Anda di halaman 1dari 2

Audit Keperawatan (bag 

1)

Salah satu tugas Komite Keperawatan dalam fungsinya memelihara mutu profesi seperti termuat
dalam Permenkes No.49 tahun 2013 Pasal 11 ayat (3) adalah melakukan audit keperawatan dan
kebidanan. Persoalan di rumah sakit, standar audit yang digunakan rata-rata masih mengacu pada
standar audit yang dikeluarkan Departemen Kesehatan tahun 1997.

Saat itu Depkes telah menetapkan bahwa dalam melakukan evaluasi untuk mengetahui kualitas
pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah dengan  menggunakan Instrumen A, B, dan C. Dimana
Instrumen A digunakan untuk mengetahui kelengkapan dokumentasi proses keperawatan di setiap
ruangan, Instrumen B digunakan untuk mengetahui indikator kepuasan pelayanan pada pasien yaitu
dengan mengetahui seberapa besar kepuasan pasien dari pelayanan keperawatan yang ada.
Sedangkan untuk mengetahui kesesuaian tindakan keperawatan di ruangan dengan SPO adalah
dengan menggunakan Instrumen C.

Perkembangan kebutuhan pelayanan akan mutu perawatan yang baik, Kementrian Kesehatan
melalui Direktorat Keperawatan sudah semestinya membuat standar audit yang baru karena standar
audit yang dikeluarkan tahun 1997 itu menurut saya sudah tidak relevan lagi menjawab tuntutan
saat ini.

Untuk instrumen B yang mengukur tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan,
mungkin masih bisa digunakan. Tapi untuk instrumen A yang hanya mengukur kelengkapan catatan
dokumen asuhan keperawatan saya pikir sudah tidak relevan lagi, karena setelah lebih dari 20 tahun
catatan asuhan keperawatan diwajibkan, kelengkapan dokumen catatan asuhan keperawatan tidak
menjadi penting. Sekarang perlu dipikirkan tentang audit “kualitas” catatan asuhan keperawatan.
Semacam Diagnosa Keperawatan apakah sudah benar sesuai dengan kondisi pasien atau tidak.
Tindakan Keperawatan yang dilakukan apakah sesuai dengan standar yang dibuat dalam SAK atau
tidak. Kriteria yang dibuat sesuai dengan outcome pasien atau tidak.

Sedangkan untuk instruman C, setelah keluar Permenkes No. 49 tahun 2013 dimana Komite
Keperawatan harus melakukan Kredensial dan re-Kredensial terhadap seluruh perawat, maka
instrumen C juga sudah tidak diperlukan lagi. Karena pada saat kredensial dilakukan, seorang
perawat telah dilakukan assessmen kompetensi. Pada saat seorang assessor melakukan assessmen,
dan Komite Keperawatan merekomendasikan dikeluarkannya Penugasan Klinis kepada seorang
perawat, artinya dia telah melakukan semua intervensi yang jadi kewenangannya sesuai dengan
standar (SPO) yang ditetapkan.

Jadi ini menjadi tugas baru bagi Direktorat Keperawatan Kementrian Kesehatan RI untuk menyusun
Standar Audit Keperawatan yang sesuai dengan tuntutan mutu saat ini.

Lalu bagaimana melakukan Audit Keperawatan yang baik agar sesuai dengan kebutuhan saat ini,
pada tulisan selanjutnya akan kita diskusikan di sini.
Audit Keperawatan (bag 2)

Tujuan utama Audit Keperawatan adalah peningkatan mutu pelayanan keperawatan. Dengan audit,
kita bisa mendapatkan banyak hal diantaranya manfaat klinik, mendorong teamwork, meningkatkan
patient safety/patient care, efisiensi finansial kadang-kadang dan terpenting adalah clinical
governance berupa akuntabilitas pelayanan keperawatan.

Audit Klinik yang di dalamnya termasuk Audit Keperawatan adalah suatu telaah kritis dan sistematis
terhadap mutu pelayanan klinik, termasuk prosedur diagnosis dan terapi, penggunaan sumber-daya
rumah-sakit, dan outcome serta quality of life dari pasien.

Mengacu pada audit klinik, audit keperawatan menurut saya perlu pembenahan kepadaconten dari
dokumen asuhan keperawatan. Pemilihan topik yang baik dalam melakukan audit menjadi dasar
apakah audit bermanfaat untuk peningkatan mutu atau tidak.

Langkah-langkah dalam audit agar mendapatkan hasil yang optimal adalah :

1. Pemilihan topik
2. Penetapan Kriteria
3. Pengumpulan data
4. Analisa data
5. Menetapkan perubahan
6. Re Audit

Beberapa topik audit keperawatan yang bisa diangkat antara lain :

 Validitas Diagnosa Keperawatan


 Kesesuaian implementasi dengan perencanaan dalam asuhan keperawatan
 Implementasi Standar Asuhan Keperawatan (Panduan Praktek Klinik)
 Nursing Clinical Pathway

Membuat kriteria dalam audit keperawatan mengacu pada rambu-rambu spesifik, dapat diukur,
disepakati semua pihak, relevan dan berdasarkan bukti klinis yang terbaru.  Setelah kriteria
ditentukan, mulailah dilakukan pengumpulan data dan melakukan analisa terhadap data yang telah
dikumpulkan.

Proses selanjutnya setelah didapatkan kesimpulan terhadap sumber masalah, prinsipnya sama
dengan penyelesaian masalah dalam quality assurance. Bisa dengan pendekatan PSBH, PSS atau
GKM.

Anda mungkin juga menyukai