Anda di halaman 1dari 7

Essay diare

Diare adalah suatu kondisi di mana anak buang air besar dengan konsistensi feses

yang lebih lunak, bahkan hanya berupa air dan frekuensinya lebih sering (bisa lebih dari 3

kali) dalam sehari. Bagi beberapa anak, diare ringan dapat sembuh dengan sendirinya dalam

beberapa hari. Namun, bagi anak lain, diare mungkin bisa dialaminya lebih lama, sehingga

bisa menyebabkan masalah lain, seperti dehidrasi (kehilangan terlalu banyak cairan tubuh).

Dehidrasi ini disebabkan karena terlalu banyak cairan yang keluar dari tubuh melalui buang

air besar yang terlalu cair dan sering pada saat diare. Untuk mencegah dehidrasi, hal yang

penting Anda berikan ke anak saat anak diare adalah cairan yang banyak untuk menggantikan

cairan yang hilang. Anda pun bisa memberikan anak larutan oralit untuk menggantikan cairan

tubuh anak yang hilang, atau jika tidak tersedia di rumah, Anda bisa memberikan air tajin,

kuah sayur, sari buah, air teh, air matang, dan lainnya. Untuk bayi yang berusia di bawah 6

bulan, Anda bisa terus memberikannya ASI eksklusif (ASI saja) untuk mencegah diare

semakin memburuk. Kandungan dalam ASI dapat menghambat pertumbuhan kuman yang

menyebabkan diare. Memberikan anak cairan, terutama yang mengandung elektrolit, sangat

penting dilakukan saat anak diare, walaupun sangat sedikit makanan yang diterimanya. Jika

anak sampai mengalami kekurangan cairan, maka akan mengakibatkan anak mengalami

dehidrasi, sehingga diare anak bisa menjadi tambah parah.

Penyakit diare pada saat ini yang menjadi masalah kesehatan utama pada anak

terutama pada balita di berbagai negara-negara terutama di negara berkembang, dimana

penderita kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu

kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair. Diare adalah penyakit

yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari)
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral

melalui makanan dan minuman yang kurang terjaga kehigienisannya atau kontak langsung

dengan tinja penderita diare. Penyakit ini merupakan penyumbang terbanyak angka kesakitan

dan kematian pada balita yang terjadi di Negara-negara berkembang yang salah satunya

adalah Indonesia.

Penyakit diare masih merupakan masalah masyarakat di Negara berkembang seperti

di Indonesia. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, degan CFR ( Case

Fatality Rate) pada tahun 2015 di 13 provinsi jumalah kasus 1.213 orang dengan kematian 30

orang (CFR 2,47). (Kemenkes, RI 2015). Angka kematian anak balita di Kota Yogyakarta

tahun 2008-2014 menunjukkan trend yang fluktuatif. Namun terjadi penurunan angka

kematian anak balita dari tahun 2013 sebesar 2,27 per 1000 kelahiran hidup turun menjadi 1,6

per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2014. Penyebab kematian anak balita adalah infeksi

(diare dan meningitis) serta kelainan konginetal.

Upaya menurunkan angka kematian balita akibat diare pemerintah mencanangkan

suatu program yaitu “LINTAS DIARE” (Lima Langkah Tuntas Diare) sebagai salah satu

pengendalian penyakit diare di Indonesia. Lintas diare tersebut meliputi pemberian oralit

untuk mencegah terjadinya dehidrasi, pemberian tablet zinc selama 10 hari, meneruskan

pemberian ASI atau makanan untuk memenuhi gizi anak, pemberian antibiotic atas indikasi

seperti diare dengan darah, serta pemberian nasihat kepada ibu, keluarga atau pengasuh

mengenai hal yang berkaitan balita sakit dengan dengan diare.

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah salah satu pendekatan terpadu

dalam melaksanakan balita sakit. Tujuan MTBS yaitu untuk menurunkan secara bermakna

angka kematian dan kesakitan yang tersering pada balita. Penyakit-penyakit terbanyak pada

balita yang dapat di tatalaksana dengan MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab
utama kematian, antara lain pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi yang di perberat

oleh masalah gizi. Kebijakan dalam melaksanakan tata laksana penderita diare sesuai

standart, baik sarana kesehatan maupun dirumah tangga, melaksanakan surveilans dan

epidemiologi dan pengendalian KLB, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas

dalam pengelolaan program meliputi aspek manajerial dan teknis medis serta melaksanakan

evaluasi dasar perencanaan selanjutnya. Diare jika dibiarkan tanpa diberikan pengobatan

lebih lanjut dapat menyebabkan gizi buruk atau kurang gizi pada bayi atau balita yang

mengalami diare. Jika gizi buruk atau kurang gizi tersebut tidak ditindak lanjuti atau diobati

maka dapat menyebabkan tumbuh kembang jelek yang salah satu akibat dari tumbuh

kembang jelek adalah stunting. Jika dibiarkan berlanjut tumbuh kembang jelek dapat

mengakibatkan penerus bangsa menjadi tidak produktif bahkan menjadi beban dinegara

tersebut.

Peran bidan dalam menurunkan angka kejadian diare pada bayi dan balita dengan cara

mempromosikan ASI ekslusif secara 6 bulan terhadap calon ibu. Dengan diberikannya ASI

ekslusif selama 6 bulan dapat menurunkan angka kejadian diare pada bayi dan balita karena

ASI mengandung zat antibody yang baik bagi bayi dan balita untuk meningkatkan system

kekebalan tubuh. Upaya lain yang dilakukan bidan terkait menurunkan angka kejadian diare

pada bayi dan balita adalah dengan mempromosikan “Gerakan Cuci Tangan Dengan Sabun “

yang diperingati setiap tanggal 15 Oktober diseluruh dunia. Mencuci tangan dengan sabun

dapat membunuh kuman penyebab diare. Berbagai penyuluhan pencegahan diare maupun

cara penanganan diare dengan tepat sudah dilakukan oleh pemerintah. Namun pada

kenyataannya, masih banyak bayi dan balita yang dirawat akibat diare, bahkan meninggal.

Hampir semua anak pernah mengalami diare, di periode awal kehidupan mereka. Diare tidak

selalu disebabkan infeksi dan beberapa kasus diare hanya berlangsung singkat dan tidak

membahayakan. Tetapi, orangtua tidak boleh mengabaikan diare apapun penyebabnya. Diare,
dalam istilah kedokteran adalah buang air besar (BAB) dalam bentuk cair dan frekuensi yang

meningkat (terus menerus). Umumnya, diare disebabkan infeksi di saluran pencernaan baik

disebabkan virus, bakteri, atau parasit.

Penyebab tersering infeksi saluran cerna yang menyebabkan diare adalah virus,

terutama rotavirus. Virus ini sangat menular sehingga umumnya diare terjadi “berjamaah” di

satu lingkungan. Infeksi diare dapat menular melalui: tangan kotor, makanan atau minuman

yang terkontaminasi, beberapa hewan peliharaan, ataupun kontak langsung dengan BAB.

Diare, kadang disertai muntah. Orangtua biasanya panik jika kondisi ini terjadi pada bayi,

karena mereka masih sangat lemah. Berikut ini adalah diare pada bayi dan anak-anak dan

bagaimana penanganannya:

Bayi

Diare pada bayi tak selalu sebuah penyakit. Kebanyakan bayi BAB dalam frekuensi

lebih dari sekali sehari dan memiliki bentuk BAB cair, terutama pada bayi yang minum ASI.

Tetapi jika BAB bayi terlalu sering hingga lebih dari 6 kali sehari dan sangat cair, disertai

bayi rewel dan tidak mau minum ASI, maka harus dilakukan tindakan segera. Diare dan

muntah pada bayi jauh lebih serius dibandingkan pada anak-anak. Bayi lebih mudah

kehilangan cairan dan mengalami dehidrasi. Tanda-tanda dehidrasi adalah rewel, mulut

kering, kulit pucat dan kendur, ubun-ubun cekung, dan tidak buang air kecil. Selain itu bayi

menolak minum susu atau ASI, dan tangan serta kaki dingin.

Jangan tunda dan segera bawa bayi ke rumah sakit terdekat. Jangan sampai bayi sudah dalam

kondisi dehidrasi, atau sampai kondisi tidak menunjukkan respon, baru dibawa ke rumah

sakit. Terapi utama diare adalah rehidrasi atau pemberian cairan pengganti. Di rumah sakit

ada banyak cara memberikan cairan rehidrasi, jika pemberian oralit sulit dilakukan di rumah.
Balita dan anak-anak

Anak-anak usia 1-5 tahun juga kerap mengalami diare.  Kadang BAB si Kecil berbau,

cair dan bahkan masih mengandung apa yang dimakan sebelumnya misalnya wortel atau

kacang. Tak jarang anak-anak yang mengalami diare tidak menunjukkan gejala sakit dan

tetap aktif. Penyebab diare pada anak-anak bisa karena infeksi virus, bakteri di saluran cerna,

keracunan makanan, atau akibat alergi makanan. Diare yang disebabkan infeksi biasanya

disertai muntah, dikenal dengan gastroenteritis. Untuk memastikan penyebabnya, orangtua

sebaiknya membawa si Kecil ke dokter jika diare disertai muntah, diare (BAB cair), ada

darah dalam BAB nya, atau berlangsung lebih dari dua hari dan disertai sakit perut. Jangan

memberikan anak obat oral diare yang dibeli bebas, karena dapat berbahaya. Pengobatan

yang benar adalah memberikan pengganti cairan  dengan oralit. Prinsip menangani diare

adalah:

 Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (minum) maupun

melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).

 Pastikan porsi makanan yang diberikan memenuhi kebutuhan minimal si kecil: jangan

membiarkan anak tidak makan dan minum, teruskan memberi ASI dan lanjutkan

makanan seperti yang diberikan sebelum sakit.

 Pemberian obat diare anak seminimal mungkin. Sebagian besar diare pada anak akan

sembuh tanpa pemberian obat diare anak atau antidiare dan antibiotik. Bahkan

pemberian antibiotik justru dapat menyebabkan diare kronik. Bila anak atau balita

menderita diare dan belum menderita dehidrasi, segera berikan minum minimal

sebanyak 10 mililiter per kilogram berat badan anak. Hal itu dilakukan setiap kali

anak mencret agar cairan tubuh yang hilang bersama feses dapat diganti untuk

mencegah dehidrasi yang bisa berujung pada kematian. Memberi anak oralit juga bisa
dilakukan. Pastikan dosis yang Anda berikan sesuai dengan berat badan si kecil.

Lantas, bagaimana mengetahui keadaan anak membaik sehingga tidak perlu dibawa

ke dokter? Tentu saja dengan melihat adanya perbaikan dari gejala-gejala yang

disebutkan di atas. Misalnya kesadaran anak membaik, rasa hausnya menghilang,

mulut dan bibirnya mulai membasah, kencing banyak, dan turgor kulit perutnya

membaik. Kapan dirujuk ke puskesmas atau dokter?

 Muntah terus menerus sehingga pemberian obat diare balita berupa oralit dinilai

tidak manjur

 Mencret hebat dan terus menerus yang diperkirakan pemberian oralit sebagai obat

diare balita kurang berhasil

 Terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor kurang, tangan dan kaki dingin,

tidak sadar).

Dengan adanya asuhan kebidanan pada balita sakit khususnya diare yang saat ini telah

marak sekali terjadi di Indonesia dikalangan masyarakat kususnya terjadi pada anak-anak dan

balita. Diare pada anak dapat menyebabkan kematian dan kurang gizi. Kematian dapat

dihindarkan dengan mencegah dan mengatasi dehidrasi melalui pemberian oralit. Gizi kurang

dapat dicegah dengan pemberian makanan yang memadai selama berlangsungnya diare.

Peran obat-obatan tidak begitu penting dalam menangani anak yang mengalami diare.

Pecegahan dan pengobatan diare harus dimulai di rumah. Sebaiknya anak tidak diberikan

makanan yang digoreng, berminyak, produk olahan, dan fast food saat anak diare. Makanan

tersebut membutuhkan kerja yang lebih bagi sistem pencernaan untuk mencernanya. Selain

itu, sebaiknya hindari makanan yang menyebabkan perut anak bergas, seperti brokoli, kol,

asparagus, kacang-kacangan, buncis, dan lainnya.


Hindari juga minuman dan makanan yang mengandung kafein, seperti kopi, teh, dan cokelat,

serta minuman yang mengandung soda.

Anda mungkin juga menyukai