R” UMUR 15
BULAN DENGAN DIARE TANPA DEHIDRASI
DI PUSKESMAS BLIMBING GUDO
Oleh :
SRI PUTRI WULANDARI
181303026
Oleh :
SRI PUTRI WULANDARI
181303026
HARI :
TANGGAL :
TEMPAT :
MAHASISWA
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam
bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan
anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi
penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam
meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah
kesehatan anak di prioritaskan dalam perencanaan atau penataan
pembangunan bangsa.
Angka kesakitan bayi menjadi indicator kedua dalam menentukan
derajat kesehatan anak, karena nilai kesehatan merupakan cerminan dari
lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka kesakitan tersebut
juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan pelayanan kesehatan anak,
perlindungan kesehatan anak, factor sosial anak dan pendidikan ibu (Hidayat,
2008).
Angka kejadian diare nasional tahun 2006 sebesar 423 per 1.000
penduduk pada semua umur (hasil survey subdit diare, Ditjen PP dan PL
Depkes) sekitar 162.000 balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita
setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di
Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 3 bagi bayi setelah
pneumonia dan radang paru-paru.
Jumlah penderita diare di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2006
sebesar 837.724, dengan penderita pada balita 346.297, balita dengan diare
yang ditangani sebesar 41,33 %, sedangkan Case Fatality Rate (CFR) sebesar
0,03 %.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengambil
judul Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada By. “A.R” Umur 15 Bulan
Dengan Diare Tanpa Dehidrasi Di Puskesmas Blimbing Gudo
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan balita sakit pada By. “A.R”
dengan diare tanpa dehidrasi dengan menggunakan tujuh langkah varney
secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian data baik data subyektif maupun obyektif
pada By. “A.R” dengan diare tanpa dehidrasi di Puskesmas Blimbing
b. Dapat membuat interpretasi data dengan tepat pada pada By. “A.R”
dengan diare tanpa dehidrasi di Puskesmas Blimbing
c. Dapat menentukan diagnosa/masalah potensial dan antisipasi pada By.
“A.R” dengan diare tanpa dehidrasi di Puskesmas Blimbing
d. Dapat menentukan tindakan segera yang tepat pada By. “A.R” dengan
diare tanpa dehidrasi di Puskesmas Blimbing
e. Dapat membuat perencanaan tindakan yang tepat pada By. “A.R”
dengan diare tanpa dehidrasi di Puskesmas Blimbing
f. Dapat melaksanakan rencana tindakan yang telah dibuat dengan baik
tepat pada By. “A.R” dengan diare tanpa dehidrasi di Puskesmas
Blimbing
g. Dapat melakuakn evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan dari awal
sampai akhir pada By. “A.R” dengan diare tanpa dehidrasi di
Puskesmas Blimbing
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Diare
Diare adalah keadaan frekuensi BAB lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi feces dapat bewarna hijau atau dapat
pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang
encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung
kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sakit
Menurut Hipocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja
yang tidak normal dan cair. Dibagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI / RSCM,
diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja
yang encer dengan frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali perhari
sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya
lebih dari 3 kali perhari. (Ilmu Kesehatan Anak, hal : 283)
C. Jenis Diare
1. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, tetapi gejalanya dapat
menjadi berat.
Penyebabnya sebagai berikut :
Gangguan jasad renik / bakteri yang masuk kedalam usus halus setelah
melewati berbagai rintangan asam lambung
Jasad renik yang berkembang pesat didalam usus halus
Racun yang dikeluarkan oleh bakteri
Kelebihan cairan usus akibat racun
2. Diare Kronis / Menahun / Persisten
Pada diare kronis terjadinya lebih kompleks, berupa faktor yang
menimbulkannya terutama jika sering berulang pada anak. Diare kronis /
diare yang menetap akan berakhir 14 hari atau lebih lama, karena :
Gangguan bakteri jamur dan parasit
Malarbsorbsi kalori dan lemak
Gejala-gejala sisa karena cidera usus oleh setiap enteropatogen pasca
infeksi akut.
D. Patogenesis
Mekanisme dasar menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan Osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan reaksi sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus
dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya akan
timbul diare juga.
4. Patogenesis Diare Kronis
Lebih kompleks dan faktor yang menimbulkan ialah inflasi bakteri,
parasit, malarbsorbsi, malnutrisi, dll.
E. Patofisiologi
Sebagai akibat diare, baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
terjadinya gangguan asam basa (Asidosis Metabolic, Hipoglikemia)
2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukkan kurang, pengeluaran
bertambah)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah
G. Komplikasi
1. Dehidrasi (Ringan, Sedang, Berat)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala meterosinus, hipotoni otot, lemak gradiksida,
perubahan elektrokardiogram)
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus defisiensi enzim
laktosa
6. Kejang
H. Klasifikasi Diare
Klasifikasi
Gejala Klasifikasi Tindakan / Pengobatan
Diare
1. Dehidrasi ■ Terdapat dua / lebih Diare Dehidrasi Jika tidak ada klasifikasi
tanda-tanda berikut : Berat berat lain
♥ Latergis / tidak sadar Berikan cairan untuk
♥ Mata cowong / cekung dehidrasi berat
♥ Tidak bisa minum / (rencana terapi c) dan
malas minum tablet zink
♥ Cubitan kulit perut Jika anak juga
kembali sangat lambat mempunyai klasifikasi
berat lain :
Rujuk segera
Jika masih bisa minum,
berikan ASI dan larutan
oralit selama perjalanan
Jika ada kolera didaerah
tersebut, berikan
antibiotik untuk kolera
■ Terdapat dua / lebih Diare Dehidrasi Berikan cairan dan
tanda-tanda berikut : Ringan / Sedang makanan sesuai rencana
♥ Gelisah, rewel / marah terapi b dan tablet zink
♥ Mata cowong / cekung (10 hari berturut-turut)
♥ Haus, minum dengan
lahap Jika anak juga
♥ Cubitan kulit perut mempunyai klasifikasi
kembali sangat lambat berat lain :
Rujuk segera
Jika masih bisa minum,
berikan ASI dan larutan
oralit selama perjalanan
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Tinja : Mikroskopis dan makroskopis. pH dan kadar gula jika
diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance). Biarkan kuman untuk
mencari kuman penyebab dan uji resistensinya terhadap berbagai
antibiotika (pada diare persisten).
2. Pemeriksaan Darah : Darah perifer lengkap, analisis gas darah dan
elektrolit (terutama Na, K, Ca dan P serum pada diare yang disertai
kejang)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan klanin darah untuk mengetahui faal ginjal
4. Cuodenal incubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif terutama pada diare kronik
J. Penanganan
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian Cairan
a. Cairan peroral
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO 3, KCl dan
Glukosa
Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas usia 6 bulan kadar
Natrium 90 mg/l
Sedangkan anak dibawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan / sedang
kadar Natrium 50-90 mg/l
Formula lain yang disebut oralit
Cara sederhana ini dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap)
hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa) atau air
tajin yang diberi garam dan gula
b. Cairan Perenteral / Infuse
Pada umumnya menggunakan cairan RL (Ringer Laktat)
Cara memberikan cairan :
Belum ada dehidrasi
Peroral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap
defekasi
Dehidrasi Ringan
1 jam pertama : 25 – 50 ml / kg BB / peroral
(nitragastric)
Selanjutnya : 125 ml / kg BB / hari ad libitum
Dehidrasi Sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml / kg BB / peroral
/intragastric (sonde)
7 jam berikutnya : 10 – 12 ml / kg BB / jam dengan 3-5
tetes / menit
16 jam berikutnya : 125 ml / kg BB / Oralit peroral
intragastric
2. Pengobatan Dietelik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan diatas 1 tahun dengan BB kurang dari 7
kg jenis makanannya adalah :
a. Susu (ASI dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron atau sejenisnya)
b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim)
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT By. “A.R” UMUR 15
BULAN DENGAN DIARE TANPA DEHIDRASI
DI PUSKESMAS BLIMBING GUDO
2) Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kesehatan anaknya yang sedang sakit
3) Keluhan Utama
Ibu mengatakan anaknya sakit diare selama 1 hari dengan BAB cair sudah
4 kali
4) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan anaknya anaknya 1 hari mengalami sakit diare dengan
BAB cair sudah 4 kali
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan bayinya tidak pernah sakit diare sebelumnya
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak menderita penyakit menular
(HIV, TBC, Hepatitis, Malaria) menurun (Diabetes Melitus,
Hipertensi, Asma, Hemofilia, dll) dan menahun (Jantung, Paru, Ginjal,
dll)
5) Riwayat Imunisasi
Hb 0 BGC P 1 DPT 1 P 2 DPT 2 P 3 DPT 3 P 4 IPV Campak DPT Campak
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
V. INTERVENSI
1) Lakukan komunikasi teraupetik untuk menjalin hubungan saling percaya
antara bidan dan pasien
Rasional : agar terjalin hubungan saling percaya antara bidan dan
pasien.
2) Beritahu kepada ibu akan hasil pemeriksaan anaknya
Rasional : ibu dapat mengerti kondisi anaknya
3) Anjurkan ibu untuk tidak memberikan makanan yang pedas kepada
anaknya
Rasional : makanan yang pedas jika dikonsumsi yang berlebih terutama
pada anak pastinya akan menyebabkan diare
4) Anjurkan ibu untuk memberikan nutrisi yang bergizi dan istirahat yang
cukup ke anaknya
Rasional : hal ini dilakukan untuk pemenuhan nutrisi pada anak
sehingga tidak dehidrasi dan lemas
5) Ajari ibu untuk cara pemberian oralit
Rasional : Oralit diberikan setiap anak BAB
- Sampai umur 1 tahun : 50-100 ml setiap kali BAB
- Umur 1-5 tahun : 100-200 ml setiap kali BAB
Mengatakan kepada ibu :
- Agar meminum sedikit-sedikit oralit tapi sering dari
mangkuk/cangkir/gelas
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikanlah lebih lambat
- Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti
6) Pemberian fungsi obat farmakologi kepada bayi
Rasional : Agar mempercepat proses penyembuhan pada anak
7) Anjurkan ke ibu membawa anaknya ke puskesmas lagi untuk kontrol
ulang
Rasional : Jika setelah 3 hari belum ada perubahan pada anak makan
agar mendapatkan penanganan lebih lanjut maka segera
kembali kontrol ke puskesmas
VII. IMPLEMENTASI
Tanggal Pengkajian : 21 Desember 2020 Jam: 09. 20 WIB
1) Melakukan komunikasi teraupetik untuk menjalin hubungan baik dan
saling percaya antara bidan dan pasien
Hasil : terjalin hubungan baik dan saling percaya antara bidan dan
pasien
2) Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan anaknya
Hasil : observasi yang dilakukan tadi pada pertama kali pasien
datang
a) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 90/60 mmHg
N : 80x/menit
S : 36°C
RR : 20x/menit
BB : 9,6 kg
PB : 75 kg
b) Pemeriksaan Fisik
Mata : Tidak tampak enemis, konjungtiva merah muda,
sklera tampak putih, tidak cekung
Abdomen : Turgor kulit baik (cubitan kulit kembali <2 detik)
Yang menandakan bayi diare tanpa dehidrasi.
3) Menganjurkan kepada ibu untuk tidak memberikan makanan pedas
kepada anaknya karena akan menambah parah kondisinya
Hasil : ibu mengerti dan bersedia yang sudah dianjurkan
4) Menganjurkan ibu untuk memberikan nutrisi yang bergizi dan istirahat
yang cukup ke anaknyanya
Hasil : ibu mengerti dan mau melakukan untuk memberikan nutrisi
yang bergizi dan istirahat yang cukup ke anaknya
5) Mengajarkan ibu untuk pemberian oralit setiap anak BAB dengan 200
ml (gelas kecil), jika anak muntah maka tunggu 10 menit lalu berikan
lebih lambat, dan lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare
berhenti
Hasil : ibu mengerti dari yang sudah diajarkan dan bersedia
mengikuti
6) Pemberian terapi obat farmakologi untuk bayi, yaitu:
- Vit.C sehari 3x1/4
- Oralit sekali pemberian dengan ukuran gelas minum kecil (200 ml)
Hasil : Ibu mengerti dan sudah mendapatkan resep lalu akan ke
ruang pengambilan obat
7) Menganjurkan ke ibu jika dalam 3 hari anaknya masih tidak ada
perubahan maka segera kembali kontrol ulang kepuskesmas
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia yang sudah dianjurkan
VII. EVALUASI
Tanggal : 21 Desember 2020 Jam : 09. 23 WIB
S : Ibu mengatakan anaknya sudah 1 hari sakit diare dan BAB cair
sudah 4 kali
O : Pemeriksaan Fisik :
Mata : tidak tampak anemis, konjungtiva merah muda, sklera
tampak merah mudah, dan tidak cekung
Abdomen : turgor kulit baik (cubitan kulit kembali <2 detik)
A : By. “A.R” umur 15 bulan jenis kelamin perempuan dengan diare
tanpa dehidrasi
P : 1. Sudah terjalin hubungan baik antara pasien dan bidan
2. Ibu sudah mengerti kondisi anaknya
3. Ibu bersedia untuk tidak memberikan makanan yang pedas ke
anaknya
4. Ibu mengerti cara pemberian oralit ke anaknya
5. Ibu bersedia untuk memberikan nurtrisi yang bergisi dan
istirahat yang cukup untuk anaknya
6. Anak sudah diberikan terapi obat farmakologi
7. Ibu bersedia untuk membawa anaknya kontrol ulang jika
selama 3 hari tidak ada perubahan