1) Mulut
bagian yaitu bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang
antara gusi, gigi, bibir dan pipi. Sedangkan bagian dalam yaitu
rongga mulut yang dibatasi sisi-sisinya oleh tulang maksilaris dan
makanan menjadi lobus dan dengan bantuan lidah lidah dan pipi
2) Faring
3) Esofagus
4) Gaster (Lambung)
1) Usus Halus
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum yang terdiri dari :
juga terdapat getah pangkreas yang terdiri dari 3 jenis enzim yaitu
2) Usus Besar
Usus besar merupakan sambungan dari usus halus yang dimulai dari
usus kedalam usus besar dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus
halus. Lapisan usus besar terdiri dari dalam keluar, yaitu selaput
c) Sekresi musin
d) Defekasi
a) Sekum
Bagian usus besar yang muncul seperti corong dari akhir sekum,
c) Kolon Asendens
hati.
d) Kolon Tranversum
e) Kolon Desendens
f) Kolon sigmoid
3) Rektum
kanal anus.
4) Anus
Jalan keluar dari sisa makan yang diatur oleh jaringan otot lurik yang
3. Etiologi
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan
salmonella parathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk
batang, gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah
dan debu. Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 600
selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, pasien membuat
antibodi atau aglutinin yaitu :
- Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen
O (berasal dari tubuh kuman).
- Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigen H
(berasal dari flagel kuman).
- Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena
rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien
menderita tifoid. (Aru W. Sudoyo. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 2009.
Ed V.Jilid III. Jakarta: interna publishing)
4. Tanda gejala
Tanda dan gejala klinik demam thypoid :
Keluhan:
Nyeri kepala (frontal) 100%
Kurang enak di perut 50%
Nyeri tulang, persendian, dan otot 50%
Berak-berak 50%
Muntah 50%
Gejala:
Demam 100%
Nyeri tekan perut 75%
Bronkitis 75%
Toksik 60%
Letargik 60%
Lidah tifus (“kotor”) 40%
(Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998.)
5. Patofisiologi
Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke
dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana
asam (pH < 2) banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti
aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor histamin
H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan
mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus
halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian
menginvasi mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan
jejunum. Sel-sel M, sel epitel khusus yang melapisi Peyer’s patch,
merupakan tempat internalisasi Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel
limfe usus halus, mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan
ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai ke jaringan RES di organ hati
dan limpa. Salmonella typhi mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit
mononuklear di dalam folikel limfe, kelenjar limfe mesenterika, hati dan
limfe (Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi &
Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI).
Thypus Abdominalis
Penurunan /peningkatan
Peristaltik usus
MK: Konstipasi/Diare
7. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia
tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid,
jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas
normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT Dan SGPT
SGOT Dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi
bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi
demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari
beberapa faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media
biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik
adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia
berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.
Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat
menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan
hasil biakan mungkin negatif.
e. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi
terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada
orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada
uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita tifoid.
8. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci
tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau
mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum
dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih
dan hindari makanan pedas
b. Istirahat dan Perawatan
Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat
penyembuhan. Tirah baring dengan perawatan dilakukan sepenuhnya
di tempat seperti makan, minum, mandi, dan BAB/BAK. Posisi pasien
diawasi untuk mencegah dukubitus dan pnemonia orthostatik serta
higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
c. Diet dan terapi Penunjang
1. Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat.
2. Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa
gejala meteorismus ( kembung perut), dan diet bubur saring pada
penderita dengan meteorismus. Hal ini dilakukan untuk
menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna dan perforasi
usus. Gizi penderita juga diperhatikan agar meningkatkan keadaan
umum dan mempercepat proses penyembuhan. Cairan yang
adequat untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan diare.
3. Primperan (metoclopramide) diberikan untuk mengurangi gejala
mual muntah dengan dosis 3 x 5 ml setiap sebelum makan dan
dapat dihentikan kapan saja penderita sudah tidak mengalami mual
lagi.
4. Pemberian Antimikroba
Obat – obat antimikroba yang sering digunakan dalam melakukan
tatalaksana tifoid adalah:
1. Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg
perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7
hari bebas panas.
2. Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3. Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400
mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim).
4. Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB,
selama 2 minggu.
5. Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa
100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama
3-5 hari.
6. Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan
tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok
septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam
organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi.
(Widiastuti S, 2001).
7. Vit B komplek dan Vit C sangat diperlukan untuk menjaga
kesegaran dan kekuatan badan serta berperan dalam kestabilan
pembuluh kafiler
B. Rencana asuhan keperawatan klien dengan demam thypoid
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan Utama : demam
- Riwayat Keluhan Utama : demam yang tidak terlalu tinggi dan
berlangsung selama 3 minggu
- Keluhan yang menyertai : anoreksia, nyeri perut, nyeri kepala,
jual, muntah, batuk, diare.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat Kehamilan / Persalinan
Prenatal
Kondisi ibu saat hamil
Ada kelainan / tidak, pecahnya ketuban dini
Nutrisi yang dikonsumsi / obat-obatan yang dipakai
Berapa kali priksa kehamilan di RS / puskesmas
Dapat diimunisasi / tidak
Natal
Lahir premature / aterm atau posaterm
Lahir spontan / dengan alat atau spontan
Letak bokong atau sungsang atau normal
Ditolong oleh siapa
Ada cacat bawaan
Neonatal
Kondisi bayi waktu lahir
BB / PB apgar score
Warna kulit waktu lahir
Ada masalah / tidak setelah lahir / aspirasi
Post Natal
Lamanya ibu dirawat di RS setelah persalinan
Bagaimana produksi ASI setelah persalinan
Apa bayi bisa menetek dengan baik
Riwayat Tumbuh Kembang
Bagaimana riwayat tumbuh kembang bayi
Riwayat Imunisasi
Pola Kebiasaan
1. Pola pernafasan : frekuensi nafas cepat dan dangkal
2. Makan dan minum : tidak ada nafsu makan
3. Eliminasi : BAK : tidak terganggu
4. BAB : > 5 x /hari, konsistensi encer,
berbau busuk
5. Pergerakan yang berhubungan dengan sikap : aktivitas
terbatas karena kelemahan
6. Istirahat dan tidur : mengalami gangguan karena sering
defekasi
7. Memilih, mengenakan dan melepaskan pakaian : karena
adanya kelemahan tubuh maka pasien memerlukan bantuan
dalam mengenakan dan melepaskan pakaian
8. Suhu tubuh : terjadi peningkatan
9. Kebersihan dan kesegaran tubuh : perlu bantuan orang lain
dalam membersihkan tubuh
10. Mencegah dan menghindari bahaya : pasien rentang terhadap
bahaya karena kelemahan fisik
11. Beribadah sesuai keyakinan : umumnya pasien lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan
12. Komunikasi dengan orang lain : komunikasi terbatas karena
adanya kelemahan, adanya keterbatasan dalam mengerjakan
dan melaksanakan sesuai dengan kemampuan pasien
13. Berpartisipasi dalam bentuk rekreasi : pasien kurang
berminat dalam melakukan rekreasi
14. Belajar memuaskan keingintahuan yang mengarah pada
perkembangan kesehatan : pasien banyak bertanya-tanya
tentang penyakitnya
b. Pemeriksaan fisik : data focus
KU : lemah
Kesadaran : kompos mentis
TTV : - Tekanan darah : meningkat
Nadi : cepat
Respirasi : cepat dan dangkal
Suhu : meningkat
Kepala : nyeri tekan, simetris
Mata : simetris
Hidung : simetris
Mulut : bibir kering dan lidah beslag
Ekstremitas : pergerakan terbatas
Thoraks : normal
Kulit : pucat
Abdomen : nyeri tekan, kembung
Berat badan : terjadi penurunan berat badan
Anus : kemerahan karena seringnya defekasi
Neurology : ada gerak reflek
c. Pemeriksaan penunjang :
uji serologis
darah
isolasi kreman
3. Perencanaan
Diagnosa 1 : hipertermia berhubungan dengan infeksi salmonella thypoid
b. Intervensi
cairan intravena, dan kompres pasien pada lipat paha dan aksila.
Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. (2012). Buku Ajar Infeksi & Pediatri
Tropis. Jakarta: IDAI)