Anda di halaman 1dari 117

BAB I

A. Definisi
Kyle dan Carman (2016: 748) mengatakan bahwa “diare adalah
peningkatan frekuensi atau penurunan konsistensi feses. Diare pada
anak dapat bersifat akut atau kronik”.
Sodikin (2012: 118) mengatakan “diare adalah defekasi encer
lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa darah dan/atau lendir
dalam feses. Secara epidemiologik, biasanya diare didefinisikan
sebagai pengeluaran feses lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam
satu hari”.
Wong (2009: 993) mengatakan bahwa “diare
merupakan
peningkatan frekuensi defekasi dengan semakin besarnya kandungan
air di dalam feses sebagai akibat dari perubahan transportasi air
dan elektro lit oleh traktus GI (gastrointestinal)”.
Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa diare merupakan suatu
keadaan pengeluaran tinja dengan konsistensi yang cair atau lunak
baik
disertai lendir atau darah dengan frekuensi lebih dari tiga kali
sehari.

B. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan


Sistem organ pencernaan adalah sistem organ yang
menerima makanan mencerna untuk dijadikan energi dan nutrien, serta
mengeluarkan sisa proses tersebut. Pada dasarnya sistem pencernaan
makanan yang terbentang dari mulut atau oris sampai ke anus
dalam manusia dibagi menjadi tiga bagian:
1. Proses penghancuran makanan yang terjadi di dalam mulut
sampai ke lambung.
2. Proses penyerapan sari-sari makanan yang terjadi di dalam usus.
3. Proses pengeluaran sisa-sisa makanan melalui anus
(Syaifuddin, 2012:504).
Gambar 2.1
Sistem Pencernaan
Manusia

Sumber: h tt p s ://www.s aint lu kes kc.org

a. Mulut
Mulut merupakan rongga awal pencernaan, hal ini
seringkali menjadi kesempatan patogen masuk lewat mulut dan
menimbulkan infeksi. Karena anak sering memasukan sesuatu ke
dalam mulutnya, sehingga perilaku ini meningkatkan terjadinya
resiko infeksi (Kyle & Carman, 2016). Di dalam mulut terdapat
bibir bagian eksternal yang ditutupi kulit dan bagian interna
yang dilapisi oleh epitel yang mengandung mukosa. Kemudian
terdapat pipi sebagai alat kelengkapan mulut bagian luar dilapisi
oleh selaput lendir (membran mukosa), dan di dalam mulut terdapat
gigi (dentis) merupakan alat bantu yang berfungsi untuk mengunyah
makanan dan berbicara. Terdapat dua bagian gigi, yaitu:
1) Gigi sulung (gigi susu), tumbuh saat usia 6-8 bulan dan akan
lengkap pada usia 2,5 tahun dengan 8 gigi seri (dens insisivus)
berguna untuk memotong makanan, 4 buah gigi taring (dens
kaninus) gunanya untuk memotong dan 8 gigi geraham (dens
molare) untuk menggiling dan menghancurkan makanan.
2) Gigi permanen (gigi tetap), tumbuh usia 6-18 tahun dan
berjumlah 32 buah. Susunannya sama dengan gigi susu namun
ditambah dengan gigi geraham premolar sebanyak 12 buah,
sebagai peyempurnaan dari gigi susu (Syaifuddin, 2012).
Selain itu di dalam mulut juga terdapat lidah yang membantu
menentukan citra rasa dan menelan serta terdapat beberapa kelenjar
ludah seperti kelenjar parotis sebagai kelenjar terbesar, kelenjar
submandibularis
kelenjar terbesar sesudah parotis dan kelenjar sublingualis adalah
kelenjar terkecil. Kelenjar ini berfungsi untuk mengeluarkan saliva (air
liur) untuk membantu mencerna makanan (Pearce, 2011).

b. Faring
Menurut Syaifuddin (2012) faring terdiri dari tiga bagian yaitu
nasofaring merupakan bagian superior yang menghubungkan
hidung dengan faring, orofaring penghubung antara rongga mulut
dengan faring, dan bagian terakhir laringofaring merupakan bagian
inferior penghubung antara laring dengan faring. Sedangkan Pearce
(2011: 218) mengatakan faring atau tekak yang terletak di belakang
hidung, mulut dan laring (tenggorokan) berupa saluran kerucut
tersusun dari membran berotot (muskulo membranosa) dengan
panjang rata-rata 7 sentimeter (cm).

c. Esofagus
Esofagus berfungsi sebagai jalan masuk makanan dari mulut ke
lambung dan memiliki sfingter atau otot cincin di daerah bawah
esofagus untuk mencegah aliran balik isi lambung ke esofagus
dan/atau ke mulut (Kyle & Carman, 2016). Esofagus merupakan tuba
otot dengan ukuran 8-
10 cm dari kartilago krikoid sampai kardia lambung.
Panjangnya bertambah selama 3 tahun setelah kelahiran, dan saat
dewasa organ ini mencapai panjangnya 21-20 cm (Sodikin, 2012).

d. Lambung
Bayi baru lahir memiliki kapasitas lambung 10 hingga 20
mililiter
(ml), saat usia 2 bulan kapasitasnya bertambah menjadi 200 ml.
Lambung
memiliki asam hidroklorida untuk membantu mencerna makanan
dalam lambung (Kyle & Carman, 2016). Lambung terdiri dari tiga
bagian yaitu fundus sebagai batang utama, pilorik yang berada di
bagian bawah dan horizontal, dan kardia sebagai penghubung
lambung dengan esofagus. Lambung menerima makanan dari
esofagus dan sebagai penampung makanan sementara (Pearce,
2011).

e. Usus Halus
Usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum,
jejunum dan ileum. Organ ini memiliki panjang 300-350 cm saat
lahir dan meningkat sekitar 50% selama setahun pertama kehidupan,
dan berukuran
± 6 meter saat dewasa. Duodenum merupakan bagaian terpendek dari
usus halus yaitu sekitar 7,5-10 cm (Sodikin, 2011). Usus halus
berfungsi sebagai mencerna dan mengabsorpsi zat makanan.
Terdapat cairan cerna yaitu empedu untuk memecah lemak dan
getah pankreas. Getah pankreas terdapat tiga enzim yaitu enzim
amilase sebagai pengubah zat tepung menjadi disakaridase, enzim
lipase sebagai pemecah lemak menjadi gliserin dan asam lemak,
serta enzim tripsin yang mencerna protein (Pearce, 2011).

f. Usus Besar
Usus besar atau kolon dengan panjang 1,5 meter yang berfungsi
sebagai absorpsi air, garam dan glukosa dan pembuangan air besar.
Bila zat makanan sampai sekum semua zat sudah di absorpsi dan
tersisa isi cairannya. Sekum terletak di iliaka kanan, dan naik
terdapat kolonasendens yang terletak di sebelah kanan lumbal,
lalu di bagian tepi epigastrik dan umbilikal terdapat kolon tranversus,
dan kolon desenden di samping lumbal kiri (Pearce, 2011).

g. Rektum dan Anus


Rektum terletak 10 cm di bawah usus besar, dimulai pada
kolon sigmoideus dan berakhir di saluran anal semua ini menyambung ke
saluran anus, di bagian anus terdapat serabut otot sirkular dan
membentuk otot sfingter interna dan eksterna (Pearce, 2011).
Feses atau tinja akan merangsang untuk terjadinya proses
defekasi, keinginan defekasi timbul bila tekanan rektum meningkat ±18
milimeter merkuri hydrargyrum atau milimeter raksa (mmHg), pada saat
tekanan mencapai 55 mmHg, maka sfingter anal akan berelaksasi dan
feses dikeluarkan (Sodikin, 2011).

B. Etiologi
Menurut Hidayat (2012: 13) diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya bakteri seperti escherchia coli, salmonella, shigella, dan lain-lain.
Virus seperti asenovirus, rotavirus, jamur seperti candida enteritis
atau faktor makanan seperti alergi susu atau protein. Faktor obat- obatan
atau juga faktor psikologis yaitu emosi atau adanya stress. Virus yang
mengakibatkan diare dapat menginfeksi dan merusak sel-sel di ujung
usus halus (Widagdo, 2012).
Selain patogen, makanan dan lingkungan yang terkontaminasi
diare bisa disebabkan oleh pemakaian antibiotik. Seperti yang telah
disebutkan oleh Berhman Kliegman dan Arvin, 2000 dikutip dalam Wong,
2009 bahwa pemakaian antibiotik juga berkaitan dengan diare.
Antibiotik dapat mengubah flora usus yang normal, dan penurunan
jumlah bakteri kolon akan mengakibatkan absorpsi hidrat arang yang
berlebihan serta diare osmotik. Diare osmotik merupakan kondisi
yang terjadi akibat gangguan penyerapan zat yang disebabkan oleh
kelainan pada usus halus (Sodikin, 2012: 16).
Rotavirus merupakan agens paling penting yang menyebabkan
penyakit diare disertai dehidrasi pada anak-anak kecil di seluruh dunia.
Gejalanya dapat berkisar mulai dari gambaran klinik tanpa
manifestasi gejala sehingga kematian akibat dehidrasi. Secara klinis
penyebab diare yang sering ditemukan akibat infeksi dan
keracunan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Sedangkan Wong (2009: 999) mengatakan kebanyakan mikroorganisme
patogen penyebab diare disebarluaskan lewat jalur fekal- oral melalui
makanan atau air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia
dengan kontak yang erat (misalnya pada tempat penitipan anak).
Kurangnya air bersih, tinggal berdesakan, hygiene yang buruk, kurang
gizi dan sanitasi yang jelek merupakan faktor resiko utama, khususnya untuk
terjangkit infeksi bakteri atau parasit yang pathogen.

C. Manifestasi Klinis
Widagdo (2012) mengatakan pada rotavirus masa inkubasi 1-7 hari
kemudian ditandai dengan demam, muntah dan sering mengalami
diare berair. Pada hari ke-2t demam dan muntah hilang, dan diare
berlanjut
16
hingga 5-7 hari. Sedangkan enteritis adenovirus diare berlangsung
lebih lama yaitu 10-14 hari.

Gejala klinis pada diare menurut Kowalak & Hughes (2010)


adalah sebagai berikut:
a. Infeksi
Diare yang disebabkan oleh bakteri, virus dan protozoa feses
akan menjadi cair yang terjadi mendadak dengan ditandai gejala nyeri
abdomen serta keram, demam, mual, muntah, penurunan berat
mungkin disertai feses berdarah dan berlendir.
b. Intoleransi Laktosa
Diare terjadi setelah anak mengkonsumsi susu atau produk
yang terbuat dari susu. Biasanya anak mengalami keram dan nyeri
abdomen, terdapat suara “keroncongan”, rasa begah, mual dan
kembung.
c. Obat antibiotik
Diare juga dapat terjadi akibat kelainan fatal setelah pemberian
antibiotik yang menyebabkan diare encer, berwarna hijau, berbau busuk,
berdarah dan timbul tanda-tanda syok. Serta timbul gejala lain
seperti nyeri dan distensi abdomen, demam dan dehidrasi.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009) mengatakan demam
terjadi karena proses peradangan atau akibat dehidrasi. Mual dan
muntah dapat disebabkan oleh organisme yang menginfeksi saluran
pencernaan bagian atas.

E. Patofisiologi
Perjalanan penyakit diare menurut Kowalak, Welsh &
Mayer, (2012: 343) diare merupakan peningkatan volume feses dan
peningkatan defekasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
adanya air di dalam kolon, makanan atau zat yang tidak dapat diserap.
Paling sering diare akut disebabkan oleh virus yang berkaitan dengan
enteropatogen bakteri atau parasit. Virus yang masuk melukai sel
vilosa matur, menyebabkan absorpsi cairan menurun dan defisiensi
disakaridase. Sedangkan bakteri menciderai usus hingga menginvasi
mukosa usus, merusak permukaan vilosa atau melepas toksin (Kyle
& Carman, 2016). Mikroorganisme yang masuk ke dalam saluran
cerna ini berkembang dalam usus dam merusak sel-sel mukosa
usus sehingga menurunkan daerah permukaan usus kemudian
terjadi perubahan kapasitas usus dan terjadi gangguan fungsi usus
untuk mengabsorpsi cairan dan elektrolit. Kegagalan dalam
melakukan absorpsi dapat meningkatkan tekanan osmotik sehingga terjadi
17
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
akhirnya meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare. Faktor
makanan juga dapat mengakibatkan diare apabila terdapat patogen
dalam makanan, toksin yang masuk saluran cerna tidak dapat diserap
dengan baik, sehingga terjadi peningkatan peristaltik kemudian terjadi
diare (Hidayat, 2012: 12).
Menurut Amin (2015) mengatakan bahwa diare yang
berlangsung tanpa penanganan medis dapat menyebabkan kematian
akibat kekurangan cairang dan elektrolit dalam tubuh yang
mengakibatkan renjatan
hipovolemik atau akibat gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik.
Asidosis metabolik juga dapat disebabkan pembentukan asam
yang berlebihan dalam tubuh, kegagalan ginjal dalam
mengsekresikan asam- asam organik dalam tubuh (Masyoer, 2013).
Kehilangan cairan menimbulkan rasa haus, berat badan menurun, mata
cekung, turgor kulit menurun, lidan dan bibir menjadi kering. Gejala ini
muncul akibat deplesi air yang isotonik.
Gangguan kardiovaskular akibat renjatan hipovolemia berat dapat
menimbulkan tekanan darah menurun dan takikardi. Pasien mulai
gelisah, wajah pucat, ujung-ujung ekstremitas menjadi dingin dan
kadang sianosis. Tekanan darah yang menurun mengakibatkan
gangguan perfusi ginjal sehingga terjadi anuria atau oliguria.
Tanda awal dehidrasi dapat terjadi pada stadium awal yaitu Na
dan Cl keluar bersama dengan cairan tubuh. Pengeluaran cairan
yang terus menerus terjadi reabsorpsi yang berlebihan oleh ginjal
sehingga Na dan Cl ekstrasel meningkat (hipertonik). Peningkatan
osmolaritas ektrasel ini mengakibatkan penarikan air dari dalam sel sel
menjadi dehidrasi sehingga terjadi stimulasi hipofisis untuk
mengeluarkan hormon antidiuretik (ADH) yang akhirnya menahan
cairan dalam ginjal sehingga terjadi oliguri. Kehilangan cairan dan
elektrolit akibat dehidrasi membuat air tidak dapat pindah dari sel ke
dalam vaskuler, mengakibatkan cairan dalam vaskuler berkurang.
Aliran darah yang kurang menyebabkan tekanan darah menurun
dan terjadi syok (Tikada, 2014).
Menurut Kowalak, Welsh & Mayer, (2012: 343) terdapat tiga
mekanisme utama terjadinya diare, yaitu:
a. Diare osmotik merupakan suatu kondisi adanya substansi yang
tidak dapat diserap seperti gula sintesis, atau peningkatan
osmotik di usus halus yang mengakibatkan peningkatan tekanan
osmotik dan adanya penarikan air berlebih ke dalam usus
halus sehingga mengakibatkan berat serta volume feses.
18
b. Diare sekretorik, yaitu keberadaan mikroorganisme patogen
atau tumor akan mengiritasi otot dan lapisan mukosa intetinum.
Serta peningkatan motilitas dan sekret (air, eletrolit dan lendir) akan
mengakibatkan diare.
c. Diare motilitas, yaitu kondisi inflamasi, neuropati, dan
obstruksi menimbulkan refleks kenaikan motilitas usus yang
mendorong keluarnya iritan dan melepaskan obstruksi.
Dari gambaran tersebut gangguan yang paling serius dari
penyakit ini yaitu terjadinya dehidrasi, ketidakseimbangan asam
dan basa serta terjadinya syok akibat dehidrasi berat sehingga
terjadi gangguan yang serius pada sistem sirkulasi dalam tubuh
(Wong, 2009). Dari penjelasan tersebut didapat bagan mengenai
perjalanan penyakit diare sebagai berikut:
Bagan 2.1
Pathway Penyakit
Diare

Makanan atau air yang Bakteri Lingkungan yang buruk


terkontaminasi Virus
Jamur

Gangguan
Mual/muntah Pertahanan Masuk saluran cerna
rasa tubuh
nyaman Memproduksi HCl Melepas toksin Peradangan Proses fagosit Pengeluaran pirogen
Napsu makan endogen
menurun

Kebutuhan nutrisi
Kurang dari Penurunan asupan Melukai sel mukosa Hipertermi Peningkata Stimulasi epitel
kebutuhan makanan usus n suhu hipotalamus
tubuh Dehidrasi tubuh
Gangguan kerja
Asidosis ginjal Menginvasi mukosa
metabolik Pembuangan asam usus

organik

Nyeri Diare Kerusakan mukosa usus


Penurunan pH darah G
(asam)
angguan absorpsi dan elektr Peningkatan tekanan osmotik
cairan
olit
Pengeluaran isi Hiperperistaltik Peningkatan cairan Transpor-aktif elektrolit
Area anus usus dalam usus ke dalam usus halus
Kerusakan integritas lecet (feses)
kulit berlebihan

Kehilangan cairan dan Haus, mata cekung,


Deplesi air
Gangguan Hipovolemik Kekurangan volume lidah
elektrolit ekstrasel
kardiovaskule cairan yang Kering turgor kulit menurun
r
isotonik

Tekanan darah menurun Gangguan perfusi jaringan Gangguan perfusi ginjal


Resiko Syok Anuria/ Oliguria
Gangguan
pola eliminasi
Sumber: Wilkinson, 2016; Ky le & Carman, 2016; Amin, 2015; M ansy oer, 2013; Hiday at, 2012; Kowalak, Welsh & M ay er, 2012; Wong, 2009.

1
6. Klasifikasi Diare

Diare terdapat beberapa jenis atau klasifikasi,


menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015) terdapat
beberapa jenis diare diantaranya:
a. Diare dengan Dehidrasi Berat

Ditandai dengan adanya gejala:

1) Letargis atau tidak sadar

2) Mata cekung

3) Tidak bisa minum atau malas minum

4) Cubitan kulit perut kembali sangat


lambat b. Diare dengan Dehidrasi Ringan
atau Sedang
Terdapat dua atau lebih gejala berikut:

1) Gelisah, rewel atau mudah marah

2) Mata cekung

3) Haus, minum dengan lahap

4) Cubitan kulit perut kembali


lambat c. Diare tanpa dehidrasi
Tidak adanya tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi
berat atau ringan/sedang.
d. Diare Persisten Berat

Diare berlangsung 14 hari atau lebih dengan disertai


dehidrasi. e. Diare Persisten
Diare berlansung 14 hari atau lebih tanpa disertai dehidrasi.
f. Disentri

Diare berlangsung 14 hari atau lebih disertai adanya darah dalam


feses atau tinja.
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
dalam Buku Saku Lintas Diare (2011) mengatakan terdapat beberapa
jenis diare, yaitu:
a. Diare akut yaitu diare yang berlangsung selama kurang dari 14 hari.

b. Diare kronik atau persisten adalah diare yang berlangsung lebih


dari 14 hari.
7. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut penjelasan Kyle & Carman (2016)


pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien diare seperti
pemeriksaan toleransi laktosa, setelah menelan laktosa, uji ini
memeriksa kadar hidrogen dalam pernapasan yang akan
meningkatkan penumpukan laktosa di usus. Berat jenis urin
dilakukan jika dicurigai dehidrasi. Pemeriksaan hitung darah
lengkap, kadar elektrolit serum, kreatinin dan ureum dilakukan jika
anak dalam perawatan rumah sakit.
Sedangkan Wong (2009: 999) mengatakan pemeriksaan
kultur feses dilakukan jika feses mengandung darah atau mukus.
Pemeriksaan feses untuk menemukan telur cacing dan parasit
harus dilakukan bila kultur bakteri serta virus negatif bila diare
berlangsung lebih dari beberapa hari. Pengukuran kadar elektrolit
dalam feses membantu mengidentifi- kasi anak-anak yang
menderita diare sekretorik. Potensi hidrogen (pH)
feses yang kurang dari 6 dan keberadaan zat pereduksi dapat
menunjukkan adanya malabsorpsi hidrat arang atau atau defisiensi
sekunder enzim laktase.
Menurut Immi (2014) pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
pada anak diare meliputi:
a) Pemeriksaan feses :

1) Makroskopis : bentuk tinja meliputi jumlah, warna, bau,


lendir.

Biasanya pada anak diare jumlah tinja kurang dari 250 miligram
(mg).

2) Mikroskopis : Natrium normal dalam tinja 56-105 miliequivalent


per liter (mEq/L), chloride dalam tinja (normal : 55-95 mEq/l),
kalium dalam tinja (normal : 25-26 mEq/l), Bikarbonat dalam tinja
(normal :
14-31 mEq/l).

b) Pemeriksaan pH darah

PH dan kadar gula dapat diperiksa dengan kertas lakmus dan tablet
clini test bila diduga terjadi intoleransi gula.
c) Pemeriksaan darah

Darah lengkap meliputi elektrolit serum, kreatinin, BUN


menunjukan adanya dehidrasi, hemoglobin, hematokrit, dan BUN
biasanya mengalami penurunan pada diare akut. Nilai normal
hemoglobin adalah 13-16 gram per desiliter (g/dL), hematokrit
normalnya 40-48 vol%.
d) Analisa gas darah

Asidosis metabolik (pH darah menurun, tekanan oksigen [PO 2]


meningkat, bikarbonat [HCO3] menurun).
e) Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin

Untukmengetahui faal ginjal atau fungsi ginjal: urin normal 20-40


miligram per desiliter (mg/dL), jika terjadi peningkatan
menunjukkan adanya dehidrasi. Kretinin normal dalam urin 0,5-1,5
mg/dL, terjadi peningkatan kreatinin menandakan adanya penurunan
fungsi ginjal.
f) Serum elektrolit

Hiponatremi (natrium dalam darah kurang dari 135 mEq/dL, nilai


normal

140+/- 5 mEq/L) disebabkan oleh retensi air atau kehilangan natrium.


Hipernatremi (kadar natrium plasma lebih dari 145 mEq/L)
disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh, berkurangnya asupan cairan
atau bertambahnya asupan natrium. Hipokalemi (nilai kalium kurang
dari 3,5 mEq/L, normalnya 3,5-5 mEq/L).
8. Penatalaksanaan Medis

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015) dalam


Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), penanganan
pada anak dengan diare berdasarkan klasifikasi atau jenis diare
dilakukan sebagai berikut:
Tabel 2.1

Penatalaksanaan pada Anak dengan


Diare

Klasifikasi Penatalaksanaan
Diare Dehidrasi Berat Beri cairan untuk diare
dengan

Diare Dehidrasi Ringan dehidrasi


Beri berat (rencana
cairan dan terapi
makanan
atau makanan
Sedang (rencana terapi
B)
Diare Tanpa Dehidrasi Beri cairan, dan makanan
untuk

Sumber: Kementerian Kes ehatan menangani diare di


Republik Indones rumah
ia (2015)

a. Diare Tanpa Dehidrasi (Rencana Terapi A)


Edukasi ibu tentang perawatan dirumah
seperti:
1) Berikan cairan tambahan sebanyak yang anak mau.
Jelaskan kepada ibu :
a) Berikan ASI lebih lama dan lebih sering pada setiap
kali pemberian.
b) Berikan air tambahan berupa oralit atau air matang pada
anak yang memperoleh ASI eksklusif.
c) Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan 1 atau
lebih cairan oralit di rumah, jika:
(1) Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C
dalam kunjungan ini.
(2) Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah

parah.
2) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.

3) Tunjukan kepada ibu berapa banyak oralit atau cairan yang


lain harus diberikan setiap kali anak buang air besar.
a) Sampai umur 1 tahun : 50-100 ml setiap kali buang
air besar.
b) Umur 1-5 tahun : 100-200 ml setiap kali buang air besar.

4) Beri tablet Zinc selama 10 hari (kecuali pada bayi muda).

5) Lanjutkan pemberian makan

Berikan tablet Zinc pada semua anak yang mengalami diare


dengan dosis (1 tablet = 20 mg), umur lebih dari 6 bulan berikan
1 tablet per hari. Berikan selama 10 hari berturut-turut.
b. Diare Dehidrasi Ringan atau Sedang (Rencana Terapi
B) Berikan oralit sesuai yang dianjurkan selama periode
3 jam.
Tabel 2.2

Pemberian Oralit Terapi


B

Umur ≤ 4 bulan 4 - ≤ 12 1 - < 2 tahun 2-<5


bulan tahun
Berat <6 6 - < 10 kg 10 - < 12 kg 12 – 19 kg
Badan (BB) kilogram

Jumlah (ml) 200(kg)


– 400 400 – 700 700 – 900 900 - 1400
Sumber: Kementerian Kes ehatan Republik Indones ia (2015)

1) Tentukan oralit untuk 3 jam pertama. Gunakan umur jika


berat badan anak tidak diketahui.
2) Tunjukkan cara memberikan oralit
a) Minum sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir, mangkuk
atau gelas.
b) Jika anak muntah tunggu 10 menit, dan berikan
lagi. c) Lanjutkan ASI selama anak mau.
d) Bila kelopak mata bengkak, hentikan oralit berikan
air matang atau ASI.
3) Berikan tablet Zinc selama 10
hari

Setelah 3 jam periksa anak, dan klasifikasikan kembali dan


tentukan terapi yang harus diberikan. Lalu mulai
memberikan makan.
c. Diare Dehidrasi Berat (Rencana Terapi
C)

Segera berikan cairan intravena, jika anak bisa minum


berikan oralit melalui mulut sementara persiapkan infus. Beri 100
ml/kg cairan Ringer Laktat (RL) jika tidak tersedia, berikan cairan
Natrium Klorida (NaCl) yang terbagi sebagai berikut:
Tabel 2.3

Pemberian Cairan Terapi


C

Pemberian
Pemberian selanjutnya 70
Umur pertama ml/kg selama:
Bayi (dibawah umur 1 Jam 5 Jam
12 bulan)
Anak (12 bulan 30 Menit 2 1 /2 Jam
sampai 5 tahun)
Sumber: Kementerian Kes ehatan Republik Indones ia (2015)

Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum


teraba, beri tetesan lebih cepat. Beri oralit 5 ml/kg/jam segera
setelah anak mau minum. Biasanya sesudah anak 1-2 jam dan beri
juga tablet Zinc. Klasifikasi diare, dan berikan terapi sesuai rencana
pengobatan.
Jika tidak dapat memberikan cairan intravena dalam 30 menit
dan anak masih bisa minum berikan ASI dan larutan oralit
sebanyak 20 ml/kg/jam selama 6 jam. Periksa kembali anak
setiap 1-2 jam. Jika anak muntah terus atau perut makin
kembung, beri cairan lebih lambat. Sesudah 6 jam,
observasi kembali anak. Klasifikasikan dehidrasi dan tentukan
rencana terapi A, B atau C.
Menurut Buku Saku Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
oleh World Health Organization (2009) penanganan diare persisten
adalah sebagai berikut:
a. Diare Persisten Berat

1) Nilai anak untuk tanda dehidrasi dan beri cairan sesuai


rencana terapi dehidrasi yang sesuai (rencana terapi B atau C).
2) Berikan larutan oralit, ketika diberi larutan orali volume
BAB meningkat, rasa haus meningkat, tanda dehidrasi
semakin buruk dan tinja mengandung banyak glukosa yang
tidak dapat diserap. Anak memerlukan rehidrasi intravena
sampai larutan oralit bisa diberikan tanpa menyebabkan
memperburuknya diare.
3) Beri mineral atau vitamin seperti memberikan bubur dengan
memasukkan tempe dan wortel di dalamnya.
4) Obati diare persisten yang disertai darah dalam tinja
dengan

antibiotik oral yang efektif untuk Shigella seperti


siprofloxasin, sefiksim dan asam nalidiksat.
5) Berikan pengobatan untuk amubiasis (metronidazol oral:
50mg/kg dibagi 3 dosis selama 5 hari) hanya jika:
a) Pemeriksaan mikroskopis dari tinja menunjukkan
adanya trofozoit Entamoeba histolytica dalam sel darah;
ATAU
b) Dua antibiotik yang berbeda, yang biasanya efektif
untuk

shigella, sudah diberikan dan tidak tampak adanya


perbaikan klinis.
6) Beri pengobatan untuk giardiasis (metronidazol: 50 mg/kg,
dibagi

3 dosis, selama 5 hari) jika kista atau trofosoit Giardia


lamblia

terlihat di
tinja.

7) Beri metronidazol 30 mg/kg dibagi 3 dosis, bila


ditemukan Clostridium defisil (atau tergantung hasil kultur).
Jika ditemukan Klebsiela spesies atau Escherichia coli
patogen, antibiotik disesuaikan dengan hasil sensitivitas dari
kultur.
8) Diet Rumah Sakit : Anak-anak yang dirawat di rumah
sakit

memerlukan diet khusus sampai diare mereka berkurang dan


berat badan mereka bertambah. Tujuannya adalah untuk
memberikan asupan makan tiap hari sedikitnya 110
kalori/kg/hari. Anak umur
6 bulan atau lebih pemberian makan harus dimulai kembali
segera setelah anak bisa makan. Makanan harus diberikan
setidaknya 6 kali sehari. Walaupun demikian, sebagian besar
anak akan malas makan, sampai setiap infeksi serius telah
diobati selama 24 – 48 jam. Anak ini mungkin memerlukan
pemberian makan melalui
pipa nasogastrik pada awalnya. Beri tambahan buah segar
dan sayur-sayuran matang pada anak yang memberikan
reaksi yang baik. Setelah 7 hari pengobatan dengan diet
efektif, anak harus kembali mendapat diet yang sesuai dengan
umurnya, termasuk pemberian susu, yang menyediakan
setidaknya 110 kalori/kg/hari.
b. Diare Persisten (Tidak
berat)

1) Berikan penanganan rencana terapi A.

2) Kenali dan obati infeksi khusus seperti :

a) Infeksi intestinal. Obati diare persisten yang disertai


darah dalam tinja dengan antibiotik oral yang
efektif untuk shigella.
b) Infeksi non intestinal. Periksa setiap anak dengan
diare persisten apakah menderita infeksi lain seperti
pneumonia, sepsis, infeksi saluran kemih, sariawan di
mulut dan otitis media.
3) Pemberian makan

a) Nasihati ibu untuk mengurangi susu sapi (susu formula)


dalam diet anak untuk sementara.
b) Teruskan pemberian ASI dan beri makanan pendamping
ASI

yang
sesuai:

(1) Jika anak masih menyusu, beri ASI lebih sering,


lebih lama, siang dan malam.
(2) Jika anak minum susu formula, lihatlah
kemungkinan untuk mengganti susu formula dengan susu
formula bebas laktosa sehingga lebih mudah dicerna.
c. Disentri

Disenteri adalah diare yang disertai darah. Sebagian besar


episode disebabkan oleh Shigella dan hampir semuanya
memerlukan pengobatan antibiotik.
1) Penanganan dehidrasi dan pemberian makan sama
dengan diare akut.
2) Yang paling baik adalah pengobatan yang didasarkan
pada

hasil pemeriksaan tinja rutin. Jika positif ada amuba


maka berikan metronidazol dengan dosis 50 mg/kg/BB
dibagi tiga dosis selama 5 hari.
3) Jika tidak ada amuba, maka dapat diberikan pengobatan
untuk

Shigella
.

4) Beri pengobatan antibiotik oral (selama 5 hari), yang


efektif terhadap sebagian besar strain shigella.
5) Beri tablet zinc sebagaimana pada anak dengan diare cair
tanpa dehidrasi.
6) Pemberian ASI harus terus dilanjutkan selama anak sakit
lebih

sering dari biasanya. Anak-anak berumur 6 bulan atau


lebih harus menerima makanan mereka yang biasa.
Bujuk anak
untuk makan dan biarkan anak untuk memilih makanan
yang disukainya.
Sedangkan menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009) selain
pemberian terapi rehidrasi terdapat penanganan sebagai berikut:
a. Pemberian Asupan Nutrisi

Pemberian ASI dan makanan, menu makanan sehat yang


sesuai dengan umur anak untuk mencegah kehilangan berat
badan dan mengganti nutrisi yang hilang. Meneruskan asupan
makanan pada anak akan mempercepat kembalinya fungsi
usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan
mengabsorpsi sebagai nutrien. Umumnya makanan yang dibutuhkan
pada anak diare sama dengan anak yang sehat. Anak yang
tidak meminum ASI diberikan susu yang biasa diminum kurang
lebih setiap 3 jam. Sedangkan pada anak yang besar makanan
diberikan, seperti nasi, gandum, kentang, roti, tempe, tahu,
daging, ikan dan buah-buahan segar.
b. Obat-obatan

Antibiotik jangan diberikan kecuali diare berdarah atau


kolera, karena pemberian antibiotik dapat menyebabkan diare
yang terus- menerus dan mengganggu keseimbangan flora usus
normal. Terdapat beberapa obat yang diberikan pada diare
dan mempengaruhi mikroflora usus seperti antibiotik dan antidiare.
9. Karakterisik Tumbuh Kembang Usia 1-3 Tahun (Todler)

Menurut Soetjiningsih dan Ranuh (2016: 3) pertumbuhan


merupakan perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu
bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ
maupun individu. Sedangkan perkembangan merupakan perubahan
yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, bertambahnya kemampuan
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.
a. Pertumbuhan Fisik

Berat badan rata-rata 1,4 sampai 2,3 kg per tahun.


Sedangkan tinggi badan mencapai rata-rata bertambah 7,5 cm per
tahun. Lingkar kepala saat usia 1 dan 2 tahun sekitar 2,54 cm dan
bertambah 1,27 cm per tahun sampai anak berumur 5 tahun. (Kyle &
Carman, 2015).
b. Perkembangan Pada Anak

1) Perkembangan Kognitif

Tahap perkembangan kognitif anak menurut Jean Piaglet todler


melewati dua subtahap terakhir dalam tahap pertama
perkembangan kognitif, tahap sensorimotor, antara usia 12 dan 24
bulan. Pieget mengidentifikasi tahap kedua perkembangan kognitif
sebagai tahap praoperasional, tahap ini terjadi ketika anak berusia
antara 2 dan 7 tahun.
Tabel 2.4

Tahap Perkembangan
Kognitif

Menurut Pieget Usia 1-3


Tahun

Tahap Aktivitas
Sensorimotor 1. Membedakan diri sendiri
Usia 12-24 bulan dengan
objek
mengekslorasi lingkungan
3. Memasukan ke dalam dan ke luar
wadah
4. Meniru tugas-tugas dalam
rumah tangga
5. Mulai berfikir sebelum bertindak
6. Memahami permintaan dan
memahami perintah sedehana
7. Memiliki rasa kepemilikan (punya
saya)
Praoperasional 1. Pemahaman terhadap waktu,
Usia 2 – 7 tempat dan sebab-akibat bertambah
tahun 2. Bermain peran dengan boneka, he-
wan, dan orang
3. Meningkatkan penggunaan
bahasa untuk representasi mental
4. Menyelesaikan permainan teka-teki
(puzzle) dengan empat potong
Sumber: Kyle dan Carman (2015)

2) Perkembangan Motorik

Menurut Soetjiningsih dan Ranuh (2016) mengatakan


perkembangan motorik pada anak dibagi menjadi motorik kasar
dan motorik halus, keterampilan yang dapat dilakukan anak
sebagai berikut:
Tabel 2.5

Milestone Perkembangan Motorik Kasar, Motorik


Halus, Berdasarkan Kelompok Umur

Kelompok Umur Keterampilan


12-18 bulan Motorik kasar
1. Berdiri sendiri tanpa berpegangan
2. Membungkuk untuk
memungut
makanan kemudian berdiri
kembali
18-24 bulan Motorik Kasar
1. Berdiri sendiri tanpa
berpegangan
selama 30 detik
2. Berjalan tanpa terhuyung-
huyung. Motorik halus
1. Bertepuk tangan, melambai- lambai
2. Menumpuk empat buah kubus
3. Memungut benda kecil dengan
24-36 bulan Motorik kasar
1. Jalan menaiki tangga sendiri.
2. Dapat bermain dan menendang
bola
kecil.
Sumber: Needlman, Growth and Devalopment (2004) dikutip
dari
Soetjinings ih dan Ranuh (2016)

3) Perkembangan Personal-sosial

Personal sosial adalah aspek yang berhubungan dengan


kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungan (Soetjiningsih & Ranuh, 2016).
Tabel 2.6

Milestone Perkembangan Personal-


sosial

Berdasarkan Kelompok
Umur

Kelompok Umur Keterampilan


12-18 bulan 1. Bermain sendiri di dekat
orang
dewasa yang sudah dikenal
2. Menunjukkan apa yang
diinginkan
dengan menunjuk tanpa
18-24 bulan 1. menangis
Minum dari
ataucangkir dengan
merengek
kedua
tangan
2. Belajar makan sendiri
5. Mencari pertolongan jika
ada
kesukaran
6. Munculnya kontrol buang air
kecil dan buang air besar
24-36 bulan 1. Menunjukkan kemarahan
jika
terhalang
2. Mampu menggunakan sendok
dan garpu dengan tepat
3. Meminum dengan cangkir
dengan baik
4. Melepas pakaian sendiri
Sumber: Augus tyn, Infancy and Toddler Years (2009) dikutip
dari
Soetjinings ih dan Ranuh (2016)

4) Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa terjadi secara cepat pada usia todler.


Perkembangan bahasa reseptif (kemampuan untuk memahami
apa yang dikatakan dan diminta) biasanya jauh lebih maju
dibandingkan perkembangan bahasa ekspresif (kemampuan untuk
mengkomunikasikan keinginan dan perasaan seseorang).
Tabel 2.7

Perkembangan Bahasa Usia Todler (1-3


Tahun)

Usia Bahasa Reseptif Bahasa Ekspresif


12 Bulan 1. Memahami kata- 1. Menggunakan jari
kata tangan
umum untuk menunjuk
2. Mengikuti perintah benda
satu langkah yang 2. Meniru atau meng-
disertai isyarat gunakan isyarat
tubuh tubuh seperti me-
15 Bulan 1. Melihat orang 1. Mengulangi kata-
dewasa untuk ber- kata yang
komunikasi didengar-
2. Mengikuti nya
perintah satu 2. Mengoceh yang
langkah tanpa ter- dengar seperti
disertai kali-
18 Bulan 1. Memahami kata 1. Menggunakan
“tidak” minimal 5-20 kata
2. Memahami 2. Menggunakan
200 kata nama benda
3. Terkadang menja- yang
24 Bulan wab pertanyaan
1. Menunjukkan nama 1. dikenal
Kosa kata terdiri
bagian tubuh dari 40-50 kata
yang disebutkan 2. Kalimat terdiri dari
2. Menikmati men- dua atau tiga kata
dengarkan cerita 3. Mengajukan
sederhana pertanyaan
3. Menyebutkan ber- “apa
bagai objek di itu?”
lingkungan 4. Mengulang kata-
30 Bulan Mengikuti Kosakata terdiri
serangkaian dari 150-300 kata

36 Bulan 1. dua
Memahami 1. Bertanya
lebih “mengapa?”
banyak kalimat 2. Kalimat yang
2. Memahami terdiri dari tiga
hubungan fisik sampai empat
(di atas, di kata
bawah, di 3. Kosakata terdiri
dalam) dari 1000 kata
Sumber: Kyle dan Carman (2015)
B. Konsep Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan atau asuhan keperawatan pada anak


yang mengalami gangguan gastrointestinal berupa pengkajian
keperawatan, diagnosis keperawatan, perencanaan dan tindakan
keperawatan serta evaluasi keperawatan (Kyle & Carman, 2016).
1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan adalah pengumpulan dan


analisis informasi secara sistematis dan berkelanjutan mengenai klien.
Proses ini berawal dari pengumpulan data dan memasukan ke
dalam format terorganisir (Rosdahl & Kowalski, 2016).
Sedangkan pada proses pengkajian menurut Nursalam,
Susilaningrum

& Utami (2009: 172) adalah sebagai berikut:

a. Identitas pasien

Terdiri dari nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,


umur, tempat tinggal, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang
tua, dan penghasilan.
b. Keluhan Utama

Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali
dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi
ringan atau sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare
berlangsung <
14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara
apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten.
c. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan berupa riwayat masa lalu (sakit atau


pembedahan sebelumnya), riwayat kesehatan keluarga di masa
lalu, penyakit saat ini (kapan gejala mulai dan bagaimana hal ini
berbeda dari kondisi normal anak), riwayat medis dan pembedahan
sebelumnya pada anak. Pola pertumbuhan anak juga sangat penting
dalam riwayat kesehatan yang dapat membantu menunjukkan waktu
tentang kapan munculnya masalah terbaru. Riwayat kesehatan
keluarga juga penting dalam mengkaji gejala secara genetik (Kyle &
Carman, 2016).
Riwayat kesehatan sekarang menurut Nursalam,
Susilaningrum &

Utami (2009: 173) meliputi:

1) Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering


terjadi atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau
yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir,
sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien.
2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan antibiotik
karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab
diare.
3) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di
bawah 2 tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, kejang,
yang terjadi sebelum, selama atau setelah diare. Informasi ini
diperlukan untuk melihat tanda atau gejala infeksi lain yang
menyebabkan diare seperti OMA, tonsilitis, faringitis,
bronkopneumonia, dan ensefalitis.
4) Riwayat nutrisi

Riwayat pemberian makan sebelum sakit diare meliputi:

a) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan


sangat mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
b) Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggukan air masak
dan

diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak


bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.
c) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa
haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan/sedang anak
merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi
berat, anak malas minum atau tidak bisa minum.
Riwayat penyakit sekarang menurut Nursalam,
Susilaningrum & Utami (2009) yaitu:
1) Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, napsu makan berkurang, dan timbul diare.
2) Tinja makin cair dan/atau disertai lendir atau darah. Warna
tinja menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
3) Anus dan sekitarnya timbul lecet.

4) Gejala muntah terjadi sebelum atau sesudah diare.

5) Apabila pasien kehilangan banyak cairan dan elektrolit


mungkin gejala dehidrasi mulai tampak.
6) Terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urin
sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urin
dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat).
d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

a) Baik sadar (tanpa dehidrasi)

b) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang)

c) Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat)

2) Berat Badan

Penilaian berat badan dapat mengkaji status dehidrasi


anak, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009) adalah sebagai
berikut: a) Dehidrasi ringan kehilangan berat badan bayi 5%
(50 ml/kg),
pada anak besar 3% (30 ml/kg).

b) Dehidrasi sedang kehilangan berat badan bayi 5-10% (50-


100 ml/kg), pada anak besar 6% (60 ml/kg).
c) Dehidrasi berat kehilangan berat badan bayi 10-15% (100-
150 ml/kg), dan pada anak besar 9% (90ml/kg).
3) Kulit

Periksa turgor kulit dengan mencubit perut dengan kedua ujung


jari (bukan dengan kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat
(kurang dari 2 detik) merupakan diare tanpa dehidrasi, turgor
kembali lambat (2 detik) diare dengan dehidrasi ringan atau
sedang. Turgor kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik) diare
dengan dehidrasi berat.
4) Kepala

Anak berusia di bawah 2 tahun biasanya ubun-ubunnya


cekung ketika mengalami dehidrasi.
5) Mata

Anak yang tanpa dehidrasi bentuk kelopak mata normal,


kelopak mata cekung mengalami dehidrasi ringan atau sedang,
dam kelopak mata sangat cekung anak mengalami diare dengan
dehidrasi berat.
6) Mulut dan lidah

Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi), mulut dan lidah


kering

(dehidrasi ringan atau sedang), sangat kering (dehidrasi berat).

7) Abdomen

Mungkin mengalami distensi, kram, dan bising usus meningkat.

8) Anus, apakah terdapat iritasi pada kulitnya.

Sodikin (2012: 120) menyebutkan hal-hal yang


perlu diperhatikan pada saat menentukan derajat dehidrasi
menggunakan
Skor Maurice King adalah:

Tabel 2.7

Skor Maurice King

Bagian tubuh Nilai untuk gejela yang ditemukan


yang diperiksa 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, Mengigau, koma,
cengeng, atau syok
Kekenyalan Normal Sedikit kurang Sedikit kurang
kulit
Mata Normal Sedikit cekung Sedikit cekung
Ubun-ubun Normal Sedikit cekung Sedikit cekung
Mulut Normal Kering Kering dan
sianosis
Denyut Normal (120-140) >140
nadi/menit
Sumber: Sodikin (2012)
1) Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dicubit selama 30-

60 detik, kemudian dilepas kembali. Bila kulit kembali normal


dalam waktu 1 detik, anak menderita dehidrasi ringan, bila
kembali dalam 1-2 detik, anak menderita dehidrasi sedang, dan
bila kembali dalam 2 detik anak menderita dehidrasi berat.
2) Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan skor yang
diperoleh penderita. Skor 0-2 menunjukkan dehidrasi ringan, skor
3-6 menunjukkan dehidrasi sedang dan skor 7-12 menunjukkan
dehidrasi berat.
e. Pemeriksaan Diagnostik

Kyle & Carman (2016) mengatakan pemeriksaan diagnostik


memberikan informasi yang diprogramkan oleh dokter untuk anak
yang mengalami penyakit gastrointestinal atau diare. Perawat harus
pamilier dengan panduan persiapan untuk anak, bagaimana setiap
pemeriksaan dilakukan, dan temuan normal dan abnormal serta
maknanya dalam rangka memberikan edukasi pada anak dan
keluarga secara tepat. Hasil pemeriksaan diagnostik pada anak yang
mengalami diare dapat ditemukan sebagai berikut:
1) Elektrolit (serum): BUN dan kreatinin dapat meningkat saat dehidrasi.

2) Pemeriksaan toleransi laktosa: hasil pemeriksaan yang positif setelah


menelan laktosa kadar hidrogen dalam pernafasan akan
meningkatkan penumpukan laktosa di usus.
2. Diagnosa Keperawatan

Langkah kedua setelah pengkajian adalah diagnosis keperawatan.


Diagnosis keperawatan merupakan penyataan mengenai masalah-
masalah kesehatan klien yang bersifat aktual atau potensial. Dengan
pernyataan yang ringkas, jelas, spesifik dan berpusat pada klien
(Rosdahl & Kowalski,
2016: 475).

Diagnosa keperawatan tahun 2016 oleh Wilkinson (2016)


masalah yang muncul pada anak dengan diare adalah:
a. Diare berhubungan dengan masuknya patogen dalam saluran pencernaan,
makanan atau air yang terkontaminasi ditandai dengan
peningkatan frekuensi defekasi, perubahan konsistensi feses.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebih melalui feses atau emesis ditandai dengan mukosa
bibir dan turgor kulit yang kering.
c. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen, peningkatan
defekasi

ditandai dengan ekspresi wajah yang merintih dan penurunan


napsu makan.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kehilangan cairan melalui feses, masukan
yang tidak adekuat ditandai dengan penurunan berat badan, keletihan
dan penurunan asupan makanan.
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi lapisan
rektum akibat feses yang bersifat asam ditandai dengan kulit rektum
lecet, ruam, kering dan kemerahan.
f. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi mukosa usus
yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, takikardi, kulit
kemerahan.
g. Gangguan kenyamanan : mual dan muntah berhubungan dengan
proses infeksi saluran cerna ditandai dengan anak yang selalu
meringis atau menangis, mengalami gangguan tidur.
h. Kecemasan berhubungan dengan faktor psikologis terhadap
status kesehatan dan hospitalisasi.
i. Risiko syok berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah,
kekurangan volume cairan ditandai dengan asupan dan haluaran cairan
tidak seimbang.

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah pengembangan tujuan untuk


mencegah, mengurangi, atau mengatasi masalah dan untuk
mengidentifikasi intervensi keperawatan yang akan membantu klien dalam
memenuhi tujuan ini (Rosdahl & Kowalski, 2016: 478).
Tabel 2.9

Intervensi
Keperawatan

Tujuan (NOC) dan Kriteria


Diagnosa Keperawatan Hasil Intervensi (NIC) Rasional
(1) (2) (3) (4)
1. Diare Diare dapat dihilangkan 1. Kaji feses 1. Jumlah defekasi, dan
berhubungan deng- mengenai keadaan
dengan an dibuktikan oleh indikator: frekuensi, warna, feses anak dapat
masuknya 1. Frekuensi defekasi yang konsis- menentukan
patogen dalam normal tidak lebih dari 3 tensi, dan jumlah jenis
saluran pencernaan, kali dalam sehari. (ukuran) diare.
makanan atau air 2. Mempertahankan fese 2. Kulit pucat, turgor kulit
yang terkontaminasi keseimbangan s yang buruk, penurunan
ditan- dai dengan elektrolit dalam batas 2. Kaji tanda-tanda tingkat
peningka- tan normal dehidrasi kesadaran dan membran
frekuensi defeka- si, 3. Terhidrasi dengan seperti kesadaran, mukosa kering
perubahan konsis- baik pernafasan, nadi, turgor mengidentifikasi dehidrasi.
tensi feses. (membran mukosa kulit, mukosa mulut. 3. Pemberian cairan oralit,
lembab, 3. Berikan terapi LGG
(1) (2) (3) (4)
2. Kekurangan Kekurangan cairan 1. Kaji keluhan umum klien 1. Menggalih informasi
volume akan dan tanda-tanda sebagai
cairan teratasi dengan indikator : vital data untuk
berhubungan 1. Memiliki keseimbangan 2. Kaji intake dan output menentukan
dengan kehilangan asupan cairan dan cairan anak dalam 24 intervensi
cairan berlebih haluaran yang seimbang jam. keperawatan.
melalui feses atau 2. Menampilkan hidrasi 3. Pantau perdarahan 2. Jumlah cairan yang hilang
emesis ditandai yang baik pada dapat menentukan status
dengan mukosa 3. Tidak mengalami feses dan daerah hidrasi anak
bibir dan turgor kulit haus yang tidak normal anus. dan melakukan
yang kering. 4. Berat badan stabil 4. Kaji tanda-tanda intervensi selanjutnya.
5. Memiliki asupan cairan dehidrasi 3. Adanya perdarahan
oral dan/atau intravena meliputi mukosa mulut, dapat berisiko terjadinya
yang adekuat bibir, berat badan, infeksi.
turgor kulit, frekuensi 4. Kulit pucat, turgor kulit
nadi, kelopak mata. yang
(1) (2) (3) (4)
3. Nyeri akut Rasa nyeri berkurang 1. Kaji penyebab nyeri yang 1. Membantu klien
berhubungan dengan dirasakan dalam
dengan distensi menunjukkan : anak memilih cara yang
abdo- 1. Tidak merintih 2. Kaji nyeri pada anak nyaman
men, peningkatan dan menangis dengan menggunakan untuk mengurangi nyeri
defe- kasi ditandai 2. Mempertahankan skala wajah atau skala 2. Untuk
dengan ekspresi wajah selera bergambar lainnya. mengidentifikasi tingkat nyeri
yang merintih dan makan dengan baik 3. Lakukan perubahan pada anak lebih
penurunan napsu makan. 3. Melaporkan pola tidur posisi efektif menggunakan
yang baik dan anjurkan orang skala wajah.
4. Skala nyeri anak normal tua untuk masase 3. Membantu mengurangi rasa
punggung anak. nyeri anak tanpa beban
4. Anjurkan orang tua untuk atau rasa yang menyakitkan.
4. Ketidakseimbangan Memperlihatkan status 1. Kaji status nutrisi 1. Mengkaji berat badan,
nutrisi kurang dari nutrisi pasien asupan
kebutuhan tubuh yang dibuktikan dengan menimbang berat dan asupan makanan
berhubungan dengan dengan indikator sebagai badan pasien dan kaji menentukan status
kehilangan cairan berikut : asupan nutrisi dalam nutrisi anak.
melalui feses, masukan 1. Menunjukan berat 24 jam. 2. Pemberian nutrisi yang
yang tidak adekuat badan 2. Anjurkan keluarga sedikit dan sering dapat
ditandai dengan dalam batas normal untuk mengatasi kekurangan
asupan makanan. arga untuk disukai anak.
membawa 4. Makanan selingan dilakukan
makanan kesukaan untuk meningkatkan
pasien asupan nutrisi anak
dari 5. Asupan makanan yang
rumah. sesuai dengan kebutuhan
4. Ajarkan orang tua dapat meningkatkan status
dan nutrisi pada anak.
5. Kerusakan Kerusakan integritas 1. Observasi tanda- 1. Saat anak terkena
integritas kulit tanda dehidrasi
kulit berhubungan teratasi dengan tidak adanya kerusakan integritas kulit kulit menjadi kering
deng- an iritasi lapisan tanda-tanda kerusakan kulit meliputi: kulit yang sehingga mudah lecet.
rektum akibat feses yang seperti : kering, ruam dan lecet, 2. Area kulit yang lecet
bersifat asam ditandai 1. Mukosa kulit ruam warna kemerahan, saat
dengan kulit rektum lecet, dan lecet kekeringan yang terkena kotoran dapat
ruam, kering dan 2. Kulit yang kering berlebihan sehari sekali. berisiko infeksi.
kemerahan. 3. Kemerahan pada 2. Bersihkan kulit saat 3. Popok atau pakaian
area kulit terkena kotoran. yang basah dapat
3. Anjurkan orang tua untuk memberikan kelembaban
mengganti popok kulit yang berlebih.
6. Hipertermi Hipertermi teratasi dibukti- 1. Ukur tanda-tanda 1. Suhu tubuh diatas 37,5°C,
berhubungan kan dengan indikator : vital takikardi (>90 x/menit),
dengan proses 1. Suhu tubuh normal (36,6 klien takip-neu (>30 x/menit)
inflamasi – 2. Lakukan dan ajarkan menan-dakan anak demam
mukosa usus yang ditan- 37,5°C) keluarga untuk melakukan atau hipertermi.
dai dengan peningkatan 2. Tidak ada kopres hangat 2. Kompres hangat
suhu tubuh, warna kemerahan pada 3. Lepas pakaian anak dapat
takikardi, kulit kulit yang mendilatasikan pori-pori kulit
kemerahan. 3. Denyut nadi normal (80- berlebih dan gunakan sehingga pengupan udara
90 x/menit) baju dalam tubuh keluar.
4. Frekuensi napas yang tipis dan 3. Pakaian yang tipis
normal meyerap keringat. dan
(20-30 x/menit) 4. Anjurkan orang tua untuk menyerap
7. Gangguan Gangguan 1. Kaji sumber ketidak- 1. Rasa mual dan muntah
kenyamanan: kenyamanan nyamanan dapat
mual dan teratasi dengan (misalkan menganggu kenyamanan
muntah menunjukkan demam, fisik
berhubungan dengan atau memperlihatkan status mual anak.
infeksi sistem gastroin- kenyamanan atau tingkat muntah). 2. Manajemen nyeri
testinal ditandai dengan agitasi yang dibuktikan 2. Anjurkan orang tua atau
anak yang selalu dengan indikator : untuk masase bagian meredakan nyeri dapat
meringis atau menangis, punggung. memberikan kenyamanan
5. Tidak mengalami 4. Anjurkan orang tua 4. Adanya orang
mual atau terdekat

8. Kecemasan Rasadancemas
muntahteratasi keluarga
1. Kaji untuk
respon memberikan rasa
1. Mengidentifikasi
berhubungan dengan cemas penyebab
dengan faktor psikologis indikator sebagai berikut : subjektif dan objektif rasa cemas
terhadap status 1. Pasien tenang pasien. 2. Untuk memberikan kenya-
kesehatan dan 2. Tidak gelisah 2. Gunakan pendekatan manan dan mencegah
hospitalisasi 3. Tidak menangis yang kekhawatiran klien.
atau cemas tenang dan meyakinkan. 3. Memberi kehadiran bersama
4. Pasien dapat 3. Anjurkan orang tua orang terdekat
9. Risiko syok beristirahat
Pasien tidak akan 1. untuk
Pantaumenggendong
kondisi yang dapat
1. Mendeteksi dan
berhubung- mengalami dapat menangani
an dengan syok yang ditunjukkan mengarah ke pasien yang berisiko
gangguan dengan hipovolemia syok.
sirkulasi darah, : (misalkan diare 2. Pemantauan cairan untuk
kekurangan volume 1. Tekanan darah dan muntah yang lama). mendeteksi kekurangan cairan
cairan ditandai dengan dalam 2. Observasi intake dan yang berisiko terjadinya
asupan dan haluaran batas normal output cairan. syok.
cairan tidak seimbang. 2. Pengisian ulang 3. Pantau tanda-tanda vital. 3. Mengumpulkan, dan
kapiler normal 4. Kolaborasi dengan dokter me-
Sumber: Wilkins on (2016)
48
49

4. Implementasi Keperawatan

Setelah mengumpulkan data, mengidentifikasi diagnosis


keperawatan, mengembangkan tujuan, dan menulis rencana
keperawatan, langkah selanjutnya adalah melaksanakan atau
mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan (Rosdahl &
Kowalski, 2016: 483).
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosa,


intervensi dan implementasi. Langkah-langkah dalam
mengevaluasi asuhan keperawatan adalah menganalisis respon
klien, mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan
atau kegagalan, dan perencanaan untuk asuhan di masa depan
(Kowalski, 2016: 485).
BAB II
LAPORAN KASUS

2. Pengkajian

a.
Biodata

1) Identitas pasien

a) Nama pasien : An. A

b) Tempat/tanggal lahir : Cirebon, 23-09-2017


c) Usia : 1 tahun 4 bulan
d) Jenis kelamin : Laki-laki
e) Agama : Islam
f) Suku bangsa : Jawa/ WNI
55

g) Pendidikan : Belum sekolah

h) Diagnosa medis : Gastrointestinal Akut

i) Tanggal masuk : 6-1-2019

j) RS : 8-1-2019

Identitas orang tua

a) Nama ayah : Tn. S

b) Pendidikan : SLTP

c) Pekerjaan : Pegawai Swasta


2)
d) Alamat : Jalan sanara no. 45 03/02

Kel. Gegesik, Kab.


Cirebon.
e) Nama ibu : Ny. D

f) Pendidikan : SMA

g) Pekerjaan : Swasta

h) Alamat : Kertasura Kapetakan Jalan


sanara no. 45 03/02

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Mencret lebih dari 10 kali.

2) Riwayat Keluhan Utama


56

Ibu pasien mengatakan sebelum datang di rumah sakit anaknya


mencret-mencret, cair, berlendir, ada sedikit ampas, tanpa
darah, warna hijau dan berbau khas disertai demam naik
turun sejak hari jumat dan sorenya berobat ke dokter dan
diberi
obat saja, namun tidak ada perubahan. Di rumah pasien
muntah 3 kali sehari, muntah berisi cairan seperti susu
tanpa disertai darah. Pada tanggal 6 Januari 2019 orang tua
membawa pasien ke RS Pertamina Cirebon masuk ruang IGD
pukul 19.55
WIB dan didiagnosa oleh dokter Gastrointestinal Akut
(GEA)

dengan dehidrasi ringan-sedang. Dokter menyarankan


pasien untuk dirawat, dan pasien dibawa ke ruang Suryani
Ade Irma pukul 21.30 WIB.
3) Riwayat Pada Saat Pengkajian

Dilakukan pengkajian pada tanggal 8 Januari 2019 pukul


16.00

WIB. Ibu pasien mengeluh anaknya mencret-mencret, ibu


mengatakan anaknya mencret karena memakan jajanan
warung seperti ciki-cikian, coklat dan es susu. Saat
menangani anaknya mencret ibu memberi olesan minyak
kayu putih di daerah perut pasien dan memberinya minum
air putih. Tinjanya berwarna hijau ke kuningan, cair,
sedikit ampas, tidak berlendir, tidak ada darah saat BAB
dan berbau khas. Sejak tadi pagi pukul
05.00 hingga waktu pengkajian pasien sudah BAB lebih dari
10 kali. Ibupun mengeluh dibagian kulit dubur anaknya
terdapat warna kemerahan. Selama sakit anaknya selalu
rewel, napsu makannya menurun dan sering merintih
“lara..” sambil memegangi perutnya.
4) Riwayat kesehatan
dahulu a) Penyakit
waktu kecil
Orang tua pasien mengatakan pernah mengalami
mencret usia 7 bulan, namun tidak lebih dari 3 kali
menurutnya mencret dikarenakan minum susu formula
saat pasien usia
10 hari. Pasien juga pernah sakit batuk pilek dan
demam pada 4 bulan terakhir, tidak lebih dari 3 hari.
b) Pernah dirawat di RS

Menurut orang tua, pasien belum pernah dirawat di


rumah sakit.
c) Obat-obatan yang digunakan

Ibu pasien mengatakan saat batuk pilek dan demam


yang lalu mengkonsumsi obat dari apotek yaitu obat
Termorex anak.
d) Tindakan (operasi)

Pasien belum pernah dilakukan tindakan


operasi. e) Alergi
Ibu pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat
alergi obat-obatan atau makanan.
f) Kecelakaan

Menurut orang tua pasien tidak pernah mengalami


kecelakaan.
g) Imunisasi

Ibu pasien mengatakan bahwa dirinya selalu


rajin membawa anaknya untuk diimunisasi dari usia 0-
1,5 tahun. Ibu selalu datang tepat waktu sesuai jadwal
yang telah diberikan. Namun ibu tidak ingat imunisasi
apa saja yang telah dilakukan, yang ibu ingat
imunisasi campak yang kedua belum dilakukan
karena saat ingin diimunisasi anaknya demam.
Tabel 4.1

Imunisasi Usia 18
Bulan

Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Respon

Hb0 Saat lahir Demam (2 hari)


DPT Usia 2, 3, 4 bulan Demam (2 hari)
BCG Usia 2 bulan Demam (2 hari)
Rotavirus Usia 2, 4 bulan Demam (2 hari)
Campak Belum dilakukan -

5) Riwayat kehamilan dan


kelahiran a) Prenatal care
P2A0, hamil aterm usia 39 minggu. Ibu mengatakan saat
kehamilan diimunisasi TT. Saat masa kehamilan juga
ibu pasien sempat drop, lemas dan napsu makan
menurun karena rasa mual dan muntah yang
berkepanjangan hingga usia kehamilan 5 bulan. Sempat
diinfus di puskesmas. Pemeriksaan kehamilan jarang
dilakukan karena tempat
pemeriksaan yang jauh, pemeriksaan saat usia
kehamilan 5 bulan, dan 9 bulan bidan mengatakan
anaknya sehat.
b) Antenatal care

Persalinan secara secar akibat sudah terjadi


pemecahan air ketuban dan riwayat secar pada
persalinan anak pertamanya. Tempat persalinan di RSUD
Arjawinangun.
c) Postnatal care

Berat badan bayi saat lahir 2300 gram tinggi badan 34 cm.
Tidak dirawat atau tidak masuk inkubator dikarenakan
bayi sehat, saat lahir langsung menangis. Saat lahir ±
10 hari bayi diberi ASI dan susu formula karena ASI
ibu belum begitu lancar kemudian selanjutnya diberi
ASI saja hingga usia 6 bulan.
6) Riwayat Keluarga

Keterangan:

: Laki-laki : Tinggal serumah


: Perempuan : Meninggal

: Ikatan darah : Pasien


Ibu pasien mengatakan bahwa anak pertamanya pernah
mengalami mencret-mencret pada usia 7 hari setelah
kelahiran dikarenakan alergi terhadap susu sapi. Dan anak
pertamanya memiliki riwayat kejang sekali pada usia 2 tahun.
Ibu pasien mengatakan suami dan dirinya tidak
pernah

mengalami diare, dan tidak memiliki riwayat penyakit


menurun seperti hipertensi, diabetes dan penyakit menular
seperti HIV, hepatitis.
7) Riwayat Sosial

a) Yang
mengasuh

Ibu pasien mengatakan yang mengasuh pasien


adalah dirinya sendiri dan bersama suami.
Terkadang anaknya diasuh neneknya ketika ibu dan
ayahnya kerja.
b) Hubungan dengan anggota
keluarga

Menurut ibu pasien hubungan dengan keluarganya


baik, sering bermain besama ayah, dan neneknya.
c) Hubungan dengan teman
sebaya

Ibu pasien mengatakan anaknya sering bermain


bersama teman-teman sebayanya saat dirumah dan
terlihat senang.
d) Pembawaan secara
umum
Pasien terlihat tenang dan terlihat lebih dekat
bersama ibunya. Namun pasien tampak pemalu dengan
orang asing.
e) Lingkungan rumah

Rumah pasien berdekatan dengan rumah penduduk


lainnya. Menurut ibu pasien rumah sering dibersihkan
setiap pagi dan sore hari. Disamping kanan rumah
pasien terdapat sungai yang cukup besar.
a. Kebutuhan dasar

Tabel 4.2

Kebutuhan
Dasar

No Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit


1. Nutrisi
1. Makan
a. Jenis
Nasi, tempe, telur, Bubur, seling
bubur. Selingan makanan bolu
makanan biskuit kukus atau telur
atau makanan kue. rebus.
b. Jumlah ½ mangkuk ¼ mangkuk
sedang seda-
c. ng
Frekuensi d. ±3 kali sehari ±3 kali sehari
Keluhan Tidak ada Napsu
makan
2. Minuman menuru
2. Eliminasi
1. BAB/BAK
a. Tempat
pembuang Pempers Pemper
an s
b. Frekuensi
(waktu)
c. Warna 1 kali per hari
e. Keluhan Tidak ada Sering BAB
3. Personal Hygiene
(mandi,
keramas, gosok gigi)
1. Frekuensi 2 kali sehari 1 kali sehari
2. Cara pemenuhan Mandi diguyur air Di lap dengan
menggunakan air
sabun dan hangat, tidak
sampo, dan keramas hanya di
gosok gigi. lap dan tidak
Menggunting kuku gosok gigi hanya
4. Istirahat tidur
a. Jumlah jam tidur
a. Siang
b. Malam 2 jam 2 jam
b. Pola tidur 8 jam 6-7 jam
5. Aktivitas bermain Main di lingkungan Tiduran di tempat
rumah jam 10.00 tidur, terkadang
habis digendong
dzuhur pulang dan oleh ibu atau
1) Kebutuhan
cairan

BB : 8 Kg

Rumus :

10 kg pertama : 100 ml/kg BB/hari

: 100 x 8 Kg

: 800 ml/hari

Balance Cairan

Intake (dalam 24 jam)


- Cairan infus Ringer Laktat 500 ml

- Minum 240 ml

Jumlah 740 ml
Output (dalam 24 jam)

- IWL : 30 – (usia(tahun))/kg BB/hari

: (30 – 1,5) x 8 = 228 ml

- Urin + feses (pempers)

Pukul 10.00 – 14.00 : 100 ml


Pukul 14.00 – 21.00 : 310 ml
Pukul 21.00 – 10.00 : 362 ml
Jumlah urin : 772 ml
Jumlah output total : urin + IWL
: 772 + 228 = 1000 ml

Balance cairan : input – output

: 740 – 1000 = - 260 ml


d. Penunjang
1) Diagnosa medis : Gastrointestinal Akut dehidrasi
ringan- sedang
2) Tindakan operasi : Tidak ada

3) Obat-obatan dan terapi :

a) Ringer Laktat 500 ml/hari


b) Antrain 3 x 80 mg
c) Ranitidin 2 x 8 mg

d) Ondansetron 3 x 0,8 mg
e) Zink 1 x 5 ml
4) Hasil pemeriksaan
penunjang a) Laboratorium
:
Tabel 4.3

Hasil Laboratorium

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal

b) Ronsent/USG : Tidak
ada e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum :

Kesadaran : Compos Mentis E4V5M6, lesu, gelisah, cengeng,


mudah mengantuk.
a) Tinggi Badan : 80
cm b) Berat badan
(1) Sebelum sakit : 8 kg

(2) Saat sakit : 8 kg

Berat badan berdasarkan tinggi badan : -3SD s/d < -2SD

c) Lingkar Kepala : 46
cm d) Lingkar Dada : 50
cm e) Lingkar Perut : 53
cm f) Lingkar Lengan : 11
cm g) Tanda Vital :
, Nadi 130x/menit, Respirasi 25x/m, suhu 37ºC

2) Sistem Pernafasan
:

Tidak terlihat cuping hidung, bernapas menggunkan perut/ abdominal


torakal, bentuk dada simetris, tidak terlihat sumbatan atau lendir
pada area hidung, frekuensi napas 25x/menit dan irama teratur,
tidak ada nyeri tekan pada bagian dada. Bunyi napas normal,
vesikuler.
3) Sistem kardiovaskuler
:

Bentuk dada simetris antara kiri dan kanan, tidak ada jejas pada
bagian dada, tidak terlihat pucat pada akral ekstremitas pasien,
konjungtiva tidak anemis, teraba frekuensi nadi 130x/menit,
kedalaman normal dan irama teratur. Capillary refill time (CRT)
< 2 detik. Akral teraba hangat. Suara jantung BJ2 lupdup.
4) Sistem Pencernaan :

Mukosa mulut terlihat kering, gigi bersih, bentuk perut simetris


antara kiri dan kanan. Tidak ada distensi abdomen, namun saat
diraba teraba sedikit keras atau begah. Terdengar peristaltik usus
17x/menit, tidak teratur. Tidak ada nyeri tekan pada bagian
perut. Napsu makan menurun, klien minum dengan lahap dan
terlihat haus.
5) Sistem Persyarafan :

a) Kesadaran : compos mentis


E4V5M6

b) Fungsi
kranial

(1) Nervus I (olfaktorius) :

Pasien dapat merasakan bau susu dan minyak telon yang


biasa dipakai
(2) Nervus II (optikus) :

Pasien dapat melihat gambar kuda dalam jarak 30 cm

(3) Nervus III (okulomotorius) :

Pasien dapat menggerakkan bola mata ke atas

(4) Nervus IV (troklearis) :

Pasien mampu menggerakkan bola mata ke bawah

(5) Nervus V (trigeminus) :


Pasien dapat tersenyum, menutup mata dengan rapat,
dan mengangkat kedua alis.
(6) Nervus VI (abdusen) :

Pasien mampu menggerakan bola mata kesamping,


reflek kornea baik.
(7) Nervus VII (fasialis) :

Pasien merintih dan menangis saat penulis menghampiri

(8) Nervus VIII (akustikus) :

Ketika ibu memanggil namanya pasien menengok ke


arah ibunya
(9) Nervus IX (glosofaringeus)
: Refleks muntah positif
(10)Nervus X (vagus) :

Fungsi menelan baik ketika pasien sedang makan

(11)Nervus XI (aksesorius) :

Ketika ingin di beri obat pasien dapat mengangkat bahu


dan memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri
(12)Nervus XII (hypoglasus) :

Pasien mampu menggerakan lidah ketika mengunyah


makanan

6) Sistem Endokrin :

Bentuk leher simetris tidak terlihat benjolan, tidak teraba


pembesaran kelenjar tiroid, dan kelenjar lainnya.
7) Sistem Genitourinaria :

Vagina terlihat bersih, tidak ada kemerahan atau tanda-tanda iritasi.


8) Sistem Muskuloskeletal :

Bentuk tangan dan kaki simetris antara kiri dan kanan. Tidak
terlihat benjolan, terlihat luka infus pada tangan kanan pasien,
tidak ada nyeri tekan pada bagian ekstremitas pasien. Tidak ada
keterbatasan gerak. Kekuatan otot 5 5
5 5

9) Sistem Integumen dan imunitas :

Warna kulit sawo matang, bersih, terlihat kemerahan pada kulit


anus, tidak terlihat benjolan atau lecet maupun lebam.
Kekenyalan kulit sedikit kurang. Kulit perut kembali lambat 1 detik
saat dicubit.
10) Wicara dan THT :

Kuping terdapat sedikit serumen. Pasien dapat berbicara dengan


baik, pendengaran baik.
11) Sistem Penglihatan :

Mata terlihat cekung, bentuk mata simetris kanan dan kiri,


konjungtiva tidak anemis. Sklera tidak ikterik. Pasien dapat melihat
dengan baik.
f. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

1) Kemandirian dan bergaul :

Dapat makan dan minum sendiri dengan bantuan, tanpa banyak


yang tumpah. Sering bermain dengan teman sebayanya saat di
rumah. Dapat melepas sendal sendiri.
2) Motorik halus :

Setelah selesai memainkan mainan, pasien dapat memasukan


beberapa mainan ke dalam wadahnya. Pasien dapat menumpuk
beberapa benda seperti kubus. Anak suka mencorat-coret
dikertas jika diberi pensil atau pulpen.
3) Motorik kasar :

Dapat berdiri sendiri tanpa bantuan, dapat memungut benda yang


jatuh saat berdiri, dapat berjalan mundur 5 langkah. Anak dapat
menaiki tangga dengan berpegangan.
4) Kognitif dan bahasa :

Pasien mampu memasukan dan mengeluarkan mainan ke


dalam wadah, meniru menyapu lantai, dapat memanggil ibu dan
ayahnya.
g. Analisa Data

Tabel 4.4

Analisa Data

Masalah
Data Pasien Etiologi Keperawatan
DS : Makanan dan Diare
Ibu pasien minuman berhubungan
mengatakan yang
anaknya mencret, menu- terkontaminasi dengan masuknya
rutnya mencret patogen ke dalam
disebab- kan karena saluran pencernaan.
anaknya makan ciki,
coklat dan es susu Mikroorganisme
(jajanan warung). masuk saluran cerna
DO :
1. BAB lebih dari 10
kali
darah berlebih
3. Frekuensi
nadi
130 x/ menit
4. Mata cekung Diare
5. Kekenyalan kulit
kurang
6. Demam dan
muntah
hilang pada hari ke
2
DS : Kerusakan mukosa Kekurangan
Menurut ibu pasien, An.K usus volume
minum dengan lahap cairan
dan berhubungan dengan
sering merasa haus kehilangan
DO : Gangguan cairan melalui feses.
1. Mukosa bibir absorpsi cairan
kering dan elektrolit
2. Kekenyalan kulit
kurang
3. Mata cekung
Balance Peningkatan
cairan tekanan osmotik
: input – output
: 740 – 858
= - 118 ml
Hiperperistaltik
DS : ibu Hiperperistaltik Nyeri akut berhu-
pasien
mengatakan anaknya bungan dengan
sering merintih kesakitan pe- ningkatan
terkadang memegangi Kehilangan cairan defekasi.
perutnya. Pasien sering dan elektrolit
mengatakan “lara..”.
- Mudah menangis (feses)
- Skala nyeri WB : berlebihan
6, nyeri sedang
- Perut
teraba sedikit
DS keras
:ibu Area anus
Masuknya Kerusakan
mengatakan mikroorganisme integritas
terdapat kemerahan dalam saluran cerna
di sekitar anus kulit berhubungan
DO : dengan iritasi lapisan
- Sering buang rektum akibat
air besar Pertahanan tubuh peningkatan defekasi.
- Frekuensi BAB memproduksi HCl
lebih dari 10 kali

Peningkatan HCl
dalam saluran cerna

Feses bersifat
asam

DS : Diare (sakit) Kecemasa


Ibu pasien mengatakan n
semenjak anaknya sakit
jadi rewel dan sering berhubungan dengan
menangis Mendapatkan faktor psikologis
DO : perawatan di rumah terhadap status
- Gelisah sakit kesehatan
- Menarik diri dan
- Kontak mata hospitalisasi
selalu
memanggil
ibu Kecemasan
dan ayahnya
- Mendapat
perawatan
rumah
sakit
- Lingkungan baru
(rawat inap)

3. Prioritas Masalah Keperawatan (Diagnosa Keperawatan)

1. Diare berhubungan dengan masuknya patogen ke dalam


saluran pencernaan.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan melalui feses.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan defekasi.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi


lapisan rektum akibat peningkatan defekasi.
5. Kecemasan berhubungan dengan faktor psikologis terhadap
status kesehatan dan hospitalisasi.
4. Intervensi
Keperawatan Tabel 4.5

Intervensi
Keperawatan

Intervensi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Tindakan Keperawatan (NIC)
1. Diare berhubungan Setelah dilakukan perawatan 1. Kaji feses mengenai frekuensi,
dengan selama warna,
masuknya patogen ke 3 x 24 jam diare dapat konsistensi feses.
dalam saluran pencernaan. dihilangkan dengan dibuktikan oleh 2. Kaji tanda-tanda dehidrasi
indikator: seperti kesadaran, pernafasan,
1. Frekuensi defekasi yang normal nadi, turgor
2. Terhidrasi dengan baik kulit, mukosa mulut.
(membran mukosa lembab, 3. Kolaborasi terapi rehidrasi oral
turgor bola mata baik, sesuai
turgor kulit baik) program.
2. Kekurangan volume Setelah dilakukan perawatan 1. Kaji keluhan umum klien dan
cairan selama tanda-
berhubungan dengan 3 x 24 jam kekurangan cairan tanda vital
kehilangan akan 2. Kaji intake dan output cairan
cairan melalui feses. teratasi dengan indikator : anak dalam 24 jam.
1. Memiliki keseimbangan 3. Pantau perdarahan pada feses
asupan dan daerah anus.
kulit tidak kering, mata 6. Hitung kebutuhan cairan harian
tidak anak
cekung) berdasarkan berat badan.
3. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan perawatan 1. Kaji penyebab nyeri yang
dengan selama dirasakan
peningkatan defekasi. 3 x 24 jam rasa nyeri anak
berkurang dengan menunjukkan : 2. Kaji nyeri pada anak
1. Tidak merintih dan menangis dengan menggunakan skala wajah
2. Skala nyeri berkurang menjadi atau skala
3 (nyeri ringan) bergambar lainnya.
3. Mempertahankan selera 3. Lakukan perubahan posisi dan
4. Kerusakan makan dengan
integritas Setelah baik
dilakukan perawatan anjurkan
1. Observasi tanda-tanda
kulit selama kerusakan
berhubungan dengan iritasi 3 x 24 jam kerusakan integritas integritas kulit meliputi: kulit
lapisan rektum akibat feses kulit teratasi dengan tidak adanya yang kering, ruam dan lecet, warna
yang bersifat asam. tanda- tanda kerusakan kulit seperti kemerahan, kekeringan yang
: berlebihan sehari sekali.
1. Mukosa kulit ruam dan 2. Bersihkan kulit saat terkena kotoran.
lecet 3. Anjurkan orang tua untuk
mengganti popok setiap jam atau
5. Kecemasan berhubungan Setelah dilakukan perawatan 1. Kaji respon cemas subjektif
dengan selama dan
faktor psikologis terhadap 3 x 24 jam cemas teratasi objektif
status kesehatan dan dengan pasien.
hospitalisasi indikator sebagai berikut : 2. Gunakan pendekatan yang tenang
1. Pasien tenang dan meyakinkan.
2. Tidak gelisah 3. Berikan lingkungan yang nyaman
3. Tidak menangis atau cemas dan
5. Implementasi Keperawatan

Implementasi
Keperawatan

Diagnosa Waktu Tanda


Tanggal Tindakan Keperawatan
Keperawatan (Jam) tangan
8/1/2019 Diare 1. T: Mengkaji feses mengenai frekuensi,
berhubungan warna,
dengan masuknya konsistensi Rina f
patogen ke dalam feses. R:
saluran pencernaan. - Frekuensi lebih 10x
- Warna kuning kehijauan, cair, sedikit ampas, .
tidak ada lendir dan darah
2. T: Mengkaji tanda-tanda dehidrasi seperti
kesadaran,
pernafasan, nadi, turgor kulit, mukosa
mulut. R:
- Kesadaran compos mentis
- RR : 25x/menit, Nadi : 130x/menit
- Mukosa bibir kering, kulit kembali lambat (1 detik)
- L-Bio 1 sachet untuk pemakaian (2 x ½ sachet)
4. Memantau nilai laboratorium
R: Bakteri positif

8/1/2019 Kekurangan 1. T: Mengkaji keluhan umum klien dan tanda-tanda vital


volume R: Ibu pasien mengatakan anaknya mencret lebih
cairan berhubungan dari
dengan kehilangan 10 kali, cair, tekanan darah: 100/60 mmHg, Rina F
cairan melalui feses. Nadi:
130x/menit, RR: 25x/menit, Suhu: 37°C
2. T: Mengkaji intake dan output cairan anak dalam
24 jam.
R: Balance cairan :
input – output : 740 – 1000 = - 260 ml
3. T: Memantau perdarahan pada feses dan daerah anus.
R: tidak ada perdarahan pada feses dan anus
4. T: Mengkaji tanda-tanda dehidrasi
R: anak gelisah, cengeng, lesu, mukosa bibir
kering, mata cekung, kulit kembali lambat (1
detik), nadi:
berdasarkan berat badan.
R: BB : 8 Kg
Rumus : 100ml/kg BB .
: 100 x 8kg
: 800 ml/24 jam/hari
7. T: Memberikan terapi IV atau oral sesuai program.
R:
- Ranitidin 1 x 8 mg
- Ondansetron 1 x 0,8 mg
8/1/2019 Nyeri akut 1. T: Mengkaji penyebab nyeri yang dirasakan anak
berhubungan R: Nyeri anak dirasakan karena frekuensi BAB yang
dengan peningkatan meningkat, pasien terkadang memegangi
defekasi. perutnya ketika menangis.
2. T: Mengkaji nyeri pada anak dengan Rina F
menggunakan skala wajah atau skala bergambar .
lainnya.
R: skala nyeri 6 (nyeri sedang) dengan
menggunakan
kombinasi skala Wong-Baker dan Numeric
Rating
Scale
3. T: Melakukan perubahan posisi dan anjurkan orang
tua untuk masase punggung anak.
8/1/2019 Kerusakan 1. R:
T: pasien terlihat tenang
Mengobservasi dan tidak
tanda-tanda menangis.
kerusakan integritas
integritas kulit
kulit berhubungan meliputi: kulit yang kering, ruam dan lecet,
dengan iritasi lapisan warna kemerahan, kekeringan yang berlebihan sehari Rina F
rektum akibat sekali. .
peningkatan R: mukosa bibir kering, tidak ada lecet namun
defekasi terdapat kemerahan pada daerah anus.
. 2. T: Menganjurkan ibu untuk bersihkan kulit saat
10.50 WIB 3. T: Mengajurkan orang tua untuk mengganti
popok
setiap jam atau basah.
R: ibu mengganti popok setiap basah dan terasa berat.
11.00 WIB 4. T: Memberikan lotion untuk anak pada kulit
yang kering
R: kulit anak menjadi lembab
8/1/2019 Kecemasa 1. T: Mengkaji respon cemas subjektif dan objektif .
n pasien.
berhubungan dengan R: pasien sering menangis, sering memanggil ibu
faktor psikologis dan ayahnya, kontak mata kurang, menarik diri.
terhadap status 2. T:Menggunakan pendekatan yang tenang dan
kesehatan dan meyakinkan.
hospitalisasi R: pasien menjadi tenang, tidak menangis.
3. T: Berikan lingkungan yang nyaman dan aman seperti
memfasilitasi orang tua selama proses perawatan,
memberikan selimut saat tidur.
R: pasien tampak tenang, berhenti menangis.
4. T: Anjurkan orang tua untuk menggendong pasien

8/1/2019 Diare 1. saat


T: menangis.
Mengkaji feses mengenai frekuensi,
berhubungan warna,
dengan konsistensi feses.
masuknya R:
patogen ke - Frekuensi lebih 4x
dalam saluran - Warna kuning kehijauan, cair, terdapat
pencernaan ampas, tidak ada lendir dan darah
2. T: Mengkaji tanda-tanda dehidrasi seperti
kesadaran, pernafasan, nadi, turgor kulit, mukosa
mulut.
R:
- Kesadaran compos mentis
- RR : 23x/menit, Nadi : 110x/menit
- Mukosa bibir kering
3. T: Berkolaborasi pemberian terapi rehidrasi
sesuai program.
R:
- Ringer Laktat 10 tetes per menit (micro)
- Zink 1 x 5 ml
- L-Bio 1 sachet untuk pemaaian 2 x ½ sachet

8/1/2019 Kekurangan 1.4. T:


T:Mengkaji
berikankeluhan
pendidikan
umum kesehatan mengenai vital
klien dan tanda-tanda
volume R: Ibu pasien mengatakan anaknya mencret
cairan sudah 4 kali, cair, tekanan darah: 100/50
cairan melalui feses 110x/menit, RR: 23x/menit, Suhu: 36,7°C
2. T: Mengkaji intake dan output cairan anak dalam
24 jam.
R: Balance cairan :
 Input
- Cairan infus Ringer Laktat 500 ml
- Minum 300 ml
Jumlah 800 ml
 Output (dalam 24 jam)
- IWL : 30 – (usia(tahun))/kg BB
: (30 – 1,5) x 8 = 228 ml
- Urin + feses (pempers)
Pukul 10.00 – 14.00 : 100
ml Pukul 14.00 – 21.00 :
310 ml Pukul 21.00 – 10.00
: 330 ml Jumlah urin
: 740 ml
Jumlah output total : 740 + 228 = 868
ml
Balance cairan : input –
output
14.50 WIB : 800 – 868 = - 68 ml
4. T: Menimbang berat badan
anak
17.00 WIB R: berat badan pasien 8 Kg
5. T: Memberikan terapi IV atau oral sesuai program.
R: .
- Ranitidin 1 x 8 mg
- Ondansetron 1 x 0,8 mg
8/1/2019 Nyeri akut 14. 55WIB 1. T: Mengkaji perubahan skala nyeri pada anak
berhubungan dengan
dengan peningkatan menggunakan skala wajah atau skala
defekasi. bergambar lainnya.
R: skala nyeri 4 (nyeri sedang) dengan menggunakan
kombinasi skala Wong-Baker dan Numeric
Rating Scale
R: pasien terlihat tenang dan tidak menangis
8/1/2019 Kerusakan 15.05 WIB 1. T: Mengobservasi integritas kulit meliputi: kulit
integritas yang
kulit berhubungan kering, ruam dan lecet, warna kemerahan,
dengan iritasi lapisan kekeringan yang berlebihan sehari sekali.
rektum akibat R: mukosa bibir masih kering, tidak ada lecet Rina F.
peningkatan namun terdapat kemerahan pada daerah anus.
defekasi 2. T: Menganjurkan kembali ibu untuk bersihkan kulit
. saat terkena kotoran.
8/1/2019 Kecemasa 14.30 WIB 1. T:Menggunakan pendekatan yang tenang
n dan
berhubungan dengan meyakinkan. Dengan cara menyapa dan
faktor psikologis menanyakan kabarnya sambil membawa boneka kecil.
terhadap status R: pasien menjadi tenang, menangis berkurang. Rina F.
kesehatan dan 2. T: Berikan mainan yang disukai anak seperti
hospitalisasi 16.00 WIB boneka kecil
R: pasien menjadi tenang, terlihat senang
dengan
8/1/2019 Diare 08.00WIB 1. T: Mengkaji feses mengenai frekuensi,
berhubungan warna,
dengan masuknya konsistensi
patogen ke dalam feses. R:
saluran pencernaan
- Warna kuning, lunak, sedikit ampas, tidak
ada
lendir dan
08.10WIB darah
2. T: Mengkaji tanda-tanda dehidrasi seperti
kesadaran, pernafasan, nadi, turgor kulit, mukosa
mulut.
R: Rina F.
- Kesadaran compos mentis
- RR : 20x/menit, Nadi : 72x/menit
- Mukosa bibir lembab
3. T: Berkolaborasi pemberian terapi rehidrasi

8/1/2019 Kekurangan 12.00 WIB


08.20WIB 1. sesuai program.
T: Menkaji keluhan umum klien dan tanda-tanda vital
volume R: Ibu pasien mengatakan anaknya hanya 1 kali,
cairan berhubungan sudah lunak, tekanan darah: 100/60 mmHg, Nadi:
dengan kehilangan 72x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 36°C
cairan melalui feses 2. T: Mengkaji intake dan output cairan anak dalam Rina F.
24
08.30WIB jam.
R: Balance cairan
:
 Output (dalam 24 jam)
- IWL : 30 – (usia/tahun)/kg BB
: (30 – 1,5) x 8 =228 ml
- Urin + feses
(pempers)
Pukul 10.00 – 16.00 : 250 ml
Jumlah urin : 250 ml
Jumlah output total : 250 + 228 = 478 ml
Balance cairan : input – output
: 440 – 478 = - 38 ml
3. T: Menkaji tanda-tanda
dehidrasi
R: anak masih sudah tidak gelisah, terkadang
menangis, sedikit lesu, mukosa bibir lembab, cekungan
08.35WIB mata berkurang, nadi: 72x/menit
Balance cairan : input –
output
: 440 – 478 = - 38 ml

8/1/2019 Nyeri akut 12.10WIB 1. 4.T: T:Mengkaji


Menimbang berat badan
perubahan skala nyeri pada anak Rina F.
berhubungan dengan
dengan peningkatan menggunakan skala wajah atau skala
defekasi. R: skala nyeri 3 (nyeri ringan) anak mulai
tenang,
jarang menangis. Penilaian menggunakan
kombinasi skala Wong-Baker dan Numeric Rating
Scale
12.15WIB 2. T: menganjurkan kembali orang tua untuk Rina F.
8/1/2019 Kerusakan 08.45 WIB 1. T: Mengobservasi integritas kulit meliputi: kulit
integritas yang
kulit berhubungan kering, ruam dan lecet, warna kemerahan,
dengan iritasi lapisan kekeringan yang berlebihan sehari sekali.
rektum akibat R: mukosa bibir lembab, tidak ada lecet namun
peningkatan terdapat kemerahan pada daerah anus. Rina F.
defekasi 2. T: Menganjurkan kembali ibu untuk bersihkan kulit
. saat terkena kotoran.
08.50 WIB R: ibu mengatakan selalu membersihkan kulit
daerah anus dan alat kelamin anaknya saat mengganti
8/1/2019 Kecemasa 08.00 WIB 1. T:Menggunakan pendekatan yang tenang Rina F.
n dan
berhubungan dengan meyakinkan. Dengan cara menyapa dan
faktor psikologis menanyakan kabarnya sambil membawa mainan
terhadap status (gambar hewan)
kesehatan dan R: pasien terlihat tenang dan mulai tersenyum.
hospitalisasi 08.20 WIB 2. T: Mengkaji rasa cemas pasien
6. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan

Tanda
Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Tangan
9/01/2019 Diare berhubungan S: ibu pasien mengatakan anaknya masih mencret lebih
dengan dari
masuknya patogen ke 3 kali
dalam saluran pencernaan O: frekuensi BAB lebih dari 3 kali, cair, sedikit
berlendir, tidak ada ampas dan darah. Warna kuning
kehijauan. Tidak ada mual dan muntah. Tidak demam,
suhu: 37°C.
A: masalah belum Rina F.
teratasi
P: lanjutkan intervensi
:
9/01/2019 Kekurangan volume S: ibu pasien mengatakan anaknya masih sering
cairan ingin
berhubungan minum, masih merasa
dengan kehilangan cairan haus.
melalui feses O: mata terlihat cekung, mukosa bibir kering, kulit
kembali lambat (1 detik), terlihat haus. Balance cairan
P: lanjutkan intervensi :
1. Kaji keluhan umum klien dan tanda-tanda vital
2. Kaji intake dan output cairan anak dalam 24 jam.
3. Kaji tanda-tanda dehidrasi
4. Timbang berat badan anak
9/01/2019 Nyeri akut S:5. ibu
Berikan terapi
pasien IV atau oral
mengatakan sesuai program.
anaknya masih sering
berhubungan menangis,
dengan peningkatan defekasi. rewel dan kadang memegangi perutnya.
O: anak sering meringis, skala nyeri 6 (nyeri
sedang). A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Kaji nyeri pada anak dengan menggunakan skala
wajah atau skala bergambar lainnya. Rina F.
9/01/2019 Kerusakan integritas S: ibu pasien mengatakan terdapat kemerahan di
kulit bagian
berhubungan dengan iritasi lapisan kulit anus pasien.
lapisan rektum akibat O: warna kulit anus kemerahan, terjadi peningkatan
peningkatan defekasi. defekasi lebih dari 10 kali
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Observasi tanda-tanda kerusakan integritas
2. Anjurkan orang tua untuk mengganti popok setiap
jam
9/01/2019 Kecemasan S: ibu pasien mengatakan anaknya masih sering rewel
berhubungan dan
dengan faktor psikologis menangis
terhadap status kesehatan dan O: pasien tidak tenang, mudah marah dan menangis.
hospitalisasi Selalu ingin dekat dengan orangtuanya terutama ibu.
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Kaji respon cemas subjektif dan objektif pasien. Rina F.
2. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
3. Anjurkan orang tua untuk menggendong pasien
9/01/2019 Diare berhubungan S: ibu mengatakan anaknya BAB 4x, berwarna
dengan kuning,
masuknya patogen ke terdapat ampas, tidak ada darah maupun
dalam saluran pencernaan lendir.
O: frekuensi BAB 4x, berwarna kuning, terdapat ampas,
tidak ada darah maupun lendir. Mata sedikit cekung,
anak sedikit rewel. Ibu dapat menjelaskan 3 tanda gejala
diare dan perawatan dirumah.
A: masalah belum Rina F.
teratasi

3. Kolaborasi terapi rehidrasi oral sesuai program.


9/01/2019 Kekurangan volume S: menurut ibu pasien anaknya masih sering ingin minum
cairan O: mata cekung berkurang, mukosa bibir kering,
berhubungan Balance cairan : input – output
dengan kehilangan cairan : 800 – 968 = - 168 ml
melalui feses A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Kaji keluhan umum klien dan tanda-tanda vital
2. Kaji intake dan output cairan anak dalam 24 jam. Rina F.
3. Kaji tanda-tanda dehidrasi
9/01/2019 Nyeri akut S: ibu pasien mengatakan anaknya masih sering
berhubungan manangis
dengan peningkatan defekasi. O: anak terlihat rewel, terkadang menangis, terkadang
suka tidak menghiraukan perawat.
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
1. Kaji nyeri pada anak dengan menggunakan
skala wajah atau skala bergambar lainnya.
9/01/2019 Kerusakan integritas S: -
kulit O: kemerahan di bagian anus berkurang, tidak ada
berhubungan dengan iritasi lecet maupun perdarahan.
lapisan rektum akibat A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
1. Observasi tanda-tanda kerusakan integritas
kulit meliputi: kulit yang kering, ruam dan lecet, warna
kemerahan, keke-ringan yang berlebihan sehari
sekali.
9/01/2019 Kecemasan S: 2. Anjurkan
menurut orang anaknya
ibu pasien tua untuk mengganti
masih popok setiap
sering menangis
berhubungan O: pasien masih rewel, kontak mata kurang
dengan faktor psikologis A: masalah belum teratasi
terhadap status kesehatan dan P: lanjutkan intervensi
hospitalisasi 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
2. Anjurkan orang tua untuk menggendong pasien
9/01/2019 Diare berhubungan S: ibu saat
pasien mengatakan anaknya BAB 1x saja
menangis.
dengan O: frekuensi BAB 1x, berwarna kuning, lunak
masuknya patogen ke dan berampas, tidak ada lendir maupun darah.
dalam saluran pencernaan A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
9/01/2019 Kekurangan volume S: menurut orang tua pasien anaknya tidak merasa
cairan haus
berhubungan terus-menerus
dengan kehilangan cairan O: mata cekung berkurang, mukosa bibir lembab,
melalui feses Balance cairan : input – output
: 440 – 478 = - 38 ml
9/01/2019 Nyeri akut S: ibu pasien mengatakan anaknya tidak rewel,
berhubungan jarang
dengan peningkatan defekasi. menangis
O: pasien terlihat tenang, mulai diam tidak sering
menangis, terkadang tersenyum, skala nyeri 3 dari 0-10
9/01/2019 Kerusakan (nyeri
integritas S: - ringan)
kulit O: kemerahan di daerah lapisan anus hilang
berhubungan dengan iritasi A: masalah teratasi
lapisan rektum akibat P: intervensi dihentikan
peningkatan defekasi.
9/01/2019 Kecemasan S: -
berhubungan O: pasien terlihat tenang dan rileks, tidak rewel,
dengan faktor psikologis mulai tersenyum saat diajak bercanda dan bermain,
terhadap status kesehatan dan pasien mau ketika diperiksa oleh perawat.
hospitalisasi A: masalah
teratasi

Anda mungkin juga menyukai