Anda di halaman 1dari 31

Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami buang air besar yang sering dan

masih memiliki kandungan air berlebihan. Di Dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling
umum kematian balita, membunuh lebih dari 1,5 juta orang per tahun.
Jika bayi atau anak tiba-tiba mengalami perubahan dalam buang air besar dari biasanya, baik
frekuensi / jumlah buang air yang menjadi  sering dan keluar dalam konsistensi cair daripada padat,
maka itu adalah diare. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari
sepuluh kali sehari, dan bayi yang lebih besar akan mempunyai waktu buang air masing-masing,
ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 kali seminggu saja.  Dengan kata lain anda
harus mengetahui apa yang NORMAL buat bayi atau anak anda dari kebiasaan buang air besar
mereka.

Penyebab
Kondisi ini dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (fructose, lactose), penyakit dari
makanan atau kelebihan vitamin C dan biasanya disertai sakit perut, dan seringkali enek dan
muntah. Ada beberapa kondisi lain yang melibatkan tapi tidak semua gejala diare, dan definisi resmi
medis dari diare adalah defekasi yang melebihi 200 gram per hari.
Hal ini terjadi ketika cairan yang tidak mencukupi diserap oleh usus besar. Sebagai bagian dari
proses digestasi, atau karena masukan cairan, makanan tercampur dengan sejumlah besar air. Oleh
karena itu makanan yang dicerna terdiri dari cairan sebelum mencapai usus besar. Usus besar
menyerap air, meninggalkan material yang lain sebagai kotoran yang setengah padat. Bila usus
besar rusak atau "inflame", penyerapan tidak terjadi dan hasilnya adalah kotoran yang berair.
Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun
bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi dan air tersedia, pasien
yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling lama satu
minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi
yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa perawatan.
Diare dapat menjadi gejala penyakit yang lebih serius, seperti disentri, kolera atau botulisme, dan
juga dapat menjadi indikasi sindrom kronis seperti penyakit Crohn. Meskipun penderita apendistis
umumnya tidak mengalami diare, diare menjadi gejala umum radang usus buntu.
Diare juga dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang
yang tidak cukup makan.
Perawatan untuk diare melibatkan pasien mengkonsumsi sejumlah air yang mencukupi untuk
menggantikan yang hilang, lebih baik bila dicampur dengan elektrolit untuk menyediakan garam
yang dibutuhkan dan sejumlah nutrisi. Untuk banyak orang, perawatan lebih lanjut dan medikasi
resmi tidak dibutuhkan.
Diare di bawah ini biasanya diperlukan pengawasan medis:
 Diare pada balita
 Diare menengah atau berat pada anak-anak
 Diare yang bercampur dengan darah.
 Diare yang terus terjadi lebih dari 2 minggu.
 Diare yang disertai dengan penyakit umum lainnya seperti sakit perut, demam, kehilangan
berat badan, dan lain-lain.
 Diare pada orang bepergian (kemungkinan terjadi infeksi yang eksotis seperti parasit)
 Diare dalam institusi seperti rumah sakit, perawatan anak, institut kesehatan mental.

http://id.wikipedia.org/wiki/Diare

Pernahkah Anda diare? Setiap orang pasti pernah terkena diare dalam hidupnya. Diare adalah
penyakit yang ditandai dengan tinja yang lembek dan cair, seringkali disertai kejang perut. Diare tak
pernah pandang bulu, ia dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita, baik orang tua
maupun muda.
Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta
menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap
tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab
kematian kedua terbesar pada balita.
Jangan anggap remeh diare terutama pada anak. Diare mungkin bukan penyakit parah seperti
penyakit jantung atau kanker. Namun, diare pada bayi dan balita (bayi bawah lima tahun) sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan kematian akibat kekurangan cairan.
Bayi dan balita (bayi bawah lima tahun) rentan sekali akan diare. Perkembangan sistem pencernaan
dan kekebalan tubuhnya yang belum optimal menyebabkan mereka mudah terserang diare akibat
bakteri atau virus.
Lain lagi dengan orang dewasa. Diare pada orang dewasa, selain karena bakteri, dapat disebabkan
pola makan (makanan bersantan dan pedas) dan stres. Untungnya, daya tahan orang dewasa lebih
kuat dibandingkan anak-anak.
Hal penting yang harus diwaspadai pada penderita diare adalah kemungkinan terjadinya dehidrasi
(kekurangan cairan tubuh). Cairan dan elektrolit tubuh akan banyak keluar bersama tinja sehingga
tubuh kesulitan menjalankan fungsinya.
Penanganan diare pun tidak semudah membalikan telapak tangan. Pemberian cairan yang
mengandung elektrolit penting memang baik untuk mencegah dehidrasi penderita, tetapi pemberian
obat anti diare yang tidak pada tempatnya malah berbahaya.
http://www.medicastore.com/diare/
 
Penyebab diare :
 Virus (penyebab diare tersering – dan umumnya karena Rotavirus) gejala : Berak-berak air
(watery), berbusa, TIDAK ada darah lendir, berbau asam.
 GE ( flu perut) terbanyak karena virus.
 Bakteri -  Berak2 dengan darah/lendir , sakit perut. ----Memerlukan antibioka sebagai terapi
pengobatan.
 Parasite(Giardiasis) - Berak darah+/- dan lendir, sakit perut.------perlu antiparasite
 Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotilka – Bila diare terjadi saat anak sedang dalam
pengobatan antibiotika, maka hubungi dokter anda.
 Alergi susu,- diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum susu tersebut ,
biasanya pada alergi susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu sapi.
 Infeksi dari bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain ; misalnya infeksi saluran kencing,
infeksi telinga, campak dll.
 
Gejala Diare Akut ( Diare Mendadak) :
 
Penyebab diare akut ( diare mendadak) tersering adalah karena VIRUS , khas berak-berak air (watery),
berbusa, TIDAK ada darah atau lendir, dan berbau asam.  
 
Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti :
 
-        Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau
kontaminasi oleh tangan yang kotor.
-        Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/
mainan / apapun kedalam mulut.  Karena virus ini dapat         bertahan dipermukaan udara sampai
beberapa hari. 
-        Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
-        Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
-        Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja
anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
 
Pengobatan Diare
 
Karena penyebab Diare akut / diare mendadak  tersering adalah Virus,  maka TIDAK ada pengobatan yang
dapat menyembuhkan, karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari.  Maka
pengobatan diare ini ditujukan untuk mengobati gejala yang ada dan mencegah terjadinya dehidrasi atau
kurang cairan. 
 
Diare akut dapat  disembuhkan HANYA dengan meneruskan pemberian makanan seperti biasa dan
minuman / cairan yang cukup saja.
 
Yang perlu diingat pengobatan BUKAN memberi obat untuk mengHENTIKAN diare, karena diare sendiri
adalah suatu mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan kontaminasi makanan dari usus.  Mencoba
menghentikan diare dengan obat seperti menyumbat saluran pipa yang akan keluar dan menyebabkan
aliran balik dan akan memperburuk saluran tersebut.  
 
Oleh karena proses diare ini adalah mekanisme pertahanan dari tubuh,  akan sembuh dengan sendirinya
setelah beberapa hari - ( 14 hari) dimana diare makin berisi - dari air ( watery) mulai berampas, berkurang
frekuensi nya dan sembuh.
 
Yang terpenting pada diare adalah mencegah dan mengatasi gejala dehidrasi.
 
 
Yang terpenting diperhatikan pada kasus diare mendadak ini adalah:  
 Ingat menHENTIkan diare virus dengan obat bukanlah jalan terbaik.  Tetapi jangan menjadi
bingung bila diare tetap ada sampai beberapa hari.  Karena biasanya berlangsung beberapa hari-14
hari. Dan sembuh. Tergantung dari keadaan kesehatan anak dan banyaknya cairan yang masuk.
 Pengatasan diare adalah dengan memperhatikan adanya tanda-tanda DEHIDRASI
 Penanganan Yang terbaik adalah tetap memberikan makanan dan minum (ASI) seperti BIASA. 
Bila sudah disertai muntah, untuk pengantian cairan anda dapat memberikan pedialyte ( oralit
unutk anak2 dengan beberapa rasa).  Kurangi makanan yang mengandung terlalu banyak GULA. 
Ingat memang tidak mudah memberikan anak cairan yang agak terasa asin ini, bahkan beberapa
anak akan menolaknya.  Tapi bersabarlah dan tetap berusaha mencari jalan supaya anak dapat
meminum cairan ini.
 Dan yang paling terpenting  adalah  Membuat anak kembali kemakanan padatnya (  dan / atau susu
formulanya/ASI) karena ini adalah yang TERBAIK untuk mengobati diarenya.  Karena sel2 usus yang
dirusak oleh virus memerlukan NUTRISI untuk pembentukan kembali.   Penelitian menyatakan
bahwa pemberian makanan  seperti BIASAnya akan memperpendek masa waktu gejala dari
diare ini.
 
Pencegahan Diare:
 
-         Teruskan Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
-        Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk  pemberian makanan pendamping ASI
setelah bayi berusia 4 bulan.
-        Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan / serangga , maka menjaga
kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah
tangan sebelum makan atau menyediakan makanan  untuk sikecil.
-        Ingat untuk menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan. Juga kebersihan
perabotan makan ataupun alat bermain si kecil.
 
Hubungi dokter anda, bila:
 Diare disertai Darah -----perlu pengobatan spesifik dengan antibiotika.
 Adanya tanda-tanda DEHIDRASI ( tidak ada air mata ketika menangis, kencing berkurang atau tidak
ada kencing dalam 6-8 jam, mulut kering)
 Adanya panas tinggi (.38.5C) yang tidak turun dalam 2 hari.
 Muntah terus menerus - tidak dapat masuk makanan / asi .
 Adanya sakit perut - kolik ----pada bayi akan menangis kuat dan biasanya menekuk kaki,
keringatan dan gelisah.
http://www.infoibu.com/tipsinfosehat/diare.htm
;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; reproduksi

Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang
dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi pada suatu organisme berbeda antara
jantan dan betina. Sistem reproduksi pada perempuan berpusat di ovarium.
Artikel bertopik anatomi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan
mengembangkannya.
 
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_reproduksi

Pengertian
Masa remaja sering dipahami sebagai suatu masa peralihan antara masa kanak-kanak dan
dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik dan kematangan biologis atau seksual,
perubahan secara psikologis yaitu dengan adanya proses pembentukan diri dan secara sosial yang
ditandai dengan penyesuaian diri terhadap tuntutan masyarakat. White dan Speisman (1987)
menyatakan bahwa masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak dan masa dewasa dimana
seseorang dihadapkan pada sekumpulan peran dan dan harapan yang tidak sejalan dengan peran dan
harapan di masa lalu. Sedangkan Medinnus dan Johnson (1976) menyatakan bahwa remaja
merupakan suatu periode dalam perkembangan individu yang ditandai oleh adanya tanda-tanda
kematangan seksual. Kematangan ini mulai terjadi pada perkembangan fisik dan sosial serta
berakhir pada saat seseorang telah mengambil peran-peran dewasa dan diterima dalam banyak hal
sebagai orang dewasa oleh reference group-nya, yaitu orang-orang kepada siapa individu
menujukan/mengharapkan tingkah lakunya untuk diterima. Pikunas (1986) mengatakan bahwa
masa remaja adalah masa pencarian diri (self) yang ditandai oleh afiliasi terhadap teman-teman
dekat, pembentukan kelompok-kelompok, pembentukan nilai-nilai dan cita-cita yang tinggi,
pembentukan kepribadian dan pencapaian status sebagai orang dewasa lengkap dengan segala
tantangan dan tanggung jawabnya.
Sedangkan Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang
utuh, bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Karakteristik Remaja
Perubahan pada remaja dimulai dengan adanya percepatan pertumbuhan fisik yang diikuti
kematangan biologis yang sering dikenal dengan istilah pubertas, yaitu mulai berfungsinya organ-
organ reproduksi baik untuk anak laki-laki maupun anak perempuan dan mulai tumbuhnya alat
kelamin sekunder. Pada anak perempuan periode ini umumnya terjadi antara umur 11 – 15 tahun
dan pada anak laki-laki terjadi pada umur 12 – 16 tahun (Monks, dkk, 1988). Istilah pubertas lebih
mengarah ke pengertian kematangan biologis, sedangkan istilah remaja menunjukkan pengertian
yang lebih luas karena menyangkut perkembangan segala aspek, biologis, psikologis dan sosial.
Menurut Monks, dkk (1988) secara global masa remaja berlangsung antara umur 12 – 21 tahun.
Namun rentang waktu di sini tidak berlaku secara mutlak.
Kematangan biologis pada anak perempuan ditandai dengan permulaan haid (menarchee) dan
pelepasan air mani (ejaculatio) pada anak laki-laki, serta tumbuhnya kelamin sekunder yang
merupakan tanda-tanda khas laki-laki dan perempuan : misalnya, tumbuhnya kumis, jambang,
membesarnya payudara, perubahan pada suara, dsb. Secara fisik laki-laki terjadi pertumbuhan urat
daging yang pesat dan pada perempuan terjadi pertumbuhan pada jaringan pengikat/lemak di bawah
kulit yang lebih menonjol. Akibat dari perubahan-perubahan tersebut secara fisik membuat laki-laki
dan perempuan nampak berbeda.
Perubahan yang terjadi secara fisik berpengaruh pada segi psiko sosial remaja. Percepatan
pertumbuhan membuat remaja secara fisik kelihatan seperti orang dewasa sehingga lingkungan
sering menuntut berperilaku dewasa pula. Hal ini tentunya sulit untuk dipenuhi karena secara
psikologis mereka dapat dikatakan belum matang. Di sisi lain mereka tidak mau dianggap dan
diperlakukan seperti anak kecil lagi. Ketidakpahaman akan perkembangan remaja inilah yang
seringkali menimbulkan ketegangan dalam hubungan antara remaja dengan lingkungannya.
Remaja dan Masalah Kesehatan Reproduksi
Perubahan fisik remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan dan kematangan biologis
juga disertai dengan perkembangan psikologis dan sosial. Pada aspek kehidupan sosial remaja
terdapat fenomena yang sangat penting yaitu munculnya dua macam ‘gerak’ yaitu menjauhi orang
tua dan mendekati teman sebaya. Serta mulai tumbuhnya ketertarikan pada lawan jenisnya serta
meningkatnya dorongan seksual yang sulit untuk mereka pahami.
Remaja bergerak menjauhi orang tua bukan semata-mata untuk melepaskan diri dari
dominasi orang tua namun dalam rangka mengembangkan identitas diri mereka. Masalah yang
sering muncul apabila remaja terlalu larut dalam pergaulan kelompoknya padahal norma yang
berlaku dalam kelompok tersebut berlawanan dengan norma yang berlaku dalam keluarga maupun
masyarakatnya.
Apabila melihat batasan yang dikemukakan oleh sebagian besar ahli psikologi, yang
menyatakan rentang masa remaja dimulai umur 12 tahun sampai dengan umur 21 tahun, maka
mahasiswa sebagian besar berada pada tahap perkembangan remaja akhir atau bahkan sudah
melampaui masa remaja dan menginjak masa dewasa muda, demikian pula secara fisik dan biologis
sudah berkembang sempurna, namun kebanyakan masih tergantung pada orang tua sehingga dalam
banyak hal belum mampu untuk mengambil keputusan bagi hidupnya. Menurut Mitchell (dalam
Shelton, 1988) menyatakan bahwa salah satu hal penting dalam perkembangan remaja akhir adalah
adanya kebutuhan akan intimitas yang semakin mendesak. Interaksi psikologis seperti memeluk,
mencium, mencumbu dan bersenggama merupakan manifestasi dari kebutuhan ini. Hal ini sesuai
dengan data dari remaja yang melakukan konseling di PKBI Yogyakarta selama tahun 2001
menunjukkan bahwa masalah pacaran menduduki peringkat pertama yang dikeluhkan oleh remaja,
peringkat kedua adalah masalah seks.
Masalah-masalah yang dihadapai remaja tentunya bervariasi menurut waktu dan tempat.
Semakin moderen suatu masyarakat biasanya akan semakin kompleks kriteria yang dituntut untuk
dikatakan sebagai ‘dewasa’ dalam arti benar-benar mandiri. Adanya jarak yang cukup jauh antara
kematangan biologis seseorang dengan kesiapan untuk menikah banyak menimbulkan masalah
dalam pemenuhan kebutuhan seksual.
Penelitian PKBI pada tahun 1994 di tiga propinsi menunjukkan bahwa 18,2% dari remaja
yang diteliti telah aktif secara seksual sejak rentang usia 15 – 18 tahun. Dari angka tersebut hanya
19% diantaranya yang memiliki satu pasangan, sedangkan sisanya melakukan hubungan seksual
dengan lebih dari satu orang. Sedangkan dari remaja yang tidak aktif secara seksual, 47%
diantaranya sering melakukan masturbasi dan 20% lainnya melakukan pacaran dengan petting
(Dian Rosdiana, dalam Tanpa nama, 1998).
Sedangkan hasil penelitian Pusat Penelitian Kependuidukan Universitas Gajah Mada, mengenai
perilaku seks remaja di Bali, menunjukkan bahwa pada tahun 1989 19,3 % dari 325 responden setuju
hubungan seks pra nikah, 43,2 % setuju HUS pra nikah bila setuju menikah. Akibat dari semakin
permisifnya perilaku seksual di kalangan remaja antara lain : meningkatnya angka kehamilan tidak
dikehendaki, meningkatnya angka aborsi, meningkatnya angka kekerasan terhadap perempuan
khususnya kekerasan dalam pacaran, banyaknya perkawinan yang dibangun di atas landasan yang
sangat rapuh karena dilakukan secara terpaksa, makin tingginya resiko penularan penyakit menular
seksual, dsb.
Pada tahun 1996 9,3 % dari 150 responden setuju HUS pra nikah, dan 60,7 % setuju HUS pra nikah
bila setuju menikah. Laporan Kompas (14/4/02) juga menunjukkan 40 dari 234 atau sekitar 17 % remaja
Palembang telah melakukan HUS pra nikah. Data dari Mitra Citra Remaja PKBI Bandung menyebutkan
terdapat 78 kasus KTD (kehamilan tak dikehendaki) dari 380 kasus konsultasi seks yang ditangani tahu
2001. PKBI Yogyakarta juga mencatat 772 kasus kehamilan tak diinginkan pada tahun 2001. penelitian
Sutjipto dari fakultas Psikologi UGM tahun 1990 melaporkan, sekitar 90 % remaja Bali pernah melakukan
HUS pra nikah. Majalah Editor dalam polingnya menggambarkan sekitar 40 % pelajar SLTA di Jakarta
pernah melakukan praktek tersebut. Penelitian Undip bekerja sama dengan Departemen Kesehatan Jateng
menyebutkan 10 % dari 600.000 siswa SMU (artinya: 60.000 siswa) di Jateng pada tahun 1995 pernah
melakukan HUS pra nikah.
Selain karena faktor perkembangan remaja sendiri, agaknya globalisasi di bidang informasi
yang dalam hal ini dapat diakses sampai ke pelosok desa melalui media cetak maupun perangkat
elektronik sangat besar pengaruhnya dalam mempengaruhi terbentuknya nilai-nilai baru bagi remaja
baik di desa maupun di kota. Sementara itu upaya untuk memberikan informasi yang tepat dan
bertanggung jawab tentang masalah seksual ini masih sangat kurang, hal ini terbukti dari berbagai
penelitian bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh IRRMA di 5 Propinsi di Sumatera (Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Jambi, Lampung dan Bengkulu) terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku
seksual remaja tahun 2003 misalnya, dari 1,450 remaja yang menjadi responden, sebanyak 78,95%
remaja tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual. Dampak dari
rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual menjadi sangat luar biasa
terhadap sikap dan perilaku seksual mereka, dibandingkan dengan remaja yang memiliki
pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi dan seksual.
Dari 1,450 responden, sebanyak 22,36% pernah melakukan hubungan seksual sejak usia 16
tahun untuk remaja perempuan dan 17 tahun untuk remaja laki-laki. Dari remaja yang telah aktif
melakukan hubungan seksual, sebanyak 19,70% melakukannya dengan pelacur dan 79,30% dengan
pacar. Sebagian besar ( 86,87%) dari mereka yang telah melakukan seksual aktif tidak memiliki
pengetahuan sedikitpun tentang kesehatan reproduksi, sedangkan selebihnya, pengetahuannya
hanya sepotong-sepotong yang mereka peroleh dari teman atau melalui media.
Dari data yang sama, teridentifikasi bahwa 18,55% dari responden yang telah aktif
melakukan hubungan seksual pernah mengalami keluhan kesehatan reproduksin ( sakit dan
berdarah pada saat buang air kecil). Survey lanjutan yang dilakukan oleh PKBI Jambi pada tahun
2004 terhadap 174 pasangan muda yang telah menikah, terungkap bahwa 68,54% yang menjadi
responden menyatakan telah melakukan hubungan seks sebelum mereka resmi menjadi suami-isteri.
(IRRMA 2004)
Satu yang menarik dan perlu mendapatkan perhatian serius dari banyak pihak adalah alasan
mereka melakukan hubungan seksual. Sebanyak 67,5 % dari mereka miliki alasan coba-coba karena
terangsang setelah menonton film porno, 22,5% beralasan suka sama suka, dan selebihnya 10%
karena di paksa oleh pacar. Ironisnya, ketika ditanyakan apakah tidak takut hamil saat melakukan
hubungan seksual ? Sebanyak 64,5% berpendapat tidak akan hamil jika melakukan hubungan
seksualnya hanya sekali. Sementara, sebanyak 15,8 % menyatakan untuk menghindari kehamilan
segera minum jamu atau minum sprit dan segara mencuci alat kelamin dengan anti septic setelah
melakukan hubungan seksual, sedangkan 19,8% menyatakan tidak takut hamil, karena pacar akan
bertanggungjawab. (IRRMA, 2004)
Selain rendahnya pengetahuan tentang kehamilan, pengetahuan remaja tentang penyakit
hubungan seksual dan HIV/AIDS juga umumnya rendah. Dari 1,450 responden hanya 21,7 % yang
memiliki pengetahuan memadai tentang Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS, sementara
sebanyak 78,3% tidak memiliki pengetahuan yang cukup, bahkan cenderung membahayakan
kesehatan reproduksi. Hal ini disebabkan, keyakinan mereka bahwa melakukan hubungan seks
dengan perempuan atau laki-laki yang berpenampilan bersih dan melakukannya dengan pacar tidak
mungkin akan terinfeksi penyakit kelamin dan HIV/AIDS. Mereka juga beranggapan bahwa minum
obat antibiotika sebelum atau sesudah melakukan hubungan seks, atau segera mencuci alat kelamin
setelah berhubungan seks dengan pelacur akan terhindar dari penyakit kelamin dan HIV/AIDS.
Hasil survey IRRMA di atas juga tidak jauh berbeda dengan hasil-hasil penelitian dari
berbagai wilayah di Indonesia. Jumlah remaja yang telah aktif melakukan hubungan seksual
diperkirakan rata-rata mencapai 28,8%. Peningkatan remaja yang telah melakukan hubungan
seksual aktif inilah yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan unwanted pregnancy yang
diperkirakan sekitar 1,5 juta per tahun, unsafe abortion mencapai 300,000 orang per tahun dan
peningkatan kasus IMS, HIV/AIDS diperkirakan 75,000 – 150,000 per tahun. Lagi-lagi dari hasil
penelitian inipun, terungkap pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi dan seksual
umumnya sangat buruk.
Sedangkan data kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan di Rifka Annisa
menunjukan angka yang tingi pada kasus kekerasan dalam pacaran, yaitu tertinggi setelah
kekerasan terhadap istri.

Dok. Rifka Annisa 2007


Kenyatan ini sangat memprihatinkan mengingat kenyataan bahwa jumlah remaja di
Indonesia yang berusia 12- 24 tahun mencapai 28% dari 220 juta jiwa penduduk Indonesia. Namun,
sebagian besar dari mereka menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks berkaitan dengan
kesehatan reproduksi dan seksualnya. Setiap hari, mereka harus menjalani kehidupan reproduksinya
dengan penuh resiko; mulai resiko kehamilan yang tidak direncanakan (KTD), eksploitasi dan
kekerasan seksual, penyakit hubungan seksual (IMS) sampai resiko terinfensi HIV/AIDS.
Apa yang Harus Segera Dilakukan?
Tidak dapat disangkal, terjadinya berbagai peningkatan kasus KTD, aborsi, IMS dan
HIV/AIDS dikalangan remaja, disebabkan karena kesehatan reproduksi remaja di Indonesia sampai
saat ini belum mendapat perhatian yang optimal dari orang tua, tokoh agama dan pemerintah.
Remaja baik di kota maupun desa masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses informasi,
pendidikan dan pelayanan berkaitan dengan Kesehatan Reproduksinya. Sementara, disisi lain
perkembangan teknologi informasi yang menyajikan berbagai informasi pornografi mudah diakses
oleh remaja, sehingga mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks bebas.
Padahal, menurut WHO remaja perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia muda
beresiko 10 kali lebih tinggi untuk terinfeksi kanker leher rahim, dan beresiko 2 kali lebih tinggi
untuk terinfeksi STDs dan HIV/AIDS bila pasangannya sudah terinfeksi STDs sebelumnya.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi
dan seksual, sehingga remaja mampu membuat keputusan terhadap kebutuhan dan hak-hak
reproduksinya secara sehat, aman dan bertanggungjawab, diperlukan langkah-langkah taktis dan
strategis melalui pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Berkaitan dengan membuka
akses informasi, pendidikan dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja diperlukan dukungan
dari berbagai pihak, seperti; orang tua dan tokoh agama dan perhatian serta keseriusan dari
pemerintah di semua level. Pembagian peran dan tanggung jawab berkaitan dengan membuka akses
dan pelayanan terhadap remaja agar mereka dapat menjalani hak-hak kesehatan reproduksinya
secara bertanggungjawab, dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Keluarga dan masyarakat harus mulai membuka diri terhadap Pendidikan Kesehatan Reproduksi
dan Seksual. Sikap keluarga dan masyarakat yang selama ini apriori dan ketakutan, jika remaja
mendapat pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas akan semakin mendorong mereka
melakukan seks bebas harus dihilangkan. Sebab, dari banyak penilitian dan pengalaman
berbagai pihak yang secara intensif memberikan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
dan seksual kepada remaja secara benar, mampu merubah perilaku seksual remaja untuk
semakin bertanggungjawab. Penelitian dan pengalaman banyak pihak, mentabukan pendidikan
seks di keluarga dan masyarakat semakin tidak dapat menyelesaikan masalah. Sebab, semakin
pendidikan seks di tabukan, semakin mendorong remaja untuk ’ingin tahu dan ingin mencoba’.
Sebab, faktanya remaja semakin mudah mendapatkan akses seksualitas yang menyesatkan
melalui berbagai media electronik ( lihat di internal, puluhan jenis situs pornografi yang
menyajikan rangsangan seksual remaja dapat dengan mudah diakses oleh remaja).
2) Pemerintah di semua level, harus menempatkan isu-isu kesehatan reproduksi remaja menjadi
prioritas utama dalam penyusunan kebijakan. Kebijakan yang dihasilkan harus dapat
memastikan remaja memperoleh hak-hak kesehatan reproduksinya.
3) Media Massa harus ikut bertanggung jawab dalam memberikan informasi dan pengetahuan
kesehatan reproduksi dan seksual bagi remaja bukan malah membuat posisi remaja semakin
sulit dalam menjalani hak-hak kesehatan reproduksinya akibat banyaknya informasi yang
menyesatkan.
4) Membuka ruang dan akses bagi remaja untuk berpartisipasi dalam proses-proses pengambilan
keputusan menyangkut kebutuhan remaja akan hak-hak kesehatan reproduksi dan seksualnya.
Banyak program pemberdayaan remaja yang dilakukan selama ini tidak direspon secara positif
oleh remaja, karena remaja tidak dilibatkan dalam proses-proses pengambilan keputusan
menyangkut kebutuhannya.
Pustaka:
Muthi’atus Sholihah, “Remaja dan Masalahnya”, makalah tidak dipublikasikan, Yogyakarta
2006.
Hambali, Potret Buram Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia, makalah disampiakan dalam
seminar nasional, Marginalisasi Kesehatan Reproduksi di Indonesia, oleh IRRMA,
Surabaya, 2004
Annual Repaort Data Kasus Rifka Annisa 2006.
 
Komentar (6)
http://saeroni.wordpress.com/2008/12/20/remaja-dan-masalah-kesehatan-reproduksi/
.................................

Menjadi seorang remaja di jaman sekarang ini bisa dipandang merupakan hal yang menyenangkan
sekaligus tugas yang berat. Saat ini remaja selalu dituntut untuk menjadi anak yang baik, rajin
belajar, ditambah seabrek tugas yang harus dikerjakan setiap hari. Tapi di sisi lain juga harus bisa
menjadi anak yang gaul, mengikuti trend dan mode saat ini agar bisa diterima oleh teman-teman.
Tapi apakah yakin saat ini rekan-rekan remaja sudah pintar untuk membagi perhatian agar kedua hal
itu bisa tercapai dengan baik.
Berbicara tentang gaul dan trend di kalangan anak muda sekarang, tentunya ada hal wajib yang harus
dipunya remaja agar bisa tetap gaul dan masa remaja ini bisa tetap asyik dan indah untuk dijalani.
Bekal yang wajib rekan-rekan remaja miliki saat ini adalah bekal pengetahuan, salah satu pengetahuan
yang mutlak diketahui adalah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja.
Tidak sedikit lho, remaja yang belum memahami tentang kesehatan reproduksi sehingga akhirnya
banyak yang terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Banyak remaja yang karena ketidakpahaman,
kurang mampu mengontrol dorongan seksual dan keinginan untuk bereksperimen melakukan hubungan
seksual sebelum waktunya. Selain akibatnya adalah kehamilan di usia sangat muda, maka tidak tertutup
kemungkinan  remaja akan mudah dihinggapi infeksi menular seksual termasuk AIDS. Kagak mau
dong, kalo di umur belia  harus repot mengurus anak sedangkan teman-teman kita masih asyik
menikmati masa remaja.
Nah, sekarang Kita akan membahas secara singkat tentang kesehatan reproduksi remaja, khususnya
remaja putri beserta permasalahan yang menyertainya.  Jadi tolong disimak baik-baik ya…!
Sebenarnya apa sih yang dimaksud dgn kesehatan reproduksi?
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, maupun sosial yang berkaitan
dengan sistem reproduksi. Sistem reproduksi terdiri dari alat-alat reproduksi serta fungsinya.
Lalu apa saja yang termasuk organ reproduksi wanita ?
Organ genitalia eksterna:
1. Labia mayora
2. Labia minora
3. Vulva
4. Klitoris
5. Lubang vagina
Organ genitalia interna :
1. Indung telur (ovarium), fungsinya menghasilkan sel telur, hormon (estrogen, progesteron, dll)
2. Saluran telur (tuba falopii), fungsinya tempat berjalannya sel telur setelah keluar dari ovarium
(proses ovulasi) dan tempat pembuahan (konsepsi) atau bertemunya sel telur dan sperma
3. Rahim (uterus), berupa rongga yang terlindungi oleh beberapa lapisan otot dan selaput lendir,
fungsinya tempat berkembangnya janin dan sumber perdarahan saat Menstruasi
4. Liang kemaluan (vagina), digunakan untuk sanggama dan jalan lahir bayi

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri


Apa itu  Masa Pubertas Remaja ?
Adalah masa di mana tubuh sedang mengalami perubahan besar-besaran, dari struktur tubuh anak-anak
menjadi struktur tubuh orang dewasa. Ditandai dengan kematangan organ-organ reproduksi, termasuk
pertumbuhan seks sekunder. Pada masa ini remaja juga mengalami pertumbuhan fisik yang cepat.
Awal dimulainya masa puber pada laki-laki antara umur 13 atau 14 tahun, lebih lambat dari perempuan
yang sudah mulai saat umur 11 atau 12 tahun, dan akan berakhir sekitar umur 17 – 18 tahun. Tapi ini
tidak mutlak, karena kondisi tubuh masing-masing individu berbeda-beda. Jadi ada remaja laki-laki
atau perempuan yang mengalami masa puber lebih cepat atau justru terlambat.
Perubahan fisik apa yang terjadi pada remaja saat pubertas ?
Memasuki usia remaja, beberapa jenis hormon atau zat dalam tubuh, terutama hormon estrogen dan
progesteron, mulai berperan aktif sehingga pada remaja mulai tumbuh payudara, panggul mulai
melebar dan membesar dan akan mengalami menstruasi atau haid.
Di samping itu akan mulai tumbuh rambut-rambut halus di sekitar ketiak dan vagina/kemaluan.
Beberapa dari remaja perempuan mengalami tumbuhnya jerawat pada wajah. Dan perubahan lainnya
seperti :
 Kulit dan rambut mulai berminyak
 Keringat bertambah banyak
 Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang
 Tangan dan kaki bertambah besar
 Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar
 Pantat berkembang lebih besar
 Indung telur mulai membesar
 Vagina mulai mengeluarkan cairan

Masa pubertas Remaja Putri sangat identik dengan menstruasi. Sebenarnya bagaimanakah
proses terjadinya menstruasi ?
Menstruasi merupakan proses pelepasan darah dan cairan encer dari uterus melalui vagina.  Dimulai
saat pubertas dan berhenti sesaat waktu hamil atau menyusui dan berakhir saat menopause. Menstruasi
adalah siklus dari serangkaian perubahan yang terjadi berulang-ulang pada organ reproduksi
perempuan. Perubahan-perubahan ini terjadi hanya ketika perempuan tidak hamil atau tidak sedang
menyusui. Perubahan ini terjadi karena sel telur menjadi matang, dan karena tidak dibuahi, dilepaskan
oleh indung telur (disebut juga ovulasi). Perubahan juga mencakup penebalan dinding rahim (uterus),
kemudian menipis dan rontok, keluar melalui saluran rahim. Pelepasan telur oleh indung telur ini
terjadi secara periodik.
Bagian dari siklus haid adalah masa subur, yaitu waktu telur dilepaskan. Terjadi 14±2 hari sebelum
haid. Pada waktu inilah perempuan akan mudah hamil bila melakukan hubungan seksual. Semakin
dewasa biasanya siklus menstruasi menjadi lebih teratur, walaupun tetap  bisa maju atau mundur karena
faktor stress atau kelelahan.
Berapa lama siklus menstruasi yang normal ?
Pada kebanyakan perempuan, siklus haid berkisar 28 hari. Namun demikian, siklus yang berlangsung
21-35 hari (28±7 hari) sekali masih dianggap normal.
Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai seorang remaja ?
Buat semua remaja, Pram gak pernah bosan-bosannya buat ngingetin agar selalu berperilaku sehat. Itu
artinya remaja harus dapat menolak dengan tegas ajakan untuk melakukan hubungan seks sebelum
nikah. Karena hubungan seks yang terbaik, dan aman adalah yang dilakukan dalam ikatan pernikahan
yang sah. Sedangkan pernikahan itu sendiri membutuhkan banyak persiapan. Tidak saja membutuhkan
kematangan pribadi, tetapi juga kesiapan ekonomi, dan perencanaan keluarga yang benar-benar
matang.
Jadi saran Pram adalah lebih baik menikmati masa remaja yang indah ini dengan kegiatan yang positif,
jangan lupa jauhi narkoba dan hindari seks bebas, karena itu akan menghancurkan masa depan dan
yang pasti tetaplah berusaha untuk menggapai cita-citamu setinggi langit.
“No Drugs, No Free Sex And Explore Your Talent”
Filed under: Youth Clinic | Tagged: kesehatan reproduksi remaja, permasalahan remaja perempuan,
remaja perempuan
« “Ironis Dari Merokok, Menjadi Pecandu Narkoba!” “Mari Berjuang Melawan
Penyalahgunaan Narkoba” »
http://pramareola14.wordpress.com/2009/06/13/kesehatan-reproduksi-remaja-putri-dan-
permasalahannya/
...........................................

dm dalam kehamilan
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa
berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu
mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-
65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar
DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.

Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah mengalami
DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan
toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu
dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti
dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200
mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200
mg% belum pasti DM.

Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan
glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian.
Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan test tolesansi glukosa oral.

Patofiologi Diabetes Mellitus Pada Kehamilan

Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana
jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap
efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah
tinggi, kadar insulin tetap tinggi).

Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi
komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain
itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
Pengelolaan Diabetes Mellitus Pada Kehamilan

Pengelolaan medis

Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama
didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.

1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini,
pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin
yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.

2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi
dengan baik.

3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.

4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali
pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.

5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.

6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:

− Kalori basal 25 kal/kgBB ideal

− Kalori kegiatan jasmani 10-30%

− Kalori untuk kehamilan 300 kalor

− Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB

Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120
mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.

Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler.
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.

Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :

− Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl

− Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl


− Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%

− Mencegah episode hipoglikemia

− Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik

− Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.

Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika mungkin
dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal pemeriksaan
antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin sering. Hb glikosilat
diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.

Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-
rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan
tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB
lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).

Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang digunakan
harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal dari manusia
(non-human insulin) dapat menyebabkan

terbentuknya antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah
plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin.

Pada DMG, insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja intermediate dan
diberikan 1-2 kali sehari. Pada DMH, pemberian insulin mungkin harus lebih sering, dapat
dikombinasikan antara insulin kerja pendek dan intermediate, untuk mencapai kadar glukosa yang
diharapkan.

Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang tinggi dan
dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI.

Pengelolaan obstetrik

Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaanklinis ibu dan janin, terutama tekanan
darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu, pemeriksaan USG
dan kardiotokografi (jika memungkinkan).

Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan
mendengarkan denyut jantung janin.

Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri
dan mendengarkan denyut jantung janin.

Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :

Pengukuran tinggi fundus uteri

- NST – USG serial

- Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP < 5
merupakan tanda gawat janin.

- Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia,
pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi untuk melakukan
persalinan secara seksio sesarea.

- Pada janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia kehamilan cukup waktu
(40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin (normal >l0x/12 jam).

- Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.

- Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu untuk
memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).

- Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi
seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan 34
minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.

- Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-plasenta (FDJP).

Possibly related posts: (automatically generated)


 KEHAMILAN DENGAN DIABETES MELITUS

Comments (3)

3 Comments »
1.
masalah pa saja yang terjadi jika ibu hamil kekurangan zat gizi
Comment by retna — July 10, 2009 @ 9:39 am | Reply
2.
Referensi Kesehatan
referensi,kesehatan,keperawatan,obstetri,sexual,reproduksi,antenatal,postpartum
DIABETES MELLITUS PADA KEHAMILAN
April 26, 2008 in Antenatal Care
Tags: antenatal, dibetes mellitus, gestasional, gula darah, kehamilan
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa
berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita
perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun
antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin.
Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat
pemeriksaan rutin.
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah mengalami
DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan
toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM,
dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah
sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti bukan DM dan
bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM.
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan
glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam
kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral.
Patofiologi Diabetes Mellitus Pada Kehamilan
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana
jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi
terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar
gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi
komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi).
Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik
(hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
Pengelolaan Diabetes Mellitus Pada Kehamilan
Pengelolaan medis
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama
didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini,
pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin
yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan
infeksi dengan baik.
3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.
4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal,
kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
− Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
− Kalori kegiatan jasmani 10-30%
− Kalori untuk kehamilan 300 kalor
− Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah
120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler.
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
− Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
− Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
− Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
− Mencegah episode hipoglikemia
− Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
− Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika
mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya
rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan
tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu
BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang
digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal
dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan
terbentuknya antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah
plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin.
Pada DMG, insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja intermediate
dan diberikan 1-2 kali sehari. Pada DMH, pemberian insulin mungkin harus lebih sering, dapat
dikombinasikan antara insulin kerja pendek dan intermediate, untuk mencapai kadar glukosa
yang diharapkan.
Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang tinggi
dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI.
Pengelolaan obstetrik
Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaanklinis ibu dan janin, terutama
tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu,
pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika memungkinkan).
Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus
uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus
uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :
Pengukuran tinggi fundus uteri
- NST – USG serial
- Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP 6, dapat
dilahirkan pada usia kehamilan cukup waktu (40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan
pergerakan janin (normal >l0x/12 jam).
- Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
- Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu
untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
- Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi
seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan 34
minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.
- Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-plasenta
(FDJP).
One Reply
1.
retna
July 10, 2009 at 9:39 am
masalah pa saja yang terjadi jika ibu hamil kekurangan zat gizi
Reply
« Macam – Macam Luka Perineum – Episotomi
HEPATITIS PADA KEHAMILAN »
Leave a Comment
Click here to cancel reply.
trackback address
There was an error with your comment, please try again.
name
email (will not be published)
url
Notify me of follow-up comments via email.
*
Caution : This site contents for educational purpose only
*
Categories
oA
o A Practical Guide using UML
o anatomi
o Antenatal Care
o Bayi, Anak dan remaja
o catatan harian
o Control System
o Daftar Istilah
o DDST
o fisiologi
o Fitofarmaka
o game
o Gerontologi
o Ilmu Komputer
o Infeksi
o KB
o Keperawatan/Kesehatan Masyarakat/Kebidanan
o Kesehatan Masyarakat
o Kesehatan Reproduksi
o Kesehatan Reproduksi Dewasa
o Kesehatan Reproduksi Remaja
o manajemen keperawatan
o manajemen laktasi
o Menopause
o Ngoceh Tentang Penelitian (TA/Skripsi/Tesis/KTI/Diserta
o Nutrisi
o Patologi
o Pernapasan
o Persalinan
o post partum
o postpartum
o Psikologi dan Jiwa
o Seksologi
o Specifications
o Suroboyoan
o Tip Memikat Wanita
o Uncategorized
o Woman Health
o Woman | Caffeine
o women genital health
*
Archives
*
Blog Stats
o 575,247 hits
*
Link
o Log in
o Entries RSS
o Comments RSS
o WordPress.com
*
Kalo Mau Tuker Link Silahkan Kopi Kode Berikut :

*
Pages
o About
o Inisiasi Menyusui Dini
*
April 2008 M T W T F S S
« May May »
123456
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30
*
Blogroll
o WordPress.com
o WordPress.org
*
*
*
*
*
Recent Posts
o Prita Vs OMNI (Ada yang nggak beres!!!!)
o MENGENAL PENYAKIT INFLUENSA (FLU) BABI
o Diafragma, Alat Kontrasepsi yang Tidak Biasa
o Nyeri saat Hubungan Seks (Dyspareunia)
o Proses Aborsi
*
Top Posts
o Perawatan Payudara
o Kesehatan Reproduksi Wanita
o Anatomi Organ Genital Wanita
o About
o 58 Langkah APN dan Sanggah Susur
Blog at WordPress.com. Theme: 2813 by Eli, Neil, and Paul..
Comment by Anonymous — August 25, 2009 @ 1:54 am | Reply
3.
Referensi Kesehatan
referensi,kesehatan,keperawatan,obstetri,sexual,reproduksi,antenatal,postpartum
DIABETES MELLITUS PADA KEHAMILAN
April 26, 2008 in Antenatal Care
Tags: antenatal, dibetes mellitus, gestasional, gula darah, kehamilan
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa
berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita
perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun
antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin.
Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat
pemeriksaan rutin.
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah mengalami
DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan
toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM,
dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah
sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti bukan DM dan
bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM.
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan
glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam
kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral.
Patofiologi Diabetes Mellitus Pada Kehamilan
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana
jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi
terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar
gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi
komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi).
Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik
(hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
Pengelolaan Diabetes Mellitus Pada Kehamilan
Pengelolaan medis
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama
didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini,
pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin
yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan
infeksi dengan baik.
3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.
4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal,
kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
− Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
− Kalori kegiatan jasmani 10-30%
− Kalori untuk kehamilan 300 kalor
− Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah
120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler.
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
− Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
− Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
− Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
− Mencegah episode hipoglikemia
− Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
− Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika
mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya
rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan
tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu
BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang
digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal
dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan
terbentuknya antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah
plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin.
Pada DMG, insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja intermediate
dan diberikan 1-2 kali sehari. Pada DMH, pemberian insulin mungkin harus lebih sering, dapat
dikombinasikan antara insulin kerja pendek dan intermediate, untuk mencapai kadar glukosa
yang diharapkan.
Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang tinggi
dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI.
Pengelolaan obstetrik
Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaanklinis ibu dan janin, terutama
tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu,
pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika memungkinkan).
Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus
uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus
uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :
Pengukuran tinggi fundus uteri
- NST – USG serial
- Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP 6, dapat
dilahirkan pada usia kehamilan cukup waktu (40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan
pergerakan janin (normal >l0x/12 jam).
- Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
- Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu
untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
- Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi
seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan 34
minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.
- Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-plasenta
(FDJP).
Possibly related posts: (automatically generated)
* HEPATITIS PADA KEHAMILAN
* Gizi pada Ibu Hamil
* Pola Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil
* KEHAMILAN DENGAN DIABETES MELITUS
2 Replies
Comment by Anonymous — December 10, 2009 @ 8:50 am | Reply
4.
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/diabetes-mellitus-pada-kehamilan/
;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;PENANGANAN DIABETES MELLITUS PADA IBU HAMIL
 
Engkus Kusmiati (078115009)
 
 
 
I. PENDAHULUAN
Diabetes mellitus merupakan komplikasi medis yang paling umum terjadi selama kehamilan.
Pengendalian kadar glukosa darah adalah hal penting selama kehamilan. Pada pasien yang telah
menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka akan cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada
janin yang dikandung, dan juga kesehatan si ibu dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-
komplikasi diabetik. Akhir dari kehamilan penderita DM dapat dibuat lebih aman apabila ditangani
dengan penatalaksanaan yang tepat, perawatan yang optimum meliputi inisiasi terapi intensif sebelum
konsepsi. Pasien-pasien ini memerlukan diagnosis dan penatalaksanaan prenatal yang khusus.

II. SASARAN TERAPI

Sasaran terapi diabetes secara umum adalah mengontrol kadar glukosa darah agar tetap stabil.
Sedangkan sasaran utama terapi diabetes pada ibu hamil adalah mengontrol kadar glukosa darah
preprandial kurang dari 100mg/dL, dalam hal ini digunakan kriteria diagnostik yang spesifik.

III. TUJUAN TERAPI

Tujuan terapi diabetes pada ibu hamil adalah untuk mencegah kelainan janin yang disebabkan oleh
hiperglikemik yang terjadi pada 4-8 minggu pertama kehamilan dan untuk mengurangi angka kesakitan
serta angka kematian ibu dan janin yang terkait dengan diabetes.

IV. STRATEGI TERAPI

Strategi terapi diabetes mellitus pada ibu hamil meliputi manajemen diet, menjaga berat badan ibu
tetap ideal, terapi insulin untuk menormalkan kontrol glikemik dan olah raga.

a. Manajemen Diet

Kebutuhan kalori dalam kehamilan kira-kira 5 kkal/kg lebih besar daripada orang dewasa yang
tidak hamil.pembatasan pemasukan karbohidrat yang dimurnikan merupakan tindakan yang baik.
Protein dalam jumlah yang cukup hendaknya termasuk dalam diet (yaitu 1,5 gram/kg berat badan).
Diet yang konsisten biasanya diberikan, termasuk makan 3 kali sehari dan makan ringan sebelum
tidur.

Tujuan manajemen diet pada ibu hamil dengan diabetes secara langsung dapat menjaga
perkembangan dan pertumbuhan janin, menjaga berat badan si ibu tetap ideal, dan menormalkan
konsentrasi glukosa darah si ibu. Pasien sering memperoleh manfaat dari pemeliharaan diet
individu dengan nutrisi. Oleh karena itu, pengurangan pada hiperglikemia postprandial merupakan
tujuan yang penting.

b. Terapi Insulin

Insulin adalah pilihan hipoglikemik selama kehamilan karena mempunyai catatan keamanan yang
tidak dapat dipungkiri lagi baik bagi ibu maupun janinnya. Obat hipoglikemik oral tidak dianjurkan
karena gagal mengontrol hiperglikemia dan potensial menyebabkan hipoglikemik pada empat
minggu pertama kelahiran. Kebutuhan insulin selama kehamilan bervariasi, pada umumnya
kebutuhan insulin:

1. Pada trimester I lebih rendah

2. Meningkat setelah umur kehamilan 24 minggu

3. Tiba-tiba menurun segera setelah masuk masa post-partum sehingga harus dipantau ketat.

Insulin yang dapat digunakan untuk terapi diantaranya:

1. HUMULIN

Komposisi : Humulin R Reguler soluble human insulin (rekombinant DNA origin). Humulin N isophane human
insulin (rekombinant DNA origin). Humulin 30/70 reguler soluble human insulin 30% &
human insulin suspensi 70% (rekombinant DNA origin).

Indikasi : IDDM

Dosis : Dosis disesuaikan dengan kebutuhan individu. Diberikan secara injeksi SK, IM, Humulin R dapat
diberikan secara IV. Humulin R mulai kerja ½ jam, lamanya 6-8 jam, puncaknya 2-4 jam.
Humulin N mulai kerja 1-2 jam, lamanya 18-24 jam, puncaknya 6-12 jam. Humulin 30/70
mulai kerja ½ jam, lamanya 14-15 jam, puncaknya 1-8 jam.

Kontraindikasi : Hipoglikemik.

Peringatan : Pemindahan dari insulin lain, sakit atau gangguan emosi, diberikan bersama obat hiperglokemik
aktif.

Efek sampinng : Jarang, lipodistropi, resisten terhadap insulin, reaksi alergi local atau sistemik.

Faktor resiko : pada kehamilan kategori B

     2. INSULATARD HM/ INSULATARD HM PENFILL

 
Komposisi : Suspensi netral isophane dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA asli.

Indikasi : DM yang memerlukan insulin

Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2x/hari (SK). Onset: ½ jam. Puncak: 4-12
jam. Terminasi: setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dengan Novo pen 3 dengan jarum
Novofine 30 G x 8mm.

Kontraindikasi : Hipoglikemia.

Faktor resiko : pada kehamilan kategori B

      3. ACTRAPID HM/ACTRAPID HM PENFILL


Komposisi : Larutan netral dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA asli

Indikasi : DM

Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal, biasanya diberikan 3 x atau lebih sehari. Penfill SK, IV, IM. Harus
digunakan dengan Novo Pen 3 & jarum Novofine 30 G x 8 mm. Tidak dianjurkan untuk
pompa insulin. Durasi daya kerja setelah injeksi SK: ½ jam, puncak: 1-3 jam. Terminasi
setelah 8 jam.

Kontraindikasi : hipoglikemia, insulinoma. Pengunaan pada pompa insulin.

Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit lain yang meningkatkan kebutuhan insulin. Hamil.

Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.

Interaksi obat : MAOI, alcohol, β bloker meningkatkan efek hipoglikemik. Kortikosteroid, hormon tiroid,
kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan kebutuhan insulin.

Faktor resiko : pada kehamilan kategori B

     4. HUMALOG/HUMALOG MIX 25

Komposisi : Per Humalog insulin lispro. Per Humalog Mix 25 insulin lispro 25%, insulin lispro protamine
suspensi 75%.

Indikasi : Untuk pasien DM yang memerlukan insulin untuk memelihara homeostasis normal glukosa. Humalog
stabil awal untuk DM, dapat digunakan bersama insulin manusia kerja lama untuk pemberian
pra-prandial
Dosis : Dosis bersifat individual. Injeksi SK aktivitas kerja cepat dari obat ini, membuat obat ini dapat diberikan
mendekati waktu makan (15 menit sebelum makan)

Kontraindikasi : hipoglikemia. Humalog mix 25 tidak untuk pemberian IV.

Peringatan : Pemindahan dari terapi insulin lain. Penyakit atau gangguan emosional. Gagal ginjal atau gagal hati.
Perubahan aktivitas fisik atau diet. Hamil.

Efek samping : Hipoglikemia, lipodisatrofi, reaksi alergi local & sistemik.

Interaksi obat : Kontrasepsi oral,kortikosteroid, atau terapi sulih tiroid dapat menyebabkan kebutuhan tubuh akan
insulin meningkat. Obat hipoglikemik oral, salisilat, antibiotik sulfa, dapat menyebabkan
kebutuhan tubuh akan insulin menurun.

Faktor resiko : pada kehamilan kategori B

      5. MIXTARD 30 HM/MIXTARD HM PENFILL

Komposisi : Produk campuran netral berisi 30% soluble HM insulin & 70% isophane HM insulin
(monokomponen manusia). Rekombinan DNA asli.

Indikasi : DM yang memerlukan terapi insulin.

Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2 x/hari. Onset: ½ jam. Puncak 2-8 jam.
Terminasi setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dalam Novo Pen 2 dengan jarum Novofine
30 G x 8 mm.

Kontraindikasi : Hipoglikemia, insulinoma.

Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit yang dapat meningkatkan kebutuhan insulin. Hamil.

Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.

Interaksi obat : MAOI, alkohol, β bloker meningkatkan efek hipoglikemik. Kortikosteroid, hormon tiroid,
kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan kebutuhan insulin.

Faktor resiko : pada kehamilan kategori B.

c. Olah raga

Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk memperbaiki


sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa. Olah raga juga dapat
membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara berat badan yang ideal ketika
dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.
 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, MIMS Petunjuk Konsultasi, Edisi 6, Info Master, Indonesia


Koda-Kimble, M.A., et all, Applied therapeutics: The Clinical Use of Drugs, 8th ed., Lippincott
William & Wilkins, USA.

William, Skach, MD, dkk., 1996, Penuntun Terapi Medis (Hand Book of Medical Treatment), Edisi
18, EGC, Jakarta.

Possibly related posts: (automatically generated)


 No Title
 BAHAYA PENGGUNAAN FENITOIN PADA MASA KEHAMILAN
 Farmakokinetik pada Geriatri
 TUBERKULOSIS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS SUATU MASALAH
KEPERAWATAN RESIKO
Filed under: Sistem Saraf-Hormon
« Penggunaan Alteplase (Recombinant Tissue Plasminogen Activator (rt-PA)) pada terapi Acute
Ischemic Stroke penggunaan antibiotika topikal dalam terapi acne »

http://yosefw.wordpress.com/2007/12/19/penanganan-diabetes-mellitus-pada-ibu-hamil/

DIABETES mellitus pada kehamilan dalam istilah kedokteran disebut diabetes mellitus gestasional.
Diabetes mellitus ini mungkin hanya berlangsung selama kehamilan tetapi dapat juga berlanjut meski
sudah tidak hamil lagi.
Menurut penelitian sekitar 40-60 persen ibu yang mengalami diabetes mellitus pada kehamilan dapat
berlanjut mengidap diabetes mellitus setelah persalinan. Disarankan agar setelah persalinan
pemeriksaan gula darah diulang secara berkala misalnya setiap enam bulan sekali.
Faktor risiko diabetes mellitus pada kehamilan adalah riwayat keguguran berulang, pernah melahirkan
bayi yang beratnya sama dengan atau melebihi 4000 g, pernah mengalami preeklamsia (keracunan
kehamilan), atau pernah melahirkan bayi mati tanpa sebab yang jelas atau bayi dengan cacat bawaan.
Selain itu yang juga merupakan faktor risiko adalah usia ibu hamil yang melebihi 30 tahun, riwayat
diabetes mellitus dalam keluarga, serta pernah mengalami diabetes mellitus pada kehamilan
sebelumnya.
Penatalaksanaan diabetes pada kehamilan sebaiknya dilakukan secara terpadu antara dokter kebidanan,
penyakit dalam, ahli gizi, dan spesialis anak. Sasaran penatalaksanaan adalah mencapai kadar gula
darah yang normal yaitu gula darah puasa kurang dari 105 mg/dl dan dua jam sesudah makan kurang
dari 120 mg/dl. Sasaran dapat dicapai dengan melakukan pengaturan makan.
Bila diperlukan maka diberikan insulin untuk menurunkan kadar gula darah mencapai normal.
Biasanya bila kadar gula darah puasa melebihi atau sama dengan 130 mg/dl di samping perencanaan
makan perlu diberikan insulin.
Bila kadar gula darah puasa di bawah 130 mg/dl, penatalaksanaan dapat dimulai dengan perencanaan
makan saja. Dalam perencanaan makan dianjurkan jumlah kalori sebesar 35 kal/kg berat badan ideal,
kecuali bila penderita gemuk jumlah kalori dikurangi. Pada kehamilan biasanya perlu dipertimbangkan
penambahan kalori sebanyak 300 kal. Agar janin dalam kandungan dapat tumbuh secara baik
dianjurkan untuk mengkonsumsi protein sebesar 1-1,5 g.
Penggunaan insulin biasanya dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan sesuai kebutuhan untuk
mencapai kadar gula darah yang normal. Biasanya Anda akan diajari menyuntik insulin sendiri agar
tidak tergantung orang lain.
Untuk itu Anda perlu mempelajari prinsip-prinsip sterilitas, mengenal berbagai macam insulin, serta
memahami dosis dan penyediaan insulin yang tepat.
Anda tidak perlu khawatir terhadap pengaruh buruk insulin pada pertumbuhan janin. Justru pemberian
insulin ini diharapkan dapat membantu tercapainya kadar gula darah normal sehingga janin dapat
tumbuh dengan baik dan terhindar dari kesulitan waktu melahirkan.
Bila gula darah tidak dikendalikan, maka terjadi keadaan gula darah ibu hamil yang tinggi
(hiperglikemia) yang dapat menimbulkan risiko pada ibu dan juga janin.
Risiko pada janin dapat terjadi hambatan pertumbuhan karena timbul kelainan pada pembuluh darah
ibu dan perubahan metabolik selama masa kehamilan. Sebaliknya dapat terjadi makrosomia yaitu bayi
pada waktu lahir besar akibat penumpukan lemak di bawah kulit. Juga pernah dilaporkan terjadinya
cacat bawaan karena diabetes mellitus yang tidak diobati waktu kehamilan.
Risiko lain adalah meningkatnya kadar bilirubin bayi serta gangguan napas dan kelainan jantung. Pada
ibu hamil diabetes mellitus yang tidak diobati dapat menimbulkan risiko terjadinya penyulit kehamilan
berupa preeklamsi, cairan ketuban yang berlebihan, dan infeksi saluran kemih.
Jadi penatalaksanaan diabetes mellitus pada kehamilan perlu dilakukan dengan baik untuk
meningkatkan taraf kesehatan ibu dan bayi.
http://keluargacemara.com/kesehatan/kehamilan/diabetes-mellitus-pada-kehamilan.html
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Anda mungkin juga menyukai