Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian

Gastritis merupakan peradangan atau pendarahan mukosa

lambung yang bersifat akut, kronik difus, atau lokal. Dua jenis gastritis

yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atropik

kronis (Hardi & Huda Amin, 2015).

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa

lambung, peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa

lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi

penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan, pelepasan

epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung

(Sukarmin,2013).

Penyakit gastritis atau sering dikenal sebagai penyakit maag

merupakan penyakit yang sangat mengganggu. Biasanya penyakit

gastritis terjadi pada orang- orang yang mempunyai pola makan yang

tidak teratur dan memakan makanan yang merangsang produksi asam

lambung. Beberapa infeksi mikroorganisme juga dapat menyebabkan

terjadinya gastritis. Gejala-gejala sakit gastritis selain nyeri ulu hati juga

menimbulkan gejala seperti mual, muntah, lemas, kembung, terasa

sesak, nafsu makan menurun, wajah pucat, suhu badan naik, keluar

9
10

keringat dingin, pusing, selalu bersendawa dan pada kondisi yang lebih

parah, bisa muntah darah (Wijayanto dalam Syamsu, 2017).Dari

definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah suatu

peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan

oleh faktor iritasi, infeksi dan ketidakteraturan dalam pola makan

misalnya makan terlalu banyak, cepat, telat makan. Makan-makanan

yang terlalu banyak bumbu dan pedas. Hal tersebut dapat menyebabkan

terjadinya gastritis.

2.1.2 Etiologi

Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus

atau parasit lainnya juga dapat menyebabkan gastritis. Contributor

gastritis akut adalah meminum alkohol secara berlebihan, infeksi dari

kontaminasi makanan yang dimakan, dan penggunaan kokain.

Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID aspirin

dan ibuprofen (Dewit, Stromberg & Dallred, 2016).


11

Gambar 2.1

Sistem Pencernaan Tubuh Manusia

Sumber : Tedjho, 2009

2.1.3 Anatomi Fisiologi

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima

makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan

jalan proses pencernaan (penguyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan

enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus.

1. Fungsi Pencernaan

Fungsi pencernaan menurut Syaifuddin 2011, adalah:

Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan zat nutrien (zat

yang sudah dicerna), air dan garam berasal dari zat makanan untuk

didistribusikan ke sel-sel

melalui sistem sirkulasi. Zat makanan merupakan sumber energi bagi


12

tubuh seperti ATP yangdibutuhkan sel-sel untuk melaksanakan

tugasnya.

Susunan saluran pencernaan terdiri dari:

1. Oris (mulut)

a. Mulut atau oris adalah pemulaan saluran pencernaan yang terdiri

atas

2 bagian yaitu:

1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang antara gusi,

gigi,

2) bibir, dan pipi.

3) Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang

dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis,

di sebelah belakang bersambung dengan faring. Selaput lendir

mulut ditutupi, epitelium yang berlapis-lapis, dibawahnya terletak

kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini kaya

akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir syaraf

sensoris. Di sebelah luar mulur ditutupi oleh kulit dan di sebelah

dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikularisoris

menutupi bibir, levator anguli oris mengangkat dan depresor

anguli oris menekan ujung mulut.


13

b. Palatum terdiri atas 2 bagian yaitu :

1) Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk

palatum dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih kebelakang

terdiri dari 2 tulang palatum.

2) Palatummole (palatum lunak) terletak dibelakang yang merupakan

lipatan menggantung yang bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa

dan selaput lendir. Gerakannya dikendalikan oleh mukosa yang

mengandung papila, otot yang terdapat pada pipi adalah otot

buksinator. Didalam rongga mulut terdapat geligi kelenjar ludah

dan lidah.

c. Gigi ada dua macam yaitu :

1) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan,

lengkap pada umur 2½ tahun jumlahnya adalah 20 buah tersebut

juga gigi susu, terdiri dari: 8 buah gigi seri (dens insivusi), 4 buah

gigi taring (dens karinus) dan 8 buah gigi geraham (molare).

2) Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-12 tahun,

jumlahnya 32 buah terdiri dari: 8 buah gigi seri (dens insisivus) 4

buah gigi taring (denskarinus) 18 buah gigi geraham (molare, dan

12 buah gigi geraham peremolare).

- Fungsi gigi terdiri dari :

1. Gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring gunanya untuk

memutuskan makanan yang keras dan liat.


14

2. Gigi geraham gunanya untuk mengunyah makanan yang sudah

dipotong-potong.

d. Lidah

Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput

lendir, kerja otot ini dapat digerakkan ke seluruh arah. Lidah dibagi

atas tiga bagian, radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua

(punggung lidah), dan apeks lingua (ujung lidah). Pada pangkal lidah

yang belakang tedapat terdapat epiglotis, yang berfungsi untuk

menutup jalan nafas pada waktu kita menelan makanan, supaya

makanan jangan masuk ke jalan nafas.

- Fungsi lidah yaitu :

1. Mengaduk makanan.

2. Membentuk suara, sebagai alat pengecap dan menelan, serta

merasakan makanan.

Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang

bernama duktus wartoni dan duktus stensoni.

Kelenjar ludah ini ada yakni yaitu:

1) Kelenjar ludah yang bawah rahang (kelenjar submaksilaris), yang

terdapat di bawah tulang rahang atas pada bagian tengah.

2) Kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang terdapat di

sebelah depan di bawah lidah.

1. Faring (tekak)
15

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan

kerongkongan (esofagus). Didalam lengkung faring terdapat tonsil

(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limpe yang banyak mengandung

limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.

2. Esofagus (kerongkongan)

Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak

lambung, panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk

kardiak di bawah lambung. Lapisan dari dalam ke luar: lapisan selaput

lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler,

dan lapisan otot memanjang longitudinal. Esofagus terletak di

belakang trakea dan didepan tilang punggung, setelah melalui toraks

menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan

lambung.

3. Ventrikulus (lambung)

Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat

mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung

terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus

melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diafragma di depan

pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.

Bagian lambung terdiri dari:

1. Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak disebelah

kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.


16

2. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada

bagian bawah kurvatura minor.

3. Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot

yang tebal membentuk sfingter pilorus.

4. Kurvatura minor, tedapat di sebelah kanan lambung, terbentang dari

osteum kardiak sampai ke pilorus.

5. Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang

dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus ventrikuli menuju ke

kanan sampai ke pilorus inferior. Ligamentum gastrolienalis

terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa.

6. Osteum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen

masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.

- Fungsi lambung meliputi:

1. Menampung makanan.

2. Menghancurkan dan

3. Mengahaluskan makanan oleh peristaltik lambung

dan getah lambung.

Getah cerna lambung dihasilkan:

1. Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino

(albumin dan pepton).

2. Agar garam (HCL), fungsinya mengasamkan makanan sebagai

antiseptik dan disenfektan, dan membuat suasana asam pada

pepsinogen sehingga menjadi pepsin.


17

3. Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan

membentuk kasein dari karsinogen (karsinogen dan protein susu).

Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam

lemak yang merangsang sekresi getah lambung.

4. Usus Halus

Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem

pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada

pada sekum panjangnya 6 m, merupakan saluran paling panjang

tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri

dari lapisan usus halus (lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot

melingkar (M. Sirkuler), lapisan otot memanjang (M. Longitudinal),

lapisan serosa (sebelah luar) dan usus halus terbagi menjadi 3 bagian

yaitu:

1. Duodenum

Duodenum disebut juga usus 1 jari, panjangnya ±25 cm,

berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini

terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum ini terdapat selaput

lendir, yang berbukit disebut papila vateri. Pada bagian papila vateri

ini bermuara saluran empedu (duktus koledokus) dan saluran pankreas

(duktus wirsung/duktus pankreatikus). Emepedu dibuat di hati untuk

dikeluarkan ke duodenum melalui duktus koledokus yang fungsinya

mengemulsikan lemak, dengan bantuan lipase. Pankreas juga

menghasilkan amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi


18

di sakarida, dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam

amino atau albumin dan polipeptida. Dinding duodenum mempunyai

lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini

disebut kelenjarkelenjar brunner, berfungsi untuk memproduksi getah

intestinum.

2. Jejenum dan ileum

Jejenum dan ilium mempunyai panjang sekitar 6 meter.Dua perlima

bagian atas adalah (jejenum) dengan panjang ±23 meter dan ilium

panjang 4-5 m. Lekukan jejenum dan ilium melekat pada dinding

abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang

berbentuk kipas kenal sebagai mesenterium. Akar mesentrium

memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena

mesentrika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2

lapisan peritonium yang membentuk mesentrium. Sambungan antara

jejenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah

ileum berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang yang

bernama orifisium ileosekalis.

- Fungsi usus adalah :

1. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap

melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.

2. Menyerap protein dalam bentuk asam amino, karbohidrat diserap

dalam bentuk monosakarida

3. Intestinum mayor (usus besar)


19

4. Usus besar adalah intestinum mayor panjangnya ±1/2 m, lebarnya

adalah 5-6 cm, lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar: selaput

lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat.

- Fungsi usus besar :

1.Menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat

feses.

Usus besar terbagi dari beberapa bagian yaitu:

1. Sekum

Di bawah sekum mendapat apendiks vermiformis yang berbentuk

seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm.

Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum mudah bergerak walaupun

tidak mempunyai mesentrium dan dapat diraba melalui dinding

abdomen pada orang yang masih hidup.

2. Kolon asendens

Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan,

membujur ke atas dari ileum di bawah hati. Di bawah hati

melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatika,

dilanjutkan sebagai kolon tranversum.

3. Kolon transversum

Panjangnya ±38 cm, membujur dari ujung kolon asendens sampai ke

kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat

fleksura hepatikadan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.

4. Kolon desendens
20

Panjangnya ±25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri

membujur dari atas ke bawah dan fleksura lenalis sampai ke depan

ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.

5. Kolon sigmoid

Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak

miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai

hurup S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.

6. Rektum

Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan

intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di

depan os sakrum dan os koksigis.

7. Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan

rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis,

dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter.

1. Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut

kehendak.

2. Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.

3. Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.

(Syaifuddin, 2011:507)
21

2.1.4 Patofisiologi

Gastritis disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan

dan alkohol, makanan yang pedas, asam maupun panas. Pada yang

mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (nervus

vagus) yang meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung.

Adanya HCl di dalam lambung dapat menimbulkan rasa mual, muntah, dan

anorekia. Zatkimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan

sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus. Sedangkan

mukus berfungsi untuk melindungi mukosa lambung agar tidak ikut

tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus

bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster.Lapisan mukosa gaster

terdapat sel yang memproduksi HCl di daerah fundus dan pembuluh darah.

Vasodilatasi mukosagaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat.

Anoreksia juga dapatmenyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri disebabkan karena

kontak HCl dengan mukosa gaster (Sya’diyah 2018 : 271 )

2.1.5 Manifestasi Klinis

Gastritis yang dirasakan bisa berupa perut kembung, cegukan ,mual,

nyeri terasa dibagian ulu hati, muntah, hilang nafsu makan, cepat merasa

kenyang saat makan dan muntah darah.

Adapun sebagainya yaitu :


22

1. Gastritis Akut yaitu Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium,

perdarahan saluran cerna pada hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu

anemia.

2. Gastritis Kronik, Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya

sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati anorexia, nausea, dan keluhan

anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan (Guyton, 2014).

2.1.6 Penatalaksanaan

1. Pengobatan pada gastritis meliputi:

a) Antikoagulan : Bila ada pendarahan pada lambung

b) Antasida : Pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan

intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala

mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan

istirahat.

c) Histonin : Ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan

asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.

d) Sulcralfate : Diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara

menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang

menyebabkan iritasi (Ikatan Apoteker Indonesia, 2011)

e) Pembedahan : Untuk mengangkat gangrene dan perforasi,

Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pylorus.

2. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:

Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari

alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan
23

melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan

perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka

penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk

hemoragik saluran gastrointestinal atas.

Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau

alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen

penyebab.

a) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (misal: alumunium

hidroksida) untuk menetralisasi asam atau alkali, digunakan jus lemon encer

atau cuka encer.

b). Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya

perforasi.

3. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi :

a) Mengurangi stress

b) Diet

Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada

interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agar-

agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan kemudian

makanan-makanan berikutnya ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan

gastritis superficial yang kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga

harus menghindari makanan yang berbumbu banyak atau berminyak

(Guyton, 2014).
24

2.2 Tinjauan Kasus

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan

proses sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien

(Setiadi, 2012). Data tersebut berasal dari pasien (data primer), keluarga

(data sekunder), dan catatan yang ada (data tersier). Pengkajian

dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui

wawancara,observasi langsung,dan melihat catatan medis. Adapun data

yang diperlukan pada pasien gastritis yaitu sebagai berikut:

1. Data Dasar (Identitas Klien)

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku,bangsa,

agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan

diagnosa medis. Data dasar pada pasien dengan gastritis yaitu:

a) Umur : Menurut Wahyu dkk (2015) usia 26-36 tahun mempunyai

resiko lebih tinggi terkena gastritis.

b) Jenis Kelamin : Perempuan mempunyai resiko lebih tinggi daripada

laki-laki untuk kejadian gastritis (Wahyu, dkk, 2015).

c) Alamat, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tanggal

pengkajian, diagnosa medis (Sukarmin, 2012).

2. Keluhan Utama

Keluhan utama ditulis secara singkat dan jelas. Keluhan utama

merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan pelayanan


25

kesehatan, keluhan utama adalah alasan klien masuk klinik . Pada

pasien gastritis, dating dengan keluhan mual, nyeri epigastrum.

Munculnya keluhan diakibatkan iritasi mukosa lambung dan

menyebabkan keluhan-keluhan lain menyertai (Sukarmin, 2013).

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang merupakan penjelasan dari permulaan klien

merasakan keluhan sampai dengan dibawa ke rumah sakit. Pada

gastritis, pasien mengeluh tidak dapat makan, mual dan muntah.

Terjadinya gejala mual-muntah sebelum makan dan sesudah makan,

setelah mencerna makanan pedas, obat-obatan tertentu atau alkohol.

Gejala yang berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan minum

terlalu banyak atau makan terlalu cepat. Gejala yang dirasakan

berkurang atau hilang, terdapat muntah darah, terdapat nyeri tekan pada

abdomen.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dahulu merupakan penyakit yang diderita klien yang

berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin

dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat

ini. Pada beberapa keadaan apakah ada riwayat penyakit lambung

sebelumnya, pola makan tidak teratur atau pembedahan lambung

(Sukarmin, 2013).

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


26

Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan adanya

penyakit keturunan, kecenderungan, alergi dalam satu keluarga,

penyakit menular akibat kontak langsung maupun tidak langsung. Pada

pasien gastritis, dikaji adakah keluarga yang mengalami gejala serupa,

penyakit keluarga berkaitan erat dengan penyakit yang diderita pasien.

Apakah hal ini ada hubungannya dengan kebiasaan keluarga dengan

pola makan, misalnya minum-minuman yang panas, bumbu penyedap

terlalu banyak, perubahan pola kesehatan berlebihan, penggunaan obat-

obatan, alkohol, dan rokok (Sukarmin, 2013).

6. Riwayat Psikososial

Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi

masalah dan bagaiamana motivasi kesembuhan dan cara klien

menerima keadaannya (Sukarmin,2013).

7. Genogram

Genogram umunya dituliskan dalam tiga generasi sesaui dengan

kebutuhan.Bila klien adalah seorang nenek atau kakek, maka dibuat dua

generasi dibawah, bila klien adalah anak-anak maka dibuat generasi

keatas (Sukarmin, 2013).

8. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

a). Pola Nutris

Pola nutrisi dan metabolism yang ditanyakan adalah diet

khusus/suplemen yang dikonsumi dan instruksi diet sebelumnya, nafsu

makan atau minum serta cairan yang masuk, ada tidaknya mual-mual,
27

muntah, stomatitis, fluktuasi BB 6 bulan terakhir naik/turun, adanya

kesukaran menelan, penggunaan gigi palsu atau tidak, riwayat masalah

penyembuhan kulit, ada tidaknya ruam, kebutuhan zat gizinya, dan lain-

lain. Nafsu makan pada pasien gastritis cendrung menurun akibat mual

dan muntah, bisa juga karena terjadinya perdarahan saluran cerna.

b). Pola Eliminasi

Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi

perhari, ada tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuria, retensi,

inkontinensia, apakah kateter indwelling atau kateter eksternal, dan

lain-lain. Pada pasien dengan gastritis didapatkan mengalami susah

BAB, distensi abdonmen, diare, dan melena. Konstipasi juga dapat

terjadi (perubahan diet dan penggunaan antasida).

c). Pola Istirahat dan Tidur

Pengkajian pola istirahat tidur ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah

jam tidur pada malam hari, pagi, siang, apakah merasa tenang setelah

tidur, adakah masalah selama tidur, apakah terbangun dini hari,

insomnia atau mimpi buruk. Pada pasien dengan gastritis, adanya

keluhan tidak dapat beristirahat, sering terbangun pada malam hari

karena nyeri atau regurtisasi makanan.

d). Pola Aktivitas/Latihan

Pada pengumpulan data ini perlu ditanyakan kemampuan dalam menata

diri, apabila tingkat kemampuannya 0 berarti mandiri, 1 =

menggunakan alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang


28

dengan peralatan, 4 = ketergantungan/tidak mampu. Yang dimaksud

aktivitas sehari-hari antara lain seperti makan, mandi, berpakaian,

toileting, tingkat mobilitas ditempat tidur, berpindah, berjalan,

berbelanja, memasak, kekuatan otot, kemampuan ROM (Range of

Motion), dan lain-lain. Pada pasien gastritis biasanya mengalami

penurunan kekuatan otot ekstremitas, kelemahan karena asupan nutrisi

yang tidak adekuat meningkatkan resiko kebutuhan energi menurun.

e). Pola Kognisi-Perceptual

Pada pola ini ditanyakan keadaan mental, sukar bercinta, berorientasi

kacau mental, menyerang, tidak ada respon. cara bicara normal atau

tidak, bicara berputar-putar atau juga afasia, kemampuan komunikasi.

Kemampuan mengerti, penglihatan, adanya persepsi sensori (nyeri),

penciuman, dan lain-lain. Pada pasien gastritis biasanya mengalami

depresi dan intensitas nyeri tergantung pada penyebabnya (pada

gastritis akut dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada epigastrik dan

nyeri ulu hati).

f). Pola Toleransi-Koping Stress

Pada pengumpulan data ini ditanyakan adanya koping mekanisme yang

digunakan pada saat terjadinya masalah atau kebiasaan menggunakan

koping mekanisme serta tingkat toleransi stress yang pernah dimiliki.

Pada pasien gastritis, biasanya mengalami stress berat baik emosional

maupun fisik, emosi labil.

g). Pola Persepsi Diri/Konsep Koping


29

Pada persepsi ini yang ditanyakan adalah persepsi tentang dirinya dari

masalah yang ada seperti perasaan kecemasan, ketakutan, atau penilaian

terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri, gambaran diri,

dan identitas tentang dirinya. Pada pasien gastritis. biasanya pasien

mengalami kecemasan dikarenakan nyeri, mual, dan muntah.

h). Pola Seksual Reproduksi

Pada pengumpulan data tentang seksual dan reproduksi ini dapat

ditanyakan periode menstruasi terakhir, masalah menstruasi, masalah

pap smear, pemeriksaan payudara/testis sendiri tiap bulan dan masalah

seksual yang berhubungan dengan penyakit

i). Pola Hubungan dan Peran

Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah pekerjaan, status pekerjaan,

kemampuan bekerja, hubungan dengan klien atau keluarga dan

gangguan terhadap peran yang dilakukan. Pada pasien gastritis,

biasanya tegang, gelisah, cemas, mudah tersinggung, namun bila bisa

menyesuaikan tidak akan menjadi masalah dalam hubungannya dengan

anggota keluarga.

j). Pola Nilai dan Keyakinan

Yang perlu ditanyakan adalah pantangan dalam agama selama sakit

serta kebutuhan adanya rohaniawan dan lain-lain. Pada pasien gastritis,

tergantung pada kebiasaan, ajaran, dan aturan dari agama yang

dianutnya.

9. Pemeriksaan Fisik
30

Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung

kaki dengan menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi,

dan auskultasi. Menurut Doengoes (2014), data dasar pengkajian pasien

gastritis meliputi :

a. Keadaan Umum

1). Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah mengalami hipotensi (termasuk postural).

b.Takikardia,disritmia(hipovolemia/hipoksemia, kelemahan/nadi perifer

lemah.

c. Pengisian kapiler lambat/perlahan (vesokonstriksi).

d. Pada respirasi tidak mengalami gangguan.

2). Kesadaran

Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentak dari cendrung tidur,

disorientasi/bingung, sampai koma (tergantung pada volume

sirkulasi/oksigensi).

b. Pemeriksaan Fisik Head to Toe

1) Kepala dan Muka

Wajah pucat dan sayu (kekurangan nutrisi), wajah berkerut (Sukarmin,

2013).

2) Mata

Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis (penurunan oksigen ke

jaringan), konjungtiva pucat dan kering (Sukarmin, 2013).

3) Mulut dan Faring


31

Mukosa bibir kering (penurunan cairan intrasel mukosa), bibir pecah-

pecah, lidah kotor, bau mulut tidak sedap (penurunan hidrasi bibir dan

personal hygiene) (Sukarmin,2013).

4) Abdomen

a. Inspeksi : Keadaan klien: warna, elastisitas, kering, lembab, besar

dan bentuk abdomen rata atau menonjol. Jika pasien melipat lutut

sampai dada sering merubah posisi, menandakan pasien nyeri.

b. Auskultasi : Distensi bunyi usus sering hiperaktif selama perdarahan,

dan hipoaktif setelah perdarahan.

c. Perkusi : Pada penderita gastritis suara abdomen yang ditemukan

hypertimpani (bising usus meningkat).

d. Palpasi : Pada pasien gastritis dinding abdomen tegang. Terdapat

nyeri tekan pada region epigastik (terjadi karena distruksi asam

lambung) (Doengoes, 2014).

5) Integumen

Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah),

kelemahan kulit/membran mukosa berkeringan (menunjukkan status

syok, nyeri akut, respon psikologik) (Doengoes, 2014).

2.2.2 Diagnosa yang mungkin muncul

a. Resiko tinggi gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat.
32

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual.

c. Nyeri berhubungan dengan peningkatan asam lambung.

d. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

e. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan rasa nyaman

(NANDA, 2022)

2.2.3 Perencanaan

a. Diagnosa Keperawatan 1 : Resiko tinggi gangguan keseimbangan volume

cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat.

1) Tujuan :

Resiko gangguan keseimbangan cairan tidak terjadi.

2) Kriteria Hasil :

a. Membran mukosa lembab

b. Turgor kulit baik, elektrolit kembali normal

c. Pengisian kapiler berwarna merah muda

d. Tanda vital stabil

e. Input dan output seimbang.

3) Intervensi :

a. Kaji tanda dan gejala dehidrasi

b. Observasi TTV

c. Ukur intake dan out anjurkan klien untuk minum ± 1500-2500ml,

d. Observasi kulit dan membran mukosa


33

e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus.

b. Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.

1) Tujuan

Nafsu makan klien kembali normal

2) Kriteria Hasil :

a. Porsi makan bertambah

b. BB kembali normal

c. Klien tampak segar

3) Intervensi :

a. Hidangkan makanan dalam keadaan hangat

b. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering

c. Berikan obat anti mual

d. Kaji makanan kesukaan klien

c. Diagnosa Keperawatan 3 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan asam

lambung.

1) Tujuan :

Peningkatan asam lambung dapat diatasi

2) Kriteria Hasil :

a. Klien tampak tidak meringis menahan kesakitan

b. Skala nyeri berkurang

3) Intervensi :

a. Obs. TTV
34

b. Berikan terapi sesuai advis dokter

c. Anjurkan klien untuk sementara tidak memakan makanan yang asam dan

pedas

d. Kaji skala nyeri

d. Diagnosa Keperawatan 4 : Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan

kelemahan fisik.

1) Tujuan :

Keterbatasan aktifitas teratasi.

2) Kriteria Hasil :

a. Klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.

3) Intervensi :

a. Tingkatkan tirah baring atau duduk

b. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman

c. Batasi pengunjung

d. Dorong penggunaan tekhnik relaksasi

e. Kaji nyeri tekan pada gaster

f. Berikan obat sesuai dengan indikasi.

e. Diagnosa Keperawatan 5 : Gangguan pola istirahat tidur berhubungan

dengan rasa nyaman.

1) Tujuan :

Gangguan rasa nyaman klien dapat teratasi

2) Kriteria Hasil :

a. Klien bisa tidur dengan nyenyak


35

b. Klien tampak segar

3) Intervensi :

a. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

b. Atur posisi tidur klien

c. Kurangi pencahayaan

d. Batasi pengunjung (NANDA,2022)

2.2.4 Implementasi

Segala tindakan yang diberikan tidak ada gangguan atau hambatan

walaupun ada hambatan perawat dan penulis dapat bekerja sama dalam

mengatasi hambatan tersebut sehingga tindakan ini dapat dilakukan secara

baik kepada klien.

2.2.5 Evaluasi

Tahap ini dilakukan dengan mengacu kapada semua tindakan

keperawatan yang telah diberikan kepada klien, walaupun hasilnya belum

teratasi secara keseluruhan. Evaluasi juga mengacu pada ketebatasan

waktu ,sarana dan prasarana saat memberikan tindakan keperawatan, oleh

karena itu perawat dan penulis bekerja sama dengan pihak lain dalam

pemberian asuhan keperawatan kepada klien demi tercapainya tujuan dan

kriteria hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai