Anda di halaman 1dari 11

diare merupakan penyebab kedua terbesar kematian balita di dunia.

penyakit ini bisa dicegah dan


diobati. menurut data who sekitar 1,5 juta anak meniggal akibat diare dan ada sekitar 2 milliar kasus
setiap tahunnya. sangat miris melihat kenyataan ini. Dan di Indonesia angka kejadian diare juga cukup
tinggi.

Penyebab utama diare adalah air minum yang telah terkontaminasi dan makanan yang sudah
terkontaminasbakteri penyebab diare seperti vibrio cholera, e.choli dan beberapa jenis bakteri lainnya.
Diare bagi orang dewasa tidak akan menimbulkan efek yang lansung berbahaya, selain terganggu
aktivitas dan dapat langsung diobati dengan meminum obat anti diare. Berbeda jika halnya balita yang
mengalami hal tersebut. Balita merupakan kelompok risiko tinggi terserang berbagai penyakit infeksi
karena daya tahan tubuh mereka belum begitu kuat karena kelenjar timusnya belum begitu aktif bekerja.

Bagi sebagaian ibu-ibu jika anaknya terkena diare merupakan hal biasa dan tak perlu terlalu dikuatirkan
pada hal banyak efek yang akan berdampak buruk pada balita. Dalam jangka pendek diare menyebab
seorang anak dehidrasi karena kehilangan berbagai ion penting dalam tubuh seperti natrium dan kalium.
Selain itu diare menyebabkan anak kehilangan selera makan dan tidak mau makan, karena badannya
sudah lemah dan lemas, nah jika sudah begini ibu harus berperan aktif. anak jangan dibiarkan tidak mau
makan, sang anak membutuhkan asupan nutrisi untuk mengganti zat-zat yang diperlukan tubuhnya yang
hilang saat diare. Bila anak dibiarkan tidak mau makan maka tanpa disadari hal tersebut akan berdampak
pada tumbuh kembang sang anak.

Efek jangka panjang diare adalah terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan si anak, proses
kematangan otak dan akan membuat si anak jadi cenderung apatis dan kurang aktif. Hal ini terjadi
karena nutrisi yang hilang dari tubuh sianak tidak mengalami recovery, si anak mebutuhkan tambahan
n utrisi untuk mengisi kekosongan cadangan zat gizi yang hilang ketika diare dan nutrisi untuk aktivitas
kesehariannya.

Oleh karena itu ibu perlu memperhatikan kebersihan dan sanitasi yang menyangkut balita sehingga tidak
terjadi diare, terutama botol susu balita hendaknya dijamin kebersihannya sebelum memberikan susu
pada balita. Selain itu sebaiknya bayi disusui dengan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya
karena ASI mengandung immunoglobulin terutama kolostrum yang berfungsi sebagai daya tah tubuh
bagi bayi dan dilanjutkan diberikan ASI hingga umur 2 tahun dibarengi dengan makanan pendamping
ASI.

PENGERTIAN

Diare adalah kondisi di mana feses yang dikeluarkan encer atau berair dengan frekuensi lebih sering
daripada biasanya.Umumnya, penyebab diare adalah makanan atau minuman yang kotor dan
terkontaminasi mikroorganisme.
Banyak orang menderita diare satu atau dua kali setahun.Biasanya diare berlangsung 2-3 hari dan bisa
ditangani dengan obat-obatan yang dijual bebas.Tetapi pada kasus khusus, diare bisa berlangsung
berminggu-minggu.

Situasi Diare di Indonesia

Diare masih menjadi masalah kesehatan besar di negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini
disebabkan karena angka morbiditas (perbandingan antara kelompok masyarakat yang sakit dan yang
sehat dalam sebuah populasi) dan mortalitas cukup tinggi. Diare ada di peringkat tiga belas penyebab
kematian secara umum di Indonesia dengan proporsi 3.5 persen. Sedangkan untuk kategori penyakit
menular, diare menduduki peringkat ketiga.

Kelompok usia yang terbanyak mengalami diare adalah balita, yaitu sebanyak 16.7 persen. Prevalensi
diare sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki (14.8 persen) dibandingkan dengan anak perempuan (12.5
persen). Hasil penelitian juga memerlihatkan bahwa prevalensi diare paling tinggi terjadi pada anak yang
tinggal di rumah tanpa akses air bersih yaitu 18.4 persen.

(Data diambil dari hasil riset Departemen Kesehatan RI tahun 2007)

Diare

DIAGNOSIS

Umumnya, diare dapat berlangsung hingga seminggu dan bisa sembuh tanpa pengobatan apa pun.
Namun, jika kondisi yang Anda alami cukup parah, segera periksakan diri ke dokter.

Untuk mengetahui apakah pasien mengalami diare dan penyebabnya, pertama dokter akan
mengumpulkan informasi seputar gejala yang dialami. Dokter akan menanyakan tekstur feses, frekuensi
buang air besar, kebiasaan sehari-hari pasien. Selain itu Anda juga harus menginformasikan pada dokter
jika ada gejala lain yang menyertai (demam tinggi), konsumsi makanan yang tidak biasa, faktor psikologis,
dan pengobatan tertentu yang mungkin sedang dijalani.riksaan ini dapat berupa analisa sampel feses,
tes darah, dan pemeriksaan rektum.
Ada beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis diare, antara lain:

Analisa feses

Dokter akan meminta Anda untuk menyerahkan sampel feses untuk dianalisa. Hal ini bertujuan untuk
mengidentifikasi infeksi yang mungkin terjadi. Analisa ini dilakukan apabila Anda sudah mengalami diare
lebih dari dua minggu, ada darah atau nanah pada feses, atau ada gejala lain yang menyertai. Selain itu,
pemeriksaan ini juga perlu dilakukan jika Anda mengalami diare usai dirawat di rumah sakit atau karena
sistem imun yang lemah (penderita HIV).

Tes darah

Dokter akan meminta Anda melakukan tes darah apabila terdapat kecurigaan diare sebagai gejala dari
penyakit lain. Contohnya, hasil tes darah menunjukkan adanya peradangan. Ini adalah salah satu gejala
penyakit radang usus.

Pemeriksaan rektum

Jika pasien berusia di atas 50 tahun atau mengalami diare yang sulit sembuh, dokter akan melakukan
pemeriksaan rektum digital. Cara periksanya adalah dengan memasukkan jari ke dalam rektum untuk
memeriksa kondisi abnormal.Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendiagnosis penyakit yang berhubungan
dengan rektum dan usus.

Pemeriksaan tambahan

Dokter juga dapat menyarankan pemeriksaan berikut untuk membantu menyimpulkan diagnosis:

Sigmoidoskopi, memasukkan alat sigmoidoskop (tuba tipis dan fleksibel yang memiliki kamera di bagian
ujung) ke dalam rektum hingga ke usus

Kolonoskopi, prosedurnya mirip dengan sigmoidoskopi tetapi tuba yang digunakan lebih besar
(kolonoskop) untuk memeriksa keseluruhan kondisi usus

GEJALA

Pada tiap penderita, gejala diare berbeda-beda. Beberapa orang mengeluarkan feses yang sangat encer,
sementara beberapa lainnya mengeluarkan feses yang tak terlalu encer. Meski demikian, ada beberapa
gejala yang sering dikaitkan dengan diare. Gejala-gejala tersebut antara lain kram perut, mual dan
muntah, sakit kepala, dan hilangnya nafsu makan.
Umumnya pada orang dewasa, diare akan pulih dalam waktu 2-4 hari. Pada anak-anak, waktu pemulihan
lebih lama yaitu 5-7 hari. Apabila diare berlangsung lebih dari satu minggu atau kondisinya bertambah
parah, segera periksa ke dokter. Waspadai juga tanda-tanda dehidrasi selama masa pemulihan.

Diare dan Dehidrasi

Pengeluaran cairan melalui feses yang berlebihan ditambah dengan hilangnya nafsu makan dapat
berdampak dehidrasi. Kondisi ini harus segera ditangani karena bisa berakibat fatal. Dehidrasi sendiri
lebih mudah terjadi pada anak-anak. Hal ini dikarenakan ketahanan anak-anak terhadap dehidrasi yang
lebih rendah ketimbang orang dewasa.

Gejala dehidrasi pada anak-anak antara lain:

Jarang buang air kecil

Mulutnya kering atau menangis tanpa air mata

Feses berdarah, berwarna merah atau hitam

Terlihat sering mengantuk dan tidak responsif

Terlihat cekung pada mata atau perut

Jika kulit dicubit tidak kunjung kembali (turgor menurun)

Sedangkan tanda dehidrasi pada orang dewasa antara lain:

Kelelahan dan tidak bertenaga

Hilang nafsu makan

Mual

Pusing

Lidah terasa kering

Mata terlihat cekung

Kram otot
Jantung berdebar

PENGOBATAN

Gejala diare umumnya akan hilang dengan sendirinya tanpa bantuan pengobatan apa pun. Biasanya
diare berlangsung hingga 7 hari. Pada kasus tertentu, diare dapat berlangsung lebih lama tergantung
penyebabnya. Anda bisa melakukan beberapa hal berikut untuk meringankan kondisi yang sedang
dialami:

Perbanyak Asupan Cairan

Saat mengalami diare, Anda harus mengonsumsi lebih banyak cairan.Terutama jika disertai muntah. Hal
ini dibutuhkan untuk menghindari dan menangani dehidrasi. Minumlah sedikit-sedikit tapi sering. Lebih
baik masuk cairan sedikit daripada tidak sama sekali. Jika asupan cairan cukup, urine akan berwarna
kuning muda atau hampir bening. Hindari pemberian jus buah atau minuman bersoda karena akan
membuat diare bertambah parah.

Makan

Pada saat diare berlangsung, para ahli menyarankan agar Anda tidak mengonsumsi makanan padat dulu.
Setidaknya sampai Anda mampu makan dengan normal. Makanlah dalam porsi lebih sedikit dari
biasanya. Selain itu hindari makanan yang berlemak dan pedas.

Jangan berikan makanan padat pada anak-anak jika mereka dehidrasi. Tunggu sampai mereka
mengonsumsi cukup cairan. Makanan baru bisa diberikan setelah mereka tidak lagi menunjukkan tanda-
tanda dehidrasi. Jika anak tidak mengalami dehidrasi, berikan makanan seperti biasa.

Cairan oralit

Bagi penderita diare yang rentan dehidrasi, dokter akan menyarankan penggunaan oralit. Anda yang
berfisik lemah, berusia di atas 60 tahun, dan memiliki riwayat kesehatan serius sangat disarankan
mengonsumsi oralit.
Oralit dijual bebas di apotek. Anda tinggal mencampurnya dengan air. Fungsi oralit adalah untuk
menggantikan garam, glukosa, dan mineral penting lain yang mungkin hilang saat mengalami kekurangan
cairan.

Untuk penderita anak-anak, dokter akan menyarankan oralit apabila terlihat tanda-tanda dehidrasi.
Oralit dapat diberikan tiap kali anak buang air besar. Banyaknya tergantung pada berat badan anak.

Penggunaan obat-obatan

Obat antidiare dapat mengurangi gejala diare dan mempersingkat durasinya. Namun, sebenarnya obat
tidak diperlukan karena sistem kekebalan tubuh akan melawannya secara alami. Obat antidiare yang
paling sering digunakan adalah loperamide karena dapat mengurangi pergerakan usus sehingga cairan
akan lebih banyak diserap. Ini dapat membantu atasi diare.

Jangan minum obat antidiare jika diare disertai gejala lain seperti demam tinggi dan terdapat darah atau
nanah pada feses. Sebaiknya Anda segera berkonsultasi dengan dokter.

Penggunaan antibiotik untuk diare

Biasanya dokter akan menganjurkan penggunaan antibiotik apabila penyebab diare sudah dipastikan
bakteri atau jika diare terjadi sangat parah. Sangat tidak dianjurkan untuk menggunakan antibiotik kalau
penyebab diare belum diketahui pasti. Hal ini dikarenakan antibiotik tidak akan bekerja jika penyebab
infeksi adalah virus. Dan jika digunakan untuk penyakit ringan akan mengurangi efek antibiotik terhadap
kondisi yang lebih serius.

Obat pereda sakit

Obat pereda sakit tidak dapat mengatasi diare. Namun, pemberian parasetamol atau ibuprofen bisa
membantu meredakan gejala yang menyertai diare seperti demam dan sakit kepala. Pastikan Anda
memberikan obat-obatan yang sesuai gejala dan ikuti petunjuk pemakaiannya.

Pengobatan kondisi utama


Jika sebelumnya Anda didiagnosis mengidap penyakit tertentu yang dapat menyebabkan diare,
sebaiknya lakukan pengobatan terhadap penyakit tersebut lebih dahulu. Hal ini akan meringankan
kondisi diarenya. Apabila kondisi utama tidak ditangani dengan tepat, maka diare sebagai gejala akan
terus berlanjut.

PENYEBAB

Diare umumnya terjadi ketika cairan dari makanan tidak dapat diserap usus dengan baik. Atau ada terlalu
banyak cairan yang disekresikan ke usus. Normalnya, usus besar akan menyerap cairan dari makanan
yang kita konsumsi dan meninggalkan kotoran (feses) setengah padat. Jika cairan dari makanan tersebut
tidak diserap baik, maka hasilnya feses akan menjadi encer atau bahkan cair. Kondisi ini dipengaruhi
banyak faktor sehingga diare dapat berlangsung singkat atau lama.

Diare yang berlangsung singkat

Biasanya diare ini adalah gejala dari infeksi usus, yang disebabkan oleh:

Virus, seperti rotavirus

Bakteri, seperti campylobacter

Parasit, seperti giardia intestinalis

Penyebab lainnya termasuk faktor psikologis (merasa cemas), mengonsumsi minuman keras, alergi
makanan, usus buntu, atau efek samping obat-obatan.

Diare jangka panjang

Dapat disebabkan oleh:

Sindrom usus besar

Penyakit coeliac, penyakit yang menyebabkan tubuh menolak protein gluten

Penyakit Crohn, radang pada lapisan sistem pencernaan


Radang pankreas kronis

Kanker usus

Efek samping pengangkatan bagian perut (gastrektomi)

Sekitar 35 juta balita masih beresiko jika target angka kematian anak tidak tercapai

Sekitar 150.000 anak Indonesia meninggal pada tahun 2012JAKARTA , 13 September 2013 - Sebuah
laporan baru UNICEF menunjukkan bahwa jika kecenderungan ini terus berlanjut, dunia tidak akan
memenuhi Millennium Development Goal 4 - untuk memotong tingkat kematian balita sebesar dua
pertiga pada tahun 2015. Lebih buruk lagi, jika kecenderungan ini terus berlanjut, tujuan tidak akan
tercapai sampai tahun 2028.Jika kita tidak bertindak, akibatnya sebanyak 35 juta lebih anak-anak
beresiko meninggal sebagian besar dari penyebab yang dapat dicegah antara tahun 2015 dan 2028, jika
masyarakat global tidak segera mengambil tindakan untuk mempercepat kemajuan.

Itu adalah berita buruk. Tapi laporan ini memberikan beberapa kabar baik juga. Laporan menunjukkan
bahwa pengurangan dramatis dalam kelangsungan hidup anak masih memungkinkan. Secara global,
jumlah kematian balita setiap tahunnya turun dari estimasi 12,6 juta pada tahun 1990 menjadi sekitar
6,6 juta pada tahun 2012. Selama 22 tahun terakhir, terselamatkan sekitar sembilanpuluh juta
jiwa.Menurut laporan tersebut, di Indonesia jumlah kematian anak di bawah usia lima tahun telah
berkurang dari 385.000 pada tahun 1990 menjadi 152.000 pada tahun 2012. " Ini jelas berita baik, kata
Angela Kearney, Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia. "Namun , jangan lupa bahwa lebih dari 400 anak-
anak yang masih meninggal setiap hari di Indonesia. Biasanya, ini adalah anak-anak dari keluarga miskin
dan paling terpinggirkan, dan banyak dari mereka menjadi korban penyakit yang mudah dicegah dan
diobati seperti pneumonia dan diare. Kita perlu memastikan bahwa layanan pencegahan dan
pengobatan tersedia untuk semua anak di Indonesia.""Kita harusnya merayakan kemajuan ini," kata
Anthony Lake, Direktur Eksekutif UNICEF. "Tapi bagaimana kita bisa merayakan ketika ada begitu banyak
yang harus dilakukan sebelum kita dapat mencapai tujuan? Dan kita dapat mempercepat kemajuan - kita
tahu bagaimana, tapi kita harus bertindak dengan cepat," katanya .

Lebih dari setahun yang lalu, Pemerintah Etiopia, India dan Amerika Serikat, bersama-sama dengan
UNICEF, meluncurkan Committing to Child Survival : A Promise Renewed, upaya global untuk
menghentikan anak-anak dari kematian akibat penyebab yang mudah dicegah.

Sejauh ini, 176 pemerintah, termasuk Indonesia, telah menandatangani janji, untuk mempercepat
kemajuan dalam kelangsungan hidup ana . Ratusan masyarakat sipi , kelompok agama dan individu
swasta juga telah menjanjikan dukungan untuk tujuan bersama memberikan setiap anak terakhir awal
terbaik dalam hidup.
Laporan Committing to Child Survival: A Promise Renewed mengkaji tren angka kematian anak sejak
tahun 1990, menganalisis penyebab utama kematian balita, dan menyoroti upaya nasional dan global
untuk menyelamatkan nyawa anak-anak. Kemajuan yang dibuat sampai saat ini adalah karena upaya
kolektif pemerintah, masyarakat sipil dan sektor swasta, serta intervensi berbasis bukti, seperti kelambu
nyamuk berinsektisida, obat-obatan, vaksin, menyusui yang tepat, gizi suplemen dan makanan dan
pengobatan rehidrasi terapi untuk diare .Di Indonesia, intervensi di bidang kesehatan dan gizi semakin
dikaitkan dengan berbagai skema pengurangan kemiskinan seperti PKH Prestasi dan PNPM Generasi.

Laporan ini menunjukkan penurunan tajam dalam kematian anak dapat dicegah di seluruh wilayah di
dunia, dan di semua tingkat pendapatan nasional, termasuk negara-negara berpenghasilan rendah.
Bahkan, beberapa negara termiskin di dunia ini telah membuat keuntungan terkuat dalam kelangsungan
hidup anak sejak tahun 1990. Beberapa negara-negara berpenghasilan rendah dengan tingkat kematian
anak yang tinggi, seperti Bangladesh, Ethiopia, Liberia, Malawi, Nepal dan Tanzania, telah mengurangi
tingkat kematian balita mereka dengan dua pertiga atau lebih sejak tahun 1990, mencapai Millenium
Development tujuan 4 untuk pengurangan kematian anak menjelang tenggat waktu 2015 .Secara global,
laju penurunan telah dipercepat dengan tingkat tahunan penurunan tiga kali lipat sejak tahun 1990. Sub-
Sahara Afrika juga telah mempercepat laju penurunan, dengan tingkat tahunan pengurangan meningkat
lebih dari lebih dari lima kali lipat sejak awal 1990-an. Dalam tujuh tahun terakhir, Afrika Timur dan
Selatan telah di antara yang terbaik daerah tampil di dunia , mengurangi tingkat kematian balita pada
tingkat tahunan 5,3 persen pada 2005-2012.

Di Indonesia, meskipun banyak kemajuan dalam mengurangi kematian anak dibandingkan dengan
tingkat tahun 1990, ada kekhawatiran dengan tingkat penurunan melambat selama 5 sampai 10 tahun
terakhir.

Pneumonia, diare, dan malaria masih menjadi penyebab utama kematian anak secara global, mengklaim
kehidupan sekitar 6.000 anak balita setiap hari. Masalah gizi adalah hampir setengah dari kematian ini.

Bulan pertama kehidupan adalah yang paling berbahaya bagi anak. Pada tahun 2012 , hampir tiga juta
bayi meninggal selama bulan pertama kehidupan, sebagian besar dari penyebab yang mudah dicegah.
Reversing tren ini menghancurkan memerlukan tindakan segera di berbagai bidang, yang dituangkan
dalam Millenium Development Goals - mengurangi kemiskinan , penurunan angka kematian ibu,
meningkatkan pendidikan dan kesetaraan gender, dan mempromosikan kelestarian lingkungan .

Catatan untuk Editor :Contoh kemajuan negara Di Indonesia, angka kematian balita menurun 63 persen
antara tahun 1990 dan 2012, terutama berkat perluasan layanan imunisasi dan penggunaan terapi
rehidrasi oral untuk mengobati diare . Pembentukan lebih dari 250.000 pos kesehatan masyarakat
(Posyandu) di tingkat desa dalam 25 tahun terakhir yang menyediakan perawatan kesehatan khusus bagi
ibu dan anak-anak serta pelaksanaan program-program kesehatan dasar termasuk keluarga berencana,
gizi, dan imunisasi juga memberikan kontribusi terhadap penurunan jumlah kematian bayi dan anak .

Balita adalah bayi yang berada pada rentang usia 0-5 tahun. Pada usia ini otak anak mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat yang dikenal dengan istilah masa keemasan (the golden ege), dan pada
masa ini harus mendapatkan stimulasi secara menyeluruh baik kesehatan, gizi, pengasuhan dan
pendidikan. Istilah ini sudah sering di dengar dan di pahami oleh semua orang tua, karena mereka
menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas, tapi sedikit yang memanfaatkan peluang ini,
karena mereka merasa pertumbuhan anak adalah proses alami yang akan terjadi dengan sendirinya
tanpa dengan interpretesi orang tua atau siapapun.

1.Karakteristik Anak Balita

Anak usia 1-5 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanandari apa yang
disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai
bahan makanan. Laju pertumbuhan masa balita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga
diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan
jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya
lebih besar. Olehkarena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

Peran makanan bagi BALITA

1.Makanan sebagai sumber zat gizi

Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan air.Zat gizi
ini di perlukan bagi balita sebagai zat tenaga,zat pembangun, dan zat pengatur.

2.Zat Tenaga

Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita,tenaga
diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu,
kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa. Zat tenaga bisa
didapat dari beras, jagung, gandum, kentang, sagu dan juga roti.

3.Zat Pembangun

Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ
tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang sudah rusak. Zat pembangun ini terdapat di protein
hewani( telur,ayam,ikan,daging,susu.) dan di protein nabati (kacang-kacangan,tempe,dan tahu).

4.Zat pengatur

Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti
yang diharapkan,serta untuk member tubuh perlindungan maksimal terhadap serangan penyakit.Zat
pengatur dapat di peroleh dari semua sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin dan
mineral,seperti jeruk,pepaya,wortel,sawi dan bayam.

Kebutuhan gizi BALITA

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada
umumnya.Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukanoleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan,
dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga
diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan
dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).

1.Kebutuhan Energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia
tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat.Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan
bertambahnya usia.

2.Kebutuhan zat pembangunSecara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang
usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.

3.Kebutuhan zat pengatur Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan
bertambahnya usia.Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi.Ada beberapa hal yang
sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak
langsung.Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia
dibawah lima tahun (balita)adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan
dengan kebutuhan tubuh mereka.

Anda mungkin juga menyukai