Anda di halaman 1dari 9

Dr. Suparyanto, M.

Kes
DIARE
1.Pengertian Diare

Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami buang air besar yang sering
dan masih memiliki kandungan air berlebihan. Di Dunia ke-3, diare adalah penyebab
kematian paling umum kematian balita, membunuh lebih dari 1,5 juta orang per tahun
(Utami, 2005).

Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3
kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah atau lendir saja (Soetjiningsih, 2004).

Diare atau gastroenteritis (GE) adalah suatu infeksi usus yang menyebabkan keadaan
faeces bayi encer dan/atau berair, dengan frekuensi lebih dari 3 kali perhari, dan kadang
disertai muntah. Muntah dapat berlangsung singkat, namun diare bisa berlanjut sampai
sepuluh hari. Kondisi ini dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (fructose,
lactose), penyakit dari makanan atau kelebihan vitamin C dan biasanya disertai sakit
perut, dan seringkali mual dan muntah. Ada beberapa kondisi lain yang melibatkan tapi
tidak semua gejala diare, dan definisi resmi medis dari diare adalah defekasi yang
melebihi 200 gram per hari (Safitri, 2006).

2.Penyebab Diare
1. Virus (penyebab diare tersering dan umumnya karena Rotavirus) gejala : Berak-berak air
(watery), berbusa, tidak ada darah lendir, berbau asam.
2. GE (Gastro enteritis atau flu perut) terbanyak karena virus.
3. Bakteri. Berak-berak dengan darah/lendir, sakit perut. Memerlukan antibioka sebagai
terapi pengobatan.
4. Parasite (Giardiasis). Berak darah positif atau negatif dan lendir, sakit perut perlu
antiparasite agar parasit yang ada didalam perut mati sehingga diare dapat teratasi.
5. Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotika. Bila diare terjadi saat anak sedang
dalam pengobatan antibiotika, maka hubungi dokter anda.
6. Alergi susu formula, diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum susu
tersebut, biasanya pada alergi susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu sapi.
7. Infeksi dari bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain; misalnya infeksi saluran
kencing, infeksi telinga, campak dll.
8. Pengolahan makanan yang salah
9. Konsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang yang tidak cukup makan.
10. Tumbuhnya gigi pada anak sering disertai diare. Hal ini diduga berhubungan dengan
kondisi psikologis anak.
11. Kepekaan terhadap suatu makanan dalam diet. Diet yang salah misalnya mengurangi
makan dan mengkonsumsi obat-obat pelangsing dapat menyebabkan diare.

12. Terlalu banyak buah, sari buah (terutama apel atau anggur) atau makan jenis pencahar
lainnya.
Menurut Nelson (2003) faktor penyebab diare, antara lain :
a. Faktor infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada balita. Jenis
infeksi yang umumnya menyerang adalah sebagai berikut :

1. Infeksi bakteri oleh kuman E.colly, salmonella, dan vibrio cholerae (kolera).
2. Infeksi basil (disentri)
3. Infeksi virus, entero virus dan adeno virus.
4. Infeksi parasit oleh cacing (Asculis)
5. Infeksi jamur (candidiasis)
6. Infeksi akibat orang lain (radang tonsil dan radang tenggorokan).
b. Faktor Malabsorsi
1). Malabsorbsi karbohidrat

Kepekaan balita ke dalam laktobacillus ke dalam susu formula menyebabkan diare, tinja
berbau sangat asam, sakit di daerah perut jika sering terkena diare maka pertumbuhan
anak akan terganggu.

2). Malabsorbsi lemak

Dalam makanan terdapat lemak yang disebut trigliserida dengan bantuan kelenjuar
limpase mengubah lemak menjadi unisel yang siap absorbinya di usus. Jika tidak ada
lipase akan terjadi kerusakan mukosa usus. Diare dapat muncul karena lemak tidak
terserat dengan baik.

c). Faktor makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu
banyak lemak, sayuran mentah dan kurang matang.

d). Faktor psikologis

Rasa takut, cemas dan tegang jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare kronis.

3.Jenis Diare

Karakteristik diare :

a. Mayor (harus terdapat satu atau lebih)


1. Feses lunak, cair atau

2. Peningkatan frekuensi defekasi


b. Minor (mungkin terdapat)
1. Dorongan
2. Kram atau nyeri abdomen
3. Frekuensi bising usus meningkat
4. Peningkatan dalam keenceran atau volume feses. (Lynda Juall, 2006).

Penatalaksanaan diare bergantung pada jenis klinis penyakitnya, yang dengan mudah
ditentukan saat anak pertama kali sakit. Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan.
Empat jenis klinis diare antara lain:

1. Diare akut bercampur air (termasuk kolera) yang berlangsung selama beberapa jam/hari:
bahaya utamanya adalah dehidrasi, juga penurunan berat badan jika tidak diberikan
makan/minum
2. Diare akut bercampur darah (disentri): bahaya utama adalah kerusakan usus halus
(intestinum), sepsis (infeksi bakteri dalam darah) dan malnutrisi (kurang gizi), dan
komplikasi lain termasuk dehidrasi.
3. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih lama): bahaya utama adalah
malnutrisi (kurang gizi) dan infeksi serius di luar usus halus, dehidrasi juga bisa terjadi.
4. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor): bahaya utama adalah infeksi
sistemik (menyeluruh) berat, dehidrasi, gagal jantung, serta defisiensi (kekurangan)
vitamin dan mineral (Safitri, 2006).
4. Gejala Diare
1. Tinja yag encer : tinja tampak seperti air cucian beras atau air tajin
2. Lebih sering buang air besar : frekuensi buang air besar meningkat sehingga
mengakibatkan dehidrasi yang disertai keadaan turgor kulit menurun, mata cekung.
3. Tinja berlendir
4. Muntah : timbulnya muntah disebabkan karena asam lambung meningkat.
5. Pencegahan Diare

Diare tidak selalu dapat dicegah, tetapi resikonya dapat dikurangi :

1. Teruskan Pemberian Air Susu Ibu (ASI)


2. Melarutkan sari buah yg diberikan kepada bayi; membatasi jumlah total pemberian sari
buah (beberapa bayi dan anak kecil diketahui mengalami diare khronis akibat meminum
sekitar 1 liter sari apel atau anggur setiap harinya).
3. Menerapkan perilaku mencuci tangan dengan sabun pada saat yang tepat. Waktu yang
tepat di sini menunjukkan pada aktivitas berkontak langsung dengan benda-benda yang
kotor.

4. Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk pemberian makanan pendamping
ASI setelah bayi berusia 4 bulan.
5. Ingat untuk menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan. Juga
kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si kecil.
6. Penatalaksanaan Diare
a. Untuk bayi yang menyusui ASI
1. Hentikan makanan padat
2. Berikan cairan suplemen cairan jernih
3. Lanjutkan menyusu ASI
b. Untuk bayi menyusu formula
1. Hindari cairan cairan carbohidrat tinggi (mis: minuman ringan gelatin,jus jeruk, minuman
berkafein,kaldu ayam atau daging)
2. Gunakan larutan rehidrasi oral (mis: Pedialite, lytran, reselite, resol). Berikan 60-80
ml/kg selama lebih dari dua jam untuk diare ringan sampai sedang.
3. Secara bertahap tambahan pada diet reguler (kecuali produk susu setelah 36 sampai 48
jam setelah 3 sampai 5 hari, secara bertahap tambahkan susu skim pada susu encer
sampai menjadi susu kental.
4. Secara bertahap kenalkan formula (formula encer pada formula kental)
5. Jelaskan diet BRATT (banana, rice, aplecouce, teh dan touse) untuk mengatasi efek diare
c. Penatalaksanaan diare yang lain, antara lain :
1. Lakukan observasi awal penyebab diare..
2. Anak penderita diare ringan tetap dapat mengkonsumsi makanan biasa, termasuk susu.
ASI tetap dapat diberikan.Jika anak terlihat kembung setelah minum susu sapi atau
formula, hubungi DSA. Diskusikan kemungkinan mengganti susu. Biasanya susu yang
digunakan yaitu susu free-lactose (FL). Cairan khusus (pengganti cairan tubuh) umumnya
belum diperlukan pada anak penderita diare ringan.
3. Anak penderita diare sedang dapat dirawat di rumah dengan pengawasan ekstra dan
petunjuk dari DSA-nya.
4. Jangan membuat sendiri cairan ini. Takaran dan kandungan dari oralit sangat kompleks.
5. Untuk diare berat dengan gejala-gejala dehidrasi berat harus diberi cairan infus.
6. Banyak minum (paling sedikit 55 cc air setiap jam) untuk menggantikan cairan yg hilang
melalui diare.
7. Lanjutkan makanan padat, jika bayi sudah biasa makan makanan padat.

8. Jika ada muntah, makanan padat biasanya tidak diberikan sampai muntah ini berhenti.
Tetapi tawarkan cairan yang bening (sari buah yang diencerkan atau cairan rehidrasi, jika
dianjurkan oleh dokter) atau untuk anak yg sudah lebih besar, tawarkan es lilin yang
dibuat dari sari buah yang diencerkan.
9. Ketika tinja mulai normal kembali, biasanya setelah dua atau tiga hari, dokter akan
menganjurkan anda untuk kembali ke diet bayi yang biasanya, tetapi tetap membatasi
susu dan produk susu lainnya (kecuali asi atau susu formula untuk satu atau dua hari
lebih lama.
10. Pada diare yang berlangsung selama dua minggu atau lebih, pada bayi yang minum susu
botol, dokter mungkin menganjurkan perubahan susu formulanya.
11. Pengobatan untuk membantu meringankan gejala :
a. Loperamide (Imodium)

Petunjuk penggunaan: untuk mengawali, konsumsi dua butir tablet. Kemudian gunakan
satu tablet tiap kali anda buang air besar (jangan konsumsi lebih dari 8 tablet dalam
jangka waktu 24 jam). Jangan berikan obat ini pada bayi, anak-anak dan wanita hamil.

b. Bismuth subsalicylate (Pepto-bismol)

Pentunjuk penggunaan: apabila anda menggunakan tablet, minum dua butir tablet tiap 30
menit hingga diare berkurang. Jangan mengkonsumsi lebih dari 16 tablet dalam jangka
waktu 24 jam. Apabila anda menggunakan obat cair, minum 6 sendok teh (30 mls) setiap
30 menit hingga diare berkurang. Jangan mengkonsumsi obat lebih dari 8 kali dalam
jangka waktu 24 jam. Jangan berikan pada bayi dan anak-anak. (Suririnah, 2007)

7. Kriteria Dehidrasi Karena Diare

Derajat dehidrasi dinilai dari tanda dan gejala yang menggambarkan kehilangan cairan
tubuh. Pada tahap awal, yang ada hanya mulut kering dan rasa haus. Seiring
meningkatnya dehidrasi, muncul tanda-tanda seperti: meningkatnya rasa haus, gelisah,
elastisitas (turgor) kulit berkurang, membran mukosa kering, mata tampak cekung, ubunubun mencekung (pada bayi), dan tidak adanya air mata sekalipun menangis keras.

a. Dehidrasi minimal atau tanpa dehidrasi (kehilangan < 3% cairan tubuh)


1. Status mental: baik, waspada
2. Rasa haus: minum baik, mungkin menolak cairan
3. Denyut nadi: normal
4. Kualitas kecukupan isi nadi: normal
5. Pernapasan: normal
6. Mata: normal
7. Air mata: ada
8. Mulut dan lidah: lembap (basah)
9. Elastisitas kulit: cepat kembali setelah dicubit

10. Pengisian kapiler darah: normal


11. Suhu lengan dan tungkai: hangat
12. Produksi urin: normal sampai berkurang
b.Dehidrasi ringan sampai sedang (kehilangan 3 9% cairan tubuh)
1. Status mental: normal, lesu, atau rewel
2. Rasa haus: haus dan ingin minum terus
3. Denyut nadi: normal sampai meningkat
4. Kualitas kecukupan isi nadi: normal sampai berkurang
5. Pernapasan: normal; cepat
6. Mata: agak cekung
7. Air mata: berkurang
8. Mulut dan lidah: kering
9. Elastisitas kulit: kembali sebelum 2 detik
10. Pengisian kapiler darah: memanjang (lama)
11. Suhu lengan dan tungkai: dingin
12. Produksi urin: berkurang
c. Dehidrasi berat (kehilangan > 9% cairan tubuh)
1. Status mental: lesu, sampai tidak sadar
2. Rasa haus: minum sangat sedikit, sampai tidak bisa minum
3. Denyut nadi: meningkat, sampai melemah pada keadaan berat
4. Kualitas kecukupan isi nadi: lemah, sampai tidak teraba
5. Pernapasan: dalam
6. Mata: sangat cekung
7. Air mata: tidak ada
8. Mulut dan lidah: pecah-pecah
9. Elastisitas kulit: kembali setelah 2 detik
10. Pengisian kapiler darah: memanjang (lama), minimal
11. Suhu lengan dan tungkai: dingin, biru
12. Produksi urin: minimal (sangat sedikit) (Safitri, 2006)

d. Penanganan Dehidrasi Karena Diare Di Rumah


1). Pemberian makanan bayi

Jika ibu menyusui, ASI terus diberikan dan diberikan lebih sering. Bayi dengan susu
formula boleh diberikan cairan rehidrasi oral selama 12 jam pertama, setelah itu
dilanjutkan dengan pemberian susu formula lebih sedikit dari jumlah yang biasa
diberikan, namun diberikan lebih sering.

2). Cairan Rehidrasi Oral (CRO)/Clear fluid

Anak dengan diare harus terus minum CRO atau clear fluid. CRO yang kita kenal
bisanya oralit (dalam bentuk kantung sachet dengan atau tanpa rasa tambahan) atau CRO
khusus anak (yang tersedia dalam kemasan botol plastik dengan aneka rasa). Cairan
tersebut dapat dibeli di apotek atau toko obat, tapi bila tidak tersedia dapat diberikan
CRO lain seperti yang disebutkan di bawah ini. Untuk bayi hingga usia sembilan bulan,
pembuatan CRO harus menggunakan air mendidih yang telah didinginkan.

Cara membuat CRO

1. Oralit satu sachet dilarutkan dengan dua gelas (400 ml) air
2. CRO khusus anak (kemasan botol) siap digunakan
3. Larutan gula satu sendok makan gula dilarutkan dengan dua gelas (200 ml) air
4. Limun (bukan yang rendah kalori) satu gelas limun dilarutkan dgn 4 gelas (800mL) air
5. Jus Buah satu gelas jus dilarutkan dengan empat gelas (800 ml) air . Perhatian : Minuman
mengandung gula harus diencerkan, karena terlalu banyak gula pada bayi kecil dapat
memperberat diare. (Safitri, 2006)
DAFTAR PUSTAKA
1. Alimul Aziz.2003. Metode dan Riset Keperawatan. PT.Rineka Cipta. Jakarta.
2. Amirudin. 2007. Praktik Menyusui di Dunia. http://www.nakita.com. diakses tanggal 7
Maret 2009
3. Arikunto, S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
4. BKKBN, 2008. Cakupan ASI Eksklusif. http://www.Pikiran-Rakyat.com. diakses tanggal
7 Maret 2009.
5. Dinkes, Jatim. 2007. Standar Pelayanan Minimal. http://www.dinkes-jatim.com. diakses
tanggal 7 Maret 2009.
6. Heather. 2001. Promosi ASI Eksklusif. http://www.info-balita.com.id diakses tanggal 7
Maret 2009.
7. Jensen. 2005. Kebutuhan Cairan Ibu Menyususi. http://www.Pikiran-Rakyat.com. diakses
tanggal 7 Maret 2009.

8. Kristina.2007. ASI Eksklusif dan Diare. http://www.info ibu.com. diakses tanggal 7


Maret 2009
9. Linda, Juall.2006. Diagnosa Keperawtan. Jakarta:EGC
10. Lita. 2007. Rendahnya Pemberian ASI. http://www.Pikiran-Rakyat.com. diakses tanggal
7 Maret 2009.
11. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia
12. Markum.2003.Diare Pada Balita. http://www.info ibu.com. diakses tanggal 7 April 2009
13. Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Rineka Cipta.
14. Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
15. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
16. Nursalam, 2003. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
17. Pekey. 2007. Prevalensi Pemberian ASI. http://www.Pikiran-Rakyat.com. diakses tanggal
7 April 2009.
18. Safitri.2006. ASI Eksklusif. http://www.info ibu.com. diakses tanggal 7 Maret 2009
19. SKRT.2004. Angka Kejadian Diare. Jakarta:PT. Rineka Cipta
20. Suciningsih.2004.Susu Formula dan Diare. http://www.kompas.com. diakses tanggal 7
Maret 2009
21. Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Kesehatan. ALFABETA. Bandung
22. Supariasa.2001. Pemantauan Status Gizi. Jakarta:EGC
23. Suradi, 2006. ASI Menyelamatkan Jiwa Bayi. http://www.kompas.com. diakses tanggal 7
Maret 2009
24. Suririnah. 2007.Faktor Penyebab Diare. http://WWW. Info-Balita.com.id diakses pada
tanggal 7 Maret 2009
25. Tarmudji.2003.Faktor Pemberian ASI Eksklusif. Jakarta:Salemba Medika
26. Utami, Roesli. 2004. ASI dan Manfaatnya. http://www.Pikiran-Rakyat.com. diakses
tanggal 7 Maret 2009.
27. Utami. 2005. Diare Pada Balita. . http: // WWW. Info-kia.com. id diakses pada tanggal 7
Maret 2009
28. Warta.2006. Diare. http: // WWW. Info-balita.com. id diakses pada tanggal 7 Maret 2009

Anda mungkin juga menyukai