Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN IV

( PATOLOGI )
IBU HAMIL DENGAN APB

Dosen Pembimbing :
ARTIAH,SST.MMkes

Disusun oleh :

Faridatul Bahagia ( 08.02.043/15)


Muryani ( 08.02.070/24)
Renny Mar’atus Sholikhah ( 08.02.091/31)
Siti Mah’rifah ( 08.02.106/36)
Wahyu kartikasari ( 08.02.121/41)
Yuniarti Ningsih ( 08.02.127/43)

AKEDEMI KEBIDANAN DELIMA PERSADA


GRESIK
2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat AIIAH SWT yang telah melimpakan
rahmat dan hidayahnya kepada kami.sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Asuhan kebidanan IV ( patologi) “ Ibu hamil dengan APB “

Terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu


terselesaikannya makalah ini.semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dalam
penyusunsn makalah berikutnya.semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi mahasiswa program studi kebidanan Delima Persada Gresik pada
khususnya.

Gresik, oktober 2010

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahaya pada kehamilan lanjut, meliputi perdarahan pervaginam, sakit kepala
hebat, penglihatan kabur, bengkak di wajah dan jari-jari tangan, pengeluaran cairan
pervaginam, gerakan janin tidak terasa, dan sakit perut hebat.
Perdarahan Antepartum adalah perdarahan pervaginam pada usia kehamilan diatas
28 minggu atau lebih.
Karena perdarahan antepartum terjadi pada umur kehamilan diatas 28 minggu
maka sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester ketiga.
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang
berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan
pada kehamilan tua disebut perdarahn antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda
dan kehamilan tua ialah kehamilan 22 minggu, mengingat kemungkinan hidup janin di
luar uterus.
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan
plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta
umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan
antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hali ini bersumber pada kelainan
plasenta.

1.2 Tujuan
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang perdarahan antepartum
 Mahasiswa mampu melakukan tindakan baik pencegahan maupun penanganan
terhadap perdarahan antepartum
 Mahasiswa mampu membuat asuhan pada ibu hamil dengan APB.
BAB II
ISI

PERDARAHAN ANTEPARTUM

Bahaya pada kehamilan lanjut, meliputi perdarahan pervaginam, sakit kepala


hebat, penglihatan kabur, bengkak di wajah dan jari-jari tangan, pengeluaran cairan
pervaginam, gerakan janin tidak terasa, dan sakit perut hebat.
( Lily Yulaikhah, 2009, hal : 107 )
2.1 Pengertian
Perdarahan Antepartum adalah perdarahan pervaginam pada usia kehamilan diatas
28 minggu atau lebih.
( Lily Yulaikhah, 2009, hal : 107 )
Karena perdarahan antepartum terjadi pada umur kehamilan diatas 28 minggu
maka sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester ketiga.
( Manuaba, 1998, hal : 253 )
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang
berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan
pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda
dan kehamilan tua ialah kehamilan 22 minggu, mengingat kemungkinan hidup janin di
luar uterus.
( Sarwono,2005, hal : 362 )
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan
plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta
umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan
antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hali ini bersumber pada kelainan
plasenta.
( Sarwono,2005, hal : 362 )
2.2 Insidens
Perdarahan Antepartum terjadi kira-kira 3% dari semua persalinan. Perdarahan
Antepartum merupakan salah satu penyebab kematian ibu di Indonesia. Setiap
Perdarahan Antepartum memerlukan rawat inap penatalaksanaan segera.
Perdarahan terjadi karena :
1. Abrusio plasenta atau pemisahan plasenta dalam keadaan normal pada segmen
uterus bagian atas
2. Plasenta previa atau pemisahan plasenta pada keadaan abnormal yang terletak
atau menghalangisegmen uterus bagian bawah
3. Penyebab non plasenta akibat trauma,infeksi atu neoplasma.
4. Vasa previa.Perdarahan disebabkan oleh ruptur pembuluh darah pada selaput
ketuban.Perdarahan janin hilang.Insersi tali pusat yang tidak normal atau plasenta
menutup jalan lahir sering ditemukan.

( David.T.Y.Liu, 2008, hal : 54 )


Poin penting untuk di ingat tentang perdarah pervaginam dalam kehamilan
Perdarahan pervaginam di diagnosis hanya jika ada lendir darah, yang biasanya
terkait dengan kontraksi.Adanya darah murni bukan merupakan perdarahan
pervaginam.
Bagian presentasi yang tinggi atau salah presentasi pada pemeriksaan abdomen
dapat terjadi akibat plasenta previa (tanpa memperhitungkan pemindaian
ultrasonografi pada awal kehamilan)
Uterus yang keras dan terdapat nyeri tekan pada saat kontraksi merupakan salah
satu tanda abrupsio plasenta
Pemeriksaan vagina dikontraindikasikan sampai plasenta previa disingkirkan
Janin dapat turut berperan dalam perdarahan sehingga menjadi risiko pengeluaran
darah
Perdarahan sering kali lebih parah dari yang diamati
Peningkatan aktivitas uterus dapat mengakibatkan atau didikuti dengan pemisahan
plasenta
Antisipasi perdarahan pasca melahirkan
Pemindaian ultrasonografi dapat mendeteksi pengumpulan darah retroplasenta
Kerusakan plasenta dan pelepasan tromboplastin dapat mengakibatkan defek
koagulasi
( David.T.Y.Liu, 2008, hal : 55 )
2.3 Klasifikasi
1. Perdarahan yang berhubungan dengan kehamilan
 Plasenta previa
 Solusio plasenta
 Perdarahan pada plasenta letak rendah
 Pecahnya sinus marginalis
 Pecahnya vasa previa
2. Perdarahan yang tidak berhubungan dengan kehamilan
 Pecahnya varices vagina
 Perdarahan polip servikalis
 Perdarahan pada perlukaan serviks
 Perdarahan karena keganasan serviks
( Lily Yulaikhah, 2009, hal : 107 )
2.4 Etiologi

1. Plasenta previa
2. Solusio plasenta
3. Gangguan pembekuan darah
4. Ruptur uteri
( Lily Yulaikhah, 2009, hal : 108 )
2.5 Gambaran klinik
Perdarahan antepartum tanpa rasa nyeri merupakan tanda khas plasenta
previa, apalagi kalu disertai tanda- tanda lainnya, seperti bagian terendah janin belum
masuk ke dalam pintu atas panggul, atau kelainan letak janin. Karena tanda pertamanya
adalah perdarahan, pada umumnya penderita akan segera datang untuk mendapatkan
pertolongan. Beberapa penderita yang mengalami perdarahan sedikit- sedikit, mungkin
tidak akan tergesa- gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangkanya
sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahannya bsnyak, mereka
datang untuk mendapatkan pertolongan.
( Sarwono,2005, hal : 363 )
Lain halnya dengan solusio plasenta. Kejadiannya tidak segera ditandai oleh
perdarahan pervaginam, sehingga mereka tidak segera datang untuk mendapatkan
pertolongan. Gejala pertamnya adalah rasa nyeri pada kandungan yang makin lama
makin hebat, dan berlangsung terus – menerus. Rasa nyeri yang terus menerus ini
seringkali diabaikan, atau disangka sebagia tanda permulaan persalinan biasa. Baru
setelah penderita pingsan karena perdarahan retroplasenter yang banyak atau setelah
tampak perdarahan pervaginam, mereka datang untuk mendapatkan pertolongan. Pada
keadaan demikian biasanya janin telah meninggal dalam kandungan.
( Sarwono,2005, hal : 362 )
2.6 Diagnosis / Kemungkinan Bahaya Pada Kehamilan Lanjut
Gejala dan tanda utama Kemungkinan diagnosis
 Perdarahan tanpa nyeri , usia Plasenta previa
kehamilan lebih dari 22 minggu
 Darah segar atau kehitaman
dengan bekuan
 Perdarahan dapat terjadi setelah
miksi atau defekasi , aktifitas fisik ,
kontraksi braxton hicks atau coitus
 Perdarahan dengan nyeri Solusio plasenta
intermiten atau menetap
 Warna darah kehitaman dan cair ,
tetapi mungkin ada bekuan darah jika
solusio relatif baru
 Jika ostium terbuka, terjadi
perdarahan berwarna merah segar
 Perdarahan intra abdominal dan atau Ruptur uteri
vagina
 Nyeri hebat sebelum perdarahan
dan syok yang kemudian hilang
setelah terjadi regangan hebat pada
perut bawah
 Perdarahan berwarna merah segar Gangguan pembekuan darah
 Uji pembekuan darah , adanya
bekuan darah setelah 7 menit
 Rendahnya faktor pembekuan
darah , fibrinogen trombosit ,
fragmentasi sel darah merah

( Lily Yulaikhah, 2009, hal : 108 – 109 )

2.7 Intervensi
Penanganan umum pada perdarahan antepartum adalah :
1. Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat
2. Lakukan pemeriksaan secara cepat pada keadaan umum ibu , termasuk tanda vital
3. Jika dicurigai adanya syok , segera lakukan penanganan syok
4. Pasang infus dan berikan cairan intravena. Lakukan restorasi cairan dan darah
sesuai dengan kebutuhan
5. Jangan lakukan pemeriksaan dalam pada setiap perdarahan antepartum kecuali di
meja operasi
( Lily Yulaikhah, 2009, hal : 108 )

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ditentukan oleh jumlah perdarahan, apakah perdarahan berlanjut
keadaan ibu dan janin, usia gestasi kehamilan serta riwayat obstetri sebelumnya
Perdarahan ringan
Masukkan ke ruang perawatan dan lakukan observasi setelah melakukan prosedur
umum
Jika ibu dalam persalinan dan jumlah janin telah matur pecahkan selaput ketuban
untuk memeriksa keadaan cairan dan memberikan kemudahan bagi janin untuk di
lakukan pemantauan denyut jantung janin secara langsung
Lakukan observasi ketat. Mencakup juga kardiotografi tambahan jika di lakukan
penatalaksanaan konservatif. Pemisahan plasenta kemudian dapat terjadi

Perdarahan sedang
Ganti kehilangan darah
Lakukan penapisan koagulasi dan koreksi defek
Pecahkan ketuban,berikan oksitosik jika persalinan terlambat
Lakukan secsio sesaria untuk distres janin, Defek koagulasi harus disingkirkan
pertama kali
Drain menetap untuk abdomen dan luka setelah secsio sesaria disarankan
Diperlukan dokter obstetri dan dokter anastesi yang berpengalaman
Pastikan keseimbangan cairan yang ketat dan pantau haluaran renal (>20ml/jam)
Anastesi epidural dikontra indikasikan jika ibu hipotensi atau ada bukti
koagulopati
Adanya pre-eklamsia memrlukan pemantauan fluktuasi tekanan darah yang ketat,
henti renal dan gangguan elektrolit.Ibu sebaiknya di observasi di bangsal
persalinan sampai stabil secara klinis
Pertahankan kontraksi uterus dengan infus sintosinon intravena setelah pelahiran
Seorang dokter neonatologi harus mendampingi pelahiran.Kehilangan darah janin
(asfiksia pallida) akan memerlukan resusitasi segera.

Perdarahan Berat
1. Sering terjadi kematian janin.Tujuannya adalah untuk meresusitasi dan
mengevaluasi uterus
2. Koreksi defek koagulasi
3. Diperlukan trsnfusi darah
4. Kendalikan penggantian cairan dengan menggunakan jalur sentral
5. Pecahkan selaput ketuban dan dorongpersalinan
6. Lihat perubahan tekanan darah secara ketat dan awitan koagulopati
7. Persalinan biasanya terjadi tiba-tiba ataui setelah pemberian infus sintosinon.Jika
tidak terjadi, secsio sesaria dibenarkan bila kondisi stabil serviks tidak diharapkan
dan tidak ada defek koagulasi.Keterlambatan memungkinkan dekonpensasi
persalinan lebih lanjut dan awitan koagulopati
8. Pertahankan kontraksi uterus setelah pelahiran unttuk mencegah resiko perdaran
pasca melahirkan. Uterus Couvelaire tidak dapat berkontaksi dengan baik.

( David.T.Y.Liu, 2008, hal : 55-56 )


2.9 PLASENTA PREVIA
2.9.1 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar segmen bawah rahim
sehingga dapat menutupi sebagian / seluruh ostium uteri internum.
( Lily Yulaikhah, 2009, hal : 109 )
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada
keadaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus
( Sarwono,2005, hal : 362 )
2.9.2 Klasifikasi
Plasenta previa digolongkan menjadi 3 macam :
1. Plasenta previa totalis yaitu pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi
seluruh ostium uteri
2. Plasenta previa partialis yaitu jika pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta
3. Plasenta previa marginalis yaitu jika sebagian kecil atau hanya pinggir ostium
yang ditutupi oleh plasenta
( Lily Yulaikhah, 2009, hal : 109 )
2.9.3 Etiologi
Plasenta yang tumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat di
terangakn. Bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atrofi pada desidua
akibat persalinan yang lalu sehingga dapat menyebabkan plasenta previa. Hal itu tidak
selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati untuk
sebagian besar pada penderita dengan paritas tinggi. Apabila aliran darah ke plasenta
tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar, plasenta yang
letaknya normal seklaipun akan memperluaskan permukaannya, sehingga mendekati atau
menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir.

( Sarwono,2005, hal : 363 )


1. Multipara,terutama jika jarak antara kehamilan pendek.
2. Mioma uteri.
3. Kuretasi yang berulang.
4. Umur
5. Bekas seksio sesarea
6. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain.

2.9.4 Patofisiologi
Implantasi plasenta di segmen bawah rahim disebabkan :
1. Endometrium di fundus belum siap menerima implantasi
2. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk menyuplai
nutrisi janin
3. Vili korialis pada korion leave yang persisten
Faktor predisposisi plasenta previa meliputi umur, paritas, dan endometrium yang cacat
( Lily Yulaikhah, 2009, hal : 109 )
2.9.5 Gambaran klinis
1. Perdarahan pada plasenta previa terjadi tanpa rasa sakit pada saat tidur maupun
sedang melakukan aktivitas
2. Mekanisme pardarahan karena pembentukan segmen bawah rahim menjelang
kehamilan aterm sehingga plasenta lepas dari implantasi dan menimbulkan
perdarahan
3. Bentuk perdarahan dapat sedikit atau banyak dan menimbulkan penyulit pada
janin maupun ibu
( Lily Yulaikhah, 2009, hal : 109 )
4. Pada perdarahan ini, darahnya berwarna merah segar
5. Sumber dari perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus atau kearena robekan sinus marginalis dari plasenta.
( Sarwono, 2005, hal : 363 )
6. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutup bawah
rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggu,
7. Pada plasenta previa ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta previa
lebih sering di sertai kelainan letak.
Juga harus di kemukakan bahwa pada plasenta previa mungkin sekali terjadi
perdarahan pasca persalinan karena:
 Kadang – kadang plasenta lebih erat melekat pada dinding rahim.
 Daerah perlekatan luas
 Kontraksi segmen bahwah rahim kurang sehingga mekanisme penutupan
pembuluh darah pada inserse plasenta tidak baik.

2.9.6 Komplikasi
Bahaya untuk ibu pada plasenta previa,yaitu
1. Syok hipovolemik
2. Infeksi – sepsis
3. Emboli udarah (jarang )
4. Kelainan koagulopati
5. Kematian

Bahaya untuk anak yaitu


1. Hipoksi
2. Anemi
3. Kematian

2.9.7 Diagnosis
1. Anamnesis
 Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu
 Sifat perdarahan , meliputi :
 Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
 Tanpa sebab yang jelas
 Dapat berulang
 Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin dalam rahim
2. Pada inspeksi dijumpai :
 Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal
 Pada perdarahan yang banyak , ibu tampak anemis

3. Pemeriksaan fisik ibu


 Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok
 Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma
 Pada pemeriksaan , dapat dijumpai
 Tekanan darah , nadi , dan pernafasan dalam bats normal
 Tekanan darah , nadi dan pernafasan meningkat
 Daerah ujung menjadi dingin
 Tampak anemis
4. Pemeriksaan khusus kebidanan
 Palpasi abdomen
 Janin belum cukup bulan , tinggi fundus uteri sesuai
dengan umur kehamilan
 Karena plasenta di segmen bawah rahim , dapat dijumpai
kelainan letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi
 Pemeriksaan denyut jantung janin
 Bervariasi dari normal sampai asfiksia dan
kematian jani dalam rahim
 Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan di atas meja operasi dan siap untuk segera
mengambil tindakan . Tujuan pemeriksaan dalam adalah :
 Menegakkan diagnosis pasti
 Mempersiapkan tindakan
untuk melakukan operasi persalinan atau hanya memecahkan ketuban
 Hasil pemeriksaan dalam
teraba plasenta sekitar ostium uteri internum
 Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan USG
 Mengurangi pemeriksaan dalam
 Menegakkan diagnosis
( Lily Yulaikhah, 2009, hal : 110 – 112 )

2.9.8 Intervensi
1. Segera lakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak atau
mengurangi kesakitan dan kematian
2. Pecahkan ketuban di atas meja operasi dilanjutkan dengan pengawasan untuk
dapat melakukan pertolongan lebih lanjut
3. Jika terjadi perdarahan pada plasenta previa , rujuk ke tempat pertolongan
persalinan yang mempunyai fasilitas yang cukup . Rujukan penderita plasenta
previa sebaiknya dilengkapi dengan :
 Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan
 Sedapat mungkin diantar oleh petugas
 Dilengkapi dengan keterangan secukupnya
 Dipersiapkan donor darah untuk transfusi

Pertolongan persalinan SC merupakan bentuk pertolongan yang paling banyak


dilakukan
( Lily Yulaikhah, 2009, hal : 110 – 112 )
2.10 SOLUSIO PLASENTA
2.10.1 Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasentasebelum waktunya dengan implantasi normal
padakehamilan lebih dari 28 minggu
( Lily Yulaikhah, 2009, hal 112 )
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya ,plasenta itu secara normal
terlepas setelah anak lahir,jadi plasenta terlepas sebelum waktunya apabilah plasenta
sebelum anak lahir.

2.10.2 Etiologi
1. Trauma langsung terhadap uterus
 Terjatuh , terutama tertelungkup
 Tendangan anak yang sedang digendong
 Atau trauma langsung lainnya
2. Trauma kebidanan yaitu solusio plasenta terjadi karena tindakan kebidanan yang
dilakukan
 Setelah versi luar
 Setelah memecahkan ketuban
 Persalinan anak kedua hamil kembar
3. Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat pendek
( Lily Yulaikhah, 2009, hal 112 )
Faktor predisposisi terjadinya solusio plasenta antara lain :
1. Hamil pada usia tua
2. Mempunyai tekanan darah tinggi
3. Bersamaan dengan preeklamsia atau eklamsia
4. tekanan vena kava inferior yang tinggi
5. kekurangan asam folat

( Lily Yulaikhah, 2009, hal 113)


2.10.3 Gambaran klinis
Solusio plasenta ringan
1. Terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya
2. Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan
3. Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan
4. Persalinan berjalan dengan lancar pervaginam

Solusio plasenta sedang


1. Terlepasnya plasenta lebih dari ¼ bagian , namun belum mencapai 2/3 bagian
2. Dapat menimbulkan gejala klinik termasuk
 Perdarahan dengan rasa sakit
 Perut terasa tegang
 Gerak janin berkurang
 Palpasi bagian janin sulit diraba
 Auskultasi janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang
 Pada pemeriksaan dalam , ketuban terasa menonjol
 Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
Solusio plasenta berat
1. Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian
2. Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri
3. Penyulit pada ibu , meliputi :
 Terjadi syok dengan tekanan darah menurun , nadi , dan pernafasan
meningkat
 Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
 Pada pemeriksaan dijumpai turunnya tekanan darah sampai syok , tidak
sesuai dengan perdarahan dan penderita tampak anemis
 Pemeriksaan abdomen tegang , bagian janin sulit diraba , dinding perut
terasa sakit , dan janin telah meninggal dalam rahim
 Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol
( Lily Yulaikhah, 2009, hal 113 - 114 )

2.10.4 Diagnosis
1. Anamnesis
 Terdapat perdarahan disertai rasa nyeri
 Terjadi spontan atau karena trauma
 Perut terasa nyeri
 Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam rahim
2. Pemeriksaan
 Pemeriksaan fisik umum
 Keadaan umum penderita tidak sesuai dengan jumlah perdarahan
 Tekanan darah menurun , nadi , dan pernapasan meningkat
 Penderita tampak anemis
 Pemeriksaan khusus
 Palpasi abdomen
Perut tegang terus – menerus
Terasa nyeri saat dipalpasi
Bagian janin sukar ditentukan
 Auskultasi
Denyut jantung janin bervariasi dari asfiksia ringan sampai berat
 Pemeriksaan dalam
Terdapat pembukaan
Ketuban tegang dan menonjol
3. Pemeriksaan penunjang dengan USG dijumpai perdarahan antara plasenta dan dinding
abdomen
( Lily Yulaikhah, 2009, hal 114 )
2.10.5 Intervensi
Solusio plasenta ringan
1. Lakukan penanganan secara konservatif , jika perut tegang sedikit , perdarahan
tidak terlalu banyak dan keadaan janin masih baik
2. Lakukan sesar jika perdarahan terus berlangsung , ketegangan makin meningkat ,
namun kondisi janin masih baik
3. Lakukan rawat inap jika perdarahan berhenti dan keadaan baik pada kehamilan
prematur

Solusio plasenta sedang dan berat


1. Pasang infus dan transfusi darah
2. Pecahkan ketuban
3. Induksi persalinan atau lakukan sesar
Dalam menangani solusio plasenta , mungkin bidan melakukan rujukan dengan
memberi pertolongan kedaruratan seperti memasang infus , tidak melakukan
pemeriksaan dalam , diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan ,
mempersiapkan donor dari masyarakat atau keluarga , dan menyertakan keterangan
tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama
( Lily Yulaikhah, 2009, hal : 114 – 115 )
2.10.6 Komplikasi
Komplikasi pada ibu meliputi :
1. Perdarahan yang dapat menimbulkan :
 Variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok
 Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita anemis sampai syok
 Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma
2. Gangguan pembekuan darah
 Masuknya tromboplastin ke dalam sirkulasi darah yang menyebabkan pembekuan
darah intravaskular disertai hemolisis
 Terjadi penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu
pembekuan darah
3. Oliguria
 Terjadinya sumbatan glomelurus ginjaldan dapat menimbulkan produksi urine
makin berkurang
4. Perdarahan pascapartum
 Pada solusio plasenta sedang sampai berat , terjadi infiltrasi darah ke otot rahim
sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdaraha karena atonia uteri
 Kegagalan pembekuan darah menambah banyaknya perdarahan

Komplikasi pada janin ditandai dengan adanya perdarahan yang tertimbun di belakang
plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi ke arah janin sehingga dapat
menimbulkan asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin dalam rahim. Rintangan
kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam rahim bergantung pada seberapa besar
bagian plasenta telah lepas dari implantasinya di fundus uteri
( Lily Yulaikhah, 2009, hal 112 – 116 )
11 PERDARAHAN PADA PLASENTA LETAK RENDAH
2.11.1 Diagnosis
1. Pada pemeriksaan dalam, jari tangan yang dimasukkan dapat mencapai tepi
bawah plasenta
2. Perdarahan akan terjadi bila pembukaan hampir lengkap , sehingga memberi
petunjuk untuk melakukan pemeriksaan dalam dan selanjutnya dapat mengambil
tindakan definitif

2.11.2 Intervensi
1. Pecahkan ketuban yang diikuti dengan induksi persalinan untuk mempercepat
proses persalinan
2. Lakukan tindakan mengakhiri persalinan dengan indikasi
3. Konsul atau rujuk ibu

2.12 SINUS MARGINALIS PECAH


2.12.1 Definisi
Sinus marginalis yang pecah ditandai dengan adanya perdarahan yang
sebagian besar baru diketahui setelah persalinan
2.12.2 Gejala
1. Pada waktu persalinan , perdarahan terjadi tanpa rasa sakit dan menjelang
pembukaan lengkap
2. Karena perdarahan terjadi pada saat pembukaan hampir lengkap , maka bahaya
untuk ibu maupun janin tidak terlalu besar

2.13 PERDARAHAN KARENA PECAHNYA VASA PREVIA


2.13.1 Definisi
Vasa previa adalah menyilangnya pembuluh darah plasenta yang berasal
dari insersio plasenta velamentosa pada kanalis servikalis
2.13.2 Diagnosis
Diagnosis agak susah ditegakkan dan memerlukan pengalaman karena
jumlahnya sedikit
2.13.3 Intervensi
Rujuk ibu untuk persalinan dengan sesar jika pada pembukaan kecil teraba
denyut pembuluh darah saat melakukan pemeriksaan dalam. Kewaspadaan
kebidanan :
1. Bahaya yang mengancam terutama untuk janin , karena perdarahan berasal dari
pmbuluh darah janin
2. Gejala klinis yang perlu diperhatikan adalah ketuban pecah diikuti perdarahan dan
terjadi asfiksia janin dalam kandungan

2.14 SEKSIO SESARIA ( SC )


2.14.1 Pengertian
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina
( synopsis obstetri, tahun 1998 hal : 117 )
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin di atas 500 gram.
( ilmu bedah kebidanan sarwono, tahun 2007 hal : 133 )
Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus.
2.14.2 Jenis
 Seksio sesarea klasik ( korporal )
 Seksio sesarea transperitonealis profunda
 Seksio sesarea ekstraperitoneal
 Seksio sesarea vaginalis
( synopsis obstetri, tahun 1998 hal : 119 )
2.14.3 Indikasi
1. Indikasi pada ibu
 plasenta previa
 panggul sempit
 PID ( ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan panggul )
 Ruptura uteri mengancam
 Partus lama
 Partus tak maju
 Pre-eklamsi dan hipertensi
( synopsis obstetri, tahun 1998 hal : 118 )
2. Indikasi pada janin
 Kelainan letak
 Gawat janin
Pada umumnya seksio sesarea tidak dilakukan pada :
 Janin mati
 Syok, anemia berat,
 Kelainan congenital berat
3. Letak lintang
 Bila ada kesempitan panggul, maka seksio sesarea adalah cara yang
terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa
 Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio
sesarea, walau tidak ada perkiraan panggul sempit
 Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-cara
lain
4. letak bokong
seksio sesarea di anjurkan pada letak bokong bila ada :
 panggul sempit
 primigravida
 janin besar
5. presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara lain tidak
berhasil
6. Gemelli,
 Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
 Bila terjadi interlock
 Distosia oleh karena tumor
 Gawat janin
( synopsis obstetric, tahun 1998 hal : 119 )
2.14.4 Teknik
Teknik seksio sesarea klasik ( korporal )
1. Mula- mula dilakukan desinfeksi pada dinding perut dan lapangan operasi
dipersempit dengan kain suci hama
2. Pada dinding perut dubuat insisi mediana mulai dari atas simpisis sepanjang ± 12
cm sampai di bawah umbilicus lapis demi lapis sehingga kavum peritoneal
terbuka.
3. Dalam rongga perut di sekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi
4. Di buat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen atas rahim, kemudian
diperlebar secara sagital dengan gunting
5. Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan. Janin dilahirkan dengan
meluksir kepala dan mendorong fundus uteri. Setelah janin lahir seluruhnya tali
pusat dijepit dan dipotong di antara kedua penjepit
6. plasenta dilahirkan secara manual. Disuntikkan 10 U oksitosin ke dalam rahim
secara intra mural
7. luka insisi SAR di jahit kembali
lapisan I : endometrium bersama miometrium dijahit secara jelujur dengan
benang catgut khromik
lapisan II : hanya miometrium saja dijahit secara simpul ( berhubung otot SAR
sangat tebal ) dengan catgut khromik
lapisan III : perimetrium saja, di jahit secara simpul dengan benang catgut biasa
8. Setelah dinding rahim selesai di jahit, kedua adneksa di eksplorasi
9. rongga perut dibersihkan dari sisa-sisadarah dan akhirnya luka dinding perut di
jahit

Indikasi seksio sesarea klasik


1. Bila terjadi kesukaran dalam memisahkan kandung kencing untuk mencapai SBR,
misalnya karena adanya perlekatan- perlekatan akibat pembedahan seksio sesarea
yang lalu atau adanya tumor-tumor di daerah segmen bawah rahim
2. Janin besar dalam letak lintang
3. plasenta previa dengan insersi plasenta di dinding depan SBR

Teknik seksio sesarea transperitoneal profunda


1. Mula-mula dilakukan desinfeksi pada dinding perut dan lapangan operasi
dipersempit dengan kain suci hama
2. pada dinding perut di buat insisi mediana mulai dari atas simpisis sampai di
bawah umbilicus lapis demi lapis sehingga kavum peritonei terbuka
3. Dalam rongga perut di sekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi
4. Di buat bladder –flap yaitu dengan menggunting peritoneum kandung kencing
(plika vesikounterina) di depan SBR secara melintang. Plika vesikounterina ini
disisihkan secara tumpul kearah samping dan bawah dan kandung kencing yang
telah disisihkan ke arah bawah dan samping dilindungi dengan speculum kandung
kencing
5. Di buat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm di bawah irisan plika
vesikounterina tadi secara tajam dengan pisau bedah ± 2cm, kemudian diperlebar
melintang secara tumpul dengan kedua jari telunjuk operator. Arah insisi pada
segmen bawah rahim dapat melintang ( transversal )
6. Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan, janin dilahirkan dengan
meluksir kepalanya. Badan janin dilahirkan dengan mengait kedua ketiaknya. Tali
pusat dijepit dan dipotong, plasenta dilahirkan secara manual. Ke dalam otot
rahim intra mural disuntikkan 10 U oksitosin
Luka dinding rahim di jahit
Lapisan I : di jahit jelujur, pada endometrium dan miometrium
Lapisan II : dijahit jelujur, hanya pada miometrium saja
Lapisan III : dijahit jelujur pada plika vesikouterina
7. setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa di eksplorasi
8. Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding perut
dijahit

BAB III

KONSEP
ASUHAN KEBIDANAN pada IBU HAMIL
Dengan ANTEPARTUM BLEEDING (APB)

Tanggal Pengkajian : Jam : WIB

A. DATA SUBJEKTIF
I. BIODATA
Identitas
- Nama Ibu - Nama Suami
Nama klien dan suaminya ditanyakan untuk mengenal dan memanggil pasien supaya
menjalin keakraban.
- umur Ibu - umur Suami
Kehamilan yang pertama kali dengan baik antara usia 19-35 tahun, dimana otot masih
bersifat sangat elastis dan mudah dipegang tetapi menurut pengalaman pasien umur 25-
35 tahun masih mudah untuk melahirkan. Jadi melahirkan tidak saja umur 19-25 tahun,
primi tua dikatakan mulai 35 tahun.
- Agama - Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
klien, dengan diketahui agama pasien akan memudahkan pasien melakukan pendekatan
tindakan melaksanakan asuhan kebidanan.
- Suku/Bangsa - Suku/Bangsa
Untuk mengetahui latar belakang sosial budaya yang mempengaruhi kesehatan klien.
- Pendidikan - Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu atau taraf kemampuan berfikir ibu sehingga
bidan bisa menyampaikan penyuluhan KIE pada pasien dengan lebih mudah.
- Pekerjaan - Pekerjaan
Untuk mengetahui keadaan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan klien.
- Alamat - Alamat
Untuk mengetahui ibu tinggal disana dan diperlukan bila melakukan kunjungan ke rumah
ibu.
- Telepon
Untuk memudahkan ndalam berkomunikasi
- Keluhan Utama
a. Ketuban pecah spontan
b. Tekanan rektum. Sensasi ingin defekasi kontraksi
c. Ibu merasakan kontraksi yang semakin lama semakin sering
d. Ibu merasakan nyeri yang melingkar dan punggung memancar ke perut depan
e. Keluar lendir bercampur darah dan jalan lahir
f. Keluar cairan banyak dari jalan lahir jira ketuban sudah pecah
- Riwayat menstruasi
 Menarche
Terjadi pada usia pubertas yaitu 12-16 tahun
 Siklus haid
Panjawanita adalah 25-32 haring siklus haid yang biasa pada
 Lama haid
Berlangsung 3-5 hari, teratur/tidak
 Sifat darah
Darah haid berwarna merah, encer, tidak mambeku/terkadang membeku jika banyak
 Disminorhoe
Disertai nyeri/tidak
 Flour albus
Sedikit/sedang/banyak/tidak gatal/tidak bau, warna putih/bening, kekentalan
(kental/tidak)
 HPHT/mens terakhir
Ditanyakan untuk mengetahui umur kehamilan dan menentukan HPL dengan rumus
perhitungan (hari +7, bulan -3, tahun +7)
 TP(Taksiran Persalinan)
 Riwayat obstetri yang lalu :
komplik
Ha Perka Usia Jenis Tempat Bayi NIfas
asi Penol
mil winan Keha Persalin Persali
Ib Ba ong PB/ Keada
Ke Ke milan an nan Keadaan Laktasi
u yi BB an

- Riwayat Kehamilan ini


Disini akan diketahui HPHT, HPL, keluhan-keluhan Trimester I, II, III dan ini
digunakan untuk mengetahui dan menentukan prognosa kehamilan dan keluhan
sebagai dasar pemberian pelayanan kesehatan
- Riwayat Kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita klien baik yang kronis maupun
menular
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah terdapat
- Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui pernah ikut KB atau tidak, metodenya dan alasan menggunakan
metode itu
- Keadaan psikososial
Segi psikososial tidak akan pernah lepas dari fisik karena memang saling berpengaruh
dengan mengetahui budaya berbagai dasar untuk memberikan KIE
- Pola perilaku / kebiasaan sehari-hari
 Nutrisi
Jumlah tambahan kalori pada ibu hamil adalah 300 kal per hari dengan komposisi
menu seimbang ( cukup, mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
caiaran.
 Eliminasi
BAB teratur setiap hari, BAK sering. Biasanya terjadi obstipasi dianjurkan banyak
minum, makan, minum, makan buah dan sayur.
 Aktifitas
Aktifitas boleh dilakukan asal tidak berlebihan
 Seksual
Hubungan seksual masih tetap diperbolehkan kecuali pada ibu dengan riwayat
abortus, plasenta previa, namun beberapa wanita kehilangan gairah seksualnya saat
hamil.

DATA OBYEKTIF
Pemeriksaan umum
 Keadaan umum : baik
 Kesadaran : composmentis
 TD : 90 / 70 mmhg - ≤ 140 / 90 mmhg
N : 80 – 88 x / menit
 RR : 16 -24 x / menit
 Suhu : 36,5 - 37,5 º C
 LILA : > 23,5 cm
 TB : > 145 cm
 BB : Tambahan berat badan yang normal sekitar 9 – 13,5 kg
Pada trimester I : kenaikan BB ± 1 -2 kg
Pada trimester II : 0,4 – 0,5 kg setiap minggu
Pada trimester III : penambahan 5,5 kg

Pemeriksaan fisik
 Kepala : rambut, bersih, hitam tidak rontok, tidak ada ketombe, tidak ada
benjolan
 Muka : tidak ada oedem, tidak pucat, tidak ikterus
 Mata : conjungtiva tidak anemis, sklera mata tidak ikterus
 Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada keluaran
 Mulut : bersih, tidak pucat, tidak biru, tidak ikterus, tidak kering, tidak
caries, tidak ada sariawan.
 Leher : bersih, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada massa
 Ketiak : tidak pe,besaran kelenjar limfe
 Dada : simetris, tidak ada ronkhi, dan whezing
 Mammae :tidak ada benjolan, strie albicans, bersih, hiperpigmentasi
areola, puting susu menonjol
 Punggung : tidak ada nyeri, tidak skeliosis ( miring ke kiri / kanan), tidak
lordosis ( ke depan), tidak kifosis ( ke belakang)
 Ekstrimitas : tidak ada oedema, ( jari, kaki, tangan, tibia) betis tidak merah /
keras / lembek, tidak varices, reflek patella + / +
 Abdomen : tidak ada luka bekas operasi. Terjadi pembesaran perut sesuai
dengan UK, tidak oedema, tidak acites
 Genetalia : bersih, tidak ada massa, tidak varices, tidak ada pengeluran,
tidak ada pembesaran kelenjar bartolini, tidak nyeri, tidak ada
kondiloma

Pemeriksaan khusus kebidanan


 Leopold : menentukan TFU, pada fundus teraba lunak bundar dan tidak
melenting yaitu bokong
 Leopold II : teraba bagian datar, keras, memanjang, seperti papan pada perut
bagian kiri ( puki )
 Leopold III : bagian terendah janin teraba keras, bulat, dan melenting yaitu
kepala
 Leopold IV : bagian terendah janin belum / sudah masuk PAP

Auskultasi
 DJJ : normalnya 120 – 160 x / menit
 Mulai terdengar pada usia kehamilan 16- 20 minggu

INTREPRETASI DATA
 Identifiksai diagnosa
Diagnosa : G…..P…./ UK 25 – 40 minggu / tunggal / hidup / IU/ let kep u /
kesan panggul normal / keadaan umumm ib u dan janin baik
DS : ibu mengatakn ini hamil ke…. Dengan usia kehamilan 7 – 9
bulan
DO : TD : 90 / 70 mmhg - ≤ 140 / 90 mmhg
N : 80 – 88 x / menit
RR : 16 -24 x / menit
Suhu : 36,5 - 37,5 º C
LILA : > 23,5 cm
TB : > 145 cm
BB saat hamil ; tambahan 9 – 13,5 kg
Masalah - Sesak nafas
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Keputihan
- Keringat bertambah
- Sering berkemih
- Rasa tidak nyaman
- Tekana perinium
- Kram tungkai
Kebutuhan - istirahat cukup
- pemenuhan nutrisi makanan
- pemenuhan cairan tubuh
- pola istirahat dan tidur hubungan seksual antisipasi terhadap
tanda bahaya
- perawatan buah dada
- persiapan pemberian ASI
- antisipasi rujukan
- donor darah
- transportasi
- imunisasi TT

IIdentifikasi Diagnosa dan masalah potencial


Merupakan uraian tentang kondisi pasien serta masalah – masalah yang akan terjadi
sebagai deteksi dini untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi
Merupakan uraian tentang tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah
yang dihadapi oleh ibu jira terdapat komplikasi secara mandiri maupun kolaborasi.
Perencanaan asuhan yang menyeluruh
Tujuan
Tujuan Jangka pendek
Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama waktu tertentu ibu mengerti memahami
anjuran yang diberikan oleh bidan.
Kriteria Hasil :
 Ibu mau kooperatif untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh
 Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali tentang antisipasi terhadap tanda
bahaya perdarahan antepartum
 Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali tentang antisipasi rujukan
Tujuan jangka panjang
Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama waktu tertentu, kebutuhan ibu dapat
terpenuhi.
Kriteria Hasil :
 Ibu dapat melahirkan dengan selamat pada HPL yang di tentukan.

Implementasi
Implementasi yang komprehensif merupakan pengeluaran dan perwujudan dari
rencana yang telah disusun pada tahap – tahap perencanaan.
Evaluasi
Adalah seperangkat tindakan yang saling berhubungan untuk mengukur
pelaksanaan serta didasarkan atas tujuan dan kriteria hasil. Dalam evaluasi
menggunalan format SOAP yaitu :
S : Data subyektif
Data dari klien yang di dapat setelah implementasi
O : Data obyektif
Hasil pemeriksaan fisik beserta pemeriksaan diagnosik dan penunjang
atau pendukung lain juga catatan medik lain.
A : Assesment
Analisa dan intrepetasi data terkumpul dan di buat kesimpulan yang
mencakup diagnosa, antisipasi diagnosa dan masalah potencial, perlunya
tindakan segera
P : planning / perencanaan
Gambaran pendokumentasian dari tindakan implementasi evaluasi rencana
di dalamnya termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, konseling

1. Alasan kunjungan :
2. Keluhan utama : ibu mengatakan mengeluarkan darah segar dari vagina
3. Riwayat keluhan utama : ibu mengatakan keluar darah segar dari vagina tadi
malam 1 kotex penuh (jam 23.30) dan 2 kotex penuh lagi (jam 01.00).
4. Riwayat menstruasi
Yang dikaji
a. Haid
Menarche : 11 th Teratur / tidak teratur : Teratur
Siklus : 30 hari Sifat darah : Encer
Lamanya : 7 hari Disminorhoe :-
Banyaknya : 3 kali ganti pembalut

b. Status Perkawinan
Kawin : Ya
Usia Kawin Pertama : 21 th
Lamanya perkawinan : 2 th

c. Riwayat Kehamilan Persalinan Nifas dan Anak yang lalu


Tempat Umur Jenis Keadaan
No Tgl Partus Penolong Penyulit Ket
Partus Kehamilan Persalinan Nifas Anak
Hamil ini

5. Riwayat kehamilan ini


a. Ibu mengatakan hamil 8 bln, (hamil yang pertama dan tidak pernah keguguran)
 HPHT : 20 - 02 – 2010
 TP : 27 – 11 – 2010
 Keluhan – keluhan :
- Trimester I : mual, muntah
- Trimester II : tidak ada
- Trimester III : plek – plek sedikit 1 bulan yang lalu (1x)
 Pergerakan anak pertama kali umur kehamilan 4 bualn
 Periksa kehamilan : 4x di BPS, 2x di RS
 Keluhan yang di rasakan: ibu mengatakan keluar darah segar dari kemaluan
 Suntik TT : 2x (CPW 1x, hamil ini 1x)
b. Pola/kebutuhan sehari hari
 Diet makan
- Sebelum hamil : ibu mengatakan makan 1x/hari,nasi,lauk,sayur dan
minum 8 gelas/hari.
- Selama hamil : ibu mengatakan makan 1x/hari,nasi,lauk,sayur dan
minum 8 gelas/hari.
 Pola eliminasi
- Sebelum hamil : ibu mengatakan BAB 1X/hari, BAK 3- 5X/hari.
- Saat hamil : ibu mengatakan BAB 1X/hari, BAK lebih sering
dari sebelum hamil.
 Pesonal hygiene
- Sebelum hamil : ibu mengatakan mandi 2 x/hari,gosok gigi 3x/hari,
keramas 3x/minggu, ganti baju 2x/hari dan celana dalam.
- Selama hamil : ibu mengatakan mandi 2 x/hari,gosok gigi 3x/hari,
keramas 3x/minggu, ganti baju 2x/hari dan celana dalam.
 Aktifitas sehari – hari
- Sebelum hamil : ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah
sendiri.
- Selama hamil : ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah
sendiri di bantu suami tercinta
 .Pola istirahat
- Sebelum hamil : ibu mengatakan tidur siang 2 ja:m dan tidur malam
8 jam.
- Selama hamil : ibu mengatakan tidur siang 2 ja:m dan tidur malam 8
jam.
 Sesualitas
- Sebelum hamil : ibu mengatakan melakukan hubungan sexsual
3x/minggu.
- Selama hamil :ibu mengatakan sudah jarang melakukan hubungan
sexsual.
 Pekerjaan
ibu tidak bekerja

c. Pengetahuan
- Antisipasi terhadap bahaya
Ibu sudah tahu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan yaitu: perdarahan,
sering pusing, muntah-muntah, mata berkunang-kunang, kaki tangan
bengkak.
- Perawatan buah dada
Ibu mengatakan sudah melakukan perawatan buah dada mulai kehamilan
6 bulan.
- Persiapan pemberian ASI
Ibu mengatakan akan memberikan ASI s/d 2 th
- Antisipasi rujukan
Ibu mengatakan sudah tahu tentang antisipasi rujukan baik (bila ada
komplikasi pada kehamilannya)
- Transportasi
Ibu mengatakan sudah menyiapkan kendaraan apabila sewaktu-waktu dia
akan melahirkan
- TT: sudah 2x
- Pakaian dan alas kaki
Ibu mengatakan sudah mengetahui kalau tidak boleh pakaian yang ketat
dan alas kaki tidak boleh tinggi haknya
- Persiapan jadi orang tua dan sibling
Ibu dan suaminya sudah siap jadi orang tua
- Penanganan keluhan
Ibu mengatakan begitu ada keluhan langsung control ke RS
- Obat – obatan / vitamin dll:
 Calvit 1 x 1 tab
 Prebion 1 x 1 tab
 Premaston 1 – 2 x 1 tab
- Persiapan kelahiran :
Ibu mengatakan sudah menyiapkan untuk kelahiran bayinya (uang,
transportasi, donor darah, pakaian bayi)

6. Riwayat penyakit sistemik :


Ibu mengatakan tidak pernah mempunyai atau menderita penyakit seperti DM, hepatotos,
jantung, asma, hipertensi, ket kembar

7. Riwayat penyakit keluarga :


Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit DM, jantung,
hipertensi, asma, TBC

8. Riwayat kontrasepsi :
Ibu mengatakan tidak pernah memakai alat kontrasepsi

9. Riwayat social :
Ibu mengatakan kehamilan ini diharapkan olehnya, suami dan keluarganya di dalam
keluarganya tidak ada tradisi atau adat tertentu

C. DATA OBJEKTIF (pemeriksaan fisik)


1. Ku : baik
Kesadaran : Composmentis
2. TTV :
- TD : 100/70 mmHg
- Suhu : 360C
- RR : 24x/mnt
- Nadi : 92x/mnt
- BB : 46 kg
- TB : 150 cm
- LILA : 20 cm
3. Kepala
Rambut : Bersih, tidak ada ketombe
4. Muka : simetri, tidak ikterus
5. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera bening
6. Hidung : simetris ,keadaan bersih, tidak ada polip
7. Mulut / gigi : Tidak ada karies, sariawan tidak ada
8. Leher
Kelenjar tiroid :Tidak ada pembengkakan
Tumor : Tidak ada
9. Ketiak : keadaan bersih, tidak ada teraba benjolan abnormal
10. Payudara
Pembesaran mammae : Simetris
Aerola mammae : Hyperpigmentasi
Putting susu : Menonjol
Colostrum : Sudah keluar

11. Perut
a. Inspeksi
Pembesaran : Sesuai umur kehamilan
Linea : Nigra
Striae : Livida
Kelainan : Tidak ada
b. Palpasi
- Leopold I : teraba bag. Bundar, lunak tidak melenting TFU ½ pst-px (28 cm)
- Leopold II : teraba bag. Tahanan yang keras, memanjang datar pada perut ibu
sebelah (PUKI)
Teraba bagian kecil pada perut ibu sebelah kanan
- Leopold III : teraba bag. Bundar, keras, melenting dan masih dapat digoyangkan,
teraba bag. Lunak di bag terbawah janin (plasenta)
- Leopold IV : konvergen
TBBj : (28 cm – 12) x 155 = 2480 gr
d. Auskultasi
DJJ : (+) teratur
Frekuensi 12 – 12 – 11
Perkusi
Patella ka/ki :+/+
e. Pemeriksaan panggul luar :
UPL : Tidak di lakukan
UPD: Tidak di lakukan
13. Punggung : tidak ada khyposis,lordosis.
14. Genetalia : vulva dan vagina bersih
15. Ektremitas : tidak ada oedem,tidak ada varices.

D. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah
HB : 11 gr
Golongan darah : B
2. Urine
Protein : Negatif ( - )
Glukosa : Negatif ( - )

II. INTERPRESTASI DATA


DX : G1P00000 36 mg/T/H intra uteri / letak oblique kepala U / kesan panggul
normal K /U dan janin baik dangan APB.
DS: ibu mengatakan hamil 8 bulan tidak perna keguguran .
Ibu mengatakan keluar darah.

DO: K/U : baik


TTV :
TD : 120 mmhg
N : 92 x/menit
S : 36°C
RR : 24 x/menit
- Leopold 1 : teraba bag. Bundar, lunak tidak melenting TFU ½ pst-px (28 cm)
- Leopold II : : teraba bag. Tahanan yang keras, memanjang datar pada perut ibu
sebelah (PUKI)
Teraba bagian kecil pada perut ibu sebelah kanan
- Leopold III : teraba bag. Bundar, keras, melenting dan masih dapat digoyangkan,
teraba bag. Lunak di bag terbawah janin (plasenta)
- Leopold IV : Konvergen
MASALAH :
- Cemas
KEBUTUHAN :
- Penanganan cemas/pendampingan
- Informasi yang adekuat
- Nutrisi
- Lingkungan yang aman dan nyaman

III. IDENTIFIKASI DX DAN MASALAH POTENSIAL


- Anemia berat
- Perdarahan
- Syok hypovolemik
- IUFD
- Partus prematerus
- Infeksi
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU
KOLABORASI
Kolaborasi dengan SpOG

V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH


Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1kali 24 jam diharapkan masalah
dapat teratasi /perdarahan berhenti dan tidak terjadi komplikasi npada ibu dan janin
Kriteria hasil:
 K/U ibu dan janin baik
 TTV dalam batas normal frekuensi 11 11 12 teratur
 Perdarahan pervaginam berhenti
 Ibu tidak terjadi anemia berat,perdarahan ,syok hiporolemik, infeksi
 Bayi tidak terjadi infeksi,IUFD, Partus prematurus

Intervensi

1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga secara therapentik


R/agar klien dan keluarga lebih kooperatif percaya kepada petugas
2. Berikan informasi yang adekuat tentang kondisi ibu dan bayi saat ini
R/informasi adalah hak pasien
3. Lakukan informasi content terhadap segala tindakan yang akan dilakukan
perlindungan hokum
R/bukti tertulis persetujuan klien dan keluarga terhadap tindakan yang akan
dilakukan perlindungan hokum
4. Lakukan kolaborasi dengan dr.SpOG untuk tindakan selanjutnya
R/ membantu klien agar cepat mendapatkan penanganan yang adekuat
5. Bantu dr.SpOG untuk mendapatkan USG ulang
R/memastikan/menegakkan diagnose yang tepat
6. Berikan semua nutrisi yang diberikan dokter
R/membantu klien agar cepat mendapatkan penanganan yang adekuat
7. Lakukan pencatatan dan pelaporan /pendokumentasian
R/sebagai bukti tindakan yang telah dilakukan
8. lakukan evaluasi & buat catatan perkembangan setelah 24 jam
R/menilai perkembangan & untuk mengetahui secara dini komplikasi –
komplikasi yang mungkin akan terjadi
IV. IMPLEMENTASI
Tanggal :
1. Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga
2. Memberikan informasi kondisi ibu saat ini baik – baik saja hanya mengalami
perdarahan dan di lakukan beberapa tindakan pemeriksaan
3. Memberikan inform content kepada klien + keluarga untuk di tanda tangani
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG
5. Membantu dr SpOG untuk melakukan USG sebagai asisten
6. Melakukan semua intruksi dokter
- Menyiapkan obat/alat –alat untuk teraphie
- Pasang infuse RL : D5 drip brizama zamp zo H3/menit
- Teraphie oral:
calvit 1x x tb
Prebion 1 x 1 tb
Premaston 1 – 2 x tb
- Cek leb:DL factor pembekuan goldar
- Siapkan contoh darah untuk GSH ke PMI
- Observasi cort,his,perdarahan,TTV keluhan.
- KE klien + keluarga bahwa kehamilannya masih dipertahankan dulu
- Bila sewaktu perdarahan tambah aktif / banyak → pro cito operasi (s.c)
dan transfuse darah
- Mengajarkan klien untuk bedrest total, makan minum seperti biasa

7. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan di dalam status pasien


8. Rencana evaluasi 24 lagi (jam 01.00 tanggal 21 – 10 – 2010)

VII. EVALUASI
Tanggal : 21 – 10 – 2010 jam 01.30 WIB

S : ibu mengatakan senang dan lega karena tidak mengeluarkan darah lagi dari
kemaluannya
Ibu merasa baik – baik saja dan tidak ada keluhan pergerakan anak aktif
O : K/U ibu baik.
TD : 120/80 mmhg
N : 92 x/menit
S : 36°C
RR : 24 x/menit
p/Vag : fluxus aktif (-) his (-) djj(+) teratur. Gerak anak (+) masih terpasang
infuse D5% drip brincasma zamp / 20 ms/mt terapie injeksi dan oral sudah
dijadwal
A : GI P0-0 UK 35 – 36 /T/H dengan plasenta previa/observasi APB
P:
- lanjutkan perawatan dan terapi
- rencana : evalusi perkembangan 24 jam lagi
- Observasi cort, his, fluxus, keluhan

CACATAN PERKEMBANGAN
Tanggal :22 – 10 – 2010 jam : 01.30 WIB
S : ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan perdarahan (-) pergerakan anak masih aktif
O : K/U ibu baik
TTV :
TD : 120/80 mmhg
N : 92 x/menit
S : 36°C
RR : 24 x/menit
His (-) DJJ(+) teratur fluxus (-)
Masih terpasang RL dnp Brinzasma Zamp untuk 20 HS/mnt
A : GI P0-0 UK 35 – 36 /T/H dengan plasenta previa/observasi APB
P:
- Observasi cort, his, fluxus, keluhan
- Rencana : - infuse dan terapi injeksi habis → aft
- Kalau taa besok BPL / KRS
- KIE : - control 1 minggu lagi (29/10/2010) atau sewaktu-waktu bila ada keluhan
-Istirahat total di rumah
-Tunda melakukan hubungan sex dulu
-Obat – obatan dilakukan di lakukan di rumah, diminum sesuai anjuran.nia.

BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahaya pada kehamilan lanjut, meliputi perdarahan pervaginam, sakit kepala
hebat, penglihatan kabur, bengkak di wajah dan jari-jari tangan, pengeluaran cairan
pervaginam, gerakan janin tidak terasa, dan sakit perut hebat.

Perdarahan Antepartum adalah perdarahan pervaginam pada usia kehamilan diatas


28 minggu atau lebih. Karena perdarahan antepartum terjadi pada umur kehamilan diatas
28 minggu maka sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester ketiga.
Perdarahan antepartum dapat berupa plasenta previa, solusio plasenta, Perdarahan
pada plasenta letak rendah,Pecahnya sinus marginalis,dan perdarahan karena pecahnya
vasa previa.

3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya perdarahan antepartum sehingga dapat
mengurangi angka kematian ibu karena perdarahan.

DAFTAR PUSTAKA

Yulaikhah, Lily.2009. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : EGC


Liu, David T.Y. 2008. Manual Persalinan. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida bagus Gde. 1998 . Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Prawiroharjo, Sarwono.2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Sastrawinata, S.2004. Obstetri Patologi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai