Mengatasinya
Artikel KM Dilihat: 33700
Ratings
(1)
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang (umumnya anak) buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
(biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Setiap tahun diperkirakan 2,5 miliar kejadian diare pada anak balita, dan hampir tidak
ada perubahan dalam dua dekade tera-khir. Diare pada balita tersebut lebih dari
separohnya terjadi di Afrika dan Asia Selatan, dapat mengakibatkan kematian atau
keadaan berat lainnya. Insidens diare bervariasi menurut musim dan umur. Anak-anak
adalah kelompok usia rentan terhadap diare, insiden diare tertinggi pada kelompok
anak usia dibawah dua tahun, dan menurun dengan bertambahnya usia anak.
Jenis Diare ada dua, yaitu :
Gejala
Diare ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3
kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja
yang berdarah. Diare paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun
pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat.
Penyebab
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi
(disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan,
imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan
ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.
Pencegahan
Karena Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme akibat sanitasi
lingkungan yang kurang baik; untuk pencegahannya dapat dilakukan dengan
memperbaiki perilaku dan sanitasi lingkungan. Oleh karenanya dengan implementasi
konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta pilar pilar dalam Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM); maka diharapkan Diare dapat dicegah dengan baik.
3. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih yang
cukup.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai
risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak
mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare
yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
4. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air
besar.
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan
makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak
dalam kejadian diare ( Menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%).
Berikut adalah penjelasan tentang Lintas Diare (point 1, 3 dan 5; dapat dilaksanakan
oleh kita; masyarakat), kemudian sisanya membawa anak segera ke faskes; sbb :
1. Oralit, berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi.
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan
cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang
beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang
dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik
bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak
bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat
pertolongan cairan melalui infus.
2. ZINC diberikan selama 10 hari berturut-turut, mengurangi lama dan beratnya
diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan. ZINC juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak.
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi
enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus.
Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
3. ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat, untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti
nutrisi yang hilang.
4. Antibiotik hanya diberikan pada diare berdarah, kolera dan diare dengan masalah
lain.
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada
penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera.
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita
diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan
kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun
meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek
samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan
bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
5. Segera kembali ke petugas kesehatan jika ada demam, tinja berdarah, muntah
berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus diare makin sering atau belum
membaik dalam 3 hari.
Nasihat untuk Ibu; Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita
harus diberi nasehat tentang :
- Cara memberikan cairan dan obat di rumah
- Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila : Diare lebih
sering, Muntah berulang, Sangat haus, Makan/minum sedikit, Timbul demam,
Tinja berdarah, Tidak membaik dalam 3 hari.
Referensi :