PENDAHULUAN
Walaupun
angkamortalitasnya telah
menurun
tajam,
tetapi
angka morbiditas masih cukup tinggi. Penanganan diare yang dilakukan secara baik
selama ini membuat angka kematian akibat diare dalam 20 tahun terakhir menurun
tajam. Walaupun angka kematian sudah menurun tetapi angka kesakitan masih cukup
tinggi. Lama diare serta frekuensi diare pada penderita akut belum dapat diturunkan
(Info Sehat, 2009).
Diare adalah keadaan dimana seseorang buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Bila penderita diare banyak
sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama
pada bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun (Ngastiyah, 2005).
Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan
nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh dua
juta anak di dunia setiap tahunnya (Info Sehat, 2009). Saat ini morbiditas (angka
kesakitan) diare di Indonesia sekitar 200 - 400 diantara 1000 penduduk setiap
tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar 60
juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70 80%) dari penderita ini adalah anak
dibawah lima tahun ( 40 juta kejadian).Sebagian dari penderita ( 1- 2 % ) akan jatuh
ke dalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50 60 % diantaranya dapat
meninggal. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000 500.000 anak di bawah
lima tahun meninggal setiap tahunnya (Arjatma, 2003).
Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak antara lain adalah
menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan
kualitas hidup anak. Penyakit diare di masyarakat (Indonesia) lebih dikenal dengan
istilah
"Muntaber".
Penyakit
ini
mempunyai
konotasi
yang
mengerikan
serta
menimbulkan kecemasan dan kepanikan warga masyarakat karena bila tidak segera
diobati, dalam waktu singkat ( 48 jam) penderita akan meninggal (Info Sehat, 2009).
Sebagian besar angka kematian diare ini di duga karena kurangnya pengetahauan
masyarakat terutama ibu, mengenai upaya pencegahan dan penanggulangan diare
dehidrasi (Sadikin, 2000).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
Diare adalah suatu keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensinya tinja melembek, dapat berwarna hijau
atau dapat pula bercampur lendir dan darah ataupun lendir saja.
Tanda tanda anak mengalami diare :
Buang air besar lebih dari 5 kali sehari, untuk keadaan yang lebih berat bisa
terus menerus.
Demam terjadi jika ada infeksi bakteri atau virus dalam saluran pencernaaan.
Badan terasa kering dan selalu haus untuk keadaan yang berat.
Diare Akut
Diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 3 -7 hari pada bayi
dan anak.
b.
Diare kronik
2.2 Etiologi
1.
Faktor-faktor infeksi
a.
Infeksi infeksi yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak.
b.
Infeksi parental yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti ;
- (OMA) infeksi pada telinga tengah terjadi pada anak di bawah umur balita.
- Tonsilorangitis / pembengkakan pada tonsil
- Bronkopneumonia (radang paru yang berasal dari cabang tenggorokkan yang mengalami
infeksi dan tersumbat oleh getah arang)
- Ensefalitis / peradadngan pada otak .
2.
3.
Faktor makanan
Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas
2.3 Patofisiologis
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1.
2.
3.
Hipoglikemia
4.
Penilaian
Lihat keadaan
umum
Baik, sadar
Gelisah, rewel
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
dan kering
Airmata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Basah
Kering
Sangat kering
B
C
Rasa Haus
Minum biasa
tidak haus
Haus, ingin
minum
banyak
Malasa minum
atau tidak bias
minum
Hasil pemeriksaan
Tanpa
dehidrasi
Dehidrasi
ringan
Dehidrasi berat
Terapi
Rencana
terapi A
2.4 Penatalaksanaan
2.6.1 Rencana Pengobatan A
a)
b)
2.
3.
2. Untuk anak < 6 bulan dan belum mendapat makanan padat dan bisa diberikan susu LLM yang di
cairkan dengan air.
3. Bila anak > 6 bulan atau telah mendapat makanan padat.
4. Gunakan cairan seperti oralit,air taajin,aqua atau air matang.
a.
Berikan sari buah yang segar (bahan yang bersifat asam) dan pisang barangan
b.
Berikan makanan yang segar, masak dan dihaluskan serta ditumbuk dengan halus
c.
d.
Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan makanan tambahan
seperti : roti tawar dan kentang.
c. Bawa anak kepada petugas Kesehatan bila anak tidak ada kemajuan dalam
2 hari, misalnya :
1.
Masih Diare
2.
Muntah
3.
4.
Demam
5.
Kebutuhan oralit di rumah yang diberikan setiap habis buang air besar dan berikan
oralit yang cukup 2 hari.
Tabel 2.2 Dosis Pemberian Oralit Berdasarkan Umur
Umur
< 12 bulan
50 100 ml ( gelas )
1- 4 tahun
> 5 tahun
Dewasa
b.
Pada bayi yang berusia < 12 bulan, diberikan 50 -100 ml oralit tiap BAB
c.
d.
Bila diare terus berlanjut,dan oralit telah diberikan ,dianjurkan ibu untuk memberikan
cairan lain.
2.7.2. Rencana Pengobatan B
1. Untuk mengetahui dehidrasi .
a.
b.
1.
Diharapkan kepada anggota keluarga dapat membantu ibu dalam memberikan oralit
a.
b.
Anjurkan ibu cara menganjurkannya yaitu sesendok the setiap 1-2 menit untuk anak
dibawah 2 tahun .Beberapa teguk untuk dari cangkir untuk anak yang lebih tua .
c.
Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian oralit tetapi
lebih lambat misalnya sesendok setiap 2-3 menit.
2.
a.
Anjurkan pada ibu jumlah oralit yang harus diberikan selama pengobatan 3 jam di
rumah
b.
si
mungil
masih
menyusui,
jagalah
puting
susu
dengan
selalu
membersihkannya dengan kapas yang dicelup air hangat setiap kali akan menyusui.
Kemudian, yang tak kalah penting adalah selalu membersihkan mainan si mungil secara
berkala dan hindari penggunaan obat-obatan yang tidak perlu khususnya antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
__________. 2005. Manajeman Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : EGC
Chandra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian Kesehata. Jakarta : EGC.
Fauziatun, Sri. 2008. Gambaran Pangetahuan PUS Tentang Pencegahan Kanker
Leher Rahmi. Medan : Perpustakaan Helvetia.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Indiarti. 2007. Ma, Aku Sakit Lagi Panduan Lengkap Kesehatan Anak Dari A Sampai Z.
Yogyakarta : Andi Offset.