A. Definisi
Kyle dan Carman (2016: 748) mengatakan bahwa “diare adalah
peningkatan frekuensi atau penurunan konsistensi feses. Diare pada
anak dapat bersifat akut atau kronik”.
Sodikin (2012: 118) mengatakan “diare adalah defekasi encer
lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa darah dan/atau lendir
dalam feses. Secara epidemiologik, biasanya diare didefinisikan
sebagai pengeluaran feses lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam
satu hari”.
Wong (2009: 993) mengatakan bahwa “diare
merupakan
peningkatan frekuensi defekasi dengan semakin besarnya kandungan
air di dalam feses sebagai akibat dari perubahan transportasi air
dan elektro lit oleh traktus GI (gastrointestinal)”.
Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa diare merupakan suatu
keadaan pengeluaran tinja dengan konsistensi yang cair atau lunak
baik
disertai lendir atau darah dengan frekuensi lebih dari tiga kali
sehari.
a. Mulut
Mulut merupakan rongga awal pencernaan, hal ini
seringkali menjadi kesempatan patogen masuk lewat mulut dan
menimbulkan infeksi. Karena anak sering memasukan sesuatu ke
dalam mulutnya, sehingga perilaku ini meningkatkan terjadinya
resiko infeksi (Kyle & Carman, 2016). Di dalam mulut terdapat
bibir bagian eksternal yang ditutupi kulit dan bagian interna
yang dilapisi oleh epitel yang mengandung mukosa. Kemudian
terdapat pipi sebagai alat kelengkapan mulut bagian luar dilapisi
oleh selaput lendir (membran mukosa), dan di dalam mulut terdapat
gigi (dentis) merupakan alat bantu yang berfungsi untuk mengunyah
makanan dan berbicara. Terdapat dua bagian gigi, yaitu:
1) Gigi sulung (gigi susu), tumbuh saat usia 6-8 bulan dan akan
lengkap pada usia 2,5 tahun dengan 8 gigi seri (dens insisivus)
berguna untuk memotong makanan, 4 buah gigi taring (dens
kaninus) gunanya untuk memotong dan 8 gigi geraham (dens
molare) untuk menggiling dan menghancurkan makanan.
2) Gigi permanen (gigi tetap), tumbuh usia 6-18 tahun dan
berjumlah 32 buah. Susunannya sama dengan gigi susu namun
ditambah dengan gigi geraham premolar sebanyak 12 buah,
sebagai peyempurnaan dari gigi susu (Syaifuddin, 2012).
Selain itu di dalam mulut juga terdapat lidah yang membantu
menentukan citra rasa dan menelan serta terdapat beberapa kelenjar
ludah seperti kelenjar parotis sebagai kelenjar terbesar, kelenjar
submandibularis
kelenjar terbesar sesudah parotis dan kelenjar sublingualis adalah
kelenjar terkecil. Kelenjar ini berfungsi untuk mengeluarkan saliva (air
liur) untuk membantu mencerna makanan (Pearce, 2011).
b. Faring
Menurut Syaifuddin (2012) faring terdiri dari tiga bagian yaitu
nasofaring merupakan bagian superior yang menghubungkan
hidung dengan faring, orofaring penghubung antara rongga mulut
dengan faring, dan bagian terakhir laringofaring merupakan bagian
inferior penghubung antara laring dengan faring. Sedangkan Pearce
(2011: 218) mengatakan faring atau tekak yang terletak di belakang
hidung, mulut dan laring (tenggorokan) berupa saluran kerucut
tersusun dari membran berotot (muskulo membranosa) dengan
panjang rata-rata 7 sentimeter (cm).
c. Esofagus
Esofagus berfungsi sebagai jalan masuk makanan dari mulut ke
lambung dan memiliki sfingter atau otot cincin di daerah bawah
esofagus untuk mencegah aliran balik isi lambung ke esofagus
dan/atau ke mulut (Kyle & Carman, 2016). Esofagus merupakan tuba
otot dengan ukuran 8-
10 cm dari kartilago krikoid sampai kardia lambung.
Panjangnya bertambah selama 3 tahun setelah kelahiran, dan saat
dewasa organ ini mencapai panjangnya 21-20 cm (Sodikin, 2012).
d. Lambung
Bayi baru lahir memiliki kapasitas lambung 10 hingga 20
mililiter
(ml), saat usia 2 bulan kapasitasnya bertambah menjadi 200 ml.
Lambung
memiliki asam hidroklorida untuk membantu mencerna makanan
dalam lambung (Kyle & Carman, 2016). Lambung terdiri dari tiga
bagian yaitu fundus sebagai batang utama, pilorik yang berada di
bagian bawah dan horizontal, dan kardia sebagai penghubung
lambung dengan esofagus. Lambung menerima makanan dari
esofagus dan sebagai penampung makanan sementara (Pearce,
2011).
e. Usus Halus
Usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum,
jejunum dan ileum. Organ ini memiliki panjang 300-350 cm saat
lahir dan meningkat sekitar 50% selama setahun pertama kehidupan,
dan berukuran
± 6 meter saat dewasa. Duodenum merupakan bagaian terpendek dari
usus halus yaitu sekitar 7,5-10 cm (Sodikin, 2011). Usus halus
berfungsi sebagai mencerna dan mengabsorpsi zat makanan.
Terdapat cairan cerna yaitu empedu untuk memecah lemak dan
getah pankreas. Getah pankreas terdapat tiga enzim yaitu enzim
amilase sebagai pengubah zat tepung menjadi disakaridase, enzim
lipase sebagai pemecah lemak menjadi gliserin dan asam lemak,
serta enzim tripsin yang mencerna protein (Pearce, 2011).
f. Usus Besar
Usus besar atau kolon dengan panjang 1,5 meter yang berfungsi
sebagai absorpsi air, garam dan glukosa dan pembuangan air besar.
Bila zat makanan sampai sekum semua zat sudah di absorpsi dan
tersisa isi cairannya. Sekum terletak di iliaka kanan, dan naik
terdapat kolonasendens yang terletak di sebelah kanan lumbal,
lalu di bagian tepi epigastrik dan umbilikal terdapat kolon tranversus,
dan kolon desenden di samping lumbal kiri (Pearce, 2011).
B. Etiologi
Menurut Hidayat (2012: 13) diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya bakteri seperti escherchia coli, salmonella, shigella, dan lain-lain.
Virus seperti asenovirus, rotavirus, jamur seperti candida enteritis
atau faktor makanan seperti alergi susu atau protein. Faktor obat- obatan
atau juga faktor psikologis yaitu emosi atau adanya stress. Virus yang
mengakibatkan diare dapat menginfeksi dan merusak sel-sel di ujung
usus halus (Widagdo, 2012).
Selain patogen, makanan dan lingkungan yang terkontaminasi
diare bisa disebabkan oleh pemakaian antibiotik. Seperti yang telah
disebutkan oleh Berhman Kliegman dan Arvin, 2000 dikutip dalam Wong,
2009 bahwa pemakaian antibiotik juga berkaitan dengan diare.
Antibiotik dapat mengubah flora usus yang normal, dan penurunan
jumlah bakteri kolon akan mengakibatkan absorpsi hidrat arang yang
berlebihan serta diare osmotik. Diare osmotik merupakan kondisi
yang terjadi akibat gangguan penyerapan zat yang disebabkan oleh
kelainan pada usus halus (Sodikin, 2012: 16).
Rotavirus merupakan agens paling penting yang menyebabkan
penyakit diare disertai dehidrasi pada anak-anak kecil di seluruh dunia.
Gejalanya dapat berkisar mulai dari gambaran klinik tanpa
manifestasi gejala sehingga kematian akibat dehidrasi. Secara klinis
penyebab diare yang sering ditemukan akibat infeksi dan
keracunan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Sedangkan Wong (2009: 999) mengatakan kebanyakan mikroorganisme
patogen penyebab diare disebarluaskan lewat jalur fekal- oral melalui
makanan atau air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia
dengan kontak yang erat (misalnya pada tempat penitipan anak).
Kurangnya air bersih, tinggal berdesakan, hygiene yang buruk, kurang
gizi dan sanitasi yang jelek merupakan faktor resiko utama, khususnya untuk
terjangkit infeksi bakteri atau parasit yang pathogen.
C. Manifestasi Klinis
Widagdo (2012) mengatakan pada rotavirus masa inkubasi 1-7 hari
kemudian ditandai dengan demam, muntah dan sering mengalami
diare berair. Pada hari ke-2t demam dan muntah hilang, dan diare
berlanjut
16
hingga 5-7 hari. Sedangkan enteritis adenovirus diare berlangsung
lebih lama yaitu 10-14 hari.
E. Patofisiologi
Perjalanan penyakit diare menurut Kowalak, Welsh &
Mayer, (2012: 343) diare merupakan peningkatan volume feses dan
peningkatan defekasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
adanya air di dalam kolon, makanan atau zat yang tidak dapat diserap.
Paling sering diare akut disebabkan oleh virus yang berkaitan dengan
enteropatogen bakteri atau parasit. Virus yang masuk melukai sel
vilosa matur, menyebabkan absorpsi cairan menurun dan defisiensi
disakaridase. Sedangkan bakteri menciderai usus hingga menginvasi
mukosa usus, merusak permukaan vilosa atau melepas toksin (Kyle
& Carman, 2016). Mikroorganisme yang masuk ke dalam saluran
cerna ini berkembang dalam usus dam merusak sel-sel mukosa
usus sehingga menurunkan daerah permukaan usus kemudian
terjadi perubahan kapasitas usus dan terjadi gangguan fungsi usus
untuk mengabsorpsi cairan dan elektrolit. Kegagalan dalam
melakukan absorpsi dapat meningkatkan tekanan osmotik sehingga terjadi
17
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
akhirnya meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare. Faktor
makanan juga dapat mengakibatkan diare apabila terdapat patogen
dalam makanan, toksin yang masuk saluran cerna tidak dapat diserap
dengan baik, sehingga terjadi peningkatan peristaltik kemudian terjadi
diare (Hidayat, 2012: 12).
Menurut Amin (2015) mengatakan bahwa diare yang
berlangsung tanpa penanganan medis dapat menyebabkan kematian
akibat kekurangan cairang dan elektrolit dalam tubuh yang
mengakibatkan renjatan
hipovolemik atau akibat gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik.
Asidosis metabolik juga dapat disebabkan pembentukan asam
yang berlebihan dalam tubuh, kegagalan ginjal dalam
mengsekresikan asam- asam organik dalam tubuh (Masyoer, 2013).
Kehilangan cairan menimbulkan rasa haus, berat badan menurun, mata
cekung, turgor kulit menurun, lidan dan bibir menjadi kering. Gejala ini
muncul akibat deplesi air yang isotonik.
Gangguan kardiovaskular akibat renjatan hipovolemia berat dapat
menimbulkan tekanan darah menurun dan takikardi. Pasien mulai
gelisah, wajah pucat, ujung-ujung ekstremitas menjadi dingin dan
kadang sianosis. Tekanan darah yang menurun mengakibatkan
gangguan perfusi ginjal sehingga terjadi anuria atau oliguria.
Tanda awal dehidrasi dapat terjadi pada stadium awal yaitu Na
dan Cl keluar bersama dengan cairan tubuh. Pengeluaran cairan
yang terus menerus terjadi reabsorpsi yang berlebihan oleh ginjal
sehingga Na dan Cl ekstrasel meningkat (hipertonik). Peningkatan
osmolaritas ektrasel ini mengakibatkan penarikan air dari dalam sel sel
menjadi dehidrasi sehingga terjadi stimulasi hipofisis untuk
mengeluarkan hormon antidiuretik (ADH) yang akhirnya menahan
cairan dalam ginjal sehingga terjadi oliguri. Kehilangan cairan dan
elektrolit akibat dehidrasi membuat air tidak dapat pindah dari sel ke
dalam vaskuler, mengakibatkan cairan dalam vaskuler berkurang.
Aliran darah yang kurang menyebabkan tekanan darah menurun
dan terjadi syok (Tikada, 2014).
Menurut Kowalak, Welsh & Mayer, (2012: 343) terdapat tiga
mekanisme utama terjadinya diare, yaitu:
a. Diare osmotik merupakan suatu kondisi adanya substansi yang
tidak dapat diserap seperti gula sintesis, atau peningkatan
osmotik di usus halus yang mengakibatkan peningkatan tekanan
osmotik dan adanya penarikan air berlebih ke dalam usus
halus sehingga mengakibatkan berat serta volume feses.
18
b. Diare sekretorik, yaitu keberadaan mikroorganisme patogen
atau tumor akan mengiritasi otot dan lapisan mukosa intetinum.
Serta peningkatan motilitas dan sekret (air, eletrolit dan lendir) akan
mengakibatkan diare.
c. Diare motilitas, yaitu kondisi inflamasi, neuropati, dan
obstruksi menimbulkan refleks kenaikan motilitas usus yang
mendorong keluarnya iritan dan melepaskan obstruksi.
Dari gambaran tersebut gangguan yang paling serius dari
penyakit ini yaitu terjadinya dehidrasi, ketidakseimbangan asam
dan basa serta terjadinya syok akibat dehidrasi berat sehingga
terjadi gangguan yang serius pada sistem sirkulasi dalam tubuh
(Wong, 2009). Dari penjelasan tersebut didapat bagan mengenai
perjalanan penyakit diare sebagai berikut:
Bagan 2.1
Pathway Penyakit
Diare
Gangguan
Mual/muntah Pertahanan Masuk saluran cerna
rasa tubuh
nyaman Memproduksi HCl Melepas toksin Peradangan Proses fagosit Pengeluaran pirogen
Napsu makan endogen
menurun
Kebutuhan nutrisi
Kurang dari Penurunan asupan Melukai sel mukosa Hipertermi Peningkata Stimulasi epitel
kebutuhan makanan usus n suhu hipotalamus
tubuh Dehidrasi tubuh
Gangguan kerja
Asidosis ginjal Menginvasi mukosa
metabolik Pembuangan asam usus
organik
1
6. Klasifikasi Diare
2) Mata cekung
2) Mata cekung
Biasanya pada anak diare jumlah tinja kurang dari 250 miligram
(mg).
b) Pemeriksaan pH darah
PH dan kadar gula dapat diperiksa dengan kertas lakmus dan tablet
clini test bila diduga terjadi intoleransi gula.
c) Pemeriksaan darah
Klasifikasi Penatalaksanaan
Diare Dehidrasi Berat Beri cairan untuk diare
dengan
parah.
2) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.
Pemberian
Pemberian selanjutnya 70
Umur pertama ml/kg selama:
Bayi (dibawah umur 1 Jam 5 Jam
12 bulan)
Anak (12 bulan 30 Menit 2 1 /2 Jam
sampai 5 tahun)
Sumber: Kementerian Kes ehatan Republik Indones ia (2015)
terlihat di
tinja.
yang
sesuai:
Shigella
.
1) Perkembangan Kognitif
Tahap Perkembangan
Kognitif
Tahap Aktivitas
Sensorimotor 1. Membedakan diri sendiri
Usia 12-24 bulan dengan
objek
mengekslorasi lingkungan
3. Memasukan ke dalam dan ke luar
wadah
4. Meniru tugas-tugas dalam
rumah tangga
5. Mulai berfikir sebelum bertindak
6. Memahami permintaan dan
memahami perintah sedehana
7. Memiliki rasa kepemilikan (punya
saya)
Praoperasional 1. Pemahaman terhadap waktu,
Usia 2 – 7 tempat dan sebab-akibat bertambah
tahun 2. Bermain peran dengan boneka, he-
wan, dan orang
3. Meningkatkan penggunaan
bahasa untuk representasi mental
4. Menyelesaikan permainan teka-teki
(puzzle) dengan empat potong
Sumber: Kyle dan Carman (2015)
2) Perkembangan Motorik
3) Perkembangan Personal-sosial
Berdasarkan Kelompok
Umur
4) Perkembangan Bahasa
36 Bulan 1. dua
Memahami 1. Bertanya
lebih “mengapa?”
banyak kalimat 2. Kalimat yang
2. Memahami terdiri dari tiga
hubungan fisik sampai empat
(di atas, di kata
bawah, di 3. Kosakata terdiri
dalam) dari 1000 kata
Sumber: Kyle dan Carman (2015)
B. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Identitas pasien
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali
dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi
ringan atau sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare
berlangsung <
14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara
apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten.
c. Riwayat Kesehatan
1) Keadaan Umum
2) Berat Badan
7) Abdomen
Tabel 2.7
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi
Keperawatan
8. Kecemasan Rasadancemas
muntahteratasi keluarga
1. Kaji untuk
respon memberikan rasa
1. Mengidentifikasi
berhubungan dengan cemas penyebab
dengan faktor psikologis indikator sebagai berikut : subjektif dan objektif rasa cemas
terhadap status 1. Pasien tenang pasien. 2. Untuk memberikan kenya-
kesehatan dan 2. Tidak gelisah 2. Gunakan pendekatan manan dan mencegah
hospitalisasi 3. Tidak menangis yang kekhawatiran klien.
atau cemas tenang dan meyakinkan. 3. Memberi kehadiran bersama
4. Pasien dapat 3. Anjurkan orang tua orang terdekat
9. Risiko syok beristirahat
Pasien tidak akan 1. untuk
Pantaumenggendong
kondisi yang dapat
1. Mendeteksi dan
berhubung- mengalami dapat menangani
an dengan syok yang ditunjukkan mengarah ke pasien yang berisiko
gangguan dengan hipovolemia syok.
sirkulasi darah, : (misalkan diare 2. Pemantauan cairan untuk
kekurangan volume 1. Tekanan darah dan muntah yang lama). mendeteksi kekurangan cairan
cairan ditandai dengan dalam 2. Observasi intake dan yang berisiko terjadinya
asupan dan haluaran batas normal output cairan. syok.
cairan tidak seimbang. 2. Pengisian ulang 3. Pantau tanda-tanda vital. 3. Mengumpulkan, dan
kapiler normal 4. Kolaborasi dengan dokter me-
Sumber: Wilkins on (2016)
48
49
4. Implementasi Keperawatan
2. Pengkajian
a.
Biodata
1) Identitas pasien
j) RS : 8-1-2019
b) Pendidikan : SLTP
f) Pendidikan : SMA
g) Pekerjaan : Swasta
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Imunisasi Usia 18
Bulan
Berat badan bayi saat lahir 2300 gram tinggi badan 34 cm.
Tidak dirawat atau tidak masuk inkubator dikarenakan
bayi sehat, saat lahir langsung menangis. Saat lahir ±
10 hari bayi diberi ASI dan susu formula karena ASI
ibu belum begitu lancar kemudian selanjutnya diberi
ASI saja hingga usia 6 bulan.
6) Riwayat Keluarga
Keterangan:
a) Yang
mengasuh
Tabel 4.2
Kebutuhan
Dasar
BB : 8 Kg
Rumus :
: 100 x 8 Kg
: 800 ml/hari
Balance Cairan
- Minum 240 ml
Jumlah 740 ml
Output (dalam 24 jam)
d) Ondansetron 3 x 0,8 mg
e) Zink 1 x 5 ml
4) Hasil pemeriksaan
penunjang a) Laboratorium
:
Tabel 4.3
Hasil Laboratorium
b) Ronsent/USG : Tidak
ada e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum :
c) Lingkar Kepala : 46
cm d) Lingkar Dada : 50
cm e) Lingkar Perut : 53
cm f) Lingkar Lengan : 11
cm g) Tanda Vital :
, Nadi 130x/menit, Respirasi 25x/m, suhu 37ºC
2) Sistem Pernafasan
:
Bentuk dada simetris antara kiri dan kanan, tidak ada jejas pada
bagian dada, tidak terlihat pucat pada akral ekstremitas pasien,
konjungtiva tidak anemis, teraba frekuensi nadi 130x/menit,
kedalaman normal dan irama teratur. Capillary refill time (CRT)
< 2 detik. Akral teraba hangat. Suara jantung BJ2 lupdup.
4) Sistem Pencernaan :
b) Fungsi
kranial
(11)Nervus XI (aksesorius) :
6) Sistem Endokrin :
Bentuk tangan dan kaki simetris antara kiri dan kanan. Tidak
terlihat benjolan, terlihat luka infus pada tangan kanan pasien,
tidak ada nyeri tekan pada bagian ekstremitas pasien. Tidak ada
keterbatasan gerak. Kekuatan otot 5 5
5 5
Tabel 4.4
Analisa Data
Masalah
Data Pasien Etiologi Keperawatan
DS : Makanan dan Diare
Ibu pasien minuman berhubungan
mengatakan yang
anaknya mencret, menu- terkontaminasi dengan masuknya
rutnya mencret patogen ke dalam
disebab- kan karena saluran pencernaan.
anaknya makan ciki,
coklat dan es susu Mikroorganisme
(jajanan warung). masuk saluran cerna
DO :
1. BAB lebih dari 10
kali
darah berlebih
3. Frekuensi
nadi
130 x/ menit
4. Mata cekung Diare
5. Kekenyalan kulit
kurang
6. Demam dan
muntah
hilang pada hari ke
2
DS : Kerusakan mukosa Kekurangan
Menurut ibu pasien, An.K usus volume
minum dengan lahap cairan
dan berhubungan dengan
sering merasa haus kehilangan
DO : Gangguan cairan melalui feses.
1. Mukosa bibir absorpsi cairan
kering dan elektrolit
2. Kekenyalan kulit
kurang
3. Mata cekung
Balance Peningkatan
cairan tekanan osmotik
: input – output
: 740 – 858
= - 118 ml
Hiperperistaltik
DS : ibu Hiperperistaltik Nyeri akut berhu-
pasien
mengatakan anaknya bungan dengan
sering merintih kesakitan pe- ningkatan
terkadang memegangi Kehilangan cairan defekasi.
perutnya. Pasien sering dan elektrolit
mengatakan “lara..”.
- Mudah menangis (feses)
- Skala nyeri WB : berlebihan
6, nyeri sedang
- Perut
teraba sedikit
DS keras
:ibu Area anus
Masuknya Kerusakan
mengatakan mikroorganisme integritas
terdapat kemerahan dalam saluran cerna
di sekitar anus kulit berhubungan
DO : dengan iritasi lapisan
- Sering buang rektum akibat
air besar Pertahanan tubuh peningkatan defekasi.
- Frekuensi BAB memproduksi HCl
lebih dari 10 kali
Peningkatan HCl
dalam saluran cerna
Feses bersifat
asam
Intervensi
Keperawatan
Intervensi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Tindakan Keperawatan (NIC)
1. Diare berhubungan Setelah dilakukan perawatan 1. Kaji feses mengenai frekuensi,
dengan selama warna,
masuknya patogen ke 3 x 24 jam diare dapat konsistensi feses.
dalam saluran pencernaan. dihilangkan dengan dibuktikan oleh 2. Kaji tanda-tanda dehidrasi
indikator: seperti kesadaran, pernafasan,
1. Frekuensi defekasi yang normal nadi, turgor
2. Terhidrasi dengan baik kulit, mukosa mulut.
(membran mukosa lembab, 3. Kolaborasi terapi rehidrasi oral
turgor bola mata baik, sesuai
turgor kulit baik) program.
2. Kekurangan volume Setelah dilakukan perawatan 1. Kaji keluhan umum klien dan
cairan selama tanda-
berhubungan dengan 3 x 24 jam kekurangan cairan tanda vital
kehilangan akan 2. Kaji intake dan output cairan
cairan melalui feses. teratasi dengan indikator : anak dalam 24 jam.
1. Memiliki keseimbangan 3. Pantau perdarahan pada feses
asupan dan daerah anus.
kulit tidak kering, mata 6. Hitung kebutuhan cairan harian
tidak anak
cekung) berdasarkan berat badan.
3. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan perawatan 1. Kaji penyebab nyeri yang
dengan selama dirasakan
peningkatan defekasi. 3 x 24 jam rasa nyeri anak
berkurang dengan menunjukkan : 2. Kaji nyeri pada anak
1. Tidak merintih dan menangis dengan menggunakan skala wajah
2. Skala nyeri berkurang menjadi atau skala
3 (nyeri ringan) bergambar lainnya.
3. Mempertahankan selera 3. Lakukan perubahan posisi dan
4. Kerusakan makan dengan
integritas Setelah baik
dilakukan perawatan anjurkan
1. Observasi tanda-tanda
kulit selama kerusakan
berhubungan dengan iritasi 3 x 24 jam kerusakan integritas integritas kulit meliputi: kulit
lapisan rektum akibat feses kulit teratasi dengan tidak adanya yang kering, ruam dan lecet, warna
yang bersifat asam. tanda- tanda kerusakan kulit seperti kemerahan, kekeringan yang
: berlebihan sehari sekali.
1. Mukosa kulit ruam dan 2. Bersihkan kulit saat terkena kotoran.
lecet 3. Anjurkan orang tua untuk
mengganti popok setiap jam atau
5. Kecemasan berhubungan Setelah dilakukan perawatan 1. Kaji respon cemas subjektif
dengan selama dan
faktor psikologis terhadap 3 x 24 jam cemas teratasi objektif
status kesehatan dan dengan pasien.
hospitalisasi indikator sebagai berikut : 2. Gunakan pendekatan yang tenang
1. Pasien tenang dan meyakinkan.
2. Tidak gelisah 3. Berikan lingkungan yang nyaman
3. Tidak menangis atau cemas dan
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi keperawatan
Tanda
Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Tangan
9/01/2019 Diare berhubungan S: ibu pasien mengatakan anaknya masih mencret lebih
dengan dari
masuknya patogen ke 3 kali
dalam saluran pencernaan O: frekuensi BAB lebih dari 3 kali, cair, sedikit
berlendir, tidak ada ampas dan darah. Warna kuning
kehijauan. Tidak ada mual dan muntah. Tidak demam,
suhu: 37°C.
A: masalah belum Rina F.
teratasi
P: lanjutkan intervensi
:
9/01/2019 Kekurangan volume S: ibu pasien mengatakan anaknya masih sering
cairan ingin
berhubungan minum, masih merasa
dengan kehilangan cairan haus.
melalui feses O: mata terlihat cekung, mukosa bibir kering, kulit
kembali lambat (1 detik), terlihat haus. Balance cairan
P: lanjutkan intervensi :
1. Kaji keluhan umum klien dan tanda-tanda vital
2. Kaji intake dan output cairan anak dalam 24 jam.
3. Kaji tanda-tanda dehidrasi
4. Timbang berat badan anak
9/01/2019 Nyeri akut S:5. ibu
Berikan terapi
pasien IV atau oral
mengatakan sesuai program.
anaknya masih sering
berhubungan menangis,
dengan peningkatan defekasi. rewel dan kadang memegangi perutnya.
O: anak sering meringis, skala nyeri 6 (nyeri
sedang). A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Kaji nyeri pada anak dengan menggunakan skala
wajah atau skala bergambar lainnya. Rina F.
9/01/2019 Kerusakan integritas S: ibu pasien mengatakan terdapat kemerahan di
kulit bagian
berhubungan dengan iritasi lapisan kulit anus pasien.
lapisan rektum akibat O: warna kulit anus kemerahan, terjadi peningkatan
peningkatan defekasi. defekasi lebih dari 10 kali
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Observasi tanda-tanda kerusakan integritas
2. Anjurkan orang tua untuk mengganti popok setiap
jam
9/01/2019 Kecemasan S: ibu pasien mengatakan anaknya masih sering rewel
berhubungan dan
dengan faktor psikologis menangis
terhadap status kesehatan dan O: pasien tidak tenang, mudah marah dan menangis.
hospitalisasi Selalu ingin dekat dengan orangtuanya terutama ibu.
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Kaji respon cemas subjektif dan objektif pasien. Rina F.
2. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
3. Anjurkan orang tua untuk menggendong pasien
9/01/2019 Diare berhubungan S: ibu mengatakan anaknya BAB 4x, berwarna
dengan kuning,
masuknya patogen ke terdapat ampas, tidak ada darah maupun
dalam saluran pencernaan lendir.
O: frekuensi BAB 4x, berwarna kuning, terdapat ampas,
tidak ada darah maupun lendir. Mata sedikit cekung,
anak sedikit rewel. Ibu dapat menjelaskan 3 tanda gejala
diare dan perawatan dirumah.
A: masalah belum Rina F.
teratasi