi seimbang. Di atas usia
sedang menderita campak satu tahun seorang anak akan mengalami
dalam waktu 4 minggu terakhir tumbuh kembang dan aktivitas yang sangat
hal ini sebagai akibat dari pesat dibandingkan dengan ketika ia masih
penurunan kekebalan tubuh bayi. Kebutuhan zat gizi akan meningkat.
penderita. Sementara pemberian makanan juga akan lebih
4) Imunodefisiensi/imunosupresi. sering. Jika biasanya cuma tiga kali (pagi,
Keadaan ini hanya berlangsung siang, dan sore) makan pokok, kali ini perlu
sementara, misalnya sesudah ditambah dua kali makan selingan. Tapi yang
infeksi virus (seperti campak) tak boleh ketinggalan adalah variasi hidangan
atau mungkin yang makanan yang disajikan. Soalnya, kebutuhan
berlangsung lama seperti pada zat gizi tidak bisa dipenuhi hanya dengan satu
penderita AIDS (automune jenis bahan makanan.
insufisiensi syndrom) pada Kendati tidak sepesat pada masa bayi,
anak imunosepresi berat, diare anak usia 1 - 6 tahun tetap membutuhkan kalori
dapat terjadi karena kuman lebih banyak mengingat aktivitas yang
yang tidak patogen dan dilakukan bertambah banyak. Perlu diingat,
mungkin juga berlangsung pada masa ini balita sangat rawan terhadap
lama. berbagai penyakit gizi seperti kurang protein,
5) Secara proposional, diare lebih zat besi, vitamin A, yodium, dan berbagai
banyak terjadi pada golongan penyakit infeksi. Walaupun anak balita sudah
balita (55 %). bisa diberi makanan yang sama seperti orang
c. Faktor lingkungan dan perilaku dewasa, namun perlu diingat bahwa makanan
Penyakit diare adalah salah yang diberikan hendaknya gampang dicerna
satu penyakit yang berbasis dan tidak merangsang. Hindari makanan yang
lingkungan dua faktor yang mengandung gas dan alkohol, yang bisa
dominan, yaitu saran air bersih dan menyebabkan perut kembung dan diare.
sarana pembuangan tinja. Kedua Saat usia 1 - 3 tahun anak-anak masih
faktor ini akan berinteraksi bersama sebagai konsumen pasif, artinya mereka tinggal
dengan prilaku manusia apabila menerima apa saja yang disediakan orang

7
tuanya. Walau gigi-geligi sudah mulai tumbuh, pengetahuan dasar dan dapat menerangkan
namun belum dapat digunakan untuk kembali secara mendasar ilmu pengetahuan
mengunyah makanan yang terlalu keras. yang telah dipelajarinya.
Sehingga makanan yang disajikan harus benar- 3) Aplikasi (application)
benar lunak dan dimasak sampai matang. Bila seseorang telah mampu
Pada periode ini pemberian ASI tetap untuk menggunakan apa yang telah
diteruskan sampai anak berusia dua tahun. dipelajarinya dari satu situasi untuk
Meskipun jumlah ASI yang diproduksi sudah diterapkan pada situasi yang lain.
mulai berkurang, ASI masih merupakan 4) Analisis (analysis)
makanan sumber zat gizi berkualitas tinggi. Bila kemampuan seseorang lebih
Konsumsi makanan pelengkap ASI, sekurang- meningkat lagi sehingga ia dapat
kurangnya tiga kali sehari dengan porsi separuh menerangkan bagian-bagian yang
dari jumlah makanan orang dewasa. Di menyusun suatu bentuk pengetahuan
samping itu ditambah dengan makanan tertentu dengan menganalisa hubungan yang
selingan dua kali sehari. Menyapih satu dengan yang lainnya.
(menghentikan ASI) sebaiknya dilakukan 5) Sintesis (synthesis)
bertahap dengan mengurangi pemberian ASI Bila seseorang di samping
sedikit demi sedikit. Kekebalan terhadap diare mempunyai kemampuan untuk
ada yang diturunkan melalui ibu. Namun menganalisis ia pun mampu menyusun
kekebalan ini hanya bertahan dalam jangka kembali ke bentuk semula atau kebentuk
waktu tertentu. Setelah anak berumur satu yang lain.
tahun atau lebih, kekebalan itu sudah hilang 6) Evaluasi (evaluation)
sehingga kemungkinan untuk menderita diare Bila seseorang telah mampu untuk
akibat infeksi lebih mudah. Para ahli mengetahui secara menyeluruh dari semua
memikirkan vaksin, tetapi kurang efektif karena bahan yang dipelajarinya.
hanya bisa bertahan tiga bulan (Suyono, 2009). Berdasarkan uraian di atas dapat
C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan dipahami bahwa pengetahuan adalah apa yang
Pengetahuan adalah informasi atau telah diketahui dan mampu diingat setelah
maklumat yang diketahui atau disadari oleh mendapatkan pendidikan baik formal maupun
seseorang di mana pengetahuan kesehatan non formal. Dengan adanya pengetahuan ibu
mencakup apa yang diketahui oleh seseorang tentang penyakit diare maka ia memiliki
terhadap cara-cara memelihara kesehatan kecakapan tersendiri dalam menangani diare pada
seperti pengetahuan tentang penyakit menular, anaknya yang menderita diare. (Notoatmodjo,
fasilitas pelayanan kesehatan atau faktor-faktor 2010).
yang terkait. (Meliono, 2007) Mengukur pengetahuan dapat
Menurut Notoatmodjo (2010) dilakukan dengan angket wawancara yang
pengetahuan adalah hasil dari tahu yang mana menanyakan tentang isi materi yang ingin
hal tersebut akan muncul setelah orang diukur dan subjek penelitian dan responden.
melakukan penginderaan terhadap suatu objek Kedalaman pengetahuan yang ingin kita
tertentu. ketahui yang diukur disesuaikan dengan
Menurut Bloom yang dikutip oleh tingkat-tingkat tersebut di atas. Mengukur
Notoatmodjo (2010), Pengetahuan seseorang pengetahuan seseorang tentang apapun hanya
terhadap obyek mempunyai intensitas atau dapat diukur dengan membandingkan orang
tingkat yang berbeda-beda.secara garis besar di tersebut dalam kelompoknya dalam arti luas
bagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu: (Notoatmodjo, 2010).
1) Tahu (know) Pengetahuan seseorang dipengaruhi
Bila seseorang hanya mampu oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut
menjelaskan secara garis besar apa yang (Notoatmodjo, 2010) :
telah dipelajarinya. a. Pendidikan
2) Memehami (comprehension) Pendidikan adalah sebuah proses
Bila seseorang berada pada tingkatan pengubahan sikap dan tata laku seseorang

8
atau kelompok dan juga usaha Pengetahuan tentang diare
mendewasakan manusia melalui upaya sehubungan dengan adanya informasi
pengajaran dan penelitian. yang telah diterima sebelumnya oleh ibu,
b. Media di mana informasi tersebut dapat
Media yang secara khusus diperoleh dari berbagai sumber baik
didesain untuk mencapai masyarakat yang melalui media penyuluhan langsung dari
sangat luas. Contoh dari media massa ini tenaga kesehatan maupun dengan media
adalah televisi, radio, koran dan majalah. lain seperti media cetak surst kabar,
c. Keterpaparan Informasi majalah , buku dll. Sehingga ibu yang
Pengertian informasi menurut memiliki pengetahuan cukup, tentunya
2[IRRUG (QJOLVK 'LFWLRQDU\ DGDODK ³WKDW akan memberi indikasi bahwa upaya
RI ZKLFK RQH LV DSSULVHG RU WROG´ penyebaran informasi tentang diare telah
intelligence news. Kamus lain dilaksanakan secara maksimal dan merata
menyatakan bahwa informasi adalah di masyarakat. Aspek lain yang juga dapat
sesuatu yang dapat diketahui. Namun mempengaruhi tingkat pengetahuan yng
adapula yang menekankan informasi dimiliki ibu terutama yang berhubungan
sebagai transfer pengetahuan. Selain itu dengan diare adalah tingkat pendidikan
istilah informasi juha memiliki arti yang yang telah ditamatkan oleh ibu di mana
lain sebagaimana diartikan oleh RUU jenjang pendidikan yang semakin tinggi,
tekhnologi informasi yang pemberian pemahaman dan konsep diare
mengartikannya sebagai suatu tehnik pun semakin lebih baik. (Saryono, 2010)
untuk mengumpulkan, menyiapkan, D. Tinjauan Umum Tentang Sikap
menyimpan, memanipulasi, Sikap adalah respon tertutup
mengumumkan, menganalisa dan seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu
menyebarkan informasi dengan tujuan yang sudah melibatkan faktorpendapat dan
tertentu. Sedangkan informasi itu sendiri emosi yang bersangkutan. (Sunaryo, 2008).
mencakup data, image, suara, kode, Sikap merupakan kecenderungan
program computer dan database. Adanya individu untuk merespon dengan cara yang
perbedaan defenisi informasi dikarenakan khusus terhadap stimulus yang ada dalam
pada hakekatnya informasi tidak dapat lingkungan social. Suatu kecenderungan untuk
diuraikan sedangkan informasi itu mendekat atau menghindar, positif atau negatif
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, terhadap berbagai keadaan social. Apakah itu
yang diperoleh dari kata dan observasi institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan
terhadap unia sekitar kita serta diteruskan sebagainya. Semua batasan sikap memiliki
melalui komunikasi. (Saryono, 2010) kesamaan pandang, bahwa sikap merupakan
Pengetahuan tentang diare suatu keadaan internal atau keadaan yang
merupakan serangkaian pemahaman dan masih ada dalam diri manusia.keadaan internal
konsep yang telah dimiliki oleh seseorang tersebut berupan keyakinan yang diperoleh dari
sehubungan dengan kejadian diare yang proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan
mencakup penyebab diare ,pencegahan yang mereka dapatkan. (Notoatmodjo, 2010)
dan penanganan secara lengkap. Kejadian Sikap secara nyata menunjukkan
diare pada anak balita tidak terlepas dari konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
adanya pemahaman yang lebih mendalam stimulus tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari
terhadap orang tua dan terutama pada ibu adalah merupakan reaksi yang bersifat
sebagian pihak yang terdekat dengan emosional terhadap stimulus social. Newcomb
balita. Ibu yang memiliki pemahaman salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan
yang lebih baik terhadap diare tentunya bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau
akan memperoleh berbagai kiat-kiat kesadaran untuk bertindak dan bukan
dalam rangka pencegahan terhadap diare merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap
termasuk penanganan diare jika terjadi belum merupakan suatu aktivitas akan tetapi
pada balitanya. (Saryono, 2010). merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.

9
Sikap itu merupan reaksi tertutup. responden terhadap suatu objek. Sikap dapat
(Notoatmodjo, 2010) megalami perubahan sebagai akibat dari
0HQXUXW ³$OOSRUW´ \DQJ GLNXWLS ROHK pengalaman. Tesser berargumen bahwa faktor
Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa sikap bawaan dapat mempengaruhi sikap secara tidak
itu terdiri dari 3 komponen pokok yaitu : langsung. Sikap seseorang juga dapat berubah
1) Komponen kognitif : aspek sikap yang akibat bujukan. (Notoatmodjo, 2010)
berkenaan dengan penilaian individu Sikap terhadap kejadian diare
terhadap objek atau subjek. merupakan kehendak dari seorang individu
2) Komponen afektif : dapat dikatakan untuk melaksanakan suatu penanganan dalam
sebagai perasaan (emosi) individu rangka penanggulangan diare. (Notoatmodjo,
terhadap objek atau subjek yang sejalan 2010).
dengan hasil penilaiannya. Sikap ibu yang negatif terhadap
3) Komponen kecenderungan bertindak kejadian diare pada balitanya biasanya
berkenaan dengan keinginan individu didasarkan atas pengetahuan yang kurang
untuk melakukan perbuatan sesuai dimiliki ibu tentang penanganan diare secara
keyakinan dan keinginannya. cepat dan tepat. Sebagaimana diketahui bahwa
Sikap seseorang terhadap suatu objek dalam upaya pembentukan siakap harus
atau subjek dapat positif atau negative.Ketiga didasarkan atas adanya pemahaman yang lebih
komponen ini secara bersama-sama mendalam dari individu atas suatu objek dan
membentuk sikap yang utuh (total attitude). begitu pula pada ibu dalam rangka pencegahan
Dalam penentuan sikap yang utuh ini, atau penanganan diare haruslah dilandasi
pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosi dengan pengetahuan tentang diare.
memegang peranan penting. Suatu sikp belum Kurangnya sikap positif yang dimiliki
otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over oleh ibu terhadap diare akan memberikan
behavior). Untuk terwujudna sikap menjadi dampak pelaksanaan upaya penanganan diare
suatu perbuatan nyata diperlukan faktor secara adekuat yang tentunya akan berdampak
pendukung (support) dari pihak lain. pada penurunan status kesehatan balita yang
(Notoatmodjo, 2010). lebih rendah yaitu mengalami dehidrasi.
Seperti halnya pengetahuan, menurut (Notoatmodjo, 2010).
Notoatmodjo (2010) sikap mempunyai E. Tinjauan Umum Tentang Perilaku
tingkatan-tingkatan berdasarkan intensitasnya a. Pengertian
sebagai berikut: Perilaku adalah suatu kegiatan
1) Menerima atau aktifitas organisme (makhluk hidup)
Menerima diartikan bahwa orang yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari
mau dan memperhatikan stimulus yang sudut pandang biologis semua makhluk
diberikan. hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan,
2) Menanggapi binatang sampai dengan manusia itu
Memberi jawaban jika ditanya, berperilaku, karena mereka mempunyai
mengerjakan dan menyelesaikan tugas. aktifitas masing-masing. Sehingga yang
3) Menghargai dimaksud perilaku manusia, pada
Mengajak orang lain untuk hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas
mengerjakan dan mendiskusikan suatu manusia dari manusia itu sendiri yang
masalah. mempunyai bentangan yang sangat luas
4) Bertanggung jawab antara lain: berjalan, berbicara, tertawa,
Bertanggung jawab atas segala bekerja, kuliah, menulis, membaca dan
sesuatu yang telah dipilih dengan segala sebagainya. Dari uraian diatas dapat
resiko merupakan sikap yang paling disimpulkan bahwa yang dimaksud
tinggi. perilaku (manusia) adalah semua kegiatan
Pengukuran sikap dapat dilakukan atau aktifitas manusia, baik yang dapat
secara langsung maupun tidak langsung, dapat diamati langsung maupun yang tidak
ditanya bagaimana pendapat atau pernyataan

10
dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo, a. Awareness (kesadaran), yakni orang
2010). tersebut menyadari dalam arti
b. Bentuk perilaku mengetahui stimulus (objek) terlebih
Dilihat dari bentuk respon dahulu.
terhadap stimulus ini, maka perilaku b. Interest yakni orang mulai tertarik
dapat dibedakan menjadi dua yaitu : kepada stimulus.
1) Perilaku tertutup adalah respon c. Evaluation (menimbang ± nimbang
seseorang terhadap stimulus dalam baik dan tidaknya stimulus bagi
bentuk terselubung atau tertutup dirinya). Hal ini berarti sikap
(covert). Respon atau reaksi responden sudah lebih baik lagi.
terhadap stimulus ini masih d. Trial, orang telah mulai mencoba
terbatas pada perhatian, persepsi, perilaku baru.
pengetahuan/kesadaran, dan sikap e. Adoption, subjek telah berperilaku
yang terjadi belumbisa diamati baru sesuai dengan pengetahuan,
secara jelas oleh orang lain. kesadaran, dan sikapnya terhadap
2) Perilaku terbuka adalah respon stimulus.
seseorang terhadap stimulus dalam Apabila penerimaan perilaku
bentuk tindakan nyata atau baru atau adopsi perilaku melalui proses
terbuka. Respon terhadap terhadap seperti ini didasari oleh pengetahuan,
stimulus tersebut sudah jelas kesadaran, dan sikap yang positif maka
dalam bentuk tindakan atau perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan
praktek (practice). atau bersifat langgeng (long lasting) (
c. Domain perilaku Notoatmodjo, 2010).
Diatas telah dituliskan bahwa F. Kerangka Konsep
perilaku merupakan bentuk respon dari 1. Dasar pemikiran variabel
stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini Berdasarkan tinjauan pustaka
berarti meskipun bentuk stimulusnya yang telah diuraikan pada bab sebelumya
sama namun bentuk respon akan berbeda yang merupakan landasan teoritik yang
dari setiap orang. Faktor-faktor yang mendasari penyusunan kerangka konsep
membedakan respon terhadap stimulus rnaka beberapa variabel telah
disebut determinan perilaku. Determinan diidentifikasi yang dianggap
perilaku dapat dibedakan menjadi dua berhubungan baik secara langsung
yaitu : maupun tidak langsung dengan perilaku
a. Faktor internal yaitu karakteristik ibu. Dari ulasan tinjauan pustaka itu pula
orang yang bersangkutan yang telah ditetapkan variabel independen
bersifat given atau bawaan misalnya yakni pengetahuan dan sikap serta
: tingkat kecerdasan, tingkat variabel dependen yakni penanganan diare
emosional, jenis kelamin, dan pada anak.
sebagainya. a) Pengetahuan
b. Faktor eksternal yaitu lingkungan Pengetahuan adalah apa yang telah
fisik, ekonomi, politik, dan diketahui dan mampu diingat setelah
sebagainya. Faktor lingkungan ini mendapatkan pendidikan baik formal
sering menjadi faktor yang dominan maupun non formal. Dengan adanya
yang mewarnai perilaku seseorang. pengetahuan ibu tentang
(Notoatmodjo, 2010). penanganan penyakit diare maka ia
d. Proses terjadinya perilaku memiliki kecakapan tersendiri
Penelitian Rogers (1974) dalam menangani diare pada
mengungkapkan bahwa sebelum orang anaknya yang menderita diare.
mengadopsi perilaku baru (berperilaku (Notoatmodjo, 2010).
baru), didalam diri orang tersebut terjadi b) Sikap
proses yang berurutan, yakni :

11
Sikap ibu akan mempengaruhi sikap ibu menggunakan 20
keputusan untuk berperilaku atau pertanyaan dengan menggunakan
bertindak. Semakin tepat sikap yang skala likert yang terdiri dari 5
diambil semakin tepat pula tindakan alternatif jawaban. Untuk
yang dilakukan dalam menanggulangi pernyataan di beri skor :
diare pada anaknya yang menderita STS (Sangat Tidak Setuju) : 1
diare (Sunaryo, 2008). TS (Tidak Setuju) :2
2. Hubungan antar variabel R (Ragu-ragu)
Berdasarkan pemikiran yang dikernukakan :3
di atas maka disusunlah pola pikir variabel S (Setuju) :4
yang diteliti dalam suatu bagan kerangka SS (Sangat Setuju) :5
konsep sebagai berikut: Kriteria Objektif :
Variabel Independen - Positif : jika skor jawaban
Variabel Dependen UHVSRQGHQ •
Variabel adalah konstruk/ciri/sifat yang - Negatif : jika skor jawaban
dikaji/diteliti, suatu sifat yang dapat memiliki responden < 60
bermacam-macam nilai (sesuatu yang
bervariasi). METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel A. Jenis dan Metode Penelitian
yaitu variabel independen (bebas) dan Jenis penelitian yang digunakan adalah
variabel dependen (terikat). penelitian non eksperimen. Metode penelitian
a) Variabel independent ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan
Variabel independen adalah variabel untuk mengetahui gambaran pengetahu an dan
yang mempengaruhi atau dianggap sikap ibu tentang penanganan diare pada anak
menentukan variabel terikat. Dalam di Puskesmas Batua Kota Makassar. (Saryono,
penelitian ini variabel independen 2010).
adalah pengetahuan dan sikap. B. Populasi dan Sampel
b) Variabel dependen 1. Populasi
Variabel dependen adalah variabel yang Populasi pada penelitian ini adalah semua
dipengaruhi. Dalam penelitian ini ibu yang memiliki anak yang mempunyai
variabel dependen adalah kejadian diare. riwayat penyakit diare di Puskesmas
3. Defenisi Operasional Batua Kota Makassar.
a) Pengetahuan 2. Sampel
Untuk variabel tingkat pengetahuan Sampel penelitian ini adalah ibu anak
diukur dengan menggunakan yang datang berkunjung ke Puskesmas
kusioner yang terdiri dari 25 Batua Raya Makassar yang dimana
pertanyaan. Jika jawaban benar anaknya mempunyai riwayat penyakit diare
diberi skor 2 dan jika jawaban salah yakni sebanyak 40 orang responden.
diberi skor 1. Pengambilan sampel dilakukan dengan
Pengetahuan responden cara accidental sampling memenuhi
adalah segala sesuatu yang diketahui kriteria yang telah ditetapkan, yaitu :
responden tentang diare pada anak. Kriteria inklusi :
Dengan kriteria objektif : 1. Bersedia menjadi responden
- Baik : jika nilai skor jawaban 2. Ibu yang datang berkunjung ke
UHVSRQGHQ • 50 Puskesmas Batua Raya Makassar
- Kurang : jika nilai skor 3. Ibu yang mempunyai anak dengan
jawaban responden < 50 riwayat diare
b) Sikap Kriteria eksklusi :
Kesiapan ibu terhadap apa yang 1. Tidak bersedia menjadi responden
akan dilakukan dalam menangani 2. Tidak bisa membaca dan menulis
diare pada anak. Untuk mengukur

12
C. Cara Pengumpulan Data akan memaksa dan tetap menghormati
Pengumpulan data dalam penelitian ini haknya.
dilakukan dengan 2 cara yaitu sebagai berikut 2. Tanpa Nama (Anonimity)
: Untuk menjaga kerahasiaan identitas
1. Data Primer responden, peneliti tidak akan
Data penelitian ini data yang mencantumkan nama lengkap responden.
diperlukan dapat bersumber dari Lembar tersebut hanya di beri kode
lapangan yang diperoleh peneliti tertentu.
langsung dari responden dengan 3. Kerahasiaan (Confidentiality)
menggunakan daftar pertanyaan yang Peneliti menjamin karahasiaan identitas
telah tersedia. dan informasi yang didapatkan dari
2. Data Sekunder responden. Peneliti hanya melaporkan
Data sekunder diperoleh dari data tertentu sebagai hasil penelitian.
puskesmas yang menjadi tempat 4. Keterbatasan
penelitian. Dalam penelitian ini,
kelemahan/keterbatasan yang dihadapi
D. Langkah Pengolahan Data peneliti adalah kemampuan peneliti masih
1. Editing kurang, karena peneliti termasuk pemula,
Pada tahap ini dilakukan sehingga hasil penelitian masih banyak
pemeriksaan/meneliti satu jawaban yang kekurangan.
telah diisi oleh responden guna
mengoreksi kesalahan. HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Koding A. Hasil Penelitian
Pada tahap ini dilakukan pemberian kode Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Batua
yang terdiri atas beberapa kategori. Raya Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan
3. Entri data untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan
Memasukkan data kedalam komputer sikap ibu tentang penanganan diare pada anak.
dengan menggunakan aplikasi computer Variabel yang menjadi fokus pada penelitian
dalam bentuk master data. ini terdiri atas variabel bebas yaitu pengetahuan
4. Tabulasi data dan sikap ibu, sedangkan variabel terikat yaitu
Pada tahap ini dilakukan pemberian skor penanganan diare pada anak. Sampel dalam
terhadap setiap jawaban respoden penelitian ini adalah ibu-ibu yang datang
kemudian memasukkan data tersebut memeriksakan anaknya di Puskesmas Batua
kedalam tabel. Raya Kota Makassar, jumlah sampel sebanyak
E. Etika Penelitian 40 orang.
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat Data pada penelitian ini diperoleh melalui
rekomendasi dari institusi dengan mengajukan kuesioner yang diberikan kepada respoden
permohonan izin kepada institusi/lembaga yang menjadi subjek penelitian. Kuesioner
tempat penelitian, setelah mendapat yang digunakan berisi daftar pertanyaan dan
persetujuan barulah melakukan penelitian pernyataan untuk mengukur pengetahuan dan
dengan menekankan masalah etika yang sikap responden.
meliputi :
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan ini diberikan pada
responden yang akan diteliti. Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
yang dilakukan, jika responden bersedia
diteliti maka haurs menandantangani
lembar persetujuan dan jika responden
menolak untuk di teliti maka peneliti tidak

13
1. Distribusi Responden Menurut Umur sebanyak 12 orang (30,0%), dan yang bekerja
Tabel 4.1 sebagai IRT sebanyak 19 orang (47,5%).
Distribusi Responden Menurut Umur
di Puskesmas Batua Raya Kota Makassar 4. Distribusi Responden Menurut Tingkat
Tahun 2015 Pengetahuan
Umur Frekuensi (f) Persentase (%) Tabel 4.4
7 Distribusi
17,5 Responden Menurut Tingkat
<25 tahun
Pengetahuan di Puskesmas Batua Raya Kota
• WDKXQ 33 82,5 Makassar
Jumlah 40 100
Tingkat Frekuensi Persentase
Sumber : Data Primer 2015 Pengetahuan (f) (%)
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa responden Baik 15 37,5
dengan umur <25 tahun sebanyak 7 orang (17,5%), Kurang 25 62,5
VHGDQJNDQ UHVSRQGHQ GHQJDQ XPXU • WDKXQ
sebanyak 33 orang (82,5%). Jumlah 40 100
2. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Sumber : Data Primer 2015
Tabel 4.2 Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa responden
Distribusi Responden Menurut Pendidikan dengan tingkat pengetahuan yang baik
di Puskesmas Batua Raya Kota Makassar sebanyak 15 orang (37,5%) dan responden
Tahun 2015 dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak
Pendidikan Frekuensi Persentase 25 orang (62,5%).
(f) (%) 5. Distribusi Responden Menurut Sikap
15 37,5 Tabel 4.5
Tamat SD
Distribusi Responden Menurut Sikap
Tamat SMP 11 27,5 di Puskesmas Batua Raya Kota Makassar
Tamat SMA 9 22,5 Tahun 2015
Diploma/Sarjana 5 12,5 Sikap Frekuensi Persentase
(f) (%)
Jumlah 40 100
Positif 11 27,5
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa responden Negatif 29 72,5
dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 15 orang Jumlah 40 100
(37,5%), tingkat pendidikan SMP sebanyak 11 orang Sumber : Data Primer 2015
(27,5%), tingkat pendidikan SMA sebanyak 9 orang Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa responden
(22,5%), dan yang tamat perguruan tinggi sebanyak dengan kategori sikap yang positif sebanyak 11
5 orang (12,5%). orang (27,5%) dan responden dengan kategori
3. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan sikap negatif sebanyak 29 orang (72,5%).
Tabel 4.3 B. Pembahasan
Distribusi Responden Menurut Pekerjaan 1. Pengetahuan
di Puskesmas Batua Raya Kota Makassar Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Tahun 2015 didapatkan bahwa responden dengan
Pekerjaan Frekuensi Persentase tingkat pengetahuan yang baik sebanyak
(f) (%) 15 orang (37,5%) dan responden dengan
PNS 9 22,5 tingkat pengetahuan kurang sebanyak 25
Wiraswasta 12 30,0 orang (62,5%).
Pengetahuan tentang diare pada anak
IRT 19 47,5 merupakan serangkaian pemahaman dan
Jumlah 40 100 konsep yang telah dimiliki oleh seseorang
Sumber : Data Primer 2015 sehubungan dengan kejadian diare yang
Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa responden mencakup penyebab diare, pencegahan
yang bekerja sebagai PNS sebanyak 9 orang dan penanganan secara lengkap.
(22,5%), yang bekerja sebagai wiraswasta

14
Pengetahuan tentang diare sehubungan kotor sehingga sangat dibutuhkan
dengan adanya informasi yang telah pengetahuan yang baik mengenai cara
diterima sebelumnya oleh ibu, di mana pengelolaan lingkungan yang sehat bagi
informasi tersebut dapat diperoleh dari keluarga. Orang tua yang memiliki tingkat
berbagai sumber baik melalui media pengetahuan yang kurang mengenai diare,
penyuluhan langsung dari tenaga seperti pada data yang diperoleh
kesehatan maupun dengan media lain berjumlah 40 orang, 25 orang (62,5%)
seperti media cetak surst kabar, majalah, yang memiliki pengetahuan kurang
buku dll. Sehingga ibu yang memiliki penanganan diare. Hal ini juga sejalan
pengetahuan cukup tentunya akan dengan hasil penelitian yang dilakukan
memberi indikasi bahwa upaya oleh Nurindayani (2010) yang
penyebaran informasi tentang diare telah menunjukkan bahwa ada hubungan antara
dilaksanakan secara maksimal dan merata pengetahuan ibu dengan kejadian diare.
di masyarakat. 2. Sikap
Data tersebut menunjukkan Berdasarkan penelitian yang
bahwa orang tua yang tingkat dilakukan didapatkan bahwa responden
pengetahuannya kurang mengenai dengan kategori sikap yang positif
penanganan diare cenderung anak mereka sebanyak 11 orang (27,5%) dan
menderita diare sedangkan orang tua yang responden dengan kategori sikap negatif
memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 29 orang (72,5%).
mengenai penanganan diare cenderung Newcomb salah seorang ahli
anak mereka tidak menderita diare. Hal psikologi sosial menyatakan bahwa sikap
ini sejalan dengan pendapat Meliono itu merupakan kesiapan atau kesadaran
(2007) bahwa dengan adanya pengetahuan untuk bertindak dan bukan merupakan
ibu tentang penyakit diare maka ia memiliki pelaksanaan motif tertentu. Sikap
kecakapan tersendiri dalam menangani diare terhadap kejadian diare merupakan
pada anaknya yang menderita diare. kehendak dari seorang individu untuk
Hal ini sejalan dengan pendapat melaksanakan suatu penanganan dalam
Fitriani (2005), bahwa pemberian rangka penanggulangan diare.
pengetahuan mengenai petunjuk yang (Nurindayani, 2010)
efektif bagi ibu dan keluarganya tentang Sikap ibu yang negatif terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya kejadian diare pada anaknya biasanya
penyakit diare adalah salah satu cara didasarkan atas pengetahuan yang kurang
untuk pencegahan diare di masa yang dimiliki ibu tentang penanganan diare
akan datang. (Fitriani, 2005). secara cepat dan tepat. Sebagaimana
Pengetahuan yang dimiliki oleh ibu diketahui bahwa dalam upaya pembentukan
juga sangat bermanfaat bagi tindakan sikap harus didasarkan atas adanya
penanganan diare. Ibu yang memiliki pemahaman yang lebih mendalam dari
pemahaman yang lebih baik terhadap individu atas suatu objek dan begitu pula
diare tentunya akan memperoleh berbagai pada ibu dalam rangka pencegahan atau
kiat-kiat dalam rangka pencegahan penanganan diare haruslah dilandasi dengan
terhadap diare termasuk penanganan diare pengetahuan tentang diare.Hasil penelitian
jika terjadi pada anaknya. ini sejalan dengan pendapat Nurindayani
Penyebab diare paling sering (2010) yang menyatakan bahwa sikap
pada anak di Negara tropis adalah infeksi positif yang dimiliki oleh ibu terhadap diare
dengan berbagai bakteri. Ini dapat terjadi akan memberikan dampak pelaksanaan
karena infeksi oleh organisme disentri upaya penanganan diare secara adekuat
basiler, bakteri salmonella dan berbagai yang tentunya akan berdampak pada
virus. Penyebab paling sering adalah penurunan status kesehatan anak yang lebih
bakteri yang setiap hari di jumpai dalam rendah yaitu mengalami dehidrasi.
jumlah besar yang berasal dari lingkungan (Nurindayani, 2010).

15
KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
A. Kesimpulan Departemen Kesehatan RI. (2013). Profil Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat Indonesia 2013. Jakarta
diambil kesimpulan sebagai berikut : Dinkes Sul-Sel. (2012). Situasi Penyakit Diare Di
1. Dari 40 responden didapatkan bahwa Sul-Sel. http://dinkes-
responden dengan tingkat pengetahuan sulsel.go.id/new/index, diakses pada
yang baik sebanyak 15 orang (37,5%) dan tanggal 19 Juni 2015
responden dengan tingkat pengetahuan Dinkes Sul-Sel. (2014). Profil Kesehatan Kota
kurang sebanyak 25 orang (62,5%). Makassar 2014. Sulawesi Selatan.
2. Dari 40 responden didapatkan bahwa Erwin. (2009). Klasifikasi Dehidrasi Menurut
responden dengan kategori sikap yang Maurice Kings Score (online),
positif sebanyak 11 orang (27,5%) dan (http://erwin234.Blogspot.com/2009
responden dengan kategori sikap negatif /12/klasifikasi-dehidrasi-menurut-
sebanyak 29 orang (72,5%). maurice.html, diakses pada tanggal
B. Saran 19 Juni 2015
1. Manfaat Praktis Bagi Instansi Faisal Yatim, 2005. Macam-macam Penyakit
Diharapkan menjadi salah satu sumber Menular dan Pencegahannya. Pustaka
informasi bagi dinas kesehatan dan Popular Obor : Jakarta
puskesmas setempat dalam Fitriyani Susana. (2005). Hubungan Pengetahuan
penaggulangan masalah diare, hal ini dan Sikap Ibu Dengan Tindakan
merupakan informasi yang berharga untuk Penanggulangan Diare Pada Anak Balita.
melakukan program upaya meningkatkan Skripsi FKM Unhas
derajat kesehatan masyarakat khususnya Fitri yulianti. (2010). Diare Penyebab Kematian
penyakit pada anak. Kedua Pada Balita.
2. Manfaat Ilmiah http://lifestyle.okezone.com/read/2010/06/1
Diharapkan hasil penelitian ini dapat 4/27/342780. diakses pada tanggal 19 Juni
dijadikan sebagai sarana untuk kebijakan 2015
dalam menyusun strategi pengembangan Hidayat AA. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan
sistem pelayanan kesehatan. Hasil Anak untuk Kebidanan. Salemba Medika :
penelitian ini diharapkan sebagai Jakarta
sumbangan ilmiah bagi penelitian Meliono, Irmayanti. (2007). MPKT Modul 1.
selanjutnya Lembaga Penerbit FKUI : Jakarta
3. Manfaat bagi peneliti Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Pengantar
Menambah wawasan peneliti dan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
memperkaya ilmu pengetahuan dibidang Kesehatan. Andi Offset : Yogyakarta
kesehatan khususnya yang berhubungan Nurindayani. (2010). Hubungan Perilaku Ibu
dengan pengetahuan dan sikap ibu tentang Terhadap Kejadian Diare Pada Balita di
penanganan diare pada anak Puskesmas Sanrobone Kab. Takalar.
Skripsi tidak diterbitkan : Stikes Nani
Hasanuddin Makassar
Profil Kesehatan Puskesmas Batua Raya. (2013).
Puskesmas Batua Raya Kota Makassar.
Saryono. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Mitra Cendikia Pres : Yogjakarta
Sofwan Rudianto. (2010). Cara Tepat Atasi Diare
Pada Anak. Buana Ilmu Populer : Jakarta.
Suharyono. (2011). Diare akut klinik dan
laboratorik. PT Rineka Cipta : Jakarta.
Sunaryo. (2008). Psikologi Untuk Keperawatan.
EGC : Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai