Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEPERAWATAN PEDRIATIK

DENGAN GASTROENTERITIS AKUT

DISUSUN OLEH:
JOHANA RISKIA MANDUR
NIM: 113063C118015

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI
BANJARMASIN
TAHUN 2020
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gambar 2.1 anatomi sistem pencernaan manusia

Sumber: (Aiwin, 2017)

Gambar 2.2 gastroenteritis

Sumber: (Aiwin, 2017)

1
Menurut Sodikin (2012), sistem pencernaan terdiri atas sebuah saluran
panjang yang dimulai dari mukut sampai anus (rectum).

1. Mulut
Mulut merupakan bagian pertama saluran pencernaan. Bagian atas
mulut dibatasi oleh palatum pada bagian bawah dibatasi oleh mandibula,
lidah, dan struktur lain dari dasar mulut. Bagian lateral mulut dibatasi oleh
pipi. Sementara itu, bagian depan mulut dibatasi oleh bibir dan bagian
belakang oleh lubang menuju faring (Sodikin, 2012).
Rongga mulut atau nama lainnya rongga bukal atau rongga oral
mempunyai beberapa fungsi yaitu menganalisis material makanan sebelum
menelan, proses mekanis dari gigi, lidah, dan permukaan palatum,,
lubrikasi oleh sekresi saliva, dan digesti pada beberapa material kabohidrat
lemak (Simon, 2003 dalam Muttaqin & Kumala, 2011)
2. Lidah
Menurut Sodikin (2012), lidah tersusun atas otot yang dilapisi,
pada bagian atas dan samping oleh membrane mukosa. Lidah menempati
rongga mulut dan melekat secara langsung pada epiglotis dalam faring.
Lidah diineversi oleh beberapa saraf. Bagian sensorik diinevarsi oleh
nvrus lingualis, yang merupakan cabang saraf kranial V (trigeminal).
Nervus ini menginervarsi dua pertiga anterior lidah untuk pengecapan.
Saraf kranial VII (fasialis) meninervasi dua pertiga abterior untuk rasa
kecap. Saraf karnial IX (glosofaringeal) menginversi sepertiga posterior
untuk raba dan easa kecap. Semantara itu, inervasi motorik dilakukan oleh
saraf kranial XII (hipoglosus).
Fungsi utama lidah meliputi 1) proses mekanik dengan cara
menekan, melunakan, dan membagi material; 2) melakukan manipulasi
material makanan di dalam rongga mulut dan melakukan fungsi dalam
proses reseptor rasa; serta 4) menyekresi mukus dan enzim (Muttaqin &
Kumala, 2011)

2
3. Gigi
Pertumbuhan gigi merupakan proses fisiologis dan dapat
menyebabkan salvias yang berlebihan serta rasa tidak nyamn (nyeri).
Manusia mempunyai dua set gigi yang tumbuh sepanjang masa kehidupan
mereka. Set pertama adalah gigi primer (gigi susu atau desisua) yang
bersifat sementara dan tumbuh melalui gusi selama tahun pertama serta
kedua kehidupan. Gigi susu berjumlah 5 buah pada setiap setengah rahang
(jumlah seluruhnya 20), muncul (erupsi) pada sekitar 6 bulan sampai 12-
13 tahun, kemudian diganti secara bertahap oleh gigi permanen berjumlah
8 buah pada setiap setenagh rahang (jumlah seluruhnya 32) dan mulai
tumbuh pada usia sekitar 6 tahun. Pada usia 25 tahun ditemukan semua
gigi permanen, dengan kemungkinan pengecualian dari gigi molar ketiga
atau gigi sulung (Sodikin,2012).
Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher, dan akar. Mahkota gigi
menjulah di atas gigi, lehernya dikelilingi gusi, dan akarnya berada di
bawahnya. Gigi dibuat dari bahan yang sangat keras, yaitu dentin. Di
dalam pusat strukturnya terdapat rongga pulpa. Pulpa gigi yang menjung
di atas gusi ditutupi email, yang jauh lebih keras daripada dentin (Pearce,
2009).
4. Esophagus
Esophagus adalah saluran berotot dengan panjang sekitar 25 cm
dan diameter sekitar 2 cm yang berjalan menembus diagfragma unyuk
menyatu dengan lambung di tautan gastroesofagus. Fungsi utama dari
esophagus adalah membawa bolus makanan dan cairan menuju lambung
(Gavaghan, 2009 dalam Muttaqin & Kumala, 2011).
Merupakan saluran otot yang membentang dari kartilago krikoid
sampai kardia lambung. Esophagus dimukai di leher sebagai sambungan
faring, berjalan ke bawah leher dan toraks, kemudian melalu crus sintra
diafragma memasuki lambung. Secara anatomi bagian depan esopagus
berbatasan dengan trachea dan kelenjar tiroid, jantung, dan diargama.
Dibagain belakanh esopagus berbatasan denngan kolumne vertebra,

3
sementara ditiap sisi berbatasan dengan paru-paru dan pleura. Bagian
tersempit esopagus bersatu dengan faring. Area ini mudah mengalami
cidera akibat instrument, seperti bougi, yang dimasukkan ke dalam
esopagus (Sodikin, 2012).
5. Lambung
Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar
paling banyak. Terletak terutama di daerah epigastrik, dan sebagian di
sebelah kiri daerah hipokondriak atau umbikal. Lambung terdiri dari
bagian atas yaitu fundus, batang utama, dan bagian bawah yang horizontal,
yaitu antrum pilorik. Lambung berhubungan dengan esofagus melalui
orifisum atau kardia, dan dengan duodenum melalui orisium pilorik.
Lambunh terletak di badah diafragmam, di depan pankreas. Dan limpa
menempel pada sebelah kiri fundus.
Fungsi utama lambung adalah menyimpan makanan untuk
pencernaan di dalam lambung, deudenum, dan saluran cerna bawah,
mencampuri makanan dengan sekresi lambung hingga membentuk
campuran setengah cair (kimus) dan meneruskan kimus ke deudenum
(Sodikin, 2012).
6. Usus Halus
Usus halus terbagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum.
Panjang usus halus saat lahir 300-350 cm, meningkat sekitar 50% selama
tahun pertama kehidupan. Saat dewasa panjang usus halus mencapai ± 6
meter (Sodikin, 2012).
Duodenum merupan bagian terpendek usus, sekitar 7,5-10 cm,
dengan diameter 1-1,5 cm. Jejunum terletak diantara duodenum dan ileum.
Panjang jejunum 2,4 cm. Panjang ileum sekitar 3,6 cm. Ileum masuk sisi
pada lubang ileosekal, celah oval yang dikontrol oleh sfinker otot
(Sodikin, 2012).
7. Usus Besar
Usus besar berfungsi mengeluarkan fraksi zat yang tidak diserap seperti
zat besi, kalium, fosfat yang ditelan, serta mensekresi mukus, uamh

4
mempermudah perjalanan dases. Usus besar berjalan dari katup ileosekal
ke anus. Panjang usus bersar bervariasi, sekitar ± 180 cm. Usus besar
dibagi menjadi bagain sekum, kolon asedon, kolon tranversum, kolom
desensen, dan kolon sigmoid. Sekum berlanjut ke atas sebagian kolon
asedon. Dibawah lubang ileosekal, apendis membuka ke dalam sekum
(Sodikin, 2012).
8. Hati
Hati merupakan kelenjar paling besae dalam tubuh dengan berat ±
1300-1550 g, hati merah coklat, sangat vascular, dan lunak. Hati terletak
pada kuadran atas kanan abdomen dan dilindungi oleh tulang rawan kosta.
Bagian tepi bawah mencapai garis tulang tulang rawan kosta. Tepi organ
lain di dalam abdomen dan ligamentum peritoneum (Sodikin, 2012).
9. Pankreas
Merupakan organ panjang pada bagian belakang abdomen atas,
memiliki struktir yang terdiri atas kaput (di dalam lengkungan duodenum),
leher pankreas, dan kauda (yang mencapai limpa). Pankreas merupakan
oragan ganda yang terdiri atas dua tipe jaringan, yaitu jaringan sekresi
interna dan ekterna (Sodikin, 2012).
10. Peritoneum
Peritoneum ialah membran serosa rangkap yang terbesar di dalam
tubuh. Perioneum terdiri aras dua bagian utama, yaitu peritoneum viseral,
yang meliputi semua organ yang berada di dalam rongga itu (Pearce,
2009).
Fisiologi saluran cerna terdiri atas rangkaian proses memakan atau
ingesti makan dan skresi getah pencernaan kedalam sistem pencernaan.
Getah pencernaan membantu pencernaan atau digesti makanan. Hasil
pencernaan akan diabsorbsi kedalam tubuh, berupa zat gizi.
11. Kolon dan Rektum
Kolon mempunyai panjang sekitar 90-150 cm, berjalan dari ileum ke
rektum. Secara fisiologi kolon menyerap air, vitamin, natrium, dan klorida,
serta mengeluarkan kalium, biokarbonat, mukus, dam pemyimpan feses

5
serta mengeluarkannya. Selain itu, kolon merupakan tempat pencernaan
karbohidrat dan protein tertentu, maka dapat menghasilkan lingkungan
yang baik bagi bakteri untuk mengkasilkan vitamin K (Muttaqin &
Kumala, 2009).

6
B. DEFINISI
Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial (Mattaqin &
Kumala, 2011). Gastroenteristis akut yang ditandai dengan diare dan pada
beberapa kasus muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz
&Linda, 2009).
Gastroenteristis akut merupakan perwujudan infeksi campylobacter yang
paling lazim, biasanya disebabkan oleh C.jejuni , C.coli dan C.laridis, masa
inkubasi adalah 1-7 hari, diare terjadi dari cairan tinja encer atau tinja
berdarah dan mengandung lendir (Berhman, Kliegman, & Arvin, 2000).
Gastroenteristis akut ialah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi
dan anak yang sebelumnya sehat (Noerasid, Suratmaadja & Asnil 1998,dalam
Sodikin, 2011).
Dari beberapa pengertian diatas jadi dapat disimpulkan bahwa
gastroenteristis akut adalah suatu peradangan pada mukosa lambung yang
ditandai dengan muntah-muntah yang berakibat dengan kehilangan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan
biasanya terjadi pada bayi atau anak.

C. ETIOLOGI
Menurut Mansjoer ( 2000 ) etiologi gastroenteritis adalah :

1) Faktor infeksi
a. Infeksi Internal merupakan infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama gastroenteritis. meliputi infeksi
bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,
G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans)
b. Infeksi parenteral merupakan infeksi di luar sistem pencernaan
yang dapat menimbulkan gastroenteritis. seperti: otitis media akut,
tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2) Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab gastroenteritis
yang terpenting pada bayi dan anak.
3) Faktor Makanan
Gastroenteritis dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi,
beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4) Faktor Psikologis
Gastroenteritis dapat terjadi karena faktor psikologis ( rasa takut
dan cemas ).

D. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data Word Health Organization (WHO) ada 2 milyar kasus
diare infeksi pada orang dewasa diseluruh dunia setiap tahun. Di Amerika
Serikat, 7 insiden kasus gastroenteritis akut mencapai 200 juta hingga 300
juta kasus per tahun. Satu studi data mortalitas nasional melaporkan lebih dari
28.000 kematian akibat diare karena infeksi atau gastroenteritis dalam waktu
9 tahun, 51% kematian terjadi pada lanjut usia. Selain itu gastroenteritis
masih merupakan penyebab kematian anak diseluruh dunia, meskipun
tatalaksana sudah maju (Zein et al 2004). Beberapa faktor epidemiologi
dipandang penting untuk pasien gastroenteritis akut yang disebabkan oleh
infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi, penggunaan antibiotik,
merupakan petunjuk penting dalam mengidentifikasi pasien beresiko tinggi
untuk diare infeksi (Zein et al 2004). Mekanisme transmisi patogen
gastroenteritis akut dari orang ke orang melalui rute fekal oral atau makanan
dan air yang terkontaminasi. Faktor yang meningkatkan kerentanan terjadinya
infeksi yaitu: usia muda, defisiensi imun, measles, manultrisi, berkunjung ke

8
daerah endemik, kurangnya pemberian ASI, terpapar dengan sanitasi yang
jelek, tingkat pendidikan ibu dan pengasuh anak (Behman et al 2004).

E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala gastroenteritis berlangsung dalam waktu yang pendek (2-5 hari,
tetapi terkadang ada beberapa hari tambahan), gejala yang muncul pada
gastroenteritis antara lain: diare tidak berdarah, mual, muntah (kadang-
kadang kurang dar 48 jam), nyeri perut (hilang timbul, karena pergerakan
usus). Gejala lain yang dapat muncul antara lain demam ringan (sekitar
37,70C), terkadang nyeri kepala, nyeri otot dan perasaan lelah. Semua gejala
tersebut dapat berkembang menjadi gastroenteritis yang berat seperti
dehidrasi yang dapat mengancam jiwa, terutama pada anak-anak (Daldiyono
2006).

F. PATOFISIOLOGIS
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan
faktor di antaranya faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya
mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang
kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas
usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus menyebabkan
sistem transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang
kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat kemudian
menyebabkan diare. Iritasi mukosa usus dapat menyebabkan peristaltik
usus meningkat. Kerusakan pada mukosa usus juga dapat menyebabkan
malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga
usus sehingga terjadilah diare. (Simadibrata: 2006)

9
Makanan terkontaminasi

Infeksi mukosa usus

Makanan tidak dapat diserap iritasi pada mukosa usus

Tekanana osmotik dalam peristaltik usus meningkat peningkatan sekresi air


Rongga usus meningkat elektrilit meningkat

Ketidak nyamanan/ nyeri


abdomen

Terjadi pergeseran air


ke dalam rongga usus

isi rongga usus yang berlebihan diare


akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya

banyak kehilangan elektrolit fases mengandung asam laktat

kemerahan disekitar anus


intake
Kekurangan
volume cairan berkurang timbul perlukaan kulit
dan elektrolit output berlebih
kurang informasi penyakit

10
Kurang
Perubahan nutrisi kurang dari Resiko
pengetahuan
kebutuhan tubuh kerusakan
tentang kondisi
prognosis dan integritas
kebutuhan kulit
pengobatan

Sumber: Carpenito (2009)


Simadibrata (2006)

G. KOMPLIKASI
Menurut FKUI (2007) sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit
secara mendadak , dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti:
1. Dehidrasi (ringan, sedang, hipotonik, isotonik, atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolamik
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismu, hipotoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektrokardiogram)
4. Hipoglikemi
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena keursakan vili mukosa usus halus
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan

H. COLLABORATIVE CARE MANAGEMENT


1. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium pasien tersangka gastroenteritis akut
dimulai dari pemeriksaan feses adanya leukosit, kotoran biasanya tidak
mengandung leukosit, jika ada itu dianggap penanda inflamasi kolon baik

11
infeksi maupun non infeksi. Karena netrofil akan berubah, sampel harus
diperiksa sesegera mungkin, Sensitifitas leukosit feses terhadap inflamasi
patogen (Salmonella, Shigella, Champilobacter) yang dideteksi dengan
kultur feses bervariasi dari 45%-95% tergantung dari jenis patogennya
(Zein et al 2004). 14 Pasien dengan diare berat, demam nyeri abdomen
atau kehilangan cairan harus diperiksa kimia darah, natrium, kalium,
klorida, ureum, kreatinin, analisa gas darah dan pemeriksaan darah
lengkap. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan
lainnya biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi (Zein et
al 2004). Untuk mendiagnosis pasien gastroenteritis akut diperlukan
pemeriksaan yang sistemik dan cermat. Kepada pasien perlu ditanyakan
riwayat penyakit, latar belakang dan lingkungan pasien, riwayat
pemeriksaan obat terutama antibiotik, riwayat perjalanan, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Pendekatan umum gastroenteritis akut
baik diagnosis dan terapeutik (Zein et al 2014).
2. Medikasi
Menurut Supartini ( 2004 ) penatalaksanaan medis pada pasien
gastroenteritis meliputi:
a. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis dan memperhatikan
derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
1) Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di
berikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan
Na HCO3, KCL dan glukosa untuk diare akut.
2) Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan
sesuai dengan kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu
tergantung tersedianya cairan setampat. Pada umumnya
cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung berat /

12
ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
a) Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian
125 ml / kg BB /oral.
b) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral
kemudian 125 ml / kg BB /hari.
c) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg
BB / menit (inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam
nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
b. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang
melalui tinja dengan tanpa muntah dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain ( gula, air tajin, tepung beras,
dsb ).
1) Obat Anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
2) Obat spasmolitik
umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak
beladora, opium loperamia tidak di gunakan untuk
mengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti
kaolin, pectin,charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya
untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
3) Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada
penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan
tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB / hari. Antibiotic juga

13
diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA, faringitis,
bronchitis / bronkopeneumonia.

I. KONSEP TUMBUH KEMBANG


1. Pengertian Tumbuh Kembang
Secara alamiah, setiap individu hidup akan melalui tahap
pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sejak embrio sampai akhir
hayatnya mengalami perubahan ke arah peningkatan baik secara
ukuran maupun secara perkembangan. Istilah tumbuh kembang
mencakup dua peristiwa yang sifatnya saling berbeda tetapi saling
berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pengertian mengenai pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai
berikut : Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran,
atau dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm,
meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium
dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013). Perkembangan (development)
adalah bertambahnya skill (kemampuan) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-
organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).
Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa
perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel
hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan
kognitif anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik maupun
abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain.

14
2. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat ditentukan
oleh masa atau waktu kehidupan anak. Menurut Hidayat (2008) secara
umum terdiri atas masa prenatal dan masa postnatal.
a. Masa prenatal
Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase
fetus. Pada masa embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai
dari konsepsi hingga 8 minggu pertama yang dapat terjadi
perubahan yang cepat dari ovum menjadi suatu organisme dan
terbentuknya manusia. Pada fase fetus terjadi sejak usia 9
minggu hingga kelahiran, sedangkan minggu ke-12 sampai ke-
40 terjadi peningkatan fungsi organ, yaitu bertambah ukuran
panjang dan berat badan terutama pertumbuhan serta
penambahan jaringan subkutan dan jaringan otot.
b. Masa postnatal Terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa
usia prasekolah, masa sekolah, dan masa remaja.
1) Masa neonatus
Pertumbuhan dan perkembangan post natal setelah lahir
diawali dengan masa neonatus (0-28 hari). Pada masa ini
terjadi kehidupan yang baru di dalam ekstrauteri, yaitu
adanya proses adaptasi semua sistem organ tubuh.
2) Masa bayi
Masa bayi dibagi menjadi dua tahap perkembangan.
Tahap pertama (antara usia 1-12 bulan): pertumbuhan dan
perkembangan pada masa ini dapat berlangsung secara
terus menerus, khususnya dalam peningkatan sususan
saraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun): kecepatan
pertumbuhan pada masa ini mulai menurun dan terdapat
percepatan pada perkembangan motorik.
3) Masa usia prasekolah

15
Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan
masih terjadi peningkatan pertumbuhan dan
perkembangan, khususnya pada aktivitas fisik dan
kemampuan kognitif. Menurut teori Erikson (dalam
Nursalam, 2005), pada usia prasekolah anak berada pada
fase inisiatif vs rasa bersalah (initiative vs guilty). Pada
masa ini, rasa ingin tahu (courius) dan adanya imajinasi
anak berkembang, sehingga anak banyak bertanya
mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak
diketahuinya. Apabila orang tua mematikan inisiatifnya
maka hal tersebut membuat anak merasa bersalah.
Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak berada
pada fase phalik, dimana anak mulai mengenal perbedaan
jenis kelamin perempuan dan lakilaki. Anak juga akan
mengidentifikasi figur atau perilaku kedua orang tuanya
sehingga kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang
dewasa disekitarnya. Pada masa usia prasekolah anak
mengalami proses perubahan dalam pola makan dimana
pada umunya anak mengalami kesulitan untuk makan.
Proses eliminasi pada anak sudah menunjukkan proses
kemandirian dan perkembangan kognitif sudah mulai
menunjukkan perkembangan, anak sudah mempersiapkan
diri untuk memasuki sekolah (Hidayat, 2008).
4) Masa sekolah
Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam
kemampuan fisik dan kognitif dibandingkan dengan masa
usia prasekolah.
5) Masa remaja
Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada
perempuan dan laki-laki. Pada umumnya wanita 2 tahun
lebih cepat untuk masuk ke dalam tahap remaja/pubertas

16
dibandingkan dengan anak laki-laki dan perkembangan ini
ditunjukkan pada perkembangan pubertas.
3. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
menurut Adriana, 2013 adalah
a. Faktor internal Berikut ini adalah faktor-faktor internal yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak, yaitu
1) Ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak
memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau
sebaliknya.
2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh
tinggi, pendek, gemuk, atau kurus.
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa
prenatal, tahun pertama kehidupan, dan pada masa remaja.
4) Jenis kelamin Fungsi reproduksi pada anak perempuan
berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Akan tetapi
setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-
laki akan lebih cepat.
5) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu
potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada
beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh
kembang anak, contohnya seperti kerdil.
6) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma
Turner’s.

17
7) Faktor eksternal Berikut ini adalah faktor-faktor eksternal
yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
a) Faktor prenatal
(1) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir
kehamilan akan memengaruhi pertumbuhan
janin.
(2) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan
kelainan kongenital seperti club foot.
(3) Toksin/zat
kimia Beberapa obat-obatan seperti
Aminopterin atau Thalidomid dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti
palatoskisis.
(4) Endokrin
Diabetes mellitus dapat menyebabkan
makrosomia, kardiomegali, dan hyperplasia
adrenal.
(5) Radiasi
Paparan radiasi dan sinar Rontgen dapat
mengakibatkan kelainan pada janin seperti
mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan
deformitas anggota gerak, kelainan kongenital
mata, serta kelainan jantung.
(6) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh
TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegali
virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan
kelainan pada janin seperti katarak, bisu tuli,

18
mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan
jantung kongenital.
(7) Kelainan imunologi
Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar
perbedaan golongan darah antara janin dan ibu
sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel
darah merah janin, kemudian melalui plasenta
masuk ke dalam peredaran darah janin dan
akan menyebabkan hemolysis yang
selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia
dan kerniktus yang akan menyebabkan
kerusakan jaringan otak.
(8) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh
gangguan fungsi plasenta menyebabkan
pertumbuhan terganggu.
(9) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan serta
perlakuan
salah atau kekerasan mental pada ibu hamil
dan lain-lain
b) Faktor persalinan Komplikasi persalinan pada bayi
seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan
kerusakan jaringan otak
c) Faktor pasca persalinan
(1) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat
makanan yang adekuat.
(2) Penyakit kronis atau kelainan kongenital

19
Tuberculosis, anemia, dan kelainan jantung
bawaan mengakibatkan retardasi
pertumbuhan jasmani.
(3) Lingkungan fisik dan kimia
Lingkungan yang sering disebut melieu
adalah tempat anak tersebut hidup berfungsi
sebagai penyedia kebutuhan dasar anak
(provider). Sanitasi lingkungan yang kurang
baik, kurangnya sinar matahari, paparan
sinar radioaktif dan zat kimia tertentu (Pb,
Merkuri, rokok, dan lain-lain) mempunyai
dampak yang negatif terhadap pertumbuhan
anak.
(4) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya.
Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh
orang tuanya atau anak yang selalu merasa
tertekan, akan mengalami hambatan di
dalam pertumbuhan dan perkembangan.
(5) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit
hipotiroid, akan menyebabkan anak
mengalami hambatan pertumbuhan.
(6) Sosioekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan
kekurangan makanan serta kesehatan
lingkungan yang jelek dan tidaktahuan, hal
tesebut menghambat pertumbuhan anak.
(7) Lingkungan pengasuhan

20
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-
anak sangat memengaruhi tumbuh kembang
anak.
(8) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau
stimulasi, khususnya dalam keluarga,
misalnya penyediaan mainan, sosialisasi
anak, serta keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap kegiatan anak.
(9) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka panjang
akan menghambat pertumbuhan, demikian
halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan
terhambatnya produksi hormon
pertumbuhan.

J. MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan yang muncul
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
yang berlebihan (Wong, 2009).
a. Definisi
Penurunan cairan intravaskular, intertisial, dan/intraseluler,
kehilangan cairan tanpa perubahan pada natrium
b. Batasan karakteristik
1) Kelemahan
2) Haus
3) Penurunan turgor kulit/lidah
4) Membran mukosa/kulit kering
5)  Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah,
penurunan volume/tekanan nadi

21
6)  Pengisian vena menurun
7)  Perubahan status mental
8)  Konsentrasi urine meningkat
9) Temperatur tubuh meningkat
10) Hematokrit meninggi
11) Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada third
spacing)
c. Faktor yang berhubungan
1) Kehilangan volume cairan secara aktif
2) Kegagalan mekanisme pengaturan

2. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, proses penyakit


a. Definisi
Meningkatanya suhu tubuh di atas rentang normal tubuh
b. Batasan karakteristik
1) Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal
2) Serangan atau konvulsi (kejang)
3) Kulit kemerahan
4) Pertambahan RR
5) Takikardi
6) Saat disentuh tangan terasa hangat
c. Faktor yang berhubungan dengan
1) penyakit/ trauma
2)  peningkatan metabolisme
3) aktivitas yang berlebih
4) pengaruh medikasi/anastes
5) ketidakmampuan/penurunan kemampuan untuk
berkeringat
6) terpapar dilingkungan panas
7) dehidrasi
8) pakaian yang tidak tepat

22
3. Resiko ganguan integritas kulit b.d iritasi karena defekasi yang sering
dan feses yang cair.
a. Definisi
Perubahan pada epidermis dan dermis
b. Batasan karakteristik
1) Gangguan pada bagian tubuh
2)  Kerusakan lapisa kulit (dermis)
3) Gangguan permukaan kulit (epidermis)
c. Faktor yang berhubungan
1) Eksternal :
a) Hipertermia atau hipotermia
b)  Substansi kimia
c)  Kelembaban udara
d) Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat
menimbulkan luka, tekanan, restraint)
e) Immobilitas fisik
f) Radiasi
g) Usia yang ekstrim
h) Kelembaban kulit
i) Obat-obatan
2) Internal :
a) Perubahan status metabolik
b) Tulang menonjol
c) Defisit imunologi
d) Faktor yang berhubungan dengan
perkembangan
e) Perubahan sensasi
f) Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan)
g) Perubahan status cairan
h) Perubahan pigmentasi

23
i) Perubahan sirkulasi
j) Perubahan turgor (elastisitas kulit)

Perencanaan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
yang berlebihan
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan Kriteria hasil
1. Fluid balance 1. Mempertahankan urine
(keseimbangan cairan) output sesuai dengan usia
2. Hydration (hidrasi) dan BB, BJ urine normal,
3. Nutritional Status : HT normal
Food and Fluid Intake 2. Tekanan darah, nadi,
(status nutrisi : asupan suhu tubuh dalam batas
makanan dan cairan) normal
3. Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas
turgor kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan

b. Intervensi keperawatan dan rasional


Intervensi keperawatan Rasional
1. Timbang 1. Mengetahui output
popok/pembalut jika cairan
diperlukan 2. Perubahan tanda vital
2. Monitor vital sign dapat menggabarkan
keadaan umum klien
3. Monitor masukan
3. Memberi pedoman
makanan / cairan dan
untuk menggantikan
hitung intake kalori
cairan
harian
4. Keluarga sebagai
4. Dorong keluarga untuk pendorong

24
membantu pasien pemenuhan
makan kebutuhan cairan
klien

4. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, proses penyakit


a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan Kriteria hasil
termoregulasi 1. Suhu tubuh dalam
rentang normal
2. Nadi dan RR dalam
rentang normal
3. Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak ada
pusing, merasa nyaman

b. Intervensi keperawatan dan rasional


Intervensi keperawatan Rasional
1. Monitor suhu 1. Menegtahui apabila
sesering mungkin terjadi perubahan suhu

2. Monitor tanda-tanda 2. Memberikan gambaran

vital umum tentang keadaan


klien
3. Monitor penurunan
3. Menentukan intervensi
tingkat kesadaran
selanjutnya untuk
4. Anjurkan pasien
mencegah komplikasi
untuk membatasi
lebih lanjut
aktivitas klien
4. Untuk mempercepat
proses penyembuhan

5. Resiko ganguan integritas kulit b.d iritasi karena defekasi yang sering
dan feses yang cair
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan Kriteria hasil

25
Integritas jaringan: kulit 1. Integritas kulit yang baik
dan membran mukosa bisa dipertahankan
2. Melaporkan adanya
gangguan sensasi atau nyeri
pada daerah kulit yang
mengalami gangguan
3. Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya sedera berulang
4. Mampumelindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

b. Intervensi keperawatan dan rasional


Intervensi keperawatan Rasional
1. Kaji daerah perianal 1. Untuk mengetahui
2. Anjurkan pada keluarga kerusakan jaringan
untuk selalu anus
membersihkan dan 2. Menjaga agar daerah
mengeringkan daerah anus tidak lembab
anus setiap kali BAB 3. Menguragi iritasi
3. Berikan salep pada pada daerah parianal
daerah anus setelah
dibersihkan

DAFTAR PUSTAKA

26
Arini, Estanti. (2012).”STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN VOLUME CAIRAN PADA An. F
DENGAN GASTROENTRITIS AKUT DI RUANG MELATI RSUD
KARANG ANYAR”, https://www.scribd.com/doc/245047466/D-askep-
gastroenteritis-pada-anak-pdf, 5 Mei 2020, 17.00 WITA

Mahardika, Winda. (2013).”ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A


DENGAN GANGGUAN GASTROENTRITIS AKUT DI RUANG
ANGGREK BOUGENVIL RSUD PANDAN ARANG”.
http://eprints.ums.ac.id/25518/13/NASKAH_PUBLIKASI_.pdf, 5 Mei
2020, 00.24 WITA

Patama, Andi. (2011).“Kumpulan NANDA NIC NOC”.


https://www.academia.edu/9927314/Kumpulan_NANDA_NIC_NOC, 6 Mei,
02.00 WITA

Supriyadi, Hafid.(2013).“ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. DENGAN


GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DIARE AKUT DEHIDRASI
SEDANG DI RUANG MELATI 2 DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH Dr. MOEWARDI”. https://www.google.co.id/url?
q=http://eprints.ums.ac.id/25518/13/NASKAH_PUBLIKASI_.pdf&sa=
U&ved=2ahUKEwjR0-
qh0KLpAhVGxzgGHaJ7Bv4QFjADegQIChAB&usg=AOvVaw1Scuf_
eN1PsjFTP0Ix4x1M, 6 Mei 2020, 19.15 WITA

Iqbal, Mochamad.(2013).”BAB II TINJAUN PUSTAKA”.


https://www.google.co.id/url?
q=http://repository.ump.ac.id/2398/3/MOCHAMAD%2520IQBAL

27
%2520P%252C%2520BAB
%2520II.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwiv2sXM0qLpAhWO63MBHXGz
DWcQFjABegQIBxAB&usg=AOvVaw2AB_FO2QANbw7gJdmOlkR
q, 5 Mei 2020, 19.00 WITA

Wedayanti, Desak.(2017).”PBL GASTROENTRITIS AKUT”.


https://www.google.co.id/url?
q=http://eprints.ums.ac.id/25518/13/NASKAH_PUBLIKASI_.pdf&sa=
U&ved=2ahUKEwjR0-
qh0KLpAhVGxzgGHaJ7Bv4QFjADegQIChAB&usg=AOvVaw1Scuf_
eN1PsjFTP0Ix4x1M, 6 Mei 2020, 20.21 WITA

28

Anda mungkin juga menyukai