NIM : 201807030
Menimbang
a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan menghadapi era
globalisasi, perlu menerapkan sistem akreditasi rumah sakit sesuai dengan pelayanan
yang berstandart internasional
b. Bahwa untuk mendukung keberhasilan sistem akreditasi rumah sakit yang berstandart
internasional, perlu penyesuaian standar akreditasi rumah sakit yang ada
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu
menetapkan standar akreditasi rumah sakit dengan keputusan ketua komisi akreditasi
rumah sakit
Mengingat
2. Undang – Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia 5072);
Akreditasi rumah sakit merupakan suatu proses dimana suatu lembaga, yang
independen, melakukan asesmen terhadap rumah sakit. Tujuannya adalah menentukan apakah
rumah sakit tersebut memenuhi standar yang dirancang untuk memperbaiki keselamatan dan
mutu pelayanan. Standar akreditasi sifatnya berupa suatu persyaratan yang optimal dan dapat
dicapai. Akreditasi menunjukkan komitmen nyata sebuah rumah sakit untuk meningkatkan
keselamatan dan kualitas asuhan pasien, memastikan bahwa lingkungan pelayanannya aman dan
rumah sakit senantiasa berupaya mengurangi risiko bagi para pasien dan staf rumah sakit.
Dengan demikian akreditasi diperlukan sebagai cara efektif untuk mengevaluasi mutu suatu
rumah sakit, yang sekaligus berperan sebagai sarana manajemen.
Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya kualitas
di rumah sakit, sehingga senantiasa berusaha meningkatkan mutu dan keamanan pelayanannya.
Melalui proses akreditasi rumah sakit dapat :
Standar akreditasi rumah sakit ini merupakan upaya Kementerian Kesehatan menyediakan suatu
perangkat yang mendorong rumah sakit senantiasa meningkatkan mutu dan keamanan
pelayanan. Dengan penekanan bahwa akreditasi adalah suatu proses belajar, maka rumah sakit
distimulasi melakukan perbaikan yang berkelanjutan dan terus menerus.
Standar ini yang titik beratnya adalah fokus pada pasien disusun dengan mengacu pada sumber-
sumber a.l. sebagai berikut :
• Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals, 4th Edition, 2011
• Instrumen Akreditasi Rumah Sakit, edisi 2007, Komisi Akreditasi Rumah Sakit ( KARS )
Standar adalah suatu pernyataan yang mendefinisikan harapan terhadap kinerja, struktur, proses
yang harus dimiliki RS untuk memberikan pelayanan dan asuhan yang bermutu dan aman. Pada
setiap standar disusun Elemen Penilaian, yaitu adalah persyaratan untuk memenuhi standar
terkait.
Undang-undang no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit mewajibkan rumah sakit menjalani
akreditasi. Dengan demikian rumah sakit harus menerapkan standar akreditasi rumah sakit,
termasuk standar-standar lain yang berlaku bagi rumah sakit sesuai dengan penjabaran dalam
Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi 2011.
1. Ketentuan penilaian
1. Penilaian akreditasi rumah sakit dilakukan melalui evaluasi penerapan Standar
Akreditasi Rumah Sakit KARS yang terdiri dari 4 kelompok standar
a. Standar Pelayanan Berfokus pada Pasien, terdapat 7 bab
b. Standar Manajemen Rumah Sakit, terdapat 6 bab
c. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit, merupakan 1 bab
d. Sasaran Milenium Development Goal’s, merupakan 1 bab
2. Penilaian suatu Bab ditentukan oleh penilaian pencapaian (semua) Standar pada
bab tsb, dan menghasilkan nilai persentase bagi bab tsb
Proses akreditasi terdiri dari kegiatan survei oleh Tim Surveior dan proses pengambilan
keputusan pada Pengurus KARS. Tingkatan kelulusan adalah sebagai berikut :
a. Tingkat Dasar
b. Tingkat Madya
c. Tingkat Utama
d. Tingkat Paripurna
- Rujukan ke pelayanan lain baik di dalam maupun keluar rumah sakit dan pemulangan pasien
yang tepat ke rumah.
Setiap pasien adalah unik, dengan kebutuhan, kekuatan, nilai-nilai dan kepercayaan masing-
masing. Rumah sakit membangun kepercayaan dan komunikasi terbuka dengan pasien untuk
memahami dan melindungi nilai budaya, psikososial serta nilai spiritual setiap pasien.
Hasil pelayanan pasien akan bertambah baik bila pasien dan keluarga yang tepat atau mereka
yang berhak mengambil keputusan diikut sertakan dalam keputusan pelayanan dan proses yang
sesuai harapan budaya.
Untuk meningkatkan hak pasien di rumah sakit, harus dimulai dengan mendefinisikan hak
tersebut, kemudian mendidik pasien dan staf tentang hak tersebut. Pasien diberitahu hak mereka
dan bagaimana harus bersikap. Staf dididik untuk mengerti dan menghormati kepercayaan dan
nilai-nilai pasien dan memberikan pelayanan dengan penuh perhatian dan hormat guna menjaga
martabat pasien.
- Melibatkan keluarga pasien, bila memungkinkan, dalam keputusan tentang pelayanan pasien
ASESMEN PASIEN
Proses asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang pengobatan pasien
yang harus segera dilakukan dan kebutuhan pengobatan berkelanjutan untuk emergensi, elektif
atau pelayanan terencana, bahkan ketika kondisi pasien berubah. Proses asesmen pasien adalah
proses yang terus menerus dan dinamis yang digunakan pada sebagian besar unit kerja rawat
inap dan rawat jalan. Asesmen pasien terdiri atas 3 proses utama :
- Mengumpulkan informasi dari data keadaan fisik, psikologis, sosial, dan riwayat kesehatan
pasien.
- Analisis informasi dan data, termasuk hasil laboratorium dan “Imajing Diagnostic” (Radiologi)
untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien.
- Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah
diidentifikasi.
Asesmen pasien sudah benar bila memperhatikan kondisi pasien, umur, kebutuhan kesehatan,
dan permintaan atau preferensinya. Proses-proses ini paling efektif dilaksanakan bila berbagai
profesional kesehatan yang bertanggung jawab atas pasien bekerja sama.
PELAYANAN PASIEN
Tujuan utama pelayanan kesehatan rumah sakit adalah pelayanan pasien. Penyediaan pelayanan
yang paling sesuai di suatu rumah sakit untuk mendukung dan merespon terhadap setiap
kebutuhan pasien yang unik, memerlukan perencanaan dan koordinasi tingkat tinggi. Ada
beberapa aktivitas tertentu yang bersifat dasar bagi pelayanan pasien. Untuk semua disiplin yang
memberikan pelayanan pasien, aktivitas ini termasuk
Penggunaan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah proses yang umum dan merupakan
prosedur yang kompleks di rumah sakit. Tindakan-tindakan ini membutuhkan asesmen pasien
yang lengkap dan komprehensif, perencanaan asuhan yang terintegrasi, monitoring pasien yang
berkesinambungan dan kriteria transfer untuk pelayanan berkelanjutan, rehabilitasi, akhirnya
transfer maupun pemulangan pasien (discharge).
Anestesi dan sedasi umumnya dipandang sebagai suatu rangkaian kegiatan (continuum) dari
sedasi minimal sampai anestesi penuh. Karena respons pasien dapat bergerak pada sepanjang
kontinuum, maka penggunaan anestesi dan sedasi dikelola secara terintegrasi. Bab ini meliputi
anestesi, dari sedasi moderat maupun dalam (deep sedation), dimana refleks protektif pasien
dibutuhkan untuk fungsi pernafasan yang berisiko. Dalam bab ini tidak dibahas penggunaan
sedasi minimal (anxiolysis). Jadi penggunaan terminologi “anestesi” mencakup sedasi yang
moderat maupun yang dalam.
STANDAR MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN
Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan
yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang asuhannya.
Berbagai staf yang berbeda dalam rumah sakit memberikan pendidikan kepada pasien dan
keluarganya. Pendidikan diberikan ketika pasien berinteraksi dengan dokter atau perawatnya.
Petugas kesehatan lainnya juga memberikan pendidikan ketika memberikan pelayanan yang
spesifik, diantaranya terapi diet, rehabilitasi atau persiapan pemulangan pasien dan asuhan pasien
berkelanjutan. Mengingat banyak staf terlibat dalam pendidikan pasien dan keluarganya, maka
perlu diperhatikan agar staf yang terlibat dikoordinasikan kegiatannya dan fokus pada kebutuhan
pembelajaran pasien.
Pendidikan yang efektif diawali dengan asesmen kebutuhan pembelajaran pasien dan
keluarganya. Asesmen ini menentukan bukan hanya kebutuhan akan pembelajaran, tetapi juga
bagaimana pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik. Pembelajaran paling efektif ketika
cocok dengan pilihan pembelajaran yang tepat, agama, nilai budaya, juga kemampuan membaca,
serta bahasa. Pembelajaran akan berdampak bila terjadi selama proses asuhan.
Bab ini menjelaskan (describe) sebuah pendekatan komprehensif dari peningkatan mutu dan
keselamatan pasien. Peningkatan mutu secara menyeluruh adalah memperkecil (reduction) risiko
pada pasien dan staf secara berkesinambungan. Risiko ini dapat diketemukan baik diproses klinis
maupun di lingkungan fisik. Pendekatan ini meliputi :
- memimpin dan merencanakan program peningkatan mutu dan program keselamatan pasien;
- analisis data;
Bab ini menekankan bahwa perencanaan, perancangan, pengukuran, analisis dan perbaikan
proses klinis serta proses manajerial harus secara terus menerus di kelola dengan baik dengan
kepemimpinan jelas agar tercapai hasil maksimal.
Standar akreditasi ini mengatur seluruh struktur dari kegiatan klinis dan manajemen dari sebuah
rumah sakit, termasuk kerangka untuk memperbaiki proses kegiatan dan pengurangan risiko
yang terkait dengan variasi-variasi dari proses.
STANDAR MAKSUD DAN TUJUAN ELEMEN PENILAIAN
Risiko infeksi dan kegiatan program dapat berbeda dari satu rumah sakit ke rumah sakit
lainnya, tergantung pada kegiatan klinis dan pelayanan rumah sakit, populasi pasien yang
dilayani, lokasi geografi, jumlah pasien dan jumlah pegawai.
Secara khusus, para pemimpin ini harus mengidentifikasi misi rumah sakit dan menjamin
bahwa sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai misi ini tersedia. Bagi banyak rumah sakit,
hal ini tidak berarti harus menambah sumber daya baru, tetapi menggunakan sumber daya yang
ada secara lebih efsien, bahkan bila sumber daya ini langka. Selain itu, para pemimpin harus
bekerja sama dengan baik untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan semua kegiatan
rumah sakit, termasuk kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan asuhan pasien dan
pelayanan klinis.
Rumah sakit dalam kegiatannya menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan
supportif bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung. Untuk mencapai tujuan ini, fasilitas fisik,
medis dan peralatan lainnya harus dikelola secara efektif. Secara khusus, manajemen harus
berusaha keras untuk :
Manajemen yang efektif meliputi perencanaan, pendidikan dan pemantauan yang multi disiplin:
- Pimpinan merencanakan ruang, peralatan dan sumber daya yang dibutuhkan agar aman dan
efektif untuk menunjang pelayanan klinis yang diberikan.
- Seluruh staf dididik tentang fasilitas, cara mengurangi risiko, dan bagaimana memonitor dan
melaporkan situasi yang menimbulkan risiko
- Kriteria kinerja digunakan untuk mengevaluasi sistem yang penting dan untuk mengidentifikasi
perbaikan yang diperlukan.
Rumah sakit membutuhkan cukup banyak orang dengan berbagai ketrampilan, dan orang
yang kompeten untuk melaksanakan misi rumah sakit dan memenuhi kebutuhan pasien.
Pimpinan rumah sakit bekerja sama untuk mengetahui jumlah dan jenis staf yang dibutuhkan
berdasarkan rekomendasi dari unit kerja dan direktur pelayanan.
Rumah sakit harus memberikan kesempatan bagi staf untuk belajar dan mengembangkan
kepribadian dan profesionalitasnya. Karenanya, pendidikan in-service dan kesempatan
pembelajaran lain harus ditawarkan kepada staf.
1. Perencanaan
2. Orientasi Dan Pendidikan
3. Staff Medis(Menetapkan Keanggotaan)
4. Staff Medis(Penetapan Kewenangan Klinis)
5. Staff Medis(Monitoring Berkelanjutan Dan Evaluasi Anggota Staff Medis)
6. Staff Keperawatan
7. Praktisi Pelayanan Kesehatan Lainnya
Memberikan asuhan pasien adalah suatu upaya yang kompleks dan sangat tergantung
pada komunikasi dari informasi. Komunikasi tersebut adalah kepada dan dengan komunitas,
pasien dan keluarganya, serta dengan professional kesehatan lainnya. Kegagalan dalam
berkomunikasi merupakan salah satu akar masalah yang paling sering menyebabkan insiden
keselamatan pasien.
Bab ini mengemukakan tentang Sasaran Keselamatan Pasien, sebagai syarat untuk
diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO
Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI).
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong peningkatan spesifik dalam
keselamatan pasien. Sasaran ini menyoroti area yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menguraikan tentang solusi atas konsensus berbasis bukti dan keahlian terhadap permasalahan
ini. Dengan pengakuan bahwa desain/rancangan sistem yang baik itu intrinsik/menyatu dalam
pemberian asuhan yang aman dan bermutu tinggi, tujuan sasaran umumnya difokuskan pada
solusi secara sistem, bila memungkinkan.
Sasaran juga terstruktur, sama halnya seperti standar lain, termasuk standar (pernyataan
sasaran/goal statement), Maksud dan Tujuan, atau Elemen Penilaian. Sasaran diberi skor sama
seperti standar lain dengan “memenuhi seluruhnya”, “memenuhi sebagian”, atau “tidak
memenuhi”. Peraturan Keputusan Akreditasi termasuk pemenuhan terhadap Sasaran
Keselamatan Pasien sebagai peraturan keputusan yang terpisah.
SASARAN
Berikut ini adalah daftar sasaran. Mereka disiapkan disini untuk memudahkan karena
disampaikan tanpa persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaian. Informasi lebih III
Sasaran Keselamatan Pasien RUMAH SAKIT 226 Standar Akreditasi Rumah Sakit lanjut
tentang sasaran ini dapat dilihat di bagian berikut dari bab ini, Sasaran, Persyaratan, Maksud dan
Tujuan, serta Elemen Penilaian.
Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert medications)
Bab ini mengemukakan Sasaran Milenium Development Goals (MDGs), dimana Indonesia
merupakan salah satu dari 189 negara yang menandatangani kesepakatan pembangunan
milenium (MDGs) pada bulan September tahun 2000. Kesepakatan tersebut berisikan 8
(delapan) misi yang harus dicapai, yang merupakan komitmen bangsa-bangsa di dunia untuk
mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan, dimana pencapaian
sasaran Milenium Development Goals (MDGs) menjadi salah satu prioritas utama Bangsa
Indonesia.
Dari 8 (delapan) misi yang harus dicapai, ada 3 (tiga) misi yang harus dicapai oleh rumah sakit,
yaitu :
Upaya-upaya ketiga misi tersebut, harus dijalankan rumah sakit sesuai dengan buku pedoman
yang berlaku. Meskipun tampaknya pencapaian misi tersebut agak susah, namun tetap dapat
dicapai apabila dilakukan upaya terobosan yang inovatif untuk mengatasi penyebab utama
kematian tersebut yang didukung kebijakan dan sistem yang efektif dalam mengatasi berbagai
kendala yang timbul selama ini.
https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/STANDAR_AKREDITASI_RS_2012.pdf
TERIMA KASIH