PENDAHULUAN
1. Mulut
Merupakan tempat dimulainya pencernaan makanan. Di mulut
berlangsung dua jenis pencernaan, yaitu: Pencernaan mekanik
yang dilakukan oloh gigi dan lidah, berupa pengunyahan,
pergerakan otot-otot lidah dan pipi untuk mencampur makanan
dengan air ludah sebelum makanan ditelan. Pencernaan secara
kimia yang dilakukan oleh kelenjar ludah, yaitu pemecahan amilum
menjadi maltosa.
a. Lidah
Berfungsi untuk mencerna makanan secara mekanik,
membantu proses mengunyah, menelan, membedakan
bermacam rasa. Untuk mendukung fungsi mengenali rasa,
pada permukaan lidah terdapat papilla-papila yang di dalamnya
terdapat puting-puting pengecap rasa. Macam rasa yang dapat
dibedakan oleh lidah adalah manis, asam, asin, dan pahit.
Selain itu, lidah juga peka terhadap panas, dingin, dan
tekanan.
b. Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar penghasil ludah atau air liur (saliva) yang
terdiri dari tiga pasang.
1) Kelenjar parotis berada di bawah telinga, yang berfungsi
menghasilkan ludah berbentuk cair.
2) Kelenjar submandibularis berada di rahang bagian bawah,
berfungsi menghasilkan getah yang mengandung air dan
lendir.
3) Kelenjar sublingualis berada di bawah lidah, berperan
menghasilkan getah yang mengandung air dan lender.
4) Ludah dalam pencernaan makanan berperan untuk
memudahkan dalam menelan makanan dengan cara
membasahi dan melumasi makanan. Ludah mengandung
enzim ptyalin (amylase) yang berperan mengubah zat
karbohidrat (amilum) menjadi maltose (gula sederhana).
Enzim ptyalin akan berfungsi maksimal jika berada pada pH
6,8-7 dan padasuhu37°C.
c. Gigi
Berfungsi untuk memotong dan mengoyak makanan yang
masuk ke mulut (sebagai alat pencernaan mekanik). Tujuan
makanan dipotong dan dikoyak menjadi lebih kecil agar mudah
untuk dicerna oleh lambung. Perkembangan gigi dimulai saat
anak berusia sekitar enam bulan. Gigi yang pertama kali
tumbuh disebut gigi susu. Selanjutnya, pada usia 6-14 tahun
gigi susu akan diganti menjadi gigi sulung, selanjutnya akan
berkembang menjadi gigi tetap. Gigi susu terdiri dari 4 gigi
geraham belakang, 2 gigi taring dan 4 gigi seri pada rahang
atas. Pada rahang bawah terdiri dari 4 gigi geraham belakang,
2 gigi seri dan 4 gigi seri. Gigi tetap memiliki rumusan 6 gigi
geraham belakang, 4 geraham depan, 2 gigi taring, dan 4 gigi
seri pada masing-masing rahang, baik rahang atas maupun
rahang bawah.
2. Lambung
Setelah makanan dikunyah di dalam mulut selanjutnya dibawa ke
lambung melalui kerongkongan. Makanan dapat turun ke lambung
atas bantuan kontraksi otot-otot kerongkongan tersebut. Selama di
lambung, makanan akan diproses secara kimiawi menggunakan
enzim-enzim pencernaan, diantaranya:
a. Renin, zat renin ini hanya dimiliki oleh bayi yang fungsinya
untuk mengendapkan protein susu dari air susu ibu (ASI).
b. Pepsin, zat yang satu ini fungsinya untuk memecah protein
menjadi pepton.
c. Asam Klorida (HCI), fungsinya untuk mengaktifkan
pepsinogen menjadi pepsin.
d. Lipase, zat lipase fungsinya untuk memecah lemak menjadi
asam lemak dan gliserol.
3. Usus 12 Jari
Makanan diproses dalam lambung sekitar 3-4 jam, setelah itu
dibawa menuju usus 12 jari dan akan dicerna dengan bantuan
enzim-enzim dari pankreas. Disamping itu juga terdapat empedu
yang dihasilkan oleh hati fungsinya untuk mengemulsikan lemak
kemudian dialirkan ke usus 12 jari.
4. Usus Halus
Setelah itu makanan dibawa ke usus halus untuk diserap
kandungannya, seperti lemak diserap dalam bentuk asam lemak
dan gliserol, Karbohidrat diserap dalam bentuk glukosa, dan
protein diserap dalam bentuk asam amino. Sedangkan vitamin dan
mineral dapat langsung diserap oleh usus halus tanpa dicerna.
5. Usus Besar
Kemudian makanan yang tidak dicerna usus halus akan menuju
usus besar dan menjadi fases. Air yang masih ada dalam usus
besar akan diserap kembali ke usus besar.
6. Anus
Sisa makanan yang tidak diserap akan dibuang melalui anus.
2.2 Pengertian
Disentri didefinisikan dengan diare yang disertai darah dalam
feses, menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat,
dan kerusakan mukosa usus karena bakteri invasive. (Sodikin, 2011)
Disentri adalah penyakit semacam diare dengan gejala umum
buang air besar dengan bentuk kotoran yang cair. Perbedaan disentri dari
diare adalah ada bercak-bercak darah di kotoran. Setiap tahun penyakit
disentri menjadi penyebab kematian satu juta orang di negara
berkembang dan kebanyakan dari mereka adalah anak-anak (Thompson,
2012).
Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya yang disertai
dengan darah dan sering kalii menyebabkan kematian dibandingkan
dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat disebabkan oleh
bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba). (Nanda, 2015:
203)
2.3. Klasifikasi
Ada duamacamdisentri yaitu:
1. Disentribasilier
Disentri basilier merupakan penyakit disentri yang disebabkan karena
serangan bakteri seperti Shigella, Eschericia coli
enteroinvasif, dan Salmonella.
2. Disentri amoeba
Disentri amoeba merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Entamoeba histolytica.
2.4. Etiologi
1. Bakteri (Disentribasiler)
a. Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60%)
kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri
yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella.
b. Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
c. Salmonella dan Campylobacter jejuni, terutama pada bayi.
2. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoebahystolitica, lebih
sering pada anak usia> 5 tahun.
2.6 Patofisiologi
Sifat virulensi dasar yang dimiliki bersama oleh
semua shigellaadalah kemampuannya menginvasi sel epitel kolon. Sifat
ini dikodekan pada plasmid besar (120-140 MD) yang menyebabkan
sintesis kelompok polipeptida yang terlihat pada invasi dan pembunuhan
sel.Shigella yang kehilangan virulensi plasmidnya tidak lagi berperan
sebagai patogen. Escerichia coli yang secara alamiah atau antifisial
mengadung plasmid beperilaku seperti shigella. Disamping sifat virulensi
utama yang dikode plasmid, faktor-faktor yang dikode secara kromosom
juga diperlukan untuk virulensi penuh; beberapa sifat dari kromosom ini
penting untuk semua shigella (misal, sintesis lipopolisakarida) sedang
yang lain hanya penting pada beberapa serotip (misal, sintesis
sigotoksin). Sigotoksin suatu eksotoksin kuat penghambat sintesis protein
dihasilkan dalam jumlah yang berarti hanya oleh serotip 1 S.
Dysenteriae dan E. Coli tertentu (E coli enterohemoragik, atau E coli
penghasil toksin seperti shiga ). Fase diare berair shigellosis dapat
disebabkan oleh enterotoksin unik; enterotoksin shigella 1 (SHET-1),
dikode pada kromosom bakteri dan SHET-2 dikode pada plasmod
virulensi.
Shigella memerlukan amat sedikit inokulum agar menimbulkan
sakit. Penelanan sebanyak 10 organisme S. Dysenteriae serotip 1 dapat
menyebabkan disentri pada beberapa individu yang rentan. Hal ini
berbeda dengan organisme seperti vibriocholerae, yang memerlukan
penelanan 108-1010 organisme agar menimbulkan sakit. Pengaruh
inokulum menjelaskan kemudahan penularan shigella dari orang ke orang
yang berbeda dengan vibriocholerae. (Behrman, 2012)
Patway
Bakteri shingella
Mukosa usus
Peradangan
Gangguan rasa
Diare Keletihan
nyaman nyeri
Nyeri akut
Resiko Hipertermi
ketidakseimbangan
elektrolit
Intake berkurang
Perdarahan
akut
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
2.7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Nanda (2015:204) sebagai berikut :
1. Pemeriksaan tinja
2. Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan
bentuk trofozoit dalam tinja
3. Benzidin test
4. Mikroskopis : leukosit fecal (pertanda adanya koltis), darah fecal
5. Biakan tinja
6. Media agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS
7. Pemeriksaan darah rutin: leukositosis (5000-15000 sel/mm3), kadang-
kadang dapat ditemukan leukopenia.
2.8. Penatalaksanaan
1. Diet Tinggi Kalori/Tinggi Protein.
Biasanya pada penderita disentri mengalami malnutrisi yang biasanya
disebabkan adanya malabsorbsi karbohidrat, vitamin, dan mineral.
Penderita disarankan untuk makan makanan dalam bentuk yang
relatif lembek (dengan tujuan mengurangi kerja usus).
2. Terapi dehidrasi
Terapi dehidrasi berdasarkan derajat dehidrasi.
3. Antibiotik
Pengobatan dengan antibiotik yang tepat akan mengurangi masa
sakit dan menurunkan risiko komplikasi dan kematian. Pilihan utama
untuk disentri basilier adalah Kortimoksazol (Trimetropin 10mg/kg/hari
dan Sulfametoksazol 50mg/kg/hari) dibagi dalam 2 dosis selama 5
hari.
4. Alternatif yang dapat diberikan antara lain:
a. Ampisilin 100mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis
b. Cefixime 8 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis
c. Ceftriaxone 50 mg/kg/hari dalam dosis tunggal IV atau IM
d. Asam nalidiksat 55 mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis
e. Terapi antibiotik untuk disentri amoeba yaitu metronodazol 30-50
mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari.
5. Antipiretik
Antipiretik berfungsi untuk menghambat produksi prostalgladin
yang memacu peningkatan suhu lewat hipotalamus sehingga
dapat menurunkan demam.
(Nanda, 2015:204-205)
2.8 Komplikasi
Menurut Samik Wahab (2012:183) komplikasi dari disentri antara lain :
1. Dehidrasi dengan resiko gagal ginjal atau kematian
2. Sepsis dan koagulasi intravaskular tersebar
3. Hemolisis
4. Anemia
5. Sindrom hemolitik uremik
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Identitas
Identitas klien harus diketahui oleh perawat meliputi nama, umur,
kenis kelamin, alamat rumah, agama, pekerjaan, suku bangsa,
bahasa yang dipakai, status pendidikan, dna pekerjaan klien/asuransi
kesehatan.
2. Riwayat penyakit saat ini
BAB warna kuning kehujauan, bercampur lendir dan darah atau
lendir saja dan bahkan berbusa. Konsistensi encer, frekuensi lebih
dari 3 kali.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, dan penyakit GI lainnya. Serta
penggunaan obat-obatan terkait.
4. Riwayat nutrisi
Perlu dikaji mengenai pola nutrisi yang dikonsumsi oleh seseorang
dan jenis jenis makanan yang dikonsumsi sehari harinya,
5. Riwayat lingkungan
Perlu kita kaji bagaimana lingkungan sekitar seseorang. Apakah
lingkungan dapat dikatakan higienis atau tidak. Seperti keadaan air
untuk mencuci makanan, suhu tempat menyimpan makanan,
kebersihan lingkungan serta kebersihan alat makan.
4.1 Kesimpulan