Anda di halaman 1dari 13

TUGAS FARMASI KLINIK DAN RUMAH SAKIT

“Akreditasi Rumah Sakit”

Di susun oleh :
1. Isnaini Nurahmah (14330026)
2.Marsha Chintia Darvi (14330030)
3. Annisa Hermawati (14330034)
4. Sri Wahyuni (14330036)
5. Nur Diah AYU S (14330042)
6.Mely Dwi S (14330061)

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL


JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akreditasi didalam suatu instansi seperti Rumah Sakit memang sudah seharusnya
dilakukan agar dapat menjamin pelayanan dan juga kinerja yang terjadi didalam Rumah Sakit.
Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber
daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.
Penyelenggaran pelayanan kesehatan di Rumah Sakit mempunyai karakteristik dan organisasi
yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuannya masing-
masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang
berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian
pelayanan yang bermutu, membuat semakin kompleksnya permasalahan dalam Rumah Sakit.
Obat merupakan komponen yang penting dalam upaya pelayanan kesehatan, baik di
pusat pelayanan kesehatan primer maupun ditingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
Keberadaan obat merupakan kondisi pokok yang harus terjaga ketersediaannya karena
ketersediaan obat merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pelayanan kesehatan.
Manajemen obat di rumah sakit dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Instalasi
farmasi rumah sakit adalah satu-satunya bagian di rumah sakit yang bertanggung jawab penuh
atas pengelolaan obat, hal ini diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit. Tujuan dari manajemen
obat di rumah sakit yaitu agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat, dalam jumlah yang
cukup untuk mendukung pelayanan serta memberikan manfaat bagi pasien dan rumah sakit.
Peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar penyelenggaraan Rumah Sakit saat
ini masih pada tingkat Peraturan Menteri yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan. Dalam
rangka memberikan kepastian dan perlindungan hukum untuk meningkatkan, mengarahkan dan
memberikan dasar bagi pengelolaan Rumah Sakit diperlukan suatu perangkat hukum yang
mengatur Rumah Sakit secara menyeluruh dalam bentuk Undang-Undang.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Akreditasi Rumah Sakit?
2. Bagaimana tata cara yang dilakukan dalam Akreditasi Rumah Sakit?
3. Apa saja standar-standar dalam melakukan Akreditasi Rumah Sakit?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Akreditasi Rumah Sakit
2. Untuk mengetahui tata cara Akreditasi di Rumah Sakit
3. Untuk mengetahui standar apa saja yang dilakukan untuk Akreditasi Rumah Sakit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 Definisi

Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan resmi dari pemerintah kepada rumah sakit yang
telah memenuhi standar pelayanan kesehatan dan wajib dilakukan oleh semua rumah sakit.
Sedangkan tujuan utamanya adalah meningkatkan mutu layanan RS Setiap rumah sakit memilki
kewajiban diakreditasi minimal 3 tahun sekali. Akreditasi rumah sakit diperlukan sebagai cara
efektif untuk mengevaluasi mutu suatu rumah sakit dengan penetapan standar-standar mutu
pelayanan.

Hal ini tercantum dalam Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal,
40 ayat 1, menyatakan bahwa, dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib
dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali. Akreditasi wajib bagi semua
rumah sakit baik rumah sakit publik/pemerintah maupun rumah sakit privat/swasta /BUMN.
Data dari KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) pada tahun 2014 tercatat baru 535 rumah
sakit yang terakreditasi secara nasional dari 2.424 rumah sakit yang terdaftar di Indonesia.
Jumlah rumah sakit yang belum terakreditasi yaitu 1.889 rumah sakit, secara proporsi baru 22 %
rumah sakit yang terakreditasi di Indonesia. Target yang telah direncanakan Kementerian
Kesehatan RI pada tahun 2011 yaitu rumah sakit yang terakreditasi mencapai 60% dan target
pada tahun 2014, akreditasi rumah sakit mencapai 90%.

2.2 Peran Pemerintah

Permenkes No.12 tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit menegaskan bahwa Pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajib mendukung, memotivasi, mendorong dan memperlancar proses pelaksanaan
akreditasi untuk semua rumah sakit, dan dapat memberikan bantuan pembiayaan kepada rumah sakit
untuk proses akreditasi. Peran pemerintah untuk mengawal pelaksanaan suatu kebijakan sangat
diharapkan namun tetap harus didukung oleh semua pihak yang terkait termasuk pimpinan rumah sakit.
Komitmen dari pimpinan dan dukungan dari seluruh SDM yang ada rumah sakit juga memiliki peran
penting dalam mencapai keberhasilan.

3
BAB III

TINJAUAN UMUM

3.1 Standar Akreditasi

RS perlu mempelajari apa saja standar-standar yang berlaku baik untuk tingkat RS
maupun untuk masing-masing pelayanan, misalnya Pelayanan Mewdis, Pelayanan Gawat
Darurat, Pelayanan Perawatan, Pelayanan Rekam Medis, dsb. Standar-standar ini terjadi elemen
struktur, proses, dan hasil.

Struktur adalah fasilitas berupa fisik, organisasi, sumber daya manusia, sistem keuangan,
AD/ART, kebijakan, SOP/Protap, Program, dsb. Menerapkan standar-standar ini bukan
merupakan suatu upaya jangk pendek, tetapi upaya jangka panjang dan sepanjang masa.

Akreditasi versi 2012 terdiri dari 4 kelompok standar yaitu standar berfokus kepada
pasien, standar manajemen rumah sakit, kelompok sasaran keselamatan pasien dan kelompok
sasaran MDG’s.

Pada dasarnya, Akreditasi adalah proses menilai RS sejauh mana telah menerapkan
standar-standar. Di Indonesia Akreditasi RS dilakukan oleh KARS (Komite Akreditasi Rumah
Sakit) Departemen Kesehehatan dan Joint Commission International (JCI).

3.2 Proses Akreditasi Di Indonesia

Persiapan-persiapan Akreditasi di RS dimulai dengan membentuk Pokja (kelompok


kerja) untuk masing-masing bidang pelayanan, misalnya : Pokja Pelayanan Gawat Darurat, Pokja
Pelayanan Medis, Pokja Pelayanan Perawatan, dsb. Pokja-pokja ini akan mempersiapkan
berbagai standar untuk diterapkan unit/bagian, mendorong penerapan dan kemudian melakukan
penilaian yang disebut sebagai self assessment. Proses penilaian dilakukan dengan menggunakan
instrumen KARS. Berikut ini merupakan tata cara Penilaian Akreditasi :

1. Tim penilai (surveyor) akan berada di Rumah Sakit selama kurang lebih 3 hari, yang terdiri
dari 3 orang (manajemen, medis dan keperawatan)

4
2. Pimpinan Rumah Sakit mempresentasikan program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien Rumah Sakit
3. Dilanjutkan telaah dokumen, telaah rekam medik tertutup dan telaah rekam medik terbuka
serta survey lapangan
4. Penilaian lapangan ditekankan pada telusur pasien untuk di wawancarai/ observasi
langsung atas pelayanan kesehatan yang telah/sedang/akan diterima pasien.
5. Dalam waktu yang bersamaan, kelengkapan dokumen akreditasi juga di observasi dan
ditanyakan pada jajaran staf dan pimpinan Rumah Sakit.
6. Temuan atas ketidaklengkapan dokumen/ kekurangan mutu pelayanan harus diperbaiki
saat itu setelah mendapat rekomendasi surveyor.
7. Telusur lingkungan terhadap fasilitas Rumah Sakit
8. Telusur KPS
9. Presentasi FMEA (Failure Mode and Effect Analysis), Pedoman Praktik Klinis / Clinical
Pathways, Risk Manajemen Dan IKP (Insiden Keselamatan Pasien)
10. Wawancara Pimpinan
11. Exit Conference

3.3 Hasil Penilaian Akreditasi Rumah Sakit

1. Penilaian akreditasi rumah sakit dilakukan melalui evaluasi penerapan Standar Akreditasi
Rumah Sakit KARS yang terdiri dari 4 kelompok standar
a. Standar Pelayanan Berfokus pada Pasien, terdapat 7 BAB.
b. Standar Manajemen Rumah Sakit, terdapat 6 BAB.
c. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit, merupakan 1 BAB.
d. Sasaran Milenium Development Goal’s, merupakan 1 BAB.
2. Penilaian suatu Bab ditentukan oleh penilaian pencapaian (semua) Standar pada bab tsb, dan
menghasilkan nilai persentase bagi bab tsb.
3. Penilaian suatu Standar dilaksanakan melalui penilaian terpenuhinya Elemen Penilaian (EP),
menghasilkan nilai persentase bagi standar tsb
4. Penilaian suatu EP dinyatakan sebagai :
a. Tercapai Penuh (TP) ,diberikan skor 10

5
b. Tercapai Sebagian (TS) ,diberikanskor 5
c. Tidak Tercapai (TT) ,diberikanskor 0
d. Tidak Dapat Diterapkan (TDD) ,tidak masuk dalam proses penilaian dan per-d.
hitungan
5. Penentuan Skor 10 (Sepuluh)
a. Temuan tunggal negative tidak menghalangi nilai “tercapai penuh” dari minimal 5
telusur pasien/pimpinan/staf
b. Nilai 80% - 100% dari temuan atau yang dicatat dalam wawancara, observasi dan
dokumen (misalnya, 8 dari 10) dipenuhi
c. Data mundur “tercapai penuh” adalah sebagaiberikut :
i.Untuk survey awal : selama 4 bulan kebelakang
ii.Surveilanjutan: Selama 12 bulankebelakangii.
6. Penentuan Skor 5 (Lima)
a. Jika 20% sampai 79% (misalnya , 2 sampai 8 dari 10) dari temuan atau yang a.
dicatat dalam wawancara, observasi dan dokumen
b. Bukti pelaksanaan hanya dapat ditemukan di sebagian daerah/unit kerja yang
seharusnya dilaksanakan
c. Regulasi tidak dilaksanakan secara penuh/lengkap
d. Kebijakan/proses sudah ditetapkan dan dilaksanakan tetapi tidak dapat dipertahankan
e. Data mundur sbb :
i. Untuk survei awal : 1 sampai 3 bulan munduri.
ii. Untuk survei lanjutan : 5 sampai 11 bulan mundur

3.4 Kriteria dan Katagori Kelulusan Akreditasi Rumah Sakit

Proses akreditasi terdiri dari kegiatan survei oleh Tim Surveior dan proses pengambilan
keputusan pada Pengurus KARS. Tingkatan kelulusan dan kriterianya adalah sebagai berikut :

1. Tingkat Dasar
a) Empat bab digolongkan Major, nilai minimum setiap bab harus 80 (delapan puluh) % :
1) Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK)

6
3) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
4) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
b) Sebelas bab digolongkan Minor, nilai minimum setiap bab harus 20 (duapuluh) % :
1) Millenium Development Goal’s (MDG’s)
2) Akses Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan (APK)
3) Asesmen Pasien (AP)
4) Pelayanan Pasien (PP)
5) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
6) Manajemen Penggunaan Obat (MPO)
7) Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
8) Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS)
9) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
10) Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan ( TKP)
11) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

2. Tingkat Madya
a) Delapan bab digolongkan Major, nilai minimum setiap bab harus 80 % :
1) Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
3) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
4) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
5) Millenium Development Goal’s (MDG’s)
6) Akses Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan (APK)
7) Asesmen Pasien (AP)
8) Pelayanan Pasien (PP)

b) Tujuh bab digolongkan Minor, nilai minimumsetiap bab harus 20 % :


1) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
2) Manajemen Penggunaan Obat (MPO)
3) Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
4) Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS)
5) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
6) Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP)
7) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

7
3. Tingkat Utama
a) Duabelas bab digolongkan Major, nilai minimumsetiap babharus 80 % :
1) Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
3) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
4) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
5) Millenium Development Goal’s (MDG’s)
6) Akses Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan (APK)
7) Asesmen Pasien (AP)
8) Pelayanan Pasien (PP)
9) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
10) Manajemen Penggunaan Obat (MPO)
11) Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
12) Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS)

b) Tiga bab digolongkan Minor, nilai minimum setiap babharus 20 % :


1) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
2) Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP)
3) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

4. Tingkat Paripurna Limabelas (semua) bab digolongkan Major, nilai minimum setiap bab
harus 80 % :
1) Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
3) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
4) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
5) Millenium Development Goal’s (MDG’s)
6) Akses Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan (APK)
7) Asesmen Pasien (AP)
8) Pelayanan Pasien (PP)
9) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
10) Manajemen Penggunaan Obat (MPO)
11) Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
12) Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS)
13) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
14) Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP)
15) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

8
3.5 Tata Laksana Akreditasi Program Khusus Dasar

Keputusan KARS nomor : 1666/KARS/X/2014 tanggal 1 Oktober 2014, tentang


Penetapan Status Akreditasi Rumah Sakit, dimana terdapat program khusus dengan sertifikat
kelulusan PERDANA .

 BAB yang di Akreditasi : SKP, HPK, PPI, KPS.


 Tingkat Kelulusan : PERDANA ( Sertifikat dengan 1 bintang )
 SASARAN :
1. RS kelas D Pratama dan kelas D, dengan jumlah TT < 100
2. RS kelas C tanpa sub spesialistik, dengan jumlah TT < 100
3. RS khusus kelas C tanpa subspesialistik, dengan jumlah TT < 100

 TARGET : Dengan hanya mengikuti satu kali workshop dan atau


bimbingan ,RS sudah siap untuk mengikuti akreditasi versi 2012,khusus untuk bab
HPK,SKP,PPI,KPS .
 TUJUAN UMUM : Terwujudnya peningkatan mutu dan keselamatan pasien, melalui
implementasi standar akreditasi versi 2012 terutama program khusus yang meliputi Bab SKP,
HPK,PPI dan KPS
 TUJUAN KHUSUS :
1. Meningkatnya pemahaman para praktisi RS terhadap standar akreditasi versi 2012 terutama
program khusus yang meliputi Bab SKP, HPK,PPI dan KPS
2. Meningkatnya Implementasi oleh RS terhadap standar akreditasi versi 2012 terutama
program khusus yang meliputi Bab SKP, HPK,PPI dan KPS
3. Meningkatnya implementasi sasaran keselamatan pasien di rumah sakit.
 JENIS KEGIATAN :
1.Work shop :
a. WS KARS
b. WS Kerja sama
c. WS internal RS
2. Bimbingan:
A. on line

9
B. site visit
3. Survei simulasi
4. Survei Remedial:
– Apabila ada capaian skor 60 % – 79 %
– Batas 3 bulan (tanggal ditetapkan KARS)
– RS diberi waktu persiapan 2 bulan, bulan ke 6 dilaksanakan survei remedial.
– Bila RS dinyatakan tidak lulus, RS harus survei ulang.

 MATERI :
1. Bahan Work shop standar dan WS dokumen dari KARS (Dr.Sutoto, dr.Luwiharsih)
2. Peraturan perundangan / pedoman 2 yang terkait masing 2 BAB.
3. Ckeeck list dokumen
4. Contoh 2 dokumen regulasi
(Contoh 2 kebijakan, pedoman, panduan, SPO, program, dll)
5. Format 2 untuk implementasi, berikut contoh 2 nya.
7. Skenario telusur masing-masing BAB dengan contoh pertanyaan nya.

 Waktu dan jumlah surveior :


1. Work shop : 2 orang surveior ,satu hari
2. Bimbingan : 2 orang surveior ,2 hari
3. Survei : 2 surveior , 2 hari + H -1.
Tergantung lokasi dan jadwal pesawat, bisa ditambah H+1

 PERENCANAAN PERBAIKAN STRATEGIS (PPS ):


1. Tindak lanjut dari rekomendasi surveior
2. Kesiapan RS untuk Survei Verifikasi tahun I dan tahun ke II.
 SURVEI VERIFIKASI :
Pada tahun pertama : harus sudah siap dengan tambahan 6 BAB APK, AP, PP, PAB, MPO,
MDGs
Pada tahun kedua : harus siap dengan tambahan 5 BAB lagi, PMKP, TKP, MFK, PPK,
MKI

10
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Akreditasi rumah sakit merupakan suatu proses dimana suatu lembaga, yang independen,
melakukan asesmen terhadap rumah sakit. Tujuannya adalah menentukan apakah rumah sakit
tersebut memenuhi standar yang dirancang untuk memperbaiki keselamatan dan mutu pelayanan.
Standar akreditasi sifatnya berupa suatu persyaratan yang optimal dan dapat dicapai.

Akreditasi menunjukkan komitmen nyata sebuah rumah sakit untuk meningkatkan


keselamatan dan kualitas asuhan pasien, memastikan bahwa lingkungan pelayanannya aman dan
rumah sakit senantiasa berupaya mengurangi risiko bagi para pasien dan staf rumah sakit.
Dengan demikian akreditasi diperlukan sebagai cara efektif untuk mengevaluasi mutu suatu
rumah sakit, yang sekaligus berperan sebagai sarana manajemen.

Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya kualitas
di rumah sakit, sehingga senantiasa berusaha meningkatkan mutu dan keamanan pelayanannya.

Standar akreditasi rumah sakit ini merupakan upaya Kementerian Kesehatan


menyediakan suatu perangkat yang mendorong rumah sakit senantiasa meningkatkan mutu dan
keamanan pelayanan.

SARAN

Sebaiknya proses Akreditasi Rumah Sakit dilakukan dengan menggunakan aturan yang
sudah ada didalam per Undang-undangan yang berlaku dan juga berdasarkan peraturan oleh
Kementrian Kesehatan.

11
DAFTAR PUSTAKA

DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI dan


KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT. 2011. Jurnal Standar Rumah Sakit.

http://www.kompasiana.com/etyhastuti/akreditasi-wajib-bagi-rumah-sakit-
diindonesia_55783976a623bd6f5115be90

https://inacbg.blogspot.co.id/2015/05/syarat-rumah-sakit-umum-tipe-a.html

https://inacbg.blogspot.co.id/2015/05/syarat-rumah-sakit-umum-tipe-c.html

https://medianers.blogspot.co.id/2016/11/proses-cara-penilaian-akreditasi-rumah-sakit.html

12

Anda mungkin juga menyukai