Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

R DENGAN DADS DI RUANG


PUNTADEWA RS PERMATA BUNDA PURWODADI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak

Disusun Oleh :
WIDYA ISMUNANDAR
NIM: 82021040114

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN


PROFESI NERS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2021
A. DEFINISI
Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa
Yunani yaitu “diarroi” yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan
abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen (Yatsuyanagi, 2002).
Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar (kotoran),
serta pada kandungan air dan volume kotoran itu. Para Odha sering
mengalami diare. Diare dapat menjadi masalah berat. Diare yang ringan dapat
pulih dalam beberapa hari. Namun, diare yang berat dapat menyebabkan
dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah gizi yang berat (Yayasan Spiritia,
2011).
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih
lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24
jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai
pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja
normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).
B. ETIOLOGI
Penyebab diare Yaitu: (Tantivanich, 2002; Sirivichayakul, 2002;
Pitisuttithum, 2002)
1. Virus : Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 – 80%).
Beberapa jenis virus penyebab diare akut :
a. Rotavirus serotype 1,2,8,dan 9: pada manusia. Serotype 3 dan 4
didapati pada hewan dan manusia. Dan serotype 5,6, dan 7 didapati
hanya pada hewan.
b. Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food
borne atau water borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan
person to person.
c. Astrovirus, didapati pada anak dan dewasa
d. Adenovirus (type 40, 41)
e. Small bowel structured virus
f. Cytomegalovirus
2. Bakteri :
a. Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensi yang
penting yaitu faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini
melekat pada enterosit pada usus halus dan enterotoksin (heat labile
(HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan sekresi cairan dan
elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea.
b. Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare belum
jelas. Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus
menyebabkan kerusakan dari membrane mikro vili yang akan
mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas disakaridase.
c. Enteroaggregative E.coli (EAggEC). Bakteri ini melekat kuat pada
mukosa usus halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang
khas.
3. Protozoa :
a. Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme
patogensis masih belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi
absorbsi dan metabolisme asam empedu.
b. Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amoeba ini
bervariasi,namun penyebarannya di seluruh dunia. Insiden nya
mningkat dengan bertambahnya umur,dan teranak pada laki-laki
dewasa.
c. Cryptosporidium. Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 –
15% dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada
bayi dan asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Anak menjadi cengeng
2. Gelisah
3. Suhu badan meningkat
4. Nafsu makan menurun atau tidak ada
5. Tinja cair (mungkin mengandung darah atau lendir)
6. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu
Gejala klinis sesuai tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :
a. Ringan (kehilangan 2,5% BB)
Dehidrasi Kesadaran Komposmetis, nadi kurang dari 120 kali per menit,
pernafasan biasa, ubun-ubun besar agak cekung, mata agak cekung, turgor
dan tonus biasa, mulut kering.
b. Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9% BB)
Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat, ubun-
ubun besar cekung, mata tampak cekung, turgor dan tonus agak berkurang,
mulut kering.
c. Dehidrasi berat (kehilangan > 10% BB)
Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali per menit, pernafasan
kusmaul, ubun-ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus kurang sekali,
mulut ering dan sianosis. (Mansjoer, 2000)
D. PATOFISIOLOGI
Fungsi utama dari saluran cerna adalah menyiapkan makanan untuk
keperluan hidup sel, pembatasan sekresi empedu dari hepar dan pengeluaran
sisa-sisa makanan yang tidak dicerna. Fungsi tadi memerlukan berbagai
proses fisiologi pencernaan yang majemuk, aktivitas pencernaan itu dapat
berupa: (Sommers,1994; Noerasid, 1999 cit Sinthamurniwaty 2006)
1. Proses masuknya makanan dari mulut kedalam usus.
2. Proses pengunyahan (mastication) : menghaluskan makanan secara
mengunyah dan mencampur.dengan enzim-enzim di rongga mulut
3. Proses penelanan makanan (diglution) : gerakan makanan dari mulut ke
gaster
4. Pencernaan (digestion) : penghancuran makanan secara mekanik,
percampuran dan hidrolisa bahan makanan dengan enzim-enzim
5. Penyerapan makanan (absorption): perjalanan molekul makanan melalui
selaput lendir usus ke dalam. sirkulasi darah dan limfe.
6. Peristaltik: gerakan dinding usus secara ritmik berupa gelombang
kontraksi sehingga makanan bergerak dari lambung ke distal.
7. Berak (defecation) : pembuangan sisa makanan yang berupa tinja.
Dalam keadaan normal dimana saluran pencernaan berfungsi efektif
akan menghasilkan ampas tinja sebanyak 50-100 gr sehari dan mengandung
air sebanyak 60-80%. Dalam saluran gastrointestinal cairan mengikuti secara
pasif gerakan bidireksional transmukosal atau longitudinal intraluminal
bersama elektrolit dan zat zat padat lainnya yang memiliki sifat aktif osmotik.
Cairan yang berada dalam saluran gastrointestinal terdiri dari cairan yang
masuk secara per oral, saliva, sekresi lambung, empedu, sekresi pankreas
serta sekresi usus halus. Cairan tersebut diserap usus halus, dan selanjutnya
usus besar menyerap kembali cairan intestinal, sehingga tersisa kurang lebih
50-100 gr sebagai tinja.
Faktor-faktor fisiologi yang menyebabkan diare sangat erat
hubungannya satu dengan lainnya. Misalnya bertambahnya cairan pada
intraluminal akan menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis, sehingga
meningkatkan gerakan peristaltik usus dan akan mempercepat waktu lintas
khim dalam usus. Keadaan ini akan memperpendek waktu sentuhan khim
dengan selaput lendir usus, sehingga penyerapan air, elektrolit dan zat lain
akan mengalami gangguan.
E. KOMPLIKASI
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi
utama, terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena
kolera kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi shock
hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial
mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik.(Hendarwanto, 1996; Ciesla
et al, 2003)
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis,
sehingga syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka
dapat timbul Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi
gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan
pemberian cairan tidak adekuat sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal.
(Nelwan, 2001; Soewondo, 2002; Thielman & Guerrant, 2004)
Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang
disebabkan terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal
ginjal, anemia hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko
HUS akan meningkat setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti
diare, tetapi penggunaan antibiotik untuk terjadinya HUS masih kontroversi.
Sindrom Guillain – Barre, suatu demielinasi polineuropati akut,
adalah merupakan komplikasi potensial lainnya dari infeksi enterik,
khususnya setelah infeksi C. jejuni. Dari pasien dengan Guillain – Barre, 20
– 40 % nya menderita infeksi C. jejuni beberapa minggu sebelumnya.
Biasanya pasien menderita kelemahan motorik dan memerlukan ventilasi
mekanis untuk mengaktifkan otot pernafasan. Mekanisme dimana infeksi
menyebabkan Sindrom Guillain – Barre tetap belum diketahui.
F. PENATALAKSANAAN
1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak
tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru
dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus
segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan
melalui infus.
2. Berikan obat Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase),
dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan
hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding
usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian
diare.
3. Pemberian ASI / Makanan :
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi harus lebih
sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih
sering dari biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang
telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah
dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare
berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk
membantu pemulihan berat badan.
4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian
diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya
bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena
shigellosis), suspek kolera.
5. Pemberian Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi
nasehat tentang :
a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
6. Resusitasi cairan dan elektrolit
RL atau Asering untuk resusitasi / rehidrasi
D1/4S atau KN1B untuk maintenan (umur < 3 bulan)
D1/2S atau KN3A untuk maintenan (umur > 3 bulan)
Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2
tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-
11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap
infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit
pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif
mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi  usus asimptomatik
dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya
infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola
makan dan perawatannya .
b. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x, muntah, diare,  kembung, demam.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
e. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada
orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan
buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,.
Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan,
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan  makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
h. Pemeriksaan Fisik
1) pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar
2) keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih
4) Mata : cekung, kering, sangat cekung
5) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan
haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah
perianal.
9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400
ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
10) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami
stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap
tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa,
dan kemudian menerima.
i. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kebiasaan bab di wc / 
jamban / sungai / kebun, personal hygiene ?, sanitasi ?, sumber air
minum ?
2) Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah, makanan /
minuman terakhir yang dimakan, makan makanan yang tidak biasa /
belum pernah dimakan, alergi, minum ASI atau susu formula, baru
saja ganti susu, salah makan, makan berlebihan, efek  samping obat,
jumlah cairan yang masuk selama diare, makan / minum di warung ?
3) Pola eleminasi
Bab : frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah
Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria
4) Pola aktifitas dan latihan : travelling
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perceptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola persepsi diri dan konsep diri
11) Pola seksual dan reproduksi

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare b.d factor psikologis  (tingkat stress dan   cemas tinggi), faktor 
situasional ( keracunan, penyalahgunaan laksatif,  pemberian makanan
melalui selang efek samping obat, kontaminasi, traveling), factor fisiologis
(inflamasi, malabsorbsi, proses infeksi, iritas, parasit)
2. Hipertermi b.d peningkatan metabolic, dehidrasi, proses infeksi,   medikasi
3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif, kegagalan
dalam mekanisme pengaturan.

J. PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA  KEP NOC / TUJUAN NIC / INTERVENSI
1. Diare b.d faktor Setelah dilakukan Manajemen Diare (0460)
psiko-logis (stress, tindakan perawatan
1.    Identifikasi faktor yang mungkin me-
cemas), faktor selama … X 24 jam nyebabkan diare (bakteri, obat, makanan,
situasional (kera- pasien tidak me- selang makanan, dll )
cunan, kontaminasi, ngalami diare / diare
2.    Evaluasi efek samping obat
pem-berian makanan berkurang, dengan
3.    Ajari pasien menggunakan obat diare
melalui selang, criteria : dengan tepat (smekta diberikan  1-2 jam
penyalahgunaan setelah minum obat yang lain)
laksatif, efek Bowel Elemination 4.    Anjurkan pasien / keluarga untuk men-
samping obat, (0501) catat warna, volume, frekuensi, bau,
travelling, malab-          Frekuensi bab konsistensi feses.
sorbsi, proses infeksi, normal < 3 kali / hari5.    Dorong klien makan sedikit tapi sering
parasit, iritasi)           Konsistensi feses (tambah secara bertahap)
normal (lunak dan
6.    Anjurkan klien menghindari makanan
Batasan berbentuk) yang berbumbu dan menghasilkan gas.
karakteristik :           Gerakan usus
7.    Sarankan klien untuk menghindari ma-
          Bab > 3 x/hari tidak me-ningkat kanan yang banyak mengandung laktosa.
          Konsistensi (terjadi tiap 10 -30
8.    Monitor tanda dan gejala diare
encer / cair detik) 9.    Anjurkan klien untuk menghubungi pe-
          Suara usus          Warna feses tugas setiap episode diare
hiperaktif normal 10.Observasi turgor kulit secara teratur
          Nyeri perut           Tidak ada lendir,
11.Monitor area kulit di daerah perianal dari
          Kram darah iritasi dan ulserasi
          Tidak ada nyeri 12.Ukur diare / keluaran isi usus
          Tidak ada diare 13.Timbang Berat Badan secara teratur
          Tidak ada  kram 14.Konsultasikan dokter jika tanda dan gejala
          Gambaran diare menetap.
peristaltic tidak
15.Kolaborasi dokter jika ada peningkatan
tampak suara  usus
          Bau fese normal
16.Kolaborasi dokter jika tanda dan gejala
(tidak amis, bau diare menetap.
busuk) 17.Anjurkan diet rendah serat
18.Anjurkan untuk menghindari laksatif
19.Ajari klien / keluarga bagaimana meme-
lihara  catatan makanan
20.Ajari klien teknik mengurangi stress
21.Monitor keamanan preparat makanan

Manajemen Nutrisi (1100)


1.    Hindari makanan yang  membuat alergi
2.    Hindari makanan yang tidak bisa di-
toleransi  oleh klien
3.    Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan kebutuhan kalori dan jenis
makanan yang dibutuhkan
4.    Berikan makanan secara selektif
5.    Berikan buah segar (pisang) atau jus buah
6.    Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi  yang dibutuhkan kien dan ba-
gaimana  cara makannya
2. Hipertermi b.d Setelah dilakukan Pengaturan Panas (3900)
dehidrasi, tindakan perawatan
1.    Monitor suhu sesuai kebutuhan
peningkatan selama … X 24 jam
2.    Monitor  tekanan darah, nadi dan respirasi
metabolik, inflamasi suhu badan klien
3.    Monitor suhu dan warna kulit
usus normal, dengan
4.    Monitor dan laporkan tanda dan gejala 
criteria : hipertermi
Batasan 5.    Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang
karakteristik : Termoregulasi adekuat
          Suhu tubuh > (0800) 6.    Ajarkan klien bagaimana mencegah panas
normal           Suhu kulit normal yang    tinggi
          Kejang           Suhu badan
7.    Berikan obat antipiretik
          Takikardi 35,9˚C-  37,3˚C 8.    Berikan obat  untuk mencegah atau
          Respirasi          Tidak ada sakit mengontrol  menggigil
meningkat kepala
          Diraba hangat           Tidak ada nyeri Pengobatan Panas (3740)
          Kulit memerah otot 1.    Monitor suhu sesuai kebutuhan
          Tidak ada
2.    Monitor IWL
perubahan war-na
3.    Monitor suhu dan warna kulit
kulit 4.    Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
          Nadi, respirasi
5.    Monitor derajat penurunan kesadaran
dalam ba-tas normal 6.    Monitor kemampuan aktivitas
          Hidrasi adekuat 7.    Monitor leukosit, hematokrit
          Pasien
8.    Monitor intake dan output
menyatakan   nya-
9.    Monitor adanya aritmia jantung
man 10.Dorong peningkatan intake cairan
          Tidak menggigil 11.Berikan cairan intravena
          Tidak iritabel 12.Tingkatkan
/ sirkulasi udara dengan kipas
gragapan /   kejang angin
13.Dorong atau lakukan oral hygiene
14.Berikan obat antipiretik untuk mencegah
pasien menggigil / kejang
15.Berikan obat antibiotic untuk mengobati
penyebab demam
16.Berikan oksigen
17.Kompres dingin diselangkangan, dahi dan
aksila bila suhu badan  39˚C atau lebih
18.Kompres hangat diselangkangan, dahi dan
aksila bila suhu badan  < 39˚C
19.Anjurkan klien untuk tidak memakai
selimut
20.Anjurkan klien memakai   baju berbahan
dingin, tipis dan menyerap keringat

Manajemen Lingkungan (6480)


1.    Berikan ruangan sendiri sesuai indikasi
2.    Berikan tempat tidur dan kain / linen yang
bersih  dan nyaman
3.    Batasi pengunjung

 3. Kekurangan volume Setelah dilakukanManajemen Elektrolit (2000)


ca-iran b.d  intake tindakan perawatan
1.    Pertahankan cairan infuse yang me-
kurang, kehilangan selama … X 24  jam ngandung elektrolit
volume cairan aktif, kebutuhan  cairan dan
2.    Monitor kehilangan elektrolit lewat suc-
kegagalan dalam elektrolit adekuat, tion nasogastrik, diare, diaporesis
mekanisme dengan kriteria : 3.    Bilas NGT dengan normal salin
pengaturan 4.    Berikan diet makanan yang kaya kalium
Hidrasi (0602) 5.    Berikan lingkungan yang aman bagi klien
Batasan           Hidrasi kulit yang mengalami gangguan neurologis atau
karakteristik : adekuat neuromuskuler
          Kelemahan           Tekanan darah
6.    Ajari klien dan keluarga tentang tipe,
          Haus dalam ba-tas normal penyebab, dan pengobatan ketidakse-
          Penurunan          Nadi teraba imbangan elektrolit
turgor    kulit           Membran mukosa
7.    Kolaborasi dokter bila tanda dan gejala
          Membran mucus / lembab ketidakseimbangan elektrolit menetap.
kulit kering           Turgor kulit
8.    Monitor respon klien terhadap terapi
          Nadi meningkat, normal elektrolit
te-kanan darah           Berat badan stabil
9.    Monitor efek samping pemberian su-
menu-run, tekanan dan dalam batas plemen elektrolit.
nadi menurun normal 10.Kolaborasi dokter pemberian obat yang 
          Penurunan          Kelopak mata mengandung elektrolit (aldakton, kalsium
pengisian kapiler tidak ce-kung glukonas, Kcl).
          Perubahan status          Fontanela tidak
11.Berikan suplemen elektrolit baik lewat
mental cekung oral,  NGT, atau infus sesuai advis dokter
          Penurunan urin          Urin output
out-put normal
          Peningkatan          Tidak demam
konsen-trasi urin           Tidak ada rasa
          Peningkatan suhu haus yang sangat
tubuh           Tidak ada napas
pendek  / kusmau
DAFTAR PUSTAKA
Avikar, Anupkumar, dkk. 2008. Role of Escherichia coli in acute diarrhoea in
tribal preschool children of central India. Journal Compilation Paediatric and
Perinatal Epidemiology, No. 22, 40–46.

Chakraborty, Subhra, dkk. 2001. Concomitant Infection of Enterotoxigenic


Escherichia coli in an Outbreak of Cholera Caused by Vibrio cholera O1 and
O139 in Ahmedabad, India. JOURNAL OF CLINICAL MICROBIOLOGY Vol.
39, No. 9 p. 3241–3246.

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008.


Buku Saku Petugas Kesehatan LINTAS DIARE. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.

Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Komite Medis RS. Dr. Sardjito. 2005. Standar Pelayanan Medis RS DR. Sardjito.
Yogyakarta: MEDIKA Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Mattingly, David., Seward,Charles. 2006. Bedside Diagnosis 13th Edition.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mubarak, W. I., B.A. Santoso., K. Rozikin., and S.Patonah. 2006. Ilmu


Keperawatan komunitas 2: Teori & Aplikasi dalam Praktik dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, dan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.

Purwo Sudarmo S., Gama H., Hadinegoro S. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak: Infeksi dan Penyakit Tropis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika

Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

Anda mungkin juga menyukai