Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

V DENGAN GANGGUAN
TERMOREGULASI: THYPOID
“Diajukan untuk melengkapi tugas Keperawatan Anak”

DI SUSUN OLEH:

NOVY SUSANTY, S.Tr.Kep


NIM. 891232020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES YARSI PONTIANAK
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan ini disusun oleh:


Nama : Novy Susanty, S.Tr.Kep
NIM : 891232020
Judul : Laporan Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Termoregulasi:
Thypoid

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:


Hari :
Tanggal :

Singkawang 17 Januari 2024

PEMBIMBING AKADEMIK MAHASISWA

Ns. Lintang Sari, M.Kep NOVY SUSANTY, S.Tr.Kep


NIM. 891232020
LAPORAN PENDAHULUAN
TYPHOID FEVER

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan


1. Definisi
Sistem pencernaan merupakan serangkaian jaringan organ yang
memiliki fungsi untuk mencerna makanan. Makanan-makanan tersebut
akan diproses secara mekanik ataupun secara kimia. Pencernaan secara
mekanik, yaitu pencernaan yang terjadi di dalam lambung yangmelibatkan
gerakan fisik dalam tubuh. Tujuan pencernaan ini adalahuntuk mengubah
ukuran molekul makanan menjadi bentuk lebih kecil atau halus.
Sedangkan pencernaan secara kimia, yaitu pencernaan yang melibatkan
enzim (Sherwood, 2014).
Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima
makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh
dengan jalan proses pencernaan (penguyahan, penelanan dan
pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut
(oris) sampai anus (Syaifuddin, 2012).
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan zat nutrien
(zat yang sudah dicerna), air dan garam yang berasal dari zat makanan
untuk didistribusikan ke sel-sel melalui sistem sirkulasi. Zat makanan
merupakan sumber energi bagi tubuh, seperti ATP (adenosine triphospate)
yang dibutuhkan sel-sel untuk melaksanakan tugasnya. Agar makanan
dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan, maka saluran
pencernaan harus mempunyai persediaan air, elektrolit dan zat makanan
yang terus menerus. Untuk itu dibutuhkan :
a. Pergerakkan makanan melalui saluran pencernaan.
b. Sekresi getah pencernaan.
c. Absorbsi hasil pencernaan, air dan elektrolit.
d. Sirkulasi darah melalui organ gastrointestinal yang membawa zat
yang diabsorbsi.
e. Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormon.
Gambar 1. Saluran Pencernaan Manusia
(Sumber : Syaifuddin, 2012)

2. Susunan Saluran Pencernaan


Menurut Syaifuddin (2012), susunan saluran pencernaan terdiri dari :
a. Mulut
Mulut atau oris adalah pemulaan saluran pencernaan yang terdiri
atas 2 bagian yaitu bagian luar yang sempit atau vestibula, yaitu ruang
antara gusi, gigi, bibir dan pipi. Bagian rongga mulut bagian dalam,
yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris,
palatum dan mandibularis, pada sebelah belakang bersambung dengan
faring.
Selaput lendir mulut ditutupi, epitelium yang berlapis-lapis,
dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan
lendir. Selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat
banyak ujung akhir syaraf sensoris. Pada bagian luar mulut ditutupi
oleh kulit dan bagian dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa).
Otot orbikularis oris menutupi bibir, levator anguli oris mengangkat
dan depresor anguli oris menekan ujung mulut.
b. Palatum
Palatum terdiri atas 2 bagian, yaitu palatum durum (palatum
keras) dan palatum mole (palatum lunak). Palatum durum tersusun
atas tajuk-tajuk palatum dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih
ke belakang terdiri dari 2 tulang palatum. Palatum mole terletak
dibagian belakang yang merupakan lipatan menggantung yang
bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.
Gerakannya dikendalikan oleh mukosa yang mengandung papila,
otot yang terdapat pada pipi adalah otot buksinator. Pada bagian dalam
rongga mulut terdapat geligi kelenjar ludah dan lidah.
c. Geligi
Terdapat dua macam geligi, yaitu :
1) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan,
lengkap pada umur 2,5 tahun, jumlahnya adalah 20 buah, terdiri
dari 8 buah gigi seri (dens insivusi), 4 buah gigi taring (dens
karinus) dan 8 buah gigi geraham (molare).
2) Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-12 tahun,
jumlahnya 32 buah, terdiri dari 8 buah gigi seri (dens insisivus)
4 buah gigi taring (dens karinus) 18 buah gigi geraham (molare),
dan 12 buah gigi geraham (premolare). Fungsi gigi terdiri dari
gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring gunanya untuk
memutuskan makanan yang keras dan liat dan gigi geraham
gunanya untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong-
potong.
d. Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,
kerja otot ini dapat digerakkan ke seluruh arah. Lidah dibagi atas tiga
bagian, yaitu radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung
lidah) dan apeks lingua (ujung lidah). Pada pangkal lidah bagian
belakang tedapat epiglotis, yang berfungsi untuk menutup
jalan nafas pada waktu kita menelan makanan, supaya makanan
jangan masuk ke jalan nafas.
Fungsi lidah adalah untuk mengaduk makanan, membentuk
suara, sebagai alat pengecap dan menelan, serta merasakan makanan.
Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang
bernama duktus wartoni dan duktus stensoni. Terdapat 2 buah kelenjar
ludah, yaitu :
1) Kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris), yang
terdapat di bawah tulang rahang atas pada bagian tengah.
2) Kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang terdapat
di sebelah depan di bawah lidah.
e. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut
dengan kerongkongan (esofagus). Pada bagian dalam lengkung faring
terdapat tonsil (amandel), yaitu kumpulan kelenjar limpe yangbanyak
mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
f. Esofagus
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak
lambung, panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk
kardiak di bawah lambung. Lapisan esofagus terdiri dari lapisan
selaput lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar
sirkuler dan lapisan otot memanjang longitudinal. Esofagus terletak di
belakang trakea dan di depan tulang punggung, setelah melalui toraks
menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambungdengan
lambung.
g. Lambung
Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat
mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung
terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus
melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diafragma di depan
pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri. Bagian
lambung terdiri dari:
1) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas, terletak di
sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
2) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada
bagian bawah kurvatura minor.
3) Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai
otot yang tebal membentuk sfingter pilorus.
4) Kurvatura minor, tedapat di sebelah kanan lambung, terbentang
dari osteum kardiak sampai ke pilorus.
5) Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang
dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus ventrikuli menuju
ke kanan sampai ke pilorus inferior. Ligamentum gastrolienalis
terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa.
6) Osteum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen
masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
h. Usus Halus
Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem
pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada
sekum, yang panjangnya 6 meter, merupakan saluran paling panjang
tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan, yang terdiri
dari lapisan usus halus (lapisan mukosa), lapisan otot melingkar
(sirkuler), lapisan otot memanjang (longitudinal), lapisan serosa.
Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
1) Duodenum
Duodenum disebut juga usus 1 jari, panjangnya ± 25 cm,
berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini
terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum ini terdapat
selaput lendir yang berbukit disebut papila vateri. Pada bagian
papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledokus) dan
saluran pankreas (duktus wirsung/duktus pankreatikus).
Emepedu dibuat di hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui
duktus koledokus yang fungsinya mengemulsikan lemak, dengan
bantuan lipase. Pankreas juga menghasilkan amilase yang
berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida dan tripsin
yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau
albumin dan polipeptida. Dinding duodenum mempunyai lapisan
mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut
kelenjar brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah
intestinum.
2) Jejenum
Jejenum (usus kosong) adalah bagian dari usus halus, diantara
usus dua belas jari (duodenum) dan juga usus penyerapan (ileum).
Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8
meter, 1-2 meter adalah bagian jejenum. Jejenum dan ileum
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan
dalam jejenum berupa membran mukus dan juga terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara
histologis dapat dibedakan dengan duodenum, yakni
berkurangnya kelenjar brunner. Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan ileum, yaitu sedikitnya selgoblet dan plak
peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan jejunum dan ileum secara
makroskopis.
3) Ileum
Ileum (usus penyerapan) adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ileum memiliki panjang sekitar
2-4 meter dan terletak setelah duodenum dan juga jejunum,
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12
dan juga garam-garam empedu.
i. Usus Besar
Usus besar (intestinum mayor) memiliki panjang ± 1,5 meter,
lebarnya adalah 5-6 cm, lapisan-lapisan usus besar dari selaput lendir,
lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat.Fungsi
usus besar adalah menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri
koli, tempat feses.
Usus besar terbagi dari beberapa bagian, yaitu :
1) Sekum
Pada bawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang
berbentuk seperti cacing (umbai cacing), memiliki panjang 6 cm.
Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum mudah bergerak walaupun
tidak mempunyai mesentrium dan dapat dirabamelalui dinding
abdomen.
2) Kolon Asendens
Panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan,
membujur ke atas dari ileum di bawah hati melengkung ke kiri.
Lengkungan ini disebut fleksura hepatika.
3) Kolon Transversum
Panjangnya ± 38 cm, membujur dari ujung kolon asendens
sampai ke kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah
kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura
lienalis.
4) Kolon Desendens
Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri
membujur dari atas ke bawah dari fleksura lenalis sampai ke
depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
5) Kolon sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak
miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai
hurup S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.
j. Rektum
Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan
usus besar dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan tulang
sakrum dan tulang koksigis.
k. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang
menghubungkan rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di
dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter.
1) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut
kehendak.
2) Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
3) Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut
kehendak.

B. Konsep Dasar Thypoid Fever


1. Definisi
Demam Thypoid atau Typhus Abdominalis adalah suatu penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala
demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan juga
gangguan kesadaran (Price & Wilson, 2015).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman Salmonella Typhi dan Salmonella Para Typhi A, B, C. Sinonim
dari penyakit ini adalah Typhoid dan juga Para Typhoid abdominalis
(Syaifullah, 2015).
Demam Typhoid merupakan penyakit infeksi sistemik bersifat akut
yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini ditandai oleh demam
berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur
endothelia/endokardial dan juga invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke
dalam sel fagosit monokular dari hati, limpa, kelenjar limfe, usus dan
peyer’s patch dan juga dapat menular pada orang lain melalui makanan/air
yang terkontaminasi (Nurarif & Kusuma, 2015).
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan
infeksi bakteri Salmonella Typhi. Organisme ini masuk melalui makanan
dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang
yang terinfeksi bakteri tersebut (Bruner & Suddarth, 2014).

2. Etiologi
Penyebab demam typhoid adalah Salmonella Typhi 90% dan
Salmonella Paratyphi (A, B dan C). Bakteri ini berbentuk batang, gram
negatif, mempunyai flagela dapat hidup dalam air, sampah dan debu.
Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 60º selama 15-20
menit. Akibat infeksi oleh Salmonella Typhi, tubuh membuat antibodi atau
aglutinin, yaitu :
a. Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan
antigen O (berasal dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan
antigen H (berasal dari flagel kuman).
c. Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena
rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan juga H yang


ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar
pasien menderita tifoid (Sudoyo, 2014).

3. Manifestasi Klinis
a. Masa inkubasi antara 5 - 40 hari dengan rata-rata 10 - 14 hari.
b. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama.
c. Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani
akan menyebabkan syok, stupor dan koma.
d. Ruam muncul pada hari ke 7 - 10 hari dan bertahan selama 2 - 3 hari.
e. Nyeri kepala, nyeri perut.
f. Kembung, mual muntah, diare, konstipasi.
g. Pusing, bradikardi, nyeri otot.
h. Batuk.
i. Epiktaksis.
j. Lidah yang berselaput.
k. Hepatomegali, splenomegali, meteorismus.
l. Gangguan mental berupa somnolen.
m. Delirium/psikosis.
n. Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda
sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia
(Nurarif & Kusuma, 2015).

Tabel 1
Periode Infeksi Demam Typhoid, Gejala dan Tanda

Minggu Keluhan Gejala Patologi


Minggu 1 Panas berlangsung Gangguan saluran Bakteremia
insidious, tipe panas cerna
step ladder yang
mencapai 39-40ºc,
menggigil, nyeri
kepala.

Minggu 2 Rash, nyeri perut, Rose sport, Vaskulitis,


diare/konstipasi, splenomegali, hiperplasi
delirium hepatomegali pada peyer’s
patches, nodul
typhoid pada
limpa dan hati
Minggu 3 Komplikasi : Melena, ilius, Ulserasi pada
Perdarahan saluran ketegangan payer’s patches,
cerna, perforasi dan abdomen, koma nodul tifoid pada
syok limpa dan hati

Minggu 4 Keluhan menurun, Tampak sakit berat, Kolelitiasis,


relaps, penurunan kakeksia carrier
berat badan kronik

Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015

4. Patofisiologi
Bakteri Salmonella Typhi bersama makanan atau minuman masuk
kedalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan
suasana asam (pH<2) banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti
aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor histamin
H2, inhibitor pompaproton dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis
infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Pada usus
halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan juga kemudian menginvasi
mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-
sel M, sel epitel khusus yang melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat
internalisasi Salmonella Typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus,
mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati
sirkulasi sistemik sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa.
Salmonella Typhi mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit
mononuklear di dalam folikel limfe, kelenjar limfe mesenterika, hati dan
limfe (Soedarmo, 2012).
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang
lamanya ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun
pejamu maka Salmonella Typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui
duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini
organisme dapat mencapai organ manapun, akan tetapi tempat yang
disukai oeh Salmonella Typhi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang,
kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi kandung
empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah/ penyebaran
retrograd dari empedu. Ekskresi organisme di empedu dapat menginvasi
ulang dinding usus dan dikeluarkan melalui tinja. Peran endotoksin dalam
patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut terbukti dengan tidak
terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan
limulus. Diduga endotoksin dari Salmonella Typhi menstimulasi makrofag
di dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus dan juga kelenjar limfe
mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat- zat lain. Produk dari
makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskular
yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada
darah dan juga menstimulasi sistem imunologik (Soedarmo, 2012).
5. Pathway
Bakteri Salmonella Typhi

Lolos dari asam Masuk ke saluran cerna


Dimusnahkan oleh
lambung melalui makanan /
lambung
minuman

Usus halus

Jaringan limfoid

Aliran darah

Seluruh tubuh Kelenjar limfoid usus


halus Masuk retikoloendotelia
Mengeluarkan
endotoksin Inflamasi usus halus Masuk hati dan limfa

Pelepasan mediator Ulkus di peyer’s patch Pembesaran hati dan limfa


inflamasi

Motilitas usus terganggu Nyeri perabaan


Peningkatan kuadran atas
suhu tubuh Sakit kepala

Nyeri Akut
Hipertermia Nyeri akut Konstipasi Diare

Kekurangan cairan dan


elektrolit
Otak

SSP
Dehidrasi

Merangsang pusat muntah


di medulla oblongata Defisit volume cairan
dan elektrolit
Mual - Muntah - Anorexia

Defisit Nutrisi

Gambar 2. Pathway Typhoid Fever


(Sumber : Soedarmo, 2012)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar
leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai
infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak
memerlukan penanganan khusus.
c. Pemeriksaan Uji Widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
bakteri Salmonella Typhi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan
adanya agglutinin dalam serum penderita demam tifoid. Akibat
adanya infeksi oleh Salmonella Typhi maka tubuh membuat antibodi
(agglutinin).
d. Kultur
1) Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama.
2) Kultur urine : bisa positif pada akhir minggu kedua.
3) Kultur feses : bisa positif dari minggu ke2 hingga minggu ke3.
e. Anti Salmonella Typhi igM.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi
akut Salmonella Typhi, karena antibodi igM muncul pada hari ke 3
dan 4 terjadinya demam (Nurarif & Kusuma, 2015).

7. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Antibiotik (Membunuh Kuman) :
a) Klorampenicol.
b) Amoxicillin.
c) Kotrimoxasol.
d) Ceftriaxon.
e) Cefixim.
2) Antipiretik (Menurunkan Panas) :
a) Paracetamol.
b. Keperawatan
1) Observasi dan pengobatan.
2) Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam
atau kurang lebih dari selam 14 hari. Maksud tirah baring adalah
untuk mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus.
3) Mobilisasi bertahap bila tidak demam, sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien.
4) Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya
harus diubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi pneumonia dan juga dekubitus.
5) Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-
kadang terjadi konstipasi dan diare.
6) Diet
a) Diet yang sesuai cukup kalori dan tinggi protein.
b) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu
nasi tim.
d) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari
demam selama 7 hari (Smeltzer & Bare, 2013).

8. Komplikasi
a. Pendarahan usus.
Jika perdarahan sedikit, dapat ditemukan jika dilakukan pemeriksaan
tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena
yang dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
b. Perforasi usus.
Timbul biasanya pada minggu ketiga setelahnya dan terjadi pada
bagian distal ileum.
c. Peritonitis.
Biasanya menyertai perforasi, tetapi dapat terjadi
tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut,
yaitu nyeri perut hebat, dinding abdomen tegang dan
nyeri tekan.
d. Komplikasi di luar usus.
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis,
yaitumeningitis, kolesistisis, ensefalopati, dan lain-
lain (Susilaningrum, 2013).

C. Konsep Asuhan Keperawatan Typhoid Fever


1. Pengkajian
a. Biodata klien dan penanggung jawab (nama, usia,
jenis kelamin,agama, alamat).
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Biasanya klien dirawat dirumah sakit dengan
keluhan sakit kepala, demam, nyeri dan juga
pusing.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh kepala terasa sakit,
demam,nyeri dan juga pusing, berat badan
berkurang, klien mengalami mual, muntah dan
anoreksia, klien merasa sakit diperut dan juga
diare, klien mengeluh nyeri otot.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayatpenyakit lain/pernah
menderita penyakit seperti ini sebelumnya
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya keluarga yan menderita penyakit yang sama
(penularan).

5) Riwayat Imunisasi
Kaji adanya keluarga yan menderita penyakit yang sama
(penularan).

a. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi


dari ujung rambut sampai ujung kaki. Meliputi :
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda–tanda vital.
2) Ukuran antropometri :
a) TB dan BB untukmenetukan status nutrisi
b) Lingkar kepala
c) Lingkar dada
d) Lingkar lengan atas (MAC) : Nilai normal Wanitausiasubur :
23,5 cm
e) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF) : Nilai normal wanita :
16,5-18 cm Pria : 12,5-16,5 cm
3) Pemeriksaan kepala
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala. Mengetahui kelainan yang
terdapat di kepala.Pada rambut ditemukan rambut kusam, kering,
pudar, kemerahan pecah atau patah- patah.
4) Pemeriksaan wajah
Pada pemeriksaan di wajah ditemukan wajah pucat, bibir kering,
pecah-pecah.
5) Pemeriksaan mata
Pada pemeriksaan mata ditemukan konjungtiva pucat,
6) Pemeriksaan mulut dan bibir
Pada pemeriksaan mulut dan bibir ditemukan bibir pecah- pecah,
bibir kering,
pada lidah. Pada gigi terdapat karies, nyeri dan kotor.
7) Sistem integument
Tidak ada tanda oedema
8) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
9) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis
10) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
11) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine
12) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi
badan, cepatlelah, lemah
13) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,
14) Data psikologis
Adanya perubahan sikap dan psikologis pasien selama sakit yang
dapat mempengaruhi pola makanan pasien selama di rumahsakit.
15) Data sosial
Status ekonomi atau sosial keluarga pasien dalam memilih dan membeli
makanan serta kemampuan keluarga pasien dalam pemenuhan kesehatan.
16) Data spritual
Kepercayaan yang diyakini dan dianut oleh pasien dan keluarga.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Pengkajian Umum
a) Tingkat kesadaran composmentis, apatis, somnolen, supor
dan koma.
b) Keadaan umum : sakit ringan, sedang, berat.
c) Tanda-tanda vital
2) Pengkajian Sistem Tubuh
a) Pemeriksaan kulit dan rambut
Kaji nilai warna, turgortekstur dari kulit dan rambut pasien.
b) Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan mulai dari kepala, mata, hidung, telinga, mulut
dan leher. Kaji kesimetrisan, edema, lesi maupun gangguan
pada indera.
c) Pemeriksaan dada
 Paru-paru
Inspeksi : Kesimetrisan, gerak napas. Palpasi
: Kesimetrisan taktil fremitus.
Perkusi : Suara paru (pekak, redup, sonor, hipersonor,
timpani).
Auskultasi : Suara paru.
 Jantung
Inspeksi : Amati iktus cordis.
Palpalsi : Raba letak iktus cordis.
Perkusi : Batas-batas jantung.
Auskultasi : Bunyi jantung.
d) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen.
Palpasi : Hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri
tekan.
Perkusi : Suara peristaltik usus.
Auskultasi : Frekuensi bising usus.
e) Pemeriksaan ekstremitas
Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya
alat bantu.
d. Riwayat Imunisasi
Riwayat mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
e. Riwayat Sosial
Bagaimana klien berhubungan dengan orang lain.
f. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat sejahtera yang
dirasakan, pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan
dengan sehat, pengetahuan tentang praktik kesehatan preventif,
ketaatan pada ketentuan media dan keperawatan.
2) Pola nutrisi metabolik
Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan
klien, tipe makanan dan cairan, peningkatan/penurunan berat
badan, nafsu makan, pilihan makan.
3) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji adalah pola defekasi klien, berkemih,
penggunaan alat bantu, penggunaan obat-obatan.
4) Pola aktivas latihan
Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas klien, latihan dan rekreasi,
kemampuan untuk mengusahakan aktivitas sehari-hari (merawat
diri, bekerja) dan respon kardiovaskuler serta pernapasan saat
melakukan aktivitas.
5) Pola istirahat tidur
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola tidur klien selama 24
jam, bagaimana kualitas dan kuantitas tidur klien, apa ada
gangguan tidur dan penggunaan obat-obatan untuk mengatasi
gangguan tidur.
6) Pola kognitif persepsi
Yang perlu dikaji adalah fungsi indra klien dan kemampuan
persepsi klien.
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
Yang perlu dikaji adalah bagaimana sikap klien mengenai
dirinya, persepsi klien tentang kemampuannya, pola emosional,
citra diri, identitas diri, ideal diri, harga diri dan peran diri.
8) Pola peran hubungan
Kaji kemampuan klien dalam berhubungan dengan orang lain.
Bagaimana kemampuan dalam menjalankan perannya.
9) Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji adakah efek penyakit terhadap seksualitas.
10) Pola koping dan toleransi stress
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kemampuan klien dalam
manghadapai stress dan juga adanya sumber pendukung.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana kepercayaan klien.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja
PPNI, 2017). Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang
respons manusia terhadap gangguan kesehatan atau kerentanak terhadap
respon tersebut dari seorang individu, keluarga, kelompok atau komunitas
(Herdman & Kamitsuru, 2018). Diagnosa keperawatan yang muncul, yaitu
:
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrisi.
d. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan cairan.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Intervensi keperawatan dilakukan berdasarakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Tim Pokja PPNI, 2018)
dengan kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim Pokja PPNI, 2019) :

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia


dengan proses penyakit. keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
jam, maka termogulasi 1. Identifikasi penyebab hipertermia
Batasan karakteristik : membaik 2. Monitor suhu tubuh
 Konvulsi.
 Kulit kemerahan Kriteria Hasil : Terapeutik :
 Peningkatan suhu tubuh di  Suhu tubuh membaik 3. Longgarkan pakaian pasien
atas kisaran normal.  Pucat menurun 4. Berikan kompres
 Kejang. 5. Berikan cairan oral
 Takikardi.
 Takipnea. Edukasi :
 Kulit terasa hangat. 6. Ajurkan tirah baring

Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian antipiretik
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
fisiologis. jam diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
menurun kualitas dan intensitas nyeri
Batasan karakteristik : 2. Identifikasi skala
 Perubahan selera makan. Kriteria Hasil : 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
 Perubahan tekanan darah  Keluhan nyeri menurun
 Perubahan frekuensi  Meringis menurun Terapeutik :
pernafasan.  Gelisah menurun 4. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi
 Perilaku distraksi (berjalan rasa nyeri
mondar-mandir).
 Mengekspresikan perilaku Edukasi :
(gelisah, meringis). 5. Jelaskan penyebab dan periode dan pemicu nyeri
 Masker wajah (mata
kurang bercahaya, gerakan Kolaborasi :
mata berpencar atau tetap 6. Kolaborasi pemberian analgetik
pada satu fokus, meringis).
 Sikap melindungi nyeri.
 Melaporkan nyeri secara
verbal.
 Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri.
3. Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
dengan ketidakmampuan keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
mengabsorbsi nutrisi jam, maka status nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
membaik 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Batasan karakteristik : 3. Identifikasi makanan yang disukai
 Nyeri abdomen Kriteria Hasil : 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 Diare.  Porsi makan yang 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
 Bising usus hiperaktif. dihabiskan meningkat 6. Monitor asupan makanan
 Kurang minat pada  Berat badan membaik 7. Monitor berat badan
makanan.  Frekuensi makan membaik 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
 Membran mukosa pucat.  Nafsu makan membaik
 Cepat kenyang setelah Terapetik :
makan. 9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Kelemahan otot menelan. 10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida
 Kelemahan otot makanan)
11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
mengunyah.
12. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
14. Berikan suplemen makanan, jika perlu
15. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik
jika asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi :
16. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
17. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi :
18. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
4. Konstipasi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Konstipasi
dengan ketidakcukupan keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
asupan cairan, penurunan jam, maka eliminasi fekal 1. Periksa tanda dan gejala konstipasi
motilitas usus. membaik 2. Periksa pergerakan usus
3. Identifikasi karakteristik feses
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil :
 Nyeri abdomen.  Keluhan defekasi lama dan Terapeutik :
 Anoraksia. sulit menurun 4. Anjurkan diet tinggi serat
 Perubahan pada pola  Distensi abdomen 5. Lakukan masase abdomen, jika perlu
defekasi. menurun 6. Berikan enema atau irigasi, jika perlu
 Rasa rektal penuh.  Konsistensi feses membaik
 Feses keras dan berbentuk.  Frekuensi defekasi Edukasi :
 Masa abdomen yang dapat membaik 7. Jelaskan etiologi masalah
diraba.  Peristaltik usus membaik 8. Anjurkan peningkatan asupan cairan
 Perkusi pekak. 9. Latih buang air besar secara teratur
 Nyeri saat defekasi.
 Bising usus hipoaktif. Kolaborasi :
 Mengejan pada saat 10. Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu
defekasi.
4. Implementasi
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan,
merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari
rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari
proses keperawatan. Namun demikian, dibanyaklingkungan perawatan
kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara langsung setelah
pengkajian (Potter & Perry, 2015).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak dan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan evaluasi untuk melihat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria
hasil pada tahap perencanaan (Tarwoto & Wartonah, 2015). Evaluasi
dalam karya ilmiah ini dilakukan berdasarkan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) yang telah ditetapkan sebelumya (Tim
Pokja PPNI, 2019). Untuk mempermudah mengevaluasi perkembangan
pasien digunakan komponen SOAP, yaitu :
S : Data Subjektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
O : Data Objektif
Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara
langsung kepada pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
A : Analisa
Merupakan suatu masalah yang masih terjadi atau juga dapat
dituliskan suatu masalah baru yang terjadi akibat perubahan status
kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam data
subjektif dan objektif.
P : Planning
Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan
yang telah ditentukan sebelumnya (Tarwoto & Wartonah, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2014, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12, EGC, Jakarta.

PPNI. 2017, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) : Definisi dan


Indikator Diagnostik (Cetakan III), DPP PPNI, Jakarta.

PPNI. 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) : Definisi dan


Tindakan Keperawatan (Cetakan II), DPP PPNI, Jakarta.

PPNI. 2019, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) : Definisi dan


Kreteria Hasil Keperawatan (Cetakan II), DPP PPNI, Jakarta.

Herdman, H. T., & Kamitsuru, S. 2018, NANDA-I Diagnosis Keperawatan,


Definisi dan Klasifikasi 2018-2020, EGC, Jakarta.

Mansjoer, A. 2013, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 4, Media Aesculapius,


Jakarta.

Price, S.A & Wilson, L.M. 2015, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses-
Proses Penyakit, EGC, Jakarta.

Sherwood, L. 2014, Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem, Edisi 8, EGC, Jakarta.

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2013, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddart, Edisi 8, EGC, Jakarta.

Soedarmo. 2012, Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis, Edisi 2, Badan Penerbit
IDAI, Jakarta.

Sudoyo, A.W. 2014, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi VI, Interna
Publishing, Jakarta.

Susilaningrum, R. 2013, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak Untuk Perawat dan
Bidan, Edisi 2, Salemba Medika, Jakarta.

Syaifuddin, H. 2012, Anatomi Fisiologi : Kurikulum Berbasis Komprehensif


Untuk Keperawatan dan Kebidanan, Edisi 4, EGC, Jakarta.

Syaifullah, N. 2015, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 3, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.

Tarwoto, & Wartonah. 2015, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien
Nama : An. V
Nama Panggilan : An. V
Tgl Lahir/Umur : 4 Oktober 2022 / 1 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
AgamaIslam : Islam
Bahasa yang dipakai : Melayu
Pendidikan : Belum sekolah
Alamat : Jl. RA.Kartini Kel.Sekip Lama
Ruang : BC 1
No. Register : 0655xx
Nama Ayah : Tn. I
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : S1
Nama Ibu : Ny. A
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Telp :-
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
Tanggal masuk : 10 Januari 2024
Tanggal dan jam pengambilan data : 11 Januari 2024 / 08:00 wib
Diagnosis medik saat masuk : Thypoid Fever
Cara masuk : [ ] Berjalan [ ] Kursi roda [ ] Brancar [√ ] digendong
Ditemani oleh : [√ ] orang tua [ ] saudara [ ] lain-lain
Dikirim dari : [ ] Emergency [√ ] Poli [ ] Kamar operasi [ ] lain-lain
Keadaan waktu masuk :
Kesadaran : [√ ] Composmentis [ ] Apatis [ ] Somnolen [ ] Soporcoma [ ]
Coma
Pernafasan : 26 x/mnt, Suhu 38.8C, Nadi 120 x/mnt
Tekanan darah : - mmHg, BB : 8 kg, TB : 78 cm
Keluhan yang dirasakan sekarang :
Ibu pasien mengatakan anaknya tampak lemah, badan terasa hangat/panas,
pucat, muntah 3x dirumah. Deman semakin bertambah saat sore dan malam
hari, pasien juga kurang nafsu makan namun masih mau minum air susu serta
diare sejak 2 hari yang lalu.
Alergi : [ ] ya [ ] obat [ ] makanan [ ] lain-lain ..… [√ ] tidak
Alat bantu yang dipakai :
[ ] kaca mata [ ] lensa kotak [ ] prothese [ ] alat bantu
pendengaran [ ] kawat gigi [ √ ] lain-lain tidak ada
Apakah pernah sakit sebelum ini ? [ ] ya [√ ] tidak
Bila pernah sakit apa ?
Apakah sudah berobat ? [ √ ] sudah [ ] belum
Bila sudah berobat dimana ? Bidan praktek mandiri
Riwayat dalam kandungan – kelahiran : Prenatal : [√] normal
[ ] tidak normal ( spesifik )
Natal : [√ ] spontan [ ] VE [ ] SC
BB lahir 3200 Gr panjang badan lahir 50cm
Menangis saat lahir : [ √ ] ya [ ] tidak
Post natal : [ ] kejang [ ] gangguan nafas [ ] kejang demam
[√ ] lain-lain tidak ada
Minum ASI [ √] ya, sampai sekarang [ ] tidak
Riwayat Imunisasi :
[ √ ] DPT I [ √ ] DPT II [√ ] DPT III [ √ ] Polio I [ √ ] Polio II [√ ]
Polio III [ √ ] BCG [ ] Campak [ √] MMR [ V ] Hepatitis, Vaksin
ulangan [ ] ya [ √ ] tidak
Riawayat keluarga
Saudara :
Jenis
No Nama Umur Kelamin Sehat/Sakit
L/P
1 An. B 8 Tahun Laki-laki Sehat

Genogram Keluarga

Keterangan :
Laki-laki ---------------Tinggal Serumah
Perempuan Klien
3. RIWAYAT KEBUTUHAN SEHARI-HARI
1) PERNAFASAN
Spontan [√] Ya [√] Reguler [ ] Irreguler [ ] Tidak
Frekuensi nafas : 26 x/mnt SPO2 : 98%
Keadaan saat ini :
[ ] Batuk [ ] Dyspnoe [ ] Sianosis [ ] Retraksi : tidak ada [ ] Wheezing
[ ] Sakit [ ] Lendir [ ] Ronkhi
Alat bantu nafas : tidak ada
[ ] O2 nasal [ ] ETT [ ] T. Piece
Hasil analisa gas darah :
[ ] Asidosis respiratorik [ ] Asidosis metabolik [ ] Alkolosis respiratorik
[ ] Asidosis metabolik

2) SIRKULASI
Frekuensi nadi : 126 x/mnt [√] Reguler [ ] Irreguler
Tekanan darah : - mmHg
Keadaan saat ini :
[ ] Edema [ ] Nyeri kaki [ ] Nyeri dada [ ] Kelelahan [ ] Syncope
[√] Hangat [ ] Dingin [ ] Sianosis [ ] Anemia
[ ] Trombositopenia [ ] Lekositosis [ ] Hipoproteinemia
Keterangan :

3) MAKANAN, CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Makan : 3 x/hari, klien tidak menghabiskan porsi makan yang diberikan
Pagi jam : 07.00, Siang jam : 12.00, Malam jam : 18.00
Diet : makanan lunak (bubur)
Minum : ± 1000-2000 cc/hari
Menggunakan [√ ] Dot [ ] Gelas [ ] Lain-lain
Makanan dan minuman yang tidak disukai :Pasien tidak suka makan sayur
Nafsu makan [ ] Baik [ ] Sedang [√] Buruk BB sebelum sakit : 10 kg, BB
sekarang : 8 kg [√ ] BB turun [ ] BB tetap [ ] BB naik
Keadaan saat ini :
[ ] Sulit mengunyah [ ] Stomatitis
[ ] Sakit menelan [ ] kebersihan mulut kurang [ ] Mual [√] Muntah [ ]
Nyeri ulu hati
Gigi : gigi lengkap, tidak ada karies
Lidah : [ ] Basah [ ] Kering [√ ] Berselaput [ ] Lain-lain
Abdomen : [ ] Supel [√] kembung [ ] Tegang Turgor : [ ] Baik [ ] Sedang
[ ] Buruk
Hasil laboratorium :
[ ] Hipoproteimenia [ ] Hipoalbuminemia [ ] Hipokalemia [ ]
Hipokalsemia [ ] Hiponatremia
Dextrostik : [ ] Normal [ ] Rendah [ ] Tinggi Keterangan :
Ibu pasien mengatakan anaknya kurang mau makan, porsi makan yang
diberikan hanya dimakan sedikit sejak demam 4 hari yang lau, muntah dan
perut kembung
4) ELIMINASI
a. BUANG AIR KECIL ( BAK )
Frekuensi BAK 5-7 x/hari
Ada kesukaran : [ ] Ya [√ ] Tidak
Keadaan saat ini :
[ ] Rasa terbakar [ ] Dysuria [ ] Sering BAK
[ ] Hematuria [ ] Inkontinesia [ ] Retensi
urin [ ] Imobilisasi [ ] Menetes [ ] Infeksi
[ ] Distensi kandung kemih
keterangan : Tidak ada
b. BUANG AIR BESAR ( BAB )
Frekuensi BAB 4-5 x/hari
Ada kesukaran : [ ] Ya [√ ] Tidak
Bila ada dilakukan apa ?
Kapan terakhir BAB hari ini jam 08.00
Keadaan saat ini : ibu pasien mengatakan anak nya sudah 2 hari diare dan
hari ini semakin bertambah
[√] Diare [ ] Konstipasi [ ] Hemorroid
[ ] Kolostomi [ ] Ileustomi [ ] Perubahan diet
[ ] Penurunan pemasukan cairan
[ ] Sakit pada saat defekasi [ ] Imobilisasi
Konsistensi Feces : [ ] lembek [√ ] Cair
berampas [ ] Cair tanpa ampas
Warna Feces : [√] Kuning [ ] Hijau
[ ] Putih dempul [ ] Darah
Keterangan : pasien biasanya bab 1-2x/hari dengan konsistensi lembek dan
berwarna kuning tetapi dalam 2 hari terakhir dan bab mencret sebanyak 4-
5x.

5) NEUROSENSORI
a. Tingkat Kesadaran
[ √ ] Kompos mentis [ ] Apatis [ ] Somnolent
[ ] Sopor coma [ ] Coma
Orientasi
[ ] Waktu [ ] Tempat [ ] Orang [ ] Bingung
Sifat Anak
[ ] Tenang [ ] Sedih [ ] Cemas [√ ] Lain-lain : rewel
Berbicara
[ √ ] Sesuai/teratur [ ] Tak sesuai [ ] Menghina
[ ] Aphasia [ ] Kacau
Kontak mata : [√ ] Ya [ ] Tidak
Pupil mata : [√ ] Isokor [ ] An isokor [ ] Dilatasi
[ ] Bereaksi [ ] Tidak Bereaksi
Keterangan : Tidak ada keluhan
6) KEAMANAN / MOBILISASI
a. Persepsi/koordinasi
Penglihatan
[ √ ] Baik [ ] Kabar [ ] Ganda [ ] Buta warna
Pendengaran :
[√ ] Baik [ ] Tuli [ ] Nyeri
Sensori :
[ ] Baik [ √ ] Pusing [ ] Pingsan [ ] Nyeri
[ ] Sakit Kepala [ ] Mati rasa Keterangan
: Tidak ada keluhan
b. Mobilisasi
Aktifitas sehari-hari yang bisa dilakukan
[ ] Dapat menolong diri sendiri
[ √ ] Ditolong dengan bantuan
Keadaan saat ini :
[ ] Sulit berjalan [√ ] Kelelahan [ ] Nyeri
[ ] Gerakan yang terbatas [ ] kejang
[ ] Parasitis [ ] Otot lemah [ ] Riwayat jatuh
[ ] Koordinasi yang rusak [ ] Cemas
[ ] Pernafasan terganggu
[ ] Pengetahuan kurang [
] Penglihatan kurang
[ ] Gangguan Muskuloskeletal
[ ] Penurunan daya tahan tubuh
Keterangan : Pasien tampak lemah dan pucat
7) KEBERSIHAN DIRI / KULIT
Warna [ ] Normal [√ ] Pucat [ ] Kemerahan [ ]
Kuning Temperatur [ ] Normal [√ ] Hangat
[ ] Dingin [ ] Berkeringat
Turgor [ ] Baik [√ ] Sedang [ ] Buruk Integritas
kulit [ ] Baik/utuh [ √ ] Kering [ ] lesi [ ]
Pruritus [ ] Rash [ ] Kemerahan
Rambut Hitam Kuku bersih
Infus [√ ] Ya [ ] Tidak,
Drain : [ ] Ya [ √ ] Tidak
mandi 2 x/hari
Menggosok gigi 2 x/hari
Cuci rambut tiap 2 hari
sekali
Hasil laboratorium :
[ ] Lekositosis [ ] Trimbositopenia
Keterangan : Kebersihan diri klien di bantu orang tua
8) KENYAMANAN
Keadaan saat ini :
Nyeri [ ] karakteristik : -
Diaporesis [ ] Gatal [ ] Panas [] Mual [√ ] Temperatur : 38.8oC
Luka Operasi : [ ] Ya [√ ] Tidak
Keterangan: -
9) TIDUR DAN ISTIRAHAT
Tidur mulai jam berapa : 20.00 waktu bangun 06.00
Sering terbangun malam ( alasannya ): biasanya demam di malam hari
Tidur siang jam berapa : 13.00
Tidur dengan siapa : dengan ibu
Berdo’a/membaca cerita sebelum tidur: Berdoa
Alat bantu untuk tidur Tidak ada
10) BERMAIN DAN REKREASI
Jam bermain : 09.00-11.00
Jenis permainan : mobil-mobilan
Tempat bermain : di dalam rumah
11) PSIKO SOSIAL
Persepsi klien/keluarga tentang status kesehatan sekarang orang tua
tampak khawatir dan cemas
merawat : [√ ] Ibu [ √ ] Bapak [ ] Saudara
[ ] Lain-lain ……
Hubungan dalam keluarga :
[ √ ] Harmonis [ ] Tidak harmonis
Hubungan dengan teman :
[ √ ] Ramah [ ] Kerja sama [ ] Nakal [ ] Egois
[ ] Lain-lain ………
Sifat anak : [ ] Pemarah [ ] Pemalu [ ] Pendiam
[√ ] Manja [ ] Sabar [√] Pemberani [ ] Lain-lain …………………
Prestasi belajar :
[ ] Baik [ ] Sedang [ ] Kurang
Harapan klien/keluarga tentang pengobatan
Penyakitnya : Orang tua berharap semoga anaknya lekas sembuh
12) SOSIAL EKONOMI
Keadaan lingkungan tempat tinggal : [ √ ] Bersih [ ] Kotor [ ] Padat
Tempat tinggal : [√] Rumah [ ] Flat [ ] Lain-lain
Misalnya : -
Masalah biaya keperawatan : [ ] Ya [ √ ] Tidak
Keterangan : BPJS
13) AGAMA
Adakah hal-hal yang mempengaruhi agama dalam hal : Tidak ada
4. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Klien tampak lemah
Tingkat kesadaran : Composmentis
a. Antropometri :
Berat Badan : 8 kg
Tinggi Badan : 78 cm
Lingkar Lengan Atas : 14 cm
Lingkar Dada : - cm
Lingkar Perut : - cm
b. Tanda Vital :
Suhu : 38.80C
Nadi : 126 x/menit
Pernafasan 26 x/menit
Tekanan Darah : -
c. Pemeriksaan Umum
1. Kulit :
a. Warna Normal kebersihan: bersih
b. Lesi : tidak ada
c. Keadaan ( lembab, kering ) : kering
d. Temperatur : hangat
e. Turgor oedema : tidak ada
2. Kuku :
a. Keadaan ( utuh, bersih, panjang, pendek ) : bersih dan pendek
b. Warna ( sianosis, kronik, garis melintang berwarna ) : bewarna
merah muda
3. Bentuk kuku ( cembung,cekung) : normal
4. Rambut :
Warna : hitam Distribusi : merata
Bentuk/Sifat : rambut lurus Mudah rontok : tidak mudah rontok
4. Kepala:
Bentuk: lonjong normal kesemetrisan: simetris
5. Wajah:
Bentuk: normal warna: normal
6. Mata :
a. Bentuk dan gerak mata ( simetris/tidak ): simetris
b. Warna konjungtiva : kemerahan
c. Sclera: putih, tidak ikterik
d. Iris : kecoklatan
e. Cornea : normal
f. Pupil ( jernih, refleks, oedema ) : jernih
g. Lensa ( jernih, keruh ) : jernih
h. Kelopak mata ( pitosis, oedema ) : normal
i. Ketajaman penglihatan: baik, tidak ada kelainan
7. Hidung
a. Mukosa hidung ( warna): kemerahan
b. Bulu hidung: ada sedikit
c. Adakah akumulasi tidak ada sekret/darah : tidak ada
d. Septum : tidak ada
8. Mulut
a. Bibir (warna, kesemetrisan, kelembaban) : tampak pucat,
simetris, tampak kering
b. Mukosa (warna, lesi, kelembaban) : tampak pucat,tidak ada
lesi
c. Lidah ( lapis putih, bercak keabuan, fisura ) : tampak pucat
dan kotor
d. Uvula ( gerakan, posisi ) : normal, tidak ada kelainan
e. Gigi ( caries dentis, tidak tumbuh gigi ) : gigi lengkap, tidak ada
caries gigi
f. Pharing ( kemerahan pada dinding belakang, sekret ) : tidak ada
kelainan
g. Tonsil (kemerahan, bengkak) : tidak ada kelainan
h. Kebersihan mulut : mulut berbau
9. Telinga
a. Bentuk dan besarnya : simetris
b. Letak ( simetris ) : simetris
c. Benjolan tidak ada
d. Keadaan membran telinga : tidak ada kelainan
e. Adakah rasa nyeri, sekret, warna sekret, bau : tidak ada kelainan
f. Pendengaran : normal, tidak ada kelainan
10. Leher
a. Gerakan leher : tidak ada kelainan
b. Pembesaran getah bening : tidak ada pembesaran kelenjar getaah
beningg
c. Bendungan vena jugularis : tidak ada bendungan vena jugularis
d. Adakah tumor, oedema, lesi : tidak ada tumor dan oedema
11. Dada :
a. Lingkar dada : - cm
b. Gerakan dada : simetris
c. Bentuk dada : normal
12. Paru-paru :
a. Gerakan pernafasan : simetris
b. Pola pernafasan : reguler
c. Frekuensi : 26 x/menit
d. Suara pernafasan : vesikuler
13. Abdomen :
a. Menonjol dan gerakan : normal
b. Lembut, tegang, ada masa, cairan abnormal : perut kembung dan
timpani
c. Bising usus >20 x/menit
d. Umbilikus ( hernia, pembuluh darah ) : tidak ada kelainan
14. Hepar :
a. Adakah pembesaran : tidak ada pembesaran
b. Teraba(ada/tidak) : tidak teraba
c. Sewaktu bernafas atau bergerak(sakit/tidak) : tidak ada nyeri saat
bernafas
15. Kelenjar limpa :
a. Pembesaran ( letak, ukuran, tonjolan ) : tidak ada pembesaran
b. Konsistensi ( padat, kenyal ) : tidak ada pembesaran
c. Arah pembesaran ( medial, lateral inferior ) : tidak ada pembesaran
d. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
16. Ginjal :
a. Dapat diraba/tidak: tidak dapat teraba
b. Pembesaran unilateral/bilateral: tidak ada pembesaran
17. Punggung
a. Bentuk ( simetris ) : simetris
b. Lessi, tumor: tidak ada
18. Ekstremitas atas dan bawah
a. Kekuatan otot kekuatan otot: normal, gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh
b. Adakah atropi otot: tidak ada
c. Adakah fraktur: tidak ada
d. Adakah kelumpuhan jenis: tidak ada
e. Oedema/lessi: tidak ada
f. Nyeri otot: tidak ada
g. Refleks lutut/siku: normal, bereaksi terhadap rangsangan
19. Genitalia
a. Adakah pembesaran penis: tidak ada kelainan
b. Lessi mukosa labia, clitoris: -
c. Deformitas ( kelainan bentuk kelamin ) : bentuk normal
20. Anus
a. Perdarahan : tidak ada
b. Hemoroid : tidak ada
c. Atresia ani tidak ada
d. Massa, tumor : tidak ada
5. PEMERIKSAAN REFLEKS
a. Berkedip : Normal
b. Moro: -
(Normal : dijumpai sampai umur 4 bulan)
c. Rooting/mencari : -
(Normal : dijumpai sampai umur 4 bulan)
d. Sucking/menghisap: -
(Refleks menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur
tanpa stimulasi)
e. Swallowing/menelan :-
f. Merangkak :-
(Normal : bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki)
g. Palmar Grasp/menggenggam :-
(Normal :dijumpai sampai umur 8 bulan)
h. Tanda Balbinski :-
(Normal : dijumpai sampai umur < 1 tahun
6. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN
a. Kemandirian dan bergaul : klien mandiri dalam bergaul,
b. Motorik halus : normal
c. Bernalar dan berbahasa : normal, tidak ada kelainan
d. Motorik kasar : normal
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Diagnosis penyakit : thypoid fever
b. Pemeriksaan laboratorium :
1. Urine : tidak ada
2. Feces : tidak ada
3. Kimia darah : pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hemoglobin 12,5 13,2-17,3
Hematokrit 34,8 40.0-52.0
Trombosit 316 140-392
Leukosit 8,70 4.50-13.00
Led 11 <20
Salmonella thypi H (+) 1/400 <1/160
Salmonella thypi O (+) 1/400 <1/160
c. Pengobatan
Obat Dosis Cara pemakaian
IFD RL 20 tpm IV
L-Bio 1 x 1 sachet IV
Antrain 3 x 80 mg IV
Cefotaxime 3 x 200 mg IV
Zinc 1 x 20 mg Oral
Ondansentrone 3 x 0,8 mg IV (K/P)

d. Radiologi
1. Hasil photo rontgen : -
2. USG:-
3. Lumbal fungsi : -
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. Data subjektif : Kuman salmonella Hipertermi
- Ibu pasien mengatakan
thypi
anaknya demam ± 4 hari,
demam semakin bertambah
Demam typoid
saat sore dan malam hari

Data subjektif : Masuk ke dalam usus


- Pasien tampak lemah dan
pucat
- Pasien tampak rewel Terjadi kerusakan sel
- Akral teraba hangat
- Ttv : Mempengaruhi
• RR : 26 x/ menit termoregulasi di
• N : 126x/menit hipotalamus
• S : 38.8°C
hipertermi
2. Data subjektif : Kuman salmonella Diare
− Ibu pasien mengatakan thypi
Anaknya sudah bab
mencret 4-5 x/hari, Demam typoid
− Ibu pasien Mengatakan
anak Nya Diare Sudah Masuk ke dalam usus

2 hari dan disertai kembung


Proses inflamasi local
didalam usus

Respon patologis
Data objektif :
− Pasien tampak lemah Makanan dengan
− Pasien tampak pucat cepat terdorong ke
− Bab cair sedikit ampas 5x anus
− Warna kuning sedikit
− Konsistensi encer dan Diare
terdapat ampas
− Bising usus > 20 x/menit
− Bising usus timpani
− Berat badan turun
− Ttv :
RR : 26 x/ menit
N : 126 x/menit
S : 38.8°C
3. Data subjektif : Kuman salmonella Hypovolemia
− Ibu pasien mengatakan thypi
anaknya demam sudah 4
hari, muntah , dan BAB Demam typoid
mencret 4-5 x/hari
− Ibu pasien mengatakan Masuk ke dalam usus
anak nya kurang nafsu
makan namun masih mau Proses inflamasi local
minum air susu didalam usus

Data objektif :
- Pasien tampak lemah Respon patologis
- Pasien tampak pucat
- Mukosa bibir kering Makanan dengan
- Turgor kulit kurang elastis cepat terdorong ke
- Berat badan turun anus
- Diare
- Ttv : Diare
RR: 26 x/ menit
N : 120 x/menit Hypovolemia
S : 38.8°C

2. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Hipetermia berhubungan dengan proses inflamasi
b. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
c. Hypovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tujuan & kriteria
No Diagnosis Intervensi
Hasil
1 Hipertermia Setelah dilakukan Managemen hipertermia
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi :
proses inflamasi selama 3 x 24 jam − Identifikasi penyebab
diharapkan Hipertermia
termoregulasi membaik − Monitor suhu tubuh
dengan kriteria hasil: − Monitor haluaran urine
− Takikardia menurun Terapeutik :
− Pucat menurun − Berikan cairan oral
− Suhu tubuh membaik − Sediakan lingkungan yang
− Suhu kulit membaik hangat
− Lakukan pendinginan eksternal
(kompres hangat)
Edukasi :
− Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
− Kolaborasi dalam Pemberian
antipiretik

2 Diare berhubungan Setelah dilakukan Managemen diare


dengan inflamasi tindakan keperawatan Observasi :
Gastrointestinal selama 3 x 24 jam − Identifikasi penyebab diare
diharapkan diare (mis. Inflamasi gastrointestinal)
membaik, dengan − Monitor warna, volume,
kriteria hasil: frekuensi dan konsistensi tinja

− Control pengeluaran − Monitor tanda dan gejala


feses meningkat hipovolemia
− Distensi abdomen Terapeutik :
menurun − Berikan cairan oral
− Peristaltic usus Edukasi :
Membaik − Anjurkan makanan lembek dan
− Konsistensi fekal porsi kecil secara bertahap
membaik − Anjurkan menghndari makanan
− Frekuens defakasi yang pedas dan pembentuk gas
membaik Kolaborasi :
− Kolaborasi dalam pemberian
obat

3 Hipovolemia Setelah dilakukan Managemen hipovolemia


Berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi :
Kekurangan intake selama 3 x 24 jam − Periksa tanda dan gejala
Cairan diharapkan hipovolemia hypovolemia
membaik dengan kriteria − Monitor intake dan output cairan
hasil : Terapeutik :
− Turgor kulit − Berikan asupan cairan oral
meningkat
Edukasi :
− Output urine − Anjurkan memperbanyak cairan
meningkat
Oral
− Membrane mukosa − Anjurkan menghindari perubahan
membaik
posisi mendadak
− Suhu tubuh membaik
Kolaborasi :
− Intake cairan membaik − Kolaborasi pemberian cairan iv
jika perlu
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal Dan
No Tindakan Keperawatan
Wakru
1. 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia
11/01/2024
08:00 R/ : penyebab hipertermia adalah infeksi salmonella thypi
2. Memonitor suhu tubuh
R/ : suhu tubuh sekarang 38,8°C dan ibu anak
mengatakan suhu semakin bertambah saat malam Hari

3. Memonitor keluaran urine


R/ : ibu anak mengatakan anak nya bak 5-7x/hari dengan volume
sekitar 650 ml – 800 ml
4. Menganjurkan kepada ibu anak agar banyak memberikan
cairan oral
R/ : ibu pasien paham
5. Menganjurkan kepada ibu nya agar menyediakan lingkungan yag
hangat agar anak tidak mengigil R/ : ibu pasien paham
6. Melakukan pendinginan eksternal ( kompres hangat)
R/ : ibu pasien selalu melakukan kompres hangat ketika malam hari
7. Menganjurkan kepada ibu pasien agar tirah baring dan jangan banyak
beraktivitas
R/ : ibu pasien akan menyuruh anaknya untuk istirahat total
8. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik
R/ : memberikan Antrain 3 x 80 mg/IV

2. 11/01/2024 1. Mengidentifikasi penyebab diare

10:00 R/ : diare disebabkan infeksi salmonella thypi dan menyerang system


pencernaan
2. Memonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
R/ : ibu pasien mengatakan anak nya sudah 2 hari diare, bab mencret
4-5 x/hari, berwarna kuning
sedikit ampas dengan konsistensi cair

3. Memonitor tanda dan gejala hipovolemia


R/ : pasien tampak lemah, bibir pucat, akral hangat dan anak sering
mengeluh haus.
4. Menganjurkan ibu anak agar memberikan banyak cairan oral
R/ : ibu pasien akan memberikan banyak cairan
agar anak nya tidak dehidrasi

5. Menganjurkan kepada ibu pasien agar memberikan


makanan yang lembek dan berserat R/ : ibu pasien akan
memberikan makan yang
lembek dan berserat
6. Menganjurkan kepada ibu pasien agar jangan memberikan makanan
yang pedas, asam dan pembentuk gas
R/ : ibu pasien paham
7. Berkolaborasi dalam pemberian obat
R/ : zinc 1 x 20 mg tab di larutkan Cefotaxime 3 x 200 mg, IV

3. 11/01/2024 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala hipovolemia R/ : pasien tampak

12:00 lemah, mata tampak cekung, akral hangat, elastisitas kulit kurang
baik, dan bab mencret 5x
2. Memonitor input dan output cairan
R/ : ibu pasien mengatakan anaknya kurang nafsu makan sejak
demam, minum 1000-1200 ml, bak
5-7x ± 650-800 ml, dan bab mencret 4-5 x /hari
3. Menganjurkan ibu pasien agar memberikan cairan oral yang banyak
R/ : ibu pasien akan memberikan minum air putih dan susu
4. Menganjurkankepada ibu pasien agar menghindari
perubahan posisi secara mendadak
R/ : ibu pasien mulai paham dan akan memperhatikan anaknya
ketika melakukan perubahan
posisi.
5. Memberikan cairan yang banyak agar tidak dehidrasi
R/ : Ibu pasien paham

1. 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia


12/01/2024
10:00 R/ : penyebab hipertermia adalah infeksi salmonella thypi
2. Memonitor suhu tubuh
R/ : suhu tubuh sekarang 37,5°C dan ibu anak
mengatakan suhu semakin bertambah saat malam Hari
3. Memonitor keluaran urine
R/ : ibu anak mengatakan anak nya bak 5-47x/hari dengan volume
sekitar 650 ml – 800 ml
4. Menganjurkan kepada ibu anak agar banyak memberikan
cairan oral
R/ : ibu pasien mengatakan sudah memberikan air susu sekitar 1200
ml
5. Melakukan pendinginan eksternal ( kompres hangat)
R/ : ibu pasien selalu melakukan kompres hangat ketika malam hari
6. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian Antipiretik
R/ : memberikan Antrain 3 x 80 mg/IV

2. 1. Mengidentifikasi penyebab diare


12/01/2024
10:00 R/ : diare disebabkan infeksi salmonella thypi dan
menyerang system pencernaan
2. Memonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja

R/ : ibu pasien mengatakan anak nya bab mencret 2x, berwarna


kuning sedikit ampas dengan
konsistensi cair
3. Memonitor tanda dan gejala hipovolemia
R/ : pasien tampak lemah, bibir pucat, akral
hangat dan anak sering mengeluh haus.
4. Menganjurkan ibu anak agar memberikan banyak cairan oral
R/ : ibu pasien akan memberikan banyak cairan agar anak nya tidak
dehidrasi
5. Menganjurkankepada Ibu pasien Agar memberikan
makanan yang lembek dan berserat
R/ : ibu pasien akan memberikan makanan dalam bentuk bubur dan
sayur
6. Berkolaborasi dalam pemberian obat
R/ : zinc 1 x 20 mg tab di larutkan, cefotaxime 3 x 200 mg, IV

3. 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala hypovolemia R/ : pasien tampak


12/01/2024
12:00 lemah, mata tampak cekung, akral hangat, elastisitas kulit kurang
baik, dan bab mencret 2x
2. Memonitor input dan output cairan
R/ : ibu pasien mengatakan anaknya kurang nafsu makan sejak
demam, minum susu sekitar 1300 ml, bak 5-7x ± 650-800 ml, dan
bab mencret 2x
3. Menganjurkan ibu pasien agar memberikan cairan oral yang banyak
R/ : ibu pasien akan memberikan minum minimal 2 liter/hari
4. Menganjurkankepada ibu pasien agar menghindari
perubahan posisi secara mendadak
R/ : ibu pasien mulai paham dan akan memperhatikan
anaknya ketika melakukan
perubahan posisi.
5. Memberikan cairan yang banyak agar tidak Dehidrasi
R/ : Ibu pasien paham

1. 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia


13/01/2024
R/ : penyebab hipertermia adalah infeksi salmonella thypi
08:00
2. Memonitor suhu tubuh
R/ : suhu tubuh sekarang 37,0°C dan ibu anak mengatakan suhu
semakin bertambah saat malam
Hari

3. Memonitor keluaran urine


R/ : ibu anak mengatakan anak nya bak 5-7x/hari dengan volume
sekitar 750 ml – 800 ml
4. Menganjurkan kepada ibu anak agar banyak memberikan
cairan oral
R/ : ibu pasien megatakan sudah memberikan air susu sekitar 1200
ml
5. Melakukan pendinginan eksternal ( kompres hangat)
R/ : ibu pasien selalu melakukan kompres hangat ketika malam hari
6. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian Antipiretik
R/ : memberikan Antrain 3 x 80 mg /IV

2. 13/01/2024 1. Mengidentifikasi penyebab diare


10:00 R/ : diare disebabkan infeksi salmonella thypi dan
menyerang system pencernaan
2. Memonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
R/ : ibu pasien mengatakan anak nya bab 1x, Berwarna
kuning sedikit ampas dengan konsistensi lembek
3. Memonitor tanda dan gejala hipovolemia
R/ : pasien tampak lemah, bibir pucat, akral hangat kulit mulai
membaik
4. Menganjurkan ibu anak agar memberikan banyak cairan oral
R/ : ibu pasien akan memberikan air putih minimal 2 liter
5. Menganjurkankepada ibu pasien agar memberikan
makanan yang lembek dan berserat
R/ : ibu pasien akan memberikan makanan dalam bentuk bubur dan
telur rebus serta sayur
6. Berkolaborasi dalam pemberian obat
R/ : zinc 1 x 20 mg tab di larutkan Cefotaxime 3 x 200 mg, IV

3. 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala hipovolemia R/ : pasien tampak


13/01/2024
12:00 segar, akral hangat, elastisitas kulit mulai membaik dan bab
mencret 1x
2. Memonitor input dan output cairan
R/ : ibu pasien mengatakan anaknya kurang nafsu makan sejak
demam, minum sekitar 1200
ml, bak 5-7x, ± 750-800 ml, dan bab mencret 1x
3. Menganjurkan ibu pasien agar memberikan cairan
oral yang banyak
R/ : ibu pasien akan memberikan minum air susu Atau air putih
minimal 2 liter/hari
4. Memberikan cairan yang banyak agar tidak dehidrasi
R/ : Ibu pasien paham
5. CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal dan
No Respon Perkembangan
Waktu
1. S:
11/01/2024
Ibu pasien mengatakan demam sudah 4 hari, demam semakin
14:00
bertambah panas saat

sore dan malam hari, kepala pusing,


O:
Pasien tampak lemah Pasien tampak
gelisah Akral kulit hangat Ttv
RR : 26 x/menit N : 124 x/menit S :
38,0°C
A:
hipertermia
P:
Intervensi manajemen hipetermia dilanjutkan

2. S:
11/01/2024
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah 2 hari diare, bab mencret
14:00
4-5x
O:
Pasien tampak meringis Pasien tampak pucat
Bising usus >16x/menit Bab cair sedikit ampas
4x
Warna kuning sedikit
Konsistensi encer dan terdapat ampas
Berat badan turun
Bising usus timpani
TTV :
RR : 26x/ menit
N : 124x/menit
S : 38,0°C
A:
Diare
P:
Intervensi manajemen diare dilanjutkan
3. S:
11/01/2024
14:00 • Ibu pasien mengatakan anaknya demam sudah 4 hari,
muntah 3 x di rumah dan diare
• Ibu pasien mengatakan anak nya kurang nafsu
makan namun masihmau minum susu

O:
Pasien tampak lemah Pasien tampak pucat
Mukosa bibir kering Turgor kulit kurang
elastis Berat badan turun
Ttv :
RR : 26 x/ menit
N : 124 x/menit S : 38,0°C
A:
hipovolemia
P:
Intervensi manajemen hipovolemia dilanjutkan
1. S:
12/01/2024
14:00 Ibu pasien mengatakan demam mulai menurun, biasanya mulai
panas lagi pada

malam hari dan sedikit pusing


O:
Pasien tampak lemah Pasien tampak
gelisah Akral kulit hangat Ttv
RR : 27 x/menit N : 118 x/menit S :
37,5°C
A:
hipertermia
P:
Intervensi manajemen hiptermia di lanjutkan

2. 12/01/2024 S:
14:00 Ibu pasien mengatakan bab 2x/hari dengan
konsistensi encer sedikit ampas berwarna

kuning kehijauan
O:
Pasien tampak lemah
Pasien tampak pucat
Bising usus >16x/menit
Bab cair sedikit ampas 2x Warna kuning
sedikit
Konsistensi encer dan terdapat ampas Berat badan turun
Bising usus timpani TTV :
RR : 27 x/ menit N : 118 x/menit S :
37,5°C
A:
Diare
P:
Intervensi manajemen diare dilanjutkan

3. S:
12/01/2024
Ibu pasien mengatakan anaknya demam dan bab encer
14:00
berampas, namun pasien masih Mau minum air susu sekitar
1000-1200 ml O :
Pasien tampak lemah Pasien tampak pucat
Mukosa bibir kering Turgor kulit kurang
elastis Berat badan turun
Ttv :
RR : 27 x/ menit N : 118 x/menit S :
37,5°C
A:
hipovolemia
P:
Intervensi manajemen hipovolemia dilanjutkan

1 13/01/2024 S:
14:00 Ibu pasien mengatakan demam anaknya Sudah turun dan keadaan
anaknya semakin Membaik
O:
Pasien tampak lebih baik Pasien tidak
tampak pucat Takikardia menurun Suhu
tubuh membaik Suhu kulit membaik
Ttv :
RR : 26 x/ menit N : 110 x/menit S :
37,0°C

A:
Hipetermia
P:
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam, termoregulasi
membaik, dengan keriteria hasil : takikardia menurun,
suhu tubuh membaik, suhu kulit membaik dan pucat
menurun
2 S:
13/01/2024
Ibu pasien mengatakan BAB hanya 1 x
14:00
/hari dengan konsistensi lemek dan berwarna kuning
kehijauan serta terdapat ampas

O:
Bising usus > 16 x/menit
BAB cair (-) , ampas (+), frekuensi 1 x Warna kuning
kehijauan
Konsistensi lembek Distensi
abdomen (-) Ttv :
RR : 26 x/ menit N : 110 x/menit
S : 37,0°C
A:
Diare
P:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam, eliminasi fekal membaik dengan
kriteria hasil : Kontrol pengeluaran feses meningkat,
distensi abdomen menurun, peristaltic usus membaik,
konsistensi fekal membaik , frekuensi defekasi
membaik
3 S:
13/01/2024
Ibu pasien mengatakan demam anaknya sudah turun,
14:00
keadaan umum sudah membaik, nafsu makan menurun
namun minum masih lancar (sekitar > 1500 ml sehari)

O:
Keadaan umum perbaikan Pasien tampak
tidak pucat Mukosa bibir merah muda
Turgor kulit elastis Output urine 700
cc Ttv :
RR : 26 x/ menit N : 110 x/menit
S : 37,0°C
A:
Hipovolemia
P:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam, hipovolemia membaik dengan
kriteria hasil : turgor kulit meningkat, output urine
meningkat, membrane mukosa membaik, suhu tubuh
membaik dan intake cairan membaik
DOKUMENTASI
LOGBOOK HARIAN MAHASISWA

Nama : NOVY SUSANTY, S.Tr.Kep


Nim : 891232020
Ruang : Daring Stase Keperawatan Anak Minggu Ke-3

Verifikasi
Jam Kegiatan Waktu Jumlah Keterangan
Ya Tdk
- Berdoa
- Pre conference
07.00 s/d Rabu,
- Melaksanakan kegiatan dinas pagi
14.00 10/01/24
- Membuat laporan pendahuluan
- Post conference
- Berdoa
- Pre conference
- Melakukan kegiatan dinas pagi
07.00 s/d Kamis,
14.00
- Melakukan pengkajian, merumuskan 11/01/24
diagnose, melakukan implementasi dan
evaluasi kepada An.V
- Post conference
- Berdoa
- Pre conference
07.00 s/d - Melaksanakan kegiatan dinas pagi Jumat.
14.00 - Melakukan implementasi dan evaluasi 12/01/24
kepada An. V
- Post conference
- Berdoa
- Pre conference
07.00 s/d - Melaksanakan kegiatan dinas pagi Sabtu,
14.00 - Melakukan implementasi dan evaluasi 13/01/24
kepada An. V
- Post conference
- Berdoa
- Pre conference
07.00 s/d - Melakukan anamnesa pada pasien di ruang Minggu,
14.00 tindakan 14/01/24
- Post conference
- Berdoa
- Pre conference
07.00 s/d Senin,
14.00
- Melakukan anamnesa pada pasien di ruang 15/01/24
tindakan
- Post conference
- Berdoa
- Pre conference
07.00 s/d Selasa,
14.00
- Melakukan anamnesa pada pasien di ruang 16/01/24
tindakan
- Post conference
- Berdoa
07.00 s/d - Mengoreksi kembali tugas yang dikerjakan Rabu,
14.00 - Mengirim dokumen lengkap dari tugas 17/01/24
mingguan

Anda mungkin juga menyukai