Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN

Disentri didefinisikan dengan diare yang disertai darah dalam feses,


menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kerusakan
mukosa usus karena bakteri invasive. Penyebab utama disentriakut yaitu shigella,
penyebab lain Campylobacter Jejuni, danpenyebab yang jarang dialami
adalah E.ColiEnterohemoragik dan Salmonella. Pada orang dewasa muda, disentri
sering disebabkan oleh Entamoeba Histalytica, tetapi jarang menjadi penyebab
disentri pada anak-anak. (Sodikin, 2011)

Disentri adalah penyakit semacam diare dengan gejala umum buang air
besardenganbentukkotoran yang
cair.Perbedaandisentridaridiareadalahadabercak-bercakdarah di
kotoran.Setiaptahunpenyakitdisentrimenjadipenyebabkematiansatujuta orang di
negaraberkembangdankebanyakandarimerekaadalahanak-anak (Thompson, 2012).

Disentrimerupakansuatuinfeksi yang menimbulkanluka yang


menyebabkantukakterbatas di colon yang ditandaidengangejalakhas yang
disebutsebagaisindromadisentri, yakni:

1. Sakit di perut yang sering disertaidengantenesmus

2. Berak-berak

3. Tinjamengandungdarahdanlendir

Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya yang disertai dengan darah dan
sering kalii menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang
lain. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba
(disentri amoeba). (Nanda, 2015: 203)

B. KLASIFIKASI

Ada duamacamdisentri yaitu:

1. Disentribasilier
Disentri basilier merupakan penyakit disentri yang disebabkan karena serangan
bakteri seperti Shigella , Eschericia coli enteroinvasif, dan Salmonella.

2. Disentri amoeba

Disentri amoeba merupakan penyakit yang disebabkan olehEntamoeba


histolytica.

C. ETIOLOGI

1. Bakteri (Disentribasiler)

a. Shigella, penyebabdisentri yang terpentingdantersering (± 60%)


kasusdisentri yang dirujuksertahampirsemuakasusdisentri yang
beratdanmengancamjiwadisebabkanolehShigella.

b. Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)

c. Salmonella

d. Campylobacter jejuni, terutamapadabayi.

2. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkanEntamoebahystolitica,


lebihseringpadaanakusia> 5 tahun.

Di masyarakat industry,S.Sonneiadalahpenyebabdisentribasilier yang paling


sering, denganS.Flexneripenyebab paling seringkedua. Di masyarakatpra
industry S.Flexneriadalah yang paling sering,denganS.Sonneipenyebab yang
paling seringkedua.S.Dysentriaeserotip I cenderungterjadipada epidemic massif,
walaupun basil ini juga endemic di Asia.( Sodikin, 2011)

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Nyeriabdomen berat

2. Demam tinggi
3. Muntah

4. Anoreksia

5. Toksisitas menyeluruh

6. Mendadak ingin buang air besar dan nyeri saat defekasi

7. Perut kembung dan nyeri

8. Suara usus hiperaktif

9. Nyeri rektum pada pemeriksaan digital

10. Tinja berlendir darah namun beberapa anak tidak pernah menjelek sampai
stadium diare berdarah, sedang pada yang lain tinja pertama berdarah.

E. ANATOMI FISIOLOGI
1. Mulut

Merupakan tempat dimulainya pencernaan makanan. Di mulut berlangsung


dua jenis pencernaan, yaitu:

· Pencernaan mekanik yang dilakukan oloh gigi dan lidah, berupa


pengunyahan, pergerakan otot-otot lidah dan pipi untuk mencampur makanan
dengan air ludah sebelum makanan ditelan.

· Pencernaan secara kimia yang dilakukan oleh kelenjar ludah, yaitu


pemecahan amilum menjadi maltosa.

a) Lidah
Berfungsi untuk mencerna makanan secara mekanik, membantu proses
mengunyah, menelan, membedakan bermacam rasa. Untuk mendukung fungsi
mengenali rasa, pada permukaan lidah terdapat papilla-papila yang di
dalamnya terdapat puting-puting pengecap rasa. Macam rasa yang dapat
dibedakan oleh lidah adalah manis, asam, asin, dan pahit. Selain itu, lidah
juga peka terhadap panas, dingin, dan tekanan.
b) Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar penghasil ludah atau air liur (saliva) yang terdiri dari tiga
pasang.

· Kelenjar parotis berada di bawah telinga, yang berfungsi menghasilkan


ludah berbentuk cair.

· Kelenjar submandibularis berada di rahang bagian bawah, berfungsi


menghasilkan getah yang mengandung air dan lendir.

· Kelenjar sublingualis berada di bawah lidah, berperan menghasilkan getah


yang mengandung air dan lender.

Ludah dalam pencernaan makanan berperan untuk memudahkan dalam


menelan makanan dengan cara membasahi dan melumasi makanan. Ludah
mengandung enzim ptyalin (amylase) yang berperan mengubah zat
karbohidrat (amilum) menjadi maltose (gula sederhana). Enzim ptyalin akan
berfungsi maksimal jika berada pada pH 6,8-7 dan padasuhu37°C.
c) Gigi
Berfungsi untuk memotong dan mengoyak makanan yang masuk ke mulut
(sebagai alat pencernaan mekanik). Tujuan makanan dipotong dan dikoyak
menjadi lebih kecil agar mudah untuk dicerna oleh lambung. Perkembangan
gigi dimulai saat anak berusia sekitar enam bulan. Gigi yang pertama kali
tumbuh disebut gigi susu. Selanjutnya, pada usia 6-14 tahun gigi susu akan
diganti menjadi gigi sulung, selanjutnya akan berkembang menjadi gigi tetap.
Gigi susu terdiri dari 4 gigi geraham belakang, 2 gigi taring dan 4 gigi seri
pada rahang atas. Pada rahang bawah terdiri dari 4 gigi geraham belakang, 2
gigi seri dan 4 gigi seri. Gigi tetap memiliki rumusan 6 gigi geraham
belakang, 4 geraham depan, 2 gigi taring, dan 4 gigi seri pada masing-masing
rahang, baik rahang atas maupun rahang bawah.

2. Lambung

Setelah makanan dikunyah di dalam mulut selanjutnya dibawa ke lambung


melalui kerongkongan. Makanan dapat turun ke lambung atas bantuan
kontraksi otot-otot kerongkongan tersebut. Selama di lambung, makanan akan
diproses secara kimiawi menggunakan enzim-enzim pencernaan, diantaranya:

Renin, zat renin ini hanya dimiliki oleh bayi yang fungsinya untuk
mengendapkan protein susu dari air susu ibu (ASI).

Pepsin, zat yang satu ini fungsinya untuk memecah protein menjadi pepton.

Asam Klorida (HCI), fungsinya untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi


pepsin.

Lipase, zat lipase fungsinya untuk memecah lemak menjadi asam lemak dan
gliserol.

3. Usus 12 Jari
Makanan diproses dalam lambung sekitar 3-4 jam, setelah itu dibawa menuju
usus 12 jari dan akan dicerna dengan bantuan enzim-enzim dari pankreas.
Disamping itu juga terdapat empedu yang dihasilkan oleh hati fungsinya
untuk mengemulsikan lemak kemudian dialirkan ke usus 12 jari.

4. Usus Halus

Setelah itu makanan dibawa ke usus halus untuk diserap kandungannya,


seperti lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol, Karbohidrat
diserap dalam bentuk glukosa, dan protein diserap dalam bentuk asam amino.
Sedangkan vitamin dan mineral dapat langsung diserap oleh usus halus tanpa
dicerna.

5. Usus Besar

Kemudian makanan yang tidak dicerna usus halus akan menuju usus besar dan
menjadi fases. Air yang masih ada dalam usus besar akan diserap kembali ke
usus besar.

6. Anus

Sisa makanan yang tidak diserap akan dibuang melalui anus.

F. PATOFISIOLOGI

Sifat virulensi dasar yang dimiliki bersama oleh semua shigellaadalah


kemampuannya menginvasi sel epitel kolon. Sifat ini dikodekan pada plasmid
besar (120-140 MD) yang menyebabkan sintesis kelompok polipeptida yang
terlihat pada invasi dan pembunuhan sel.Shigella yang kehilangan virulensi
plasmidnya tidak lagi berperan sebagai patogen. Escerichia coli yang secara
alamiah atau antifisial mengadung plasmid beperilaku seperti shigella. Disamping
sifat virulensi utama yang dikode plasmid, faktor-faktor yang dikode secara
kromosom juga diperlukan untuk virulensi penuh; beberapa sifat dari kromosom
ini penting untuk semua shigella (misal, sintesis lipopolisakarida) sedang yang
lain hanya penting pada beberapa serotip (misal, sintesis sigotoksin). Sigotoksin
suatu eksotoksin kuat penghambat sintesis protein dihasilkan dalam jumlah yang
berarti hanya oleh serotip 1 S. Dysenteriae dan E. Coli tertentu (E coli
enterohemoragik, atau E coli penghasil toksin seperti shiga ). Fase diare berair
shigellosis dapat disebabkan oleh enterotoksin unik; enterotoksin shigella 1
(SHET-1), dikode pada kromosom bakteri dan SHET-2 dikode pada plasmod
virulensi.

Shigella memerlukan amat sedikit inokulum agar menimbulkan sakit. Penelanan


sebanyak 10 organisme S. Dysenteriae serotip 1 dapat menyebabkan disentri pada
beberapa individu yang rentan. Hal ini berbeda dengan organisme
seperti vibriocholerae, yang memerlukan penelanan 108-1010 organisme agar
menimbulkan sakit. Pengaruh inokulum menjelaskan kemudahan penularan
shigella dari orang ke orang yang berbeda dengan vibriocholerae.

(Behrman, 2012)

G. PATHWAY
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang menurut Nanda (2015:204) sebagai berikut :

1. Pemeriksaan tinja

2. Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan


bentuk trofozoit dalam tinja

3. Benzidin test

4. Mikroskopis : leukosit fecal (pertanda adanya koltis), darah fecal

5. Biakan tinja

6. Media agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS

7. Pemeriksaan darah rutin: leukositosis (5000-15000 sel/mm3), kadang-


kadang dapat ditemukan leukopenia.

I. PENATALAKSANAAN

1. Diet Tinggi Kalori/Tinggi Protein.

Biasanya pada penderita disentri mengalami malnutrisi yang biasanya disebabkan


adanya malabsorbsi karbohidrat, vitamin, dan mineral. Penderita disarankan untuk
makan makanan dalam bentuk yang relatif lembek (dengan tujuan mengurangi
kerja usus).

2. Terapi dehidrasi

Terapi dehidrasi berdasarkan derajat dehidrasi.

3. Antibiotik
Pengobatan dengan antibiotik yang tepat akan mengurangi masa sakit dan
menurunkan risiko komplikasi dan kematian. Pilihan utama untuk disentri basilier
adalah Kortimoksazol (Trimetropin 10mg/kg/hari dan Sulfametoksazol
50mg/kg/hari) dibagi dalam 2 dosis selama 5 hari.

Alternatif yang dapat diberikan antara lain:

a. Ampisilin 100mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis

b. Cefixime 8 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis

c. Ceftriaxone 50 mg/kg/hari dalam dosis tunggal IV atau IM

d. Asam nalidiksat 55 mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis

Terapi antibiotik untuk disentri amoeba yaitu metronodazol 30-50 mg/kg/hari


dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari.

4. Antipiretik

Antipiretik berfungsi untuk menghambat produksi prostalgladin yang memacu


peningkatan suhu lewat hipotalamus sehingga dapat menurunkan demam.

(Nanda, 2015:204-205)

J. KOMPLIKASI

Menurut Samik Wahab (2012:183) komplikasi dari disentri antara lain :

a. Dehidrasi dengan resiko gagal ginjal atau kematian

b. Sepsis dan koagulasi intravaskular tersebar

c. Hemolisis

d. Anemia

e. Sindrom hemolitik uremik


K. FOKUS PENGKAJIAN

a. Identitas

Identitas klien harus diketahui oleh perawat meliputi nama, umur, kenis kelamin,
alamat rumah, agama, pekerjaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan, dna pekerjaan klien/asuransi kesehatan.

b. Riwayat penyakit saat ini

BAB warna kuning kehujauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja dan
bahkan berbusa. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali.

c. Riwayat penyakit dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, dan penyakit GI lainnya. Serta penggunaan


obat-obatan terkait.

d. Riwayat nutrisi

Perlu dikaji mengenai pola nutrisi yang dikonsumsi oleh seseorang dan jenis jenis
makanan yang dikonsumsi sehari harinya,

e. Riwayat lingkungan

Perlu kita kaji bagaimana lingkungan sekitar seseorang. Apakah lingkungan dapat
dikatakan higienis atau tidak. Seperti keadaan air untuk mencuci makanan, suhu
tempat menyimpan makanan, kebersihan lingkungan serta kebersihan alat makan.
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan menurut Nanda (2015:205) adalah sebagai berikut :

1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi dampak sekunder dari diare.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan distensi pasda lumen.

4. Keletihan berhubungan dengan penurunan absorbsi nutrisi menjadi energi.

5. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan


sekunder terhadap diare.

M. FOKUS INTERVENSI

Intervensi keperawatan menurut Nanda (2015) sebagai berikut :

1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi dampak sekunder dari diare.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam hipertermi dapat


teratasi.

Kriteria Hasil :

a. Suhu tubuh dalam rentang normal.

b. Nadi dan RR dalam rentang normal.

Intervensi :

a. Monitor TTV.

b. Selimuti pasien.

c. Berikan kompres hangat pada lipat paha dan aksila.


d. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebabn demam.

e. Kolaborasi pemberian antipiretik.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Ketidakseimbanagan


nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

a. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

b. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

Intervensi :

a. Kaji adanya alergi makanan.

b. Monitor intake dan output.

c. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan.

d. Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.

e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan distensi pasda lumen.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Gangguan rasa


nyaman dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

a. Status lingkungan nyaman.

b. Status kenyamanan meningkat.


Intervensi :

a. Gunakan pendekatan yang menenangkan.

b. Bantu pasien untuk mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan.

c. Ajarkan teknik relaksasi.

d. Dorong keluarga untuk menemani anak.

e. Kolaborasi pemberian obat.

4. Keletihan berhubungan dengan penurunan absorbsi nutrisi menjadi


energi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam keletihan dapat


teratasi.

Kriteria Hasil :

a. Memverbalisasikan peningkatan energi dan merasa lebih baik.

Intervensi :

a. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan.

b. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat.

c. Bantu aktivitas sehari-hari sesuai kenutuhan.

d. Tingkatkan tirah baring dan pembatasan aktivitas (tingkatkan periode


istirahat).

e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan yang


berenergi tinggi.

5. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan kehilangan


cairan sekunder terhadap diare.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam resiko
ketidakseimbangan elektrolit dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

a. TTV dalam batasan normal.

b. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik, membran mukosa


lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.

Intervensi :

a. Monitor TTV dan status dehidrasi.

b. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian.

c. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.

d. Berikan cairan IV dalam suhu ruangan.

e. Kolaborasi pemberian cairan IV.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, et al. 2012.Nelson ilmu Kesehatan Anak.Edisi 15. Jakarta: EGC

NANDA . 2013. DiagnosaKeperawatan. Jakarta: EGC

NANDA .2015.Diagnosa Keperawatan.Yogyakarta:Mediaction Publisisng


Sodikin. 2011. AsuhanKeperawatanAnak: GangguanSistem Gastrointestinal
danHepatobilier. Jakarta: SalembaMedika

Thompson N, 2012. WabahDisentri Gaya


BaruAncamDunia.Artikel.http://www.jpnn.com/read/2012/08/08/136228 /Wabah-
Disentri-Baru-Ancam-Dunia- Diakses pada tangga l2 Mei 2016jam 13.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai