Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan rahmat


dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan Kegiatan dengan judul “Mutu
dan Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Tetap Menjadi Prioritas Utama Di Masa
Pandemi Covid-19-Pertemuan Ilmiah Tahunan dan Semiloka Nasional Ke-VI Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS), tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Salallahu’alaihi wasalam, sahabat, keluarga serta
para pengikutnya hingga akhir zaman.
Laporan ini dibuat dengan tujuan untuk memperdalam pemahaman tentang
Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien (PMKP) itu sendiri dan juga berguna untuk
merefresh kemampuan para tenaga kesehatan, pengelola rumah sakit dan para
pemangku kepentingan untuk tetap memprioritaskan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien serta perubahan adaptasi kebiasaan baru dengan sistem informasi teknologi lebih
banyak digunakan.
Menyadari ketidaksempurnaan laporan kegiatan ini. Untuk itu sangat
mengharapkan saran dan kritik untuk memperbaiki penyusuan laporan selanjutnya.
Terimakasih kepada Direktur/Kepala/Para Pimpinan Rumah Sakit, Kepala
Bidang, Kepala Unit Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera yang telah memberikan
kesempatan untuk mengikuti kegiatan ini. Terimakasih juga pada semua pihak yang
telah membantu dalam mempersiapkan/memfasilitasi kegiatan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat serta memberikan semangat baru bagi kita
semua.

Makassar, 10 April 2021

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Tata kelola Rumah Sakit yang baik adalah penerapan fungsi-fungsi


managemen Rumah Sakit yang berdasarkan prinsip-prinsip transparansi,
akuntabilitas, independensi dan responsibilitas, kesetaraan dan kewajaran. Tata
kelola klinis yang baik adalah penerapan fungsi managemen klinis yang meliputi
kepemimpinan klinik, auit klinik, data klinik, risiko klinis berbsis bukti,
peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil pelayanan,
pengenbangan profesional dan akreditasi Rumah Sakit.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahu
2020 tentang Akreditasi Rumah Sakit pada pasal 3; Akreditasi dilakukan oleh
Rumah Sakit paling lambat setelah beroperasi 2 (dua) tahun sejak memperoleh
izin operasional untuk pertama kali. Akreditasi adalah pengakuan terhadap mutu
pelayanan Rumah Sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah
memenuhi Standar Akreditasi.
PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien) adalah keseluruhan
upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif yang menyangkut input,
proses dan output secara objektif, sisematik dan berlanjut memantau dan menilai
mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, dan memecahkan masalah-
masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan berdaya guna dan
berhasil guna. Program peningkatan mutu adalah rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan yang disusun secara rinci yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
rumah sakit dalam meningkatkan mutu layanannya. Tujuan peningkatan mutu
secara keseluruhan dengan terus menerus mengurangi risiko terhadap pasien dan
staf baik dalam proses klinis maupun lingkungan fisik.

BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. WAKTU DAN TEMPAT
a. Waktu
1. Pembukaan
2. Seminar Pleno
Pada Hari: Senin, 05 April 2021, jam 08.00-11.30 WIB
3. Workshop :
a. PMKP Di Era Pandemi Covid-19
b. Komunikasi Efektif Di Era Pandemi Covid-19
Pada: Selasa, 06 April-09 April 2021, jam 08.00-16.55 WIB

b. Tempat
Ruang Rapat Direksi dengan via Virtual Meeting menggunakan Aplikasi
Zoom

B. HASIL SEMINAR & WORKSHOP


a) Narasumber : drg. Farichah Hanum, M.Kes
Direktur Mutu & Akreditasi Pelayanan Kesehatan
Judul Materi : Permenkes No. 80 tahun 2020 tentang Komite Mutu
Rumah Sakit
Poin-Poin Penting :
 Untuk saat ini kegiatan survei akreditasi KARS belum bisa berjalan,
apabila telah dapat berjalan, kemungkinan besar akan dilaksanakan
secara daring, kegiatan akreditasi pun masih menunggu hasil diskusi
dari kementrian kesehatan. Akan tetapi persiapan untuk akreditasi
harus melakukan persiapan dari sekarang.

Sesuai isi dari PMK No. 90 Tahun 2020:


 Rumah Sakit wajib menyelenggarakan tata kelola mutu,
menyelenggarakan tata kelola mutu Rumah Sakit harus meningkatkan
mutu dan mempertahankan standar pelayanan. Jadi tata kelola mutu
menekankan pada 2 hal yaitu: meningkatkan mutu pelayanan dan
mempertahankan standar yang sudah ada, oleh karena itu terbentuklah
komite mutu.
 PMK No. 90 Tahun 2020 tidak bersifat kaku artinya pembentukan
komite mutu tetap didasarkan pada kebutuhan ketersediaan rumah sakit
dan beban kerja Rumah Sakit.
 Sesuai isi pasal 1 PMK No. 80 tahun 2020: adalah organisasi non
struktural yang membantu kepala/direktur Rumah Sakit dalam
mengelola dan memandu program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien, serta mempertahankan standar pelayanan Rumah Sakit.
 Beberapa hal yg harus kita tekankan tentang komite mutu adalah
organisasi non struktural dan membantu direktur mengelolah dan
memandu “kata2 memandu program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien, jadi artinya bahwa komite mutu itu selain
mengelolah juga harus memberikan arah kepada seluruh stakeholder
rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu dan keselamatan pasien,
memberikan arah ini menjadi penting, ketika melihat fungsinya bahwa
komite mutu terlibat tiap lini pelayanan untuk meningkatkan mutu
pelayanan.
 Organisasi..dibentuk oleh direktur atau kepala Rumah Sakit ditetapkan
dengan Surat Keputusan.
Unsur keanggotaan melibatkan :
a. Tenaga medis
b. Tenaga keperawatan
c. Tenaga kesehatan lain
d. Tenaga non kesehatan

 TUPOKSI
Tugas dan Fungsi
Dalam mencermati PMK 80 kita akan melihat TUPOKSI KOMITE
MUTU RUMAH SAKIT
1. Komite mutu bertugas membantu kepala/Direktur Rumah Sakit
dalam pelaksanaan dan evaluasi peningkatan mutu, keselamatan
pasien dan manajemen risiko di Rumah Sakit.
2. Dalam melaksanan tugas dan evaluasi peningkatan mutu, Komite
Mutu memiliki fungsi:
a. Sebagai penyusun kebijakan, pedoman dan program kerja
b. Pemberian masukan & pertimbangan kepada Direktur Rumah
Sakit terkait perbaikan mutu tingkat Rumah Sakit
c. Dst…
3. Dalam melaksanakan tugas pelaksanaan dan evaluasi keselamatan
pasien:
a. Penyusunan kebijakan, pedoman dan program kerja terkait
keselamatan pasien di Rumah Sakit
b. Pemberian masukan & pertimbangan kepada direktur Rumah
Sakit dalam rangka pengambilan kebijakan keselamatan pasien
 PMK tidak akan mengatur sampai ke struktur sub-sub komite, tentu
berbeda dengan komite medik PMK 755, ketika sub komite itu diatur.
Karena komite mutu itu merupakan hal baru dan Rumah Sakit juga
harus berproses, berhubungan dengan hal keselamatan pasien dan
manajemen risiko silahkan berintegrasi menjadi komite mutu.
 PELAPORAN
Untuk pelaporan: Komite mutu melapor kepada Direktur/Kepala Rumah
Sakit, lapor tugas dan fungsi, rekomendasi minimal 3 bulan,
Kemudian disampaikan kepada pemilik/yayasan dan hal tersebut sdh
ada lebih awal dalam standar akreditasi.

 PENYELENGGARAAN MUTU
Penetapan kebijakan, prosedur dan sumber daya oleh kepala/direktur
Rumah Sakit. Komite mutu dalam pelaksanaan tupoksi dapat
berkoordinasi dengan komite lainnya di Rumah Sakit.
 PENDANAAN
Dalam hal ini sumber anggaran komite mutu rumah sakit disesuaikan
dengan kemampuan Rumah sakit. Artinya bagi rumah sakit yang mampu
agar komite mutu menjadi layak kerja yangg cukup baik.
 PEMBINAAN & PENGAWASAN
Oleh menteri, Kepala dinas kesehatan, sesuai kewenangan masing-
masingf. Dan melibatkan perhimpunan organisasi profesi. Melalui;
advokasi, Sosialisasi, supervisi, konsultasi, bimbingan teknis,
peningkatan kapasitas SDM dan monitoring evaluasi.

b) Narasumber : drg. Farichah Hanum, M.Kes


Direktur Mutu & Akreditasi Pelayanan Kesehatan
Judul Materi : Indikator Nasional Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Poin-Poin Penting :
 Ditetapkan 5 prioritas kegiatan yang harus dilakukan untuk memastikan
bahwa upaya-upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang akan
dilakukan bersama sapai pada tahun 2024, berfokus kepada upaya
peningkatan pelayanan kesehatan dasar, upaya promotif, preventif dan
tidak meninggalkan kuratif dan rehabilitatif tetapi didukung berbagai
macam inovasi dan pemanfaatan.
 Prioritas program yang akan dilakukan bersama di 5 (lima) tahun ke
depan tentang peningkatan kesehatan ibu dan anak, ini sangat sering
terdengar bagaimana kita harus menurunkan angka kematian ibu dan
anak, kemudian percepatan perbaikan gizi masyarakat, peningkatan
pengendalian penyakit menular/tidak menular, tentang TB, HIV/AIDS,
kemudian pemberdayaan gerakan masyarakat hidup sehat dan penguatan
sistem kesehatan.
 Selain 5 prioritas peningkatan kesehatan dan 17 indikator sasaran pokok
pembangunan kesehatan, menteri kesehatan saat ini juga memfokuskan
ke 8 (delapan) area reformasi dan strategi kunci, yaitu: Pendidikan dan
penempatan tenaga kesehatan, Penguatan puskesmas, Peningkatan
Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan di DTPK, Kemandirian farmasi
dan alat kesehatan, Ketahanan kesehatan (Health security), Pengendalian
penyakit dan imunisasi, Pembiayaan kesehatan dan Teknologi Informasi
dan Pemberdayaan masyarakat.
 Indikator mutu nasional: merupakan tolok ukur yang digunakan untuk
menilai tingkat kepatuhan keberhasilan mutu pelayanan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan.
 13 Indikator Mutu Nasional:
1. Kepatuhan Hand Hygiene
2. Kepatuhan Penggunaan APD
3. Kepatuhan Identifikasi Pasien
4. Waktu Tanggap Sectio Caesarea
5. Waktu Tunggu Rawat Jalan
6. Penundaan Operasi Elektif
7. Kepatuhan Waktu Visite Dokter Spesialis
8. Pelaporan Hasil Kritis Laboratorium
9. Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional
10. Kepatuhan Terhadap Clinical Pathway
11. Kepatuhan Upaya Pencegahan Risiko Pasien Jatuh
12. Kecepatan Waktu Tanggap Komplain
13. Kepuasan Pasien dan Keluarga

c) Narasumber : DR. dr. Sutoto, M.Kes.,FISQua


a. Pemanfaatan teknologi informasi komunikasi dalam SNARS edisi 1.1
 Rumah Sakit harus membangun budaya belajar (learning culture),
melihat RS Indonesia kesulitan SNARS membentuk Sistem
Managemen Dokumen Akreditasi (SISMADAK), SIRSAK dan
ReDOWSKo karna tanpa dukungan teknologi informasi RS akan
ketinggalan.
 Asuhan pasien 4.0 adalah asuhan pasien yang terkini, modern dan
distandarkan dalam SNARS edisi 1 yang berbasis Patient Centred
Care dan asuhan pasien terintegrasi, dilaksanakan oleh PPA
(profesional pemberi asuhan) sebagai tim berkolaborasi
interprofessional dengan kompetensi untuk kolaborasi, asuhan
pasiennya didokumentasi dalam CPPT melalui IT dalam
SIRSAK.
 Fungsi SISMADAK yaitu untuk menyimpan dokumen regulasi,
dokumentasi bukti, managemen mutu yang terseda 78 indikator
mutu RS seperti indikator mutu klinik , mutu managemen dan
sasaran keelamatan pasien, laporan I.K.P, bahan edukasi dan
simulasi, penimpanan sumber info obat, penyimpanan STR dan
SIP, SPK RKK.
 RME merupakan rekaman/catatan elektronik informasi terkait
kesehatan (health-related information) seseorang yang mengikut
standar interoperabilitas nasional dan dapat dibuat, dikumpulkan,
dikelola, digunakan dan dirujuk oleh dokter atau tenaga
kesehatan yang berhak pada lebih dari satu organisasi pelayanan
kesehatan.
b. Managemen Risiko dalam SNARS edisi 1.1
 Resiko adalah potensi kehilangan sesuatu yang bernilai atau
interaksi yang disengaja dengan ketidakpastian dan persepsi
risiko adalah penilaian yang subjektif.
 Pedekatan terhadap managemen resiko adalah sebagai proses
belajar dimana managemen resiko harus terintegrasi , integrasi
antara resiko yang bisa terkait dengan hukum, complain pasien ,
safety, finansial, lingkungan, organisasi.
 Tujuan PMKP adalah meningkatkan mutu secara keseluruhan
dengan terus menerus mengurangi risiko terhadap pasien dan staf
baik dalam proses klinis maupun lingkungan fisik.
 Topik area PMKP pengelolaan kegiatan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien, memilih indikator mengumpulkan data untuk
monitoring mutu ,validasi dan analisis data mencapai dan
mempertahankan managemen risiko
 PMKP 12 Program managemen resiko berkelanjutan digunakan
untuk melakukan identifikasi dan mengurangi cedera dan
mengurangi risiko lain terhadap keselamatan pasien dan staf.
 Komponen managemen resiko dalam SNARS ed 1.1 yaitu
identitas risiko, prioritas risiko, pelaporan risiko, managemen
risiko, investigasi kejadian yang tidak diharapkan (KTD) dan
managemen terkait tuntutan (klaim).
 Daftar proses berisiko yaitu managemen pengobatan, risiko jatuh,
pengendalian infeksi, gizi , resiko peralatan dan risiko sebagai
akbat kondisi yang sudah lama berlangsung.
d) Narasumber : dr. Nico A Lumenta, K.nefro,MM, Mhkes
a. Panduan Praktik Klinis Dan Integrated Clinical Pathway
 Asuhan pasien 4.0 : pasien centred care dan asuhan pasien
terintegrasi adalah asuhan pasien, yang modern, terkini di rumah
sakit dan distandarkan dalam SNARS edisi 1 dan 1.1
 Berbasis pelayanan berfokus pasien / PCC ddan asuhan pasien
terintegrasi
 Dilaksanakan oleh PPA sebagai tim, yang berkolaborasi
interprofessonal dengan kompensasi untuk berkolaborasi
 Dilaksanakan dengan DNA of cae : Safety, quality, culture
 Asuhan pasien didokumentasikan terintegrasi melalui IT dalam
SIRSAK dan SISMADAK
 DPJP sebagai clinical leader
 PPA sebagai TIM Interdisiplin dengan kolaborasi
interprofesional
 Panduan praktik klinis dan alur klinis, clinical pathway adalah
suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu/terintegrasi yang
merangkum setiap langkah yang diberikan pada pasien, yang
berdasarkan standar pelayanan medis, standar pelayanan
keperawatan & standar pelayanan PPA lainnya yang berbasis
bukti dengan hasil terukur, pada jangka waktu tertentu selama
pasien dirawat di RS.
b. Keselamatan pasien rumah sakit dan sistem pelaporan
 Kerangka kerja komperhensif keselamatan pasien rumah sakit
Upaya kusus (baru) kselamatan pasien
 7 langkah menuju keselamatan pasien RS : bangun kesadaran
akan nilai keselamatan pasien, pimpin dan dukung staf anda,
integrasikan aktivitas risiko, kembangkan sistem pelaporan,
libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, belajar dn berbagi
pengalaman tentang KP, cegah cedera melalui implementasi
sistem KP.
 7 standar keselamatan pasien RS dan akreditasi : hak pasien,
mendidik pasien dan keluarga, keselamatan pasien dan asuhan
berkesinambungan, penggunaan metoda peningkatan kinerja,
untuk melakukan evaluasi dan meningkatkan KP, peraan
kepemimpinanan dalam meningkatkan KP, mendidik staf tentang
KP, komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai KP.
 6 sasaran keselamatan pasien Rumah Sakit : mengidentifikasi
pasien dengan benar, meningkatkan komuniaksi yang efektif,
meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai,
memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar, mengurangi infeksi terkait
pelayanan kesehatan, mengurngi risiko cedera akibat jatuh.
 Sistem pelaporan insiden keselamatan pasien di RS
 Laporan Insiden RS (Internal) Pelaporan secara tertulis setiap
kejadian nyaris cedera (KNC) atau kejadian tidak diharapkan
(KTD) atau kejadian tidak cedera (KTC) atau kondisi potensial
cedera (KPC) yang menimpa pasien.
 Laporan Insiden keselamatan pasien ke KNKP (Eksternal)
Pelaporan secara anonim dan elektronik ke KKPRS setiap
Kejadian Tidak diharapkan (KTD) atau Kejadian Tidak Cedera
(KTC) atau sentinel event yang terjadi pada PASIEN dan telah
dilakukan analisa penyebab, rekomendasi dan solusinya.
c. Budaya Keselamatan Passien dan Pengukurannya
 Asuhan pasien “DNA of Care” PPA perlu memliki ini, safety ,
quality and culture.

e) Narasumber : DR. Diyurman Gea, S.Kom., MM


“SISMADAK (Sistem Managemen Dokumen) Dalam Standar SNARS”
 Penataan dokumen secara tradisional Vs SISMADAK
Pencarian lebih mudah , biaya murah, hitorical, dapat diakses melalui
intranet/internet, mengurangi penyebaran virus, terintegrasi,
pengumpulan dokumen antar pokja menjadi mudah.
 SISMADAK : dokumen (tersimpan di server RS), Indikator mutu,
Profil RS, Laporan IKP (Insiden Keselamatan Pasien)
 SIRSAK (sistem informasi RS) : data Pasien, Data PPA(Profesional
pemberi asuhan), rekam medis (asesmen awal + ulang), asuhan
terintegrasi (medis, keperawatan, gizi, farmasi), Inventori obat dan
alat penunjang.

f) Narasumber : dr. Luwiharsih, MSc


a. Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien
 Pengelolaan kegiatan PMKP
 Standar PMKP 1 Rumah Sakit mempunyai komite/tim atau
bentuk oraganisasi lainnya yang kompeten untuk mengelola
kegiatan PMKP sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
 Komite / tim PMKP perlu menyusun , Pedoman Kerja : suatu
standar/ pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong
dan menggerakkan komite/tim PMKP untuk mencapai tujuan
PMKP di RS. Program Kerja : susunan daftar kegiatan
peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang dirancang untuk
dilaksanakan dalam satu periode (3tahun) kepengurusan
komite/tim PMKP
 Standar PMKP 2 Rumah Sakit mempunyai referensi terkini
tentang peningkatan mutu keselamatan pasien berdasarkan ilmu
pengetahuan dan informasi terkini dan perkembangan konsep
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
 Standar PMKP 2.1 Rumah Sakit menyediakan teknologi dan
dukungan lainnya untuk mendukung sistem managemen data
pengukuran mutu terintegrasi sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi.
 Standar PMKP 3 Rumah Sakit mempunyai program pelatihan
peningkatan mutu dan keselamatan pasien untuk pimpinan rumah
sakit dan semua staf yang terlibat dalam pengumpulan, analisis
dan validasi data mutu.
 Standar PMKP 4 komite/tim PMKP atau bentuk organisasi lain
terlibat proses pemilihan pengukuran mutu pelayanan klinis
prioritas yang akan dievaluasi dan melakukan koordinasi dan
integrasi kegiatan pengukuran diseluruh unit di rumah sakit.
 Standar PMKP 5 Rumah Sakit memilih dan menetapkan
pengukuran mutu pelayanan klinis prioritas yang akan dievaluasi
dan ditetapkan indikator-indikator.
 Standar PMKP 5.1 Dilakukan evaluasi proses pelaksanaan
standar pelayanan kedokteran di rumah sakit untuk menunjang
pengukuran mutu pelayanan klinis prioritas.
 Standar PMKP 6 Setiap unit kerja di rumah sakit memilih dan
menetapkan indikator mutu yang dipergunakan untuk mengukur
mutu unit kerja.
 Standar PMKP 7 pengumpulan data merupakan salah satu
kegiatan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
untuk mendukung asuhan pasien dan managemen rumah sakit
lebih baik. Ini yang dimaksudkan dalam 13 indikator mutu
nasional oleh kemenkes.
 Standar PMKP 7.1 analsis data merupakan salah satu kegiatan
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien untuk
mendukung asuhan pasien dan managemen rumah sakit.
 Standar PMKP 7.2 program PMKP prioritas di rumah sakit telah
dianalisis dan mempunyai dampak terhadap peningkatan mutu
dan efisiensi biaya pertahun.
 Standar PMKP 8 Rumah sakit mempunyai regulasi validasi data
indikator area klinik yang baru atau mengalami perubahan dan
data yang akan dipublikasikan. Regulasi ini diterapkan dengan
menggunakan proses internal validasi data.
 Standar PMKP 9 Rumah sakit menetapkan sistem pelaporan
insiden keselamatan pasien baik internal maupun eksternal.
 Standar PMKP 9.1 Rumah sakit telah menetapkan jenis kejadian
sentinel melaporkan dan melakukan analisis akar masalah (root
cause analysis).
 Standar PMKP 9.2 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk
melakukan analisis data KTD dan mengambil langkah
tindaklanjut.
 Standar PMKP 9.3 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk
analisis kejadian nyaris cedera (KNC) dan kejadian tidak cedera
(KTC).
 Standar PMKP 10 ada pengukuran dan evaluasi budaya
keselamatan pasien dan evaluasi kepuasan pasien dan keluarga
(ada kuesionernya)
 Standar PMKP 11 peningkatan mutu dan keselamatan pasien
dicapai dan dipertahankan.
 Standar PMKP 12 program managemen risiko berkelanjutan
digunakan untuk melakukan identifikasi dan mengurangi cidera
dan mengurangi resiko lain terhadap keselamatan pasien dan staf.
b. Program Peningkatan Mutu Pelayanan Klinis Prioritas
 Syang bertanggung jawab memilih dan menetapkan prioritas
pengukuran dan perbaikan diseluruh rumah sakit adalah tanggung
jawab direktur utama RS (TKRS 4)
 Yang dimaksud dengan pelayanan klini prioritas adalah
pelayanan spesialistik dan pelayanan sub spesialistik
 Standar TKRS 5 direktur rumah sakit memprioritaskan proses di
RS yang akan diukur, program PMKP yang akan diterapkan, dan
bagaimana mngukur keberhasilan dalam upaya di seluruh rumah
sakit ini.
c. Pemilihan dan Pengumpulan Data
 7 dimensi mutu pelayanan kesehatan : aman, berorientasi pada
pasien, efektif, tepat waktu, efisien, kesetaraan/adil
 Three types of measures : Pengukuran hasil (outcome measure),
pengukuran proses (proses measure), pengukuran penyeimbangan
(balancing measure).
 Pemilihan indikator kinik : prioritas tinggi, sederhana, mulai
dengan sedikit indikator, data tersedia, ditingkatkan secara
bertahap, dampak terhadap pengguna dan pelayanan, mengukur
berbagai dimensi mutu.
d. Analisa dan Validasi Indikator Mutu
 Analisa data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi
informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan
bermanfaat untuk solusi permasalahan, terutama masalah yang
berkaitan dengan pengukuran mutu.
 Analisa menggunakan grafik sangat membantu memperlihatkan
perubahan apakah menuju perbaikan sesuai yang diharapkan.
Gunakan alat statistik seperti run charts, histograms, pareto
charts.
 PDSA menggunakan empat tahap pendekatan. 1) Plan adalah
mengidentifikasi tahap perubahan untuk perbaikan, 2) Do adalah
tahap menguji perubahan yang telah dilakukan, 3) Study adalah
tahap meneliti keberhasilan perubahan; 4) Act adalah tahap
mengidentifikasi adaptasi dan menginformasikan siklus baru.
 Validasa data tujuan nya monitoring akurasi data yang
dikumpulkan, verifikasi bahwa pengambilan data adalah
konsisten dan reproducible, verifikasi ekspektasi tentang volume
data yang dikumpulkan.

g) Narasumber : dr. Bambang Tutuko Sp.An KIC


a. Analisis laporan insiden / Root Cause Analysis (RCA)
 Analisis dan rencana tindakan selesai dalam waktu 45 hari setelah
kejadian. Tujuan AAM (analisis akar masalah) adalah agar rumah
sakit dapat mengerti dengan baik dan komperhensif asal kejadian.
Apabila AAM menunjuka perbaikan sistem atau tindakan lain
dapat mengurangi risiko seperti itu terjadi lagi, rumah sakit
merancang ulang proses dan mengambil tindakan yang perlu
dilakukan. Kejadian sentinel indikator terkait dengn pelanggaran
hukum (lihat TKRS 1.1)
 Analisis akar penyebab adalah suatu proses identifikasi faktor
dasar atau faktor penyebab yg mendasari suatu variasi dalam
unjuk kerja/hasil, termasuk kekerapan atau kemungkinan
terjadinya suatu kejadian sentinel.
 Kejadian sentinel adalah suatu peristiwa yg tidak terduga yg
menyangkut kematian, atau cedera fisik atau cedera psikologis yg
serius, atau risiko dari padanya.
 7 kelompok langkah JCI Edisi 4 yaitu insiasi dan rumuskan
masalah, tetapkan peristiwa sentinel, tetapkan critical event/cmp,
tetapkan akar masalah, tetapkan upaya penanggulangan risiko, uji
coba upaya penanggulangan risiko, uji coba upaya implementasi
upaya penanggulangan risiko.
b. Failure Mode And Effect Analysis
 FMEA adalah metode perbaikan proses kinerja dengan
mengindentifikasi dan mencegah potensi kegagalan sebelum
terjadi. Proses proaktif, dimana kesalahan dicegah & diprediksi
sebelum terjadi.
 Delapan langkah FMEA (analisis modus kegagalan &
dampaknya (JCI)
 Tetapkan topik FMEA dan bentuk tim
 Gambarkan alur proses
 Identifikasi modus kegagalan & dampaknya
 Identifikasi prioritas modus kegagalan
 Identifikasi akar penyebab modus kegagalan
 Disain ulang proses
 Analisis dan test proses baru
 Implementasi dan monitor proses baru

C. BIAYA SELAMA KEGIATAN WORKSHOP


1. Uang Pendaftaran : Rp. 975.000
2. Uang Saku : 5 × Rp. 50.000 = Rp. 250.000
Jumlah…………………………………. .= Rp. 1.225.000

D. DOKUMENTASI
E. BUKTI REGISTRASI DAN PEMBAYARAN
F. SERTIFIKAT

Anda mungkin juga menyukai