Anda di halaman 1dari 39

ASKEB IBU IV

DIABETES PADA KEHAMILAN


(untuk menambah nilai tugas mata kuliah ASKEB IBU IV)

Dosen pembimbing :
Hj. Siti Hamidah, SST.MMKes.

Nama Kelompok : (kelas B)

1. Ervin Hilalatul Rusmida (13/08.02.037)


2. Iis Manggaryani (18/08.02.052)
3. Linnatul Rosyidah (21/08.02.061)
4. Nur Aini (26/08.02.076)
5. Ummi Hasanah A (39/08.02.115)

AKADEMI KEBIDANAN DELIMA PERSADA


GRESIK
2010
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat kepada kita
sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya para
mahasiswa Akademi Kebidanan Delima Persada Gresik.Selain itu para peyusun berharap
makalah ini dapat menjadi acuan dalam melakukan tindakan. Dan tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam mennyelesaikan
makalah ini, Khususnya dosen pembimbing kami dalam mata kuliah ASKEB IBU IV
yakni, Ibu Hj. Siti Hamidah, SST. MMKes.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini,Maka


kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari para pembaca agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya dapat tersusun lebih baik lagi.

Gresik, Maret 2010


BAB I
PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus dengan tingkat kejadian 300:1. Penyakit ini terjadi karena
kebutuhan insulin semakin meningkat secara bertahap setelah bulan ketiga hingga
kehamilan berakhir.
Namun tidak semua ibu hamil mengalaminya. Kebutuhan insulin tetap seperti
sedia kala, seperti sebelum hamil dan kadang turun tergantung bagaimana pancreas janin
bisa memproduksi insulin. Ketika melahirkan, kadar gula darah ibu mengalami
penurunan sebagai akibat tersedotnya glukosa lewat payudara karena menyusui.
Mengapa adar gula dalam darah mengalami peningkatan selama kehamilan? Ini
disebabkan oleh hormone laktogen yang ada dalam plasenta yang dari segi susunannya
itu mirip dengan hormone pertumuhan. Inilah yang menjadi sebab penyakit gula selama
kehamilan.
Selama kehamilan, kadar gula mengalami peningkatan. Namun mungkin sekali
kadarnya turun setelah melahirkan. Barang kali ketika ibu berusaha mendeteksi adanya
kadar gula dalam air seni dan melihat hasil analisa yang menunjukkan angka positif, dia
mengira terserang penyakit gula. Padahal, hal ini terjadi karena adanya materi-materi
yang ada di air seni seperti vitamin C atau karena adanya laktosa dalam air seni. Ini
biasanya terjadi pada akhir kahamilan, melahirkan atau menyusui disebabkan oleh fungsi
payudara.
BAB II
DIABETES MELLITUS DALAM KEHAMILAN

2.1 Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) Pada Kehamilan

Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) Pada Kehamilan merupakan jenis


diabetes yang menyerang selama kehamilan dan biasanya lenyap setelah
persalinan bayi.

(Anik Maryunani. 2008. Hal: 7)

Dalam pengertian sederhananya, Diabetes Mellitus semasa kehamilan


merupakan keadaan dimana kandungan gula dalam darah tinggi semasa
hamil.Diabetes mellitus pada kehamilan dalam istilah kedokteran disebut diabetes
mellitus gestasional. Diabetes mellitus ini mungkin hanya berlangsung selama
kehamilan tetapi dapat juga berlanjut meski sudah tidak hamil lagi.Diabetes
Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai intoleransi kabohidrat dengan
keparahan bervariasi dan serangan atau pertama kali diketahui saat hamil

(Expert Commitee, 2001)

Pengertian lainnya, Diabetas Mellitus Gestasional (DMG) adalah intoleransi


karbohidrat ringan ( toleransi glukosa terganggu) maupun berat ( Diabetes
Mellitus), Terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung.

(Anik Maryunani. 2008. Hal: 7)

2.2 Patofisiologi Diabetes Mellitus Pada Kehamilan

Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu


keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan
kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber
energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap
tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin
juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan
terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin
juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia, dan sebagainya.

2.3 Tanda dan Gejala

Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :


Pada tahap awal sering ditemukan :

a. Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien
mengeluh banyak kencing.

b. Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.

c. Polipagi (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami


starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi
walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan
berada sampai pada pembuluh darah.

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang

Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu
lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh
selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk
yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun
banyak makan akan tetap kurus

e. Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

2.4 Pengelolaan Diabetes Mellitus Pada Kehamilan

 Pengelolaan medis

Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga


terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.

1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir
lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian
janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan
melalui drips.

2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik.

3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan
infus glukosa.

4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25


kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori
yang lebih mudah.

5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.

6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:

 Kalori basal 25 kal/kgBB ideal

 Kalori kegiatan jasmani 10-30%

 Kalori untuk kehamilan 300 kalor


 Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB

Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum
mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah
105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera
dimulai.

Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa


darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus
DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk
tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui
selesai.

Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :

− Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl

− Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl

− Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%

− Mencegah episode hipoglikemia

− Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik

− Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.

Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal


setiap hari, jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan
kontrol sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan
persalinan maka kontrol semakin sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal
setiap 6-8 minggu sekali.

Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester


pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan,
kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB
kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5
kg).

Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung


digunakan. Insulin yang digunakan harus preparat insulin manusia (human
insulin), karena insulin yang bukan berasal dari manusia (non-human insulin)
dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi
ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat
mempengaruhi janin.

Pada DMG, insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan
lama kerja intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari. Pada DMH, pemberian
insulin mungkin harus lebih sering, dapat dikombinasikan antara insulin kerja
pendek dan intermediate, untuk mencapai kadar glukosa yang diharapkan.

Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek


teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui
ASI.

 Pengelolaan obstetrik

Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaan klinis ibu dan


janin, terutama tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung
janin, kadar gula darah ibu, pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika
memungkinkan).

Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan


pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.

Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan


pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.

Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :

 Pengukuran tinggi fundus uteri

 NST – USG serial

 Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai
FDJP 6, dapat dilahirkan pada usia kehamilan cukup waktu (40-42 mg)
dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin (normal >l0x/12 jam).

 Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.


 Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis
terlebih dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38
mg).

 Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan


vaskuler dan infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus
dirawat sejak usia kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi
biasanya memerlukan insulin.

 Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik
janin-plasenta(FDJP).

2.5 Prinsip Dasar


2.5.1 Resiko dan Komplikasi Diabetes Melitus
a. Ibu
 DMG hanya merupakan gangguan metabolisme yang ringan, tetapi
hiperglikemia ringan tetap dapat memberikan penyulit pada ibu, berupa :
- Preeklamsia,
- Polihidramnion,
- Infeksi saluran kemih,
- Persalinan seksio sesarea,
- Trauma persalinan akibat bayi besar,
- Abortus spontan
- Polihidramnion
- Persalinan prematur
- Infeksi
- Nefropati diabetik
- Retinopati diabetik
- Neuropati diabetik
- Ketoasidosis diabetik
 Sekitar 40-60 % wanita yang pernah DMG pada pengamatan lanjut
pascapersalinan akan mengidap diabetes mellitus atau toleransi glukosa
terganggu.
b. Perinatal
Kematian perinatal bayi dengan ibu DMG (BIDMG) sangat tergantung dari
keadaan hiperglikemia ibu. Di klinik yang maju sekalipun angka kematian
dilaporkan 3-5 %. Angka kejadian komplikasi BIDMG di subbagian perinatologi
FKUI/RSUPNCM dari tahun 1994-1995 adalah 5/10.000 kelahiran.
 Makrosomia
Ibu dengan DMG 40 % akan melahirkan bayi dengan BB berlebihan pada
semua usia kehamilan. Makrosomia mempertinggi terjadinya trauma lahir,
sindrom aspirasi mekoneum dan hipertensi pulmonal persisten. Truma lahir
biasanya terjadi akibat distosia bahu, sehingga dapat menyebabkan fraktur
humerus, klavikula, palsi Erb syaraf frenikus bahkan kematian janin.
 Sekitar 20-50 % bayi dengan ibu BMG mengalami hipoglikemia (GD < 30
mg/dl)pada 24 jam pertama setelah lahir dan biasanya terjadi pada bayi
makrosomia.
 Hambatan pertumbuhan janin
 Ibu DMG dengan komplikasi vascular akan memberikan bayi dengan BB
rendah pada kehamilan 37-40 minggu. Hal ini dapat terjadi juga karena
adanya perubahan metabolic ibu selama masa awal pesalinan.
 Cacat bawaan
Kejadian cacat bawaan adalah 4,1 % BIDMG. Cacat bawaan terjadi paling
banyak pada kehamilan dengan DMG yang tidak terpantau sebelum
kehamilan dan pada trimester pertama. Lima puluh persen kematian perinatal
disebabkan kelainan jantung (TAB, VSD, ASD), kelainan ginjal (agenesis,
ginjal), kelainan saluran cerna (situs inversus, sindrom kolon kiri kecil),
kelainan neurology dan skelet. Kekerapan cacat bawaan ringan lebih besar,
mencapai sekitar 20%.
 Hipoglikemia
Kira-kira 25-50 % BIDMG mengalami hipoglikemiapada 24 jam pertama
setelah lahir, biasanya pada bayi makrosomia. Pada BIDMG dengan kelainan
vaskular, hipoglikemia biasanya terjadi setelah 6-12 jam lahir, dengan
hiperinsulinemia dan cadangan glikogen yang kurang. Bayi dikatakan
hipoglikemia bila kadar glukosa darahnya < 30 mg/dl.
 Hipokalsemia dan hipomagnesemia
Bayi dikatakan hipokalsemia bila kadar kalsium darahnya < 7 mg/dl (kalsium
ion < 3 mg/dl). Beratnya hipokalsemia berhubungan dengan tingkat
terkendalinya kadar glukosa ibu DMG. Bayi mengidap hipomagnesemia bila
kadar magnesium < 1,5 mg/dl. Biasanya hipomagnesemia terjadi bersamaan
dengan hipokalsemia.
 Hiperbilirubinemia
Meningkatnya hiperbilirubin indirek terjadi pada 20-25 % BIDMG, akibat
pengrusakan eritrosit yang mungkin terjadi karena perubahan pada membran
eritrosit.
 Polisitemia hematologis
 Asfiksia perinatal
Asfiksia perinatal terjadi pada 25 % BIDMG, mungkin disebabkan oleh
makrosomia, prematuritas, penyakit vaskular ibu yang menyebabkan hipoksia
intrauterin atau pada bayi yang lahir dengan seksio sesaria.
 Syndrom gawat nafas neonatal
Kejadian sindrom gawat nafas neonatal berkolerasi dengan tingkat
pengendalian kadar glukosa ibu DMG. Angka kejadian sindrom gawat nafas
jelas sekali menurun pada ibu DMG dengan kadar glukosa darah yang
terkendali baik. Sebagian lagi gawat nafas ini disebabkan karena prematuritas,
dengan produksi surfaktan paru belum cukup atau bayi yang dilahirkan
dengan seksio sesaria.

2.5.2 Penanganan Umum


 Penata laksanaan DMG dilakukan secara terpadu oleh spesialis penyakit
dalam, spesialis obstetriginekologi, spesialis obstetri anak.
 Tujuan penanganan adalah mencapai dan mempertahankan keadaan
normoglikemia sejak hamil hingga persalinan, yaitu kadar glukosa darah
puasa < 105 mg/dl dan dua jam sesudah makan < 120 mg/dl.
 Untuk mencapai sasaran tersebut dilakukan :
 Perencanaan makan yang sesuai dengan kebutuhan,
 Pemantauan glukosa darah sendiri di rumah,
 Pemberian insulin bila belum tercapai normoglikemia dengan perencanaan
makan
 Segera setelah pasien didiagnosis DMG, dilakukan pemeriksaan glukosa
darah puasa dan 2 jam sesudah makn untuk menentukan penatalaksanaan.
 Bila kadar glukosa darah puasa > 130 mg/dl, dimulai dengan perencanaan
makan saja dahulu.
 Monitor kesejahteraan janin.
 Saat melahirkan janin disesuaikan dengan kemampuan kontrol gula darah dan
kesejahteraan janin. Pada kelahiran pervaginam perhitungkan kemungkinan
terjadinya kesulitan karena makrosomia.

2.5.3 Penilaian Klinik


Penapisan untuk DMG harus dilakukan oleh semua wanita hamil
Tabel faktor resiko DMG :
Riwayat Kebidanan
 Beberapa kali keguguran
 Riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yang jelas
 Riwayat pernah melahirkan bayi dengan cacat bawaan
 Pernah melahirkan bayi > 400 gram
 Pernah preeklampsia
 Polihidramnion
Riwayat Ibu
 Umur ibu hamil > 30 th
 Riwayat DM dalam keluarga
 Pernah DMG pada kehamilan sebelumnya
 Infeksi saluran kemih berulang-ulang selama hamil

2.5.4 Diagnosis
Wanita hamil
(dalam keadaan puasa)

Glukosa
Wanita hamil Kadar gula darah > 40 mg/dl
Puasa
> 140 mg/dl
Glukosa 75 gr 140-199 mg/dl >200 mg/dl >200 mg/dl

Plasma 2 jam
Diagnosis Toleransi glukosa DM DMG
terganggu

2.5.5 Persiapan pemeriksaan


Pasien harus makan mengandung cukup karbohidrat minimal 3 hari
sebelumnya, kemudian malam sebelum hari pemeriksaan harus berpuasa selama
8-12 jam. Setelah persiapan dalam keadaan berpuasa, pagi hari diambil contoh
darah, kemudian diberikan beban glukosa. Contoh darah yang diperiksa adalah
plasma vena.

2.5.6 Prognosis
Prognosis bergantung dari perawatan antenatal, pertolongan persalinan dan
perawatan di bangsal neonatus dan pemantauan jangka panjang. Prognosis untuk
hidup umumnya baik. Prognosis untuk intelegensia yang normal tergantung dari
lama dan beratnya hipoglikemia dengan gejala, terutama bila diderita oleh bayi
dengan BB lahir rendah dan BIDMG cenderung menyebabkan intelegensia yang
rendah apabila dibandingkan dengan hipoglikemia tanpa gejala.

2.5.7 Penanganan
 Kontrol secara ketat kadar gula darah, sebab bila kontrol kurang baik
upayakan lahir lebih dini, dengan pertimbangan kematangan paru janin.
Dapat terjadi kematian janin mendadak. Berikan insulin yang bekerja secara
cepat, bila mungkin berikan dengan drip.
 Hindari adanya infeksi traktus urinarius atau infeksi lainnya. Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik.
 Bayi baru lahir bisa terjadi hipoglikemia yang cepat, perlu diatasi dengan
memberikan infus glukosa.
Diet
Polindes Rujuk untuk konsultasi pemberian insulin
Puskesmas Rujuk untuk konsultasi pemberian insulin
Rumah Sakit Bila dengan peraturan perencanaan makan 2 minggu tidak
tercapai sasaran normoglikemia yaitu glukosa darah plasma
puasa < 105 mg/dl dan 2 jam sesudah makan < 120 mg/dl,
insulin harus segera dimulai. Pemantauan dapat dikerjakan
dengan memakai alat pengukur kadar glukosa darah kapiler.
Prinsip terapi :
 Kontrol yang ketat kadar gula darah :
 Insulin injeksi yang kerja cepat, dan dosis multiple,
 Pemantau yang baik adalah kadar gula darah 3x sehari
Pada umumnya insulin dimulai dengan dosis kecil, bertambah
dengan meningkatnya usia kehamilan, insulin yang dipakai
sebaiknya human insulin. Dosis insulin diperkirakan antara 0,5 –
1,5 unit/kg berat badan.
Berbagai macam insulin yang dapat diperoleh di pasaran :
Insulin kerja cepat :
o Humulin R (40 IU, 100 IU)
o Actrapid Human 40, 100
Menentukan diabetes terkendali
Di klinik yang maju, semua pasien DMG diajarkan untuk
memantau darah sendiri di rumah. Hail ini mempermudah
pencapaian normoglikemia bagi mereka yang mendapat insulin
dan mencegah reaksi hipoglikemia berat. Selain pemantauan
glukosa darah sendiri pada pasien DMG dilakukan juga
pemeriksaan HbA1c, secara berkala setiap 6-8 minggu sekali.
Kadar HbA1c yang diinginkan adalah < 6 %.

Penanganan Obstetri
Polindes Pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan pengukuran tinggi
fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Puskesmas Pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan pengukuran tinggi
fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Rumah Sakit Pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan :
 Pengukuran tinggi fundus uteri
 Mendengarkan DJJ secara khusus memakai USG dan
kardiotografi (KTG).
 Penilaian menyeluruh janin dilakukan dengan skor funsi
dinamik janin plasenta (FDJP). Skor < 5 merupakan tanda
gawat janin. Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia
kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia, PJT dan gawat
janin merupakan indikasi untuk melakukan persalinan secara
seksio sesarea.
 Pada saat seksio sesarea, penatalaksanaan ibu DMG
dikerjakan seperti yang lazim pada pasien DM dengan
pembedahan.
 Janin yang sehat (skor FDJP > 6) dapat dilahirkan pada umur
kehamilan cukup waktu (40-42 minggu) dengan persalinan
biasa. Ibu hamil DMG tidak perlu dirawat apabila keadaan
diabetesnya terkendali baik, namun harus selalu diperhatikan
gerak janin (normal > 10kali/12 jam).
 Bayi yang dilahirkan dari ibu Dmg memerlukan perawatan
khusus

Penanganan bayi dari ibu DMG


Polindes BIDMG harus dikelola sejak dilahirkan.
Evaluasi segera setelah lahir.
 Perhitungan nilai APGAR
 Pemeriksaan keadaan umum bayi
 Pemeriksaan fisik untuk melihat adanya cacat bawaan
 Pemeriksaan placenta
 Pemeriksaan kadar glukosa
 Pemeriksaan hematokrit tali pusat
Pengawasan lanjut
Pemeriksaan fisik diulangi untuk melihat perubahan yang
mungkin terjadi pada janin seperti gemetaran, apnea, kejan,
tangis lemah, malas minum dan adanya tanda sindrom gawata
nafas, kelainan jantung, kelainan ginjal, trauma lahir pada
ekstremitas, kelainan metabolik dan kelaianan saluran cerna.
Untuk mencegah hipoglikemia bayi diberikan minum (dosis 60-
90 ml/kg/BB/hari), dibagi dalam beberapa dosis, dimulai sejak
jam pertama selanjutnya tiap 2 jam.
Puskesmas BIDMG harus dikelola sejak lahir dan dicegah terjadinya
hipoglikemi sesuai penanganan di atas.

Rumah Sakit BIDMG harus dikelola sejak lahir dan dicegah terjadinya
hipoglikemi sesuai penanganan di atas ditambah dengan
pemeriksaan laboratorium yang penting untuk menegakkan
diagnosis adanya kelainan pada BIDMG yaitu ;
 Kadar glukosa serum tali pusat dan selanjutnya ketika bayi
berumur 1, 2, 4, 8, 12, 24, 36, dan 48 jam. Apabila kadar
glukosa darah dengan reflektencemeter< 45 mg/dl, harus
diperiksa kadar glukosa serum.
 Kadar kalsium dan magnesium harus diperiksapada umur 6,
12, 24 dan 48 jam.
 Hematokrit harus diperiksa dari tali pusat dan selanjutnya
pada umur 4 dan 24 jam.
 Kadar serum harus diperiksa bila bayi terlihat kuning.
Pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi.
Mengatasi kelainan metabolik
Hipoglikemia
 Jika kadar glukosa yang diperiksa dengan reflektance meter
< 25 mg/dl dan juga dibuktikan denganpemeriksaan serum,
diberikan larutan glukosa intravena sebanyak 6
mg/kg/BB/menit, dan kadar glukosa harus diperiksa setiap
jam.
 Bila kadar glukosa menunjukan hasil 25-45 mg/dl dan bayi
tidak tampak sakit, bayi diberi minum larutan glukosa 5 %
dan kadar glukosa darah diperiksa setiap jam sampai stabil,
kemudian sampai 4 jam. Bila kadar glukosa darah tetap
rendah, diberi infus glukosa sebanyak 6 mg/kg/BB/menit.
Pada keadaan hipoglikemia dengan gejala, diberikan larutan
glukosa 10 % sebanyak 2-4 mg/kg/BB/menit agar dapat
mencapai kadar glukosa darah normal. Konsentrasi yang
diberikan tidak boleh melebihi 12,5 % karena konsentrasi
glukosa yang tinggi dapat merusak vena. Pemberian glukosa
intravena tidak boleh dihentikan tiba-tiba karena resiko
terjadinya hipoglikemia reaktif.
Hipokalsemia dengan kejang harus diobati dengan larutan
kalsium glukonat 10% sebanyak 1 ml/kgBB intravena. Larutan
tersebut diencerkan dulu dengan larutan glukosa 5 % dengan
perbandingan 1:4 diberikan secara perlahan-lahan. Sesudah
pemberian pertama harus dilanjutkan dengan pemberian dosis
pemeliharaan selama beberapa hari, dapat secara IV atau oral,
dan diturunkan secara bertahap. Kadar kalsium darah harus
dipantau setiap 12 jam. Selama pemberian kalsium harus
dipantau adanya bradikardia, aritmia jantung dan ekstravasasi
cairan dari alat infus yang dapat menyebabkan nekrosis kulit.
Hipomagnesemia
Hipomagnesemia dapat dikoreksi dengan larutan magnesium
sulfat 50% sebanyak 1,2 ml/kg/BB/hari intramuskular dalam,
dibagi dalam 2-3 dosis. Biasanya hipomagnesemia berhubungan
erat dengan hipokalsemia dan bila hipomagnesemia diobati,
hipokalsemianya pun dapat diatasi.
Pengobatan terhadap kelainan hematologis
Pada keadaan hiperbilirubinemia, dilakukan pemantauan
terhadap kadar bilirubin umum dengan seksama sejak bayi
kuning, kalau perlu dilakukan terapi sinar atau transfusi tukar.

Cara pemberian insulin berdasarkan kadar glukosa darah setelah gagal dengan
perencanaan makan.
Kadar Jadwal pemberian insulin
7.00 13.00 19.00 22.00
glukosa darah
Puasa tinggi, 2 jam setelah makan normal - - - M
Puasa tinggi, 2 jam setelah makan tinggi C-M - C-M -
Atau M
C
Catatan :
C = insulin kerja cepat
M = insulin menengah
C-M = kombinasi insulin kerja cepat dan insulin kerja menengah. Biasanya
diberikan 2/3 dosis pagi dan 1/3 dosis sore hari.

Pemantauan lanjut :
 Disarankan agar pada semua wanita DMG setelah persalinan dilakukan tes
toleransi glukosa setiap 6 bulan sekali.
 Perlindungan obstetri melalui pemakaian kontrasepsi harus diterapkan pada
penderita DMG.

2.6 Manajemen Konsep Dasar Asuhan Kebidanan dengan Diabetes Mellitus


I. Pengkajian
1. Data subyektif
 Biodata
Nama, umur, alamat, suku/bangsa, nomer telepon, pendidikan, agama,
pekerjaan.
 Keluhan utama
Berat badan menurun dengan cepat, lemas, lekas lelah, tenaga kurang, lemah,
polyuria, polydipsia dan polyphagia.

 Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola nutrisi
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretic, konstipasi, nafsu makan yang meningkat,
turgor kulit jelek
b. Pola aktifitas
Mudah lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot
menurun., gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu
melakukan aktivitas dan koma.
c. Pola Eliminasi
Perubahan pola berkemih (poliuria, nokturia, anuria), diare., nyeri, rasa
terbakar, perut kembung dan pucat.
d. Pola seksualitas
Orgasme menurun, penurunan libido disertai keputihan.

2. Data Obyektif
 Pemeriksaan umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : keadaan ibu baik.
TTV : Suhu : Terjadi penurunan suhu
Tekanan darah: Tidak boleh lebih dari 130/ 80
mmHg
Nadi : Terjadi penurunan nadi
Pernafasan : 16 - 24x/menit
1. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan mata
Mata tampak berdilatasi, ibu perlu dikonsulkan ke dokter mata
untuk menyingkirkan retinopati. Biasanya didapatkan data
gangguan pada pengindraan, penglihatan berupa katarak,
penglihatan kabur.
 Pemeriksaan mulut
Mulut dan gigi bersih, tidak ada karies, tidak ada sariawan, tidak
kering.
 Kulit
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, turgor kulit menurun, bisul-bisul,
luka.
 Penyakit kardiovaskular
Tidak ada angina pektoris, dan abnormalitas EKG untuk
menyingkirkan penyakit jantung koroner, akral dingin, nadi perifer
melemah terutama pada tibia posterior dan dorsalis pedis, CRT
menurun dan dapat pula ditemukan adanya keluhan nyeri dada.
 Abdomen
Waspada adanya organomegali, terutama pada liver. Abdomen
tegang, nyeri (sedang atau berat). Pernafasan batuk dengan atau
tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak).
 Genitalia
Keputihan, peradangan pada daerah vagina.
 Neurosensori
Penurunan fungsi sensasi sensori, penurunan suhu pada kaki,
penurunan reflek, nyeri kepala dan bingung, seperti mau muntah,
kesemutan, lemah otot, letargi, koma.
 Skrining pada kaki
Penurunan suhu pada kaki, kesemutan.

2. Pemeriksaan Penunjang
Dalam pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah, EKG
dan urine.

II.Interpretasi Data
• Diagnosa :GI P00000/ Kehamilan dengan
diabetes mellitus
• Data subyektif :Ibu mengatakan lemas, lekas lelah, tenaga kurang,
sering kencing, sering merasa lapar dan haus, sering mengantuk.
• Data Obyektif
TTV :
a. Suhu : Terjadi penurunan suhu
b. Tekanan darah :Tidak boleh lebih dari 130/ 80 mmHg
c. Nadi : Terjadi penurunan nadi
d. Pernafasan : 16 - 24x/menit

Masalah :
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi
informasi.

Kebutuhan:
1. Diet
1) Yang dipentingkan bukanlah diet diabetik khusus tapi konsumsi makanan
dengan izi seimbang.
2) Makanan pada waktu yang sama setiap harinya.
3) Makan makanan dari semua jenis makanan.
4) Makan dengan porsi yang terkontrol.
5) Makanlah snack atau cemilan yang sehat untuk mencegah gula darah
rendah.
 Distribusi kalori (ADA, 2000)
 10 % - 15 %  Sarapan pagi
 5 % - 10 %  Snack/cemilan pada jam 10.00 pagi
 20 % - 30 %  Makan siang
 5 % - 10 %  Snack/cemilan pada jam 16.00 sore
 30 % - 40 %  Makan malam
 5 % - 10 %  Snack/cemilan saat mau tidur

 Kandungan kalori dari protein


Ibu dianjurkan diet kandungan protein diabetes adlah antara 12 % - 20
% dari total kalori ibu setiap hari. Akan tetapi jika ibu juga mengalami
kelainan fungsi ginjal, maka kandungan protein harus dibatasi sampai
dengan batas yang diperbolehkan sehubungan dengan gangguan fungsi
ginjal tersebut.
 Kandungan kalori dari lemak
Ibu dianjurkan diet lemak diabetes adalah berkisar antara 20 % - 40 %
dari kandungan kalori total. Hal ini juga bergantung secara individual
berdasarkan berat badan, kadar gula darah, dan kadar lipid darah.
Lemak yang digunakan haruslah lemak yang dipilih dari jenis lemak
tak jenuh dan kandungan kolesterol dibatasi seminimal mungkin.
 Kandungan kalori dari karbohidrat
Ibu dianjurkan diet karbohidrat adalah sebanyak 40 % dari jumlah
kalori keseluruhan. Jumlah karbohidrat dalam makanan untuk setiap
kali makan harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi
kebutuhan akan karbohidrat sepanjang hari.
 Panduan perencanaan makan pada ibu hamil dengan diabetes
Ibu hamil dengan dianjurkan control metabolisme karbohidrat. Control
yang lebih baik dapat tercapai jika jumlah karbohidrat total sekitar
40% protein sekitar 20% dan lemak sekitar 40% (ada 2000)
 Air
Ibu dianjurkan untuk minum satu gelas air 1-2 jam sebelum tidur. Hal
ini penting karena dapat menjaga kesehatan ginjal dan mengurangi
kontraksi persalinan prematur.
 Serat makanan
Ibu dianjurkan Diet dengan kadar serat yang tinggi dapat memperbaiki
metabolisme karbohidrat dalam tubuh, sehingga juga dapat membantu
dalam mengontrol diabetes dengan mencegah peningkatan kadar gula
darah. Serat yang berfungsi dalam penurunan kadar gula darah ibu
diabetes adalah jenis serat larut yang tergolong polisakarida yang
bukan terapung.
Terdapat dua cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh diet dengan
kandungan serat yang tinggi, yaitu:
 Dengan menambahkan serat murni seperti oat brane kedalam diet
ibu diabetes mellitus.
 Dengan menggunakan bahan-bahan makanan yang kandungan
serat larutnya tinggi untuk diet ibu diabetes mellitus.
 Vitamin dan Mineral
Ibu dianjurkan untuk menambah suplementasi vitamin dan mineral jika
jika diperlukan,Apabila asupan gizi cukup tidak perlu menambah
suplementasi vitamin dan mineral. Namun, terdapat beberapa vitamin
dan mineral yang bisa ditambahkan, yaitu:
a. Kromium (Chromium) mempunyai efek menguntungkan untuk
pengendalian glicemia bagi ibu yang kekurangan kromium sebagai akibat
nutrisi parenteral.
b. Magnesium berfungsi dalam menurunkan resistensi insulin, intoleransi
karbohidrat dan menurunkan tekanan darah. Namun pemberian
magnesium serum ini hanya dianjurkan pada ibu yang mempunyai resiko
tinggi menderita defisiensi magnesium.
c. Asamfolat dengan dosis 400 ug/hari diperlukan untuk menurunkan insiden
lahirnya bayi kecil untuk masa kehamilan dan efek tube neural.
d. Asupan natrium (garam) yang normal adalah 2400-3000 mg setiap hari
kecuali pada ibu diabetic yang mengalami hopertensi kronik harus kurang
dari 2400mg.
 Pada prinsipnya semua makanan boleh dimakan ibu hamil dengan
diabetes asal jumlah masukan kalori sesuai kebutuhan dan susunannya
sesuai anjuran yaitu kar-bohidrat sekitar 40% protein sekitar 20% dan
lemak sekitar 40% (ADA, 2000).
 Makanan yang beraneka ragam justru menjamin terpenuhinya
kecukupan semua zat gizi yang diperlukan.n oleh karena itu setiap kali
makan sebaiknya hidangan terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk,
sayuran dan buah. Agar pengolahan zat gizi berlangsung lancar,
dianjurkan untuk minum cukup (sekurang-kurangnya 2 liter atau 8
gelas sehari). Dengan demikian, makanan ibu hamil dengan diabetes
melitus tidak berbeda dengan makanan anggota keluarga lainnya yang
tidak diabetes kecuali membatasi gula dan makanan lain yang dibuat
dengan gula selama diabetesnya belum terkendali.
 Bila perlu konsultasikan ibu hamil pada ahli gizi untuk pembuatan
perencanaan diet secara individual.
2. Eliminasi
i. Pemeriksaan urine dilaksanakan untuk mengetahui kadar protein dan
keton.
ii. Untuk mencegah infeksi saluran kemih (Urinaria Tractus
Infectius/UTI) dengan minum 8-10 gelas air perhari dan
mengosongkan kandung kemih (buang air kecih)setiap 2 jam.
3. Tidur dan istirahat
Upayakan cukup tidur dan beristirahat untuk mencegah kelelahan.
4. Aktifitas dan olahraga
Menanjukan ibu olah raga, sangat penting dilakukan karena:
 Olah-raga dapat berperan pada pengaturan gula darah
 Olah-raga dapat menghilangkan sakit pinggang
 Olah-raga dapat menguatkan tonus, kekuatan dan ketahanan otot.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan aktifitas fisik dan olah raga
ini adalah sebagai berikut:
 Manfaat olah raga tidak berlangsung lama bila hanya sesekali saja
dilakukan. Oleh karena itu harus dilakukan secara teratur dan terus
menerus.
 Mintalah saran dokter sebelum berolah raga. Jika ibu menggunakan
insulin, jangan berolah raga dalam keadaan perut kosong.
 Jumlah dan tipe olah raga
Jika ibu berusia lebih dari 35 tahun atau menunjukkan tanda-tanda
penyakit kardiovaskuler, EKG dapat digunakan untuk mengevaluasi status
kardiovaskuler untuk mencegah adanya infrak miokard sebelum ibu
berolah raga.
Program olah raga (exercise) yang teratur olah raga yang teratur dapat
meningkatkan ambilan glukosa dalam sel dan menurunkan obesitas,
hipertensi dan dislipidemia yang bisa menurunkan kebutuhan insulin.
i. Konsumsi air
The American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG)
menganjurkan minum air sebelum, selama dan setelah olahraga dapat
mencegah dehidrasi. Terlalu kuat berolahraga bisa menyebabkan
rahim dan janin tidak mendapat aliran darah yang cukup. ACOG
menganjurkan ibu hamil untuk mengukur denyut jantungnya selama
melakukan aktifitas (tidak boleh lebih dari 140 kali/menit.
ii. Tempat injeksi/penyuntikan pada abdomen
Olahraga dapat melatih area tempat injeksi insulin pada abdomen yang
dapat meningkatkan penyerapan insulin pada area tersebut.
iii. Pilih jenis olahraga: jalan kaki, berenang, bersepeda atau sepeda statis.
iv. Mulailah dengan gerakan lambat, kemudian ditingkatkan secara
bertahap kecepatan dan waktu olah raga sesuai kemampuan hingga
mencapai 30-60 menit setiap kalinya.
v. Olahraga sebaiknya dilakukan paling sedikit 3 kali seminggu untuk
menurunkan gula darah. Berhenti berolahraga jika ibu merasa sakit,
pusing, sesak nafa, jantung berdebar, sakit tulang belakang, sakit
nagian pelvik/panggul, atau mengalami pendarahan.
vi. Kadar gula darah rendah
Ibu seharusnya dianjurkan untuk membawa snack/cemilan untuk
mengatasi kadar gula darah yang rendah (hipoglikemia)
vii. Latihan/olahraga
Latihan/olah raga diharuskan tidak menyebabkan terjadinya gawat
janin, berat badan lahir bayi rendah atau kontraksi rahim/uterus. Ibu
seharusnya diajarkan untuk mempalpasi uterusnya guna mengetahui
adanya kontraksi selama olahraga dan segera berhenti jika terjadi
kontraksi.
viii. Melindungi kaki
Memakai sepatu yang pas dengan kaos kaki untuk mencegah terjadinya
melepuh pada kaki (blister) dan menjaga kaki tetap kering untuk
membantu melindungi kaki dari injuri/trauma.
ix. Aktifitas terbatas
Jika ibu mengalami hipertensi, ketonuria, atau penyakit vaskuler,
pembatasan aktivitas diperlukan untuk mengurangi kebutuhan
metabolisme.
5. Pengkajian Persepsi Diri
Diabetes Melitus Gestasional
a. Kaji tingkat pengetahuan ibu tentang diabetes dalam kehamilan.
Respon keluarga
b. Kaji sistem pendukung, termasuk respon keluarga dan pasangan sebagai
orang terdekat yang berperan dalam hidupnya.
6. Pengkajian fungsi seksualitas
 Kaji adanya masalah seksualitas
 Riwayat obstetric
Kaji adanya riwayat preeklamsia, persalinan premature, persalinan seksio
sesarea, anomali congenital, makrosomia, injuri persalinan, dan
abnormalitas metabolic neonatus.
7. Pola koping
Status emosi ibu di kaji untuk menentukan cara ibu berkoping dengan
kehamilan yang menyertai diabetes. Sementara kehamilan normal saja
biasanya menimbulkan stress dan kecemasan dalam tingkat tertentu, maka
kehamilan beresiko tinggi menambah tingkat stress dan kecemasan. Untuk itu
perlu dikaji hal-hal sebagai berikut:
a. Stress hidup
Menanyakan pada ibu tentang stress yang dirasakan, seperti dalam hal
mengelola diabetes mellitus dalam kehamilan dan memikirkan keluhan-
keluhan keluarga, pekerjaan dan financial/ keuangan.
b. Keluhan ibu
Mendiskusikan masalah-masalah yang menyebabkan kekhawatiran ibu,
seperti kesehatan bayi, kebutuhan untuk penggunaan insulin dan dukungan
emosional dari orang terdekat.
c. Dukungan ibu
Memberikan dukungan emosional.
d. Stress fisik
Kaji adanya kekerasan dalam rumah tangga, inflamsi, infeksi, dan stress
psikologis.
e. Pemahaman ibu
Mengkaji pemahaman/ pengetahuan ibu tentang pengaruh stress terhadap
kadar gula darah. Stress bisa meningkatkan kadar gula melalui hormone-
hormon kontra insulin.
f. Ketakutan ibu
Menghilangkan ketakutan ibu bahwa peningkatan kebutuhan insulin
menandakan perburukan diabetes dan berikan edukasi bahwa peningkatan
kebutuhan insulin sebernarnya menandakan plasenta yang berkembang
dengan pesat.
g. Rujukan ke kelompok pendukung
Rujuk ke kelompok perkumpulan diabetes.
8. Pengkajian fungsi kognitif
 Kunjungan (visit)
 Sarankan pada ibu untuk lebih sering melakukan kunjungan antenatal
memeriksakan diri.
 Poses penyakit
 Kaji pengetahuan pasien dan keluarga mengenai proses penyakit dan
tindakan, yang mencakup hubngan antara diet, olahraga, insulin,
penyakit dan stress.
 Kaji pemahaman/ pegetahuan pasien dan keluarga mengenai pengaruh
diabetes pada kehamilan dan pengaruh kehamilan pada diabetes.
 Komplikasi
 Lakukan pencegahan komplikasi dengan menggunakan control
glikemik yang ketat dengan mengatur perencanaan makan/ diet,
pemberian insulin, rencana olahraga, PKGS, pemeriksaan urin adanya
keton, pengenalan dini dan tindakan terhadap tanda-tanda
hipoglikemia.
 Evaluasi janin dengan USG secara periodic untuk memantau usia
kehamilan, pertumbuhan struktur dan janin, serta pemeriksaan
diagnostic lainnya.

9. Pemberian insulin
 Jenis insulin
Ada 3 jenis sumber insulin yang tersedia yaitu yang bersumber dari sapi,
babi dan manusia. Namun jenis yang bersumber dari manusia (humulin)
lebih disukai digunakan dalam kehamilan
 Bentuk insulin
Bentuk insulin dikategorikan berdasarkan awal kerja, puncak kerja, dan
lamanya kerja.
 Insulin masa kerja sangat cepat (rapid acting insulin)
Contoh: Humalog (lispro)
 Insulin masa kerja cepat (short acting insulin)
Contoh: regular
 Insulin masa kerja sedang (intermediate acting insulin)
 Penyimpanan insulin
o Insulin dalam vial dapat disimpan pada suhu kamar dengan penyejuk
15020 derajat Celsius yang dapat digunkan dalam 1 bulan.
o Insulin seharusnya tidak disimpan langsung dibawah sinar matahari.
o Insulin seharusnya tidak dibekukan.
o Insulin disimpan dalam lemari es sampai tanggal kadaluarsa.
 Kekuatan insulin
Sediaan insulin memiliki kadar unit insulin yang berbeda-beda. Namun
insulin 100u/ ml merupakan kekuatan yang paling sering digunakan.
 Spuit/ jarum suntik sekali pakai (disposable)
Jarum dari alat suntik sangat halus dan tajam, serta sangat sedikit bereaksi
pada daerah bekas suntikan. Untuk mempermudah penentuan dosis insulin,
tersedia alt suntikan berukuran 1cc dan 1/2 cc.
 Alat suntik dan jarum yang dapat digunakan kembali (syringereuse)
Penggunaan kembali alat suntik dapat meningkatkan resiko infeksi untuk
beberapa individu. Disamping itu tulisan pada alat suntik dapat tehapus dan
jarum menjadi tumpul karena penggunaan yang berulang-ulang.
 Alat suntik alternative
Saat ini tersedia peralatan alternative yang dapat menggantikan alat suntik
tradisonal. Tersedia macam-macam alat suntik otomatis, jarum dan alat
suntik insulin otomatis, alat suntik berbentuk pen dan alat suntik tanpa
jarum serta pompa insulin. Alat suntik jet tanpa jarum (jet injector)
memasukkan insulin melalui kulit menggunakan tekanan udara. Pompa
insulin memberikan insulin dosis basal secara terus-menerus dan
terprogram sepanjang hari dan dapat ditambahkan secara mandiri dengan
dosis bolus insulin sebelum makan.
 Tekhnik penyuntikan
Tekhnik penyuntikan seharusnya diajarkan pada ibu dengan diabetes yang
meliputi cara penyuntikan insulin, penggunaan tekhnik yang konsisten,
dosis yang akurat, dan rotasi lokasi penyuntikan. Penyuntikan dilakukan
dalam jaringan subkutan. Kebanyakan ibu atau penderita mampu mencubit
lipatan kulit dan menyuntikan pada sudut 90 derajat. Untuk ibu yang kurus,
kadang memerlukan cubitan kulit dan menyuntikan pada sudut 45 derajat
untuk menghindari penyuntikan secara intramuskuler.
 Persiapan dosis
Insulin dengan masa kerja sedang dan lambat merupakan suatu suspensi
dan memerlukan pencampuran dengan cara mengguling-gulingkan vial
diantara telapak tangan.
 Tempat/ lokasi penyuntikan
Penyuntikan dilakukan dalam jaringan subkutan. Lokasi atau tempat
penyuntikan harus dirotasikan untuk menjamin penyerapan insulin yang
memadai. Rotasi tempat penyuntikan penting untuk mencegah
lipohipertrofi (lipodistrofi) yang dapat terjadi pada penyuntikan yang
dilakukan secara berulang-ulang ditempat yangs ama.
Penyerapan (absorpsi) insulin berbeda-beda dari tempat yang satu ke
tempat lainnya. Abdomen memiliki absorpsi yang terbaik dan merupakan
tempat yang lebih disukai. Tempat terbaik selanjutnya adalah lengan atas
bagian luar (bukan area deltoid), kemudian paha dan terakhir bokong. Hal
yang terbaik adalah merotasikan satu area untuk mempertahankan
kecepatan absorpsi yang konsisten (ADA, 2001). Perlu diketahui,
kecepatan absorpsi insulin dipengaruhi oleh tempat penyuntikan dan
merokok.
 Prosedur penyuntikan
Penyuntikan dilakukan pada jaringan subkutan dengan sudut 90 derajat dan
45 derajat bagi ibu yang kurus. Tidak perlu dilakukan aspirasi.
 Penyuntikan
Selama hamil, bisa dibutuhkan 3 atau lebih penyuntikan.
 Pengaruh menyusui terhadap insulin
 Bisa terjadi hipoglikemia
 Biasa terjadi nocturnal hipoglikemia

 Pemasukan kalori ditingkatkan dari 500-800 kcal


 Kebutuhan insulin diatur berdasarkan PKGS.
10. Pemantauan Kadar Glukosa Darah Sendiri (PKGS)
 Pemantauan sendiri
Ajarkan pentingnya pemantauan sendiri. Jelaskan atau tinjau kembali
pentingnya PKGS
 TekniK
Demonstrasikan teknik PKGS yang tepat dan observasi untuk demonstrasi
ulang.
 Kehamilan
Idealnya, ibu hamil dengan diabetes agar mendapatkan kontrol glikemia
seharusnya pemeriksaan gula darah dilakukan segera setelah makan.
 Pemeriksaan keton urine
Pemeriksaan keton urinie dilakukan untuk mengevaluasi keadekuatan
kalori dan karbohidrat dalam diet.

III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Abortus spontan, pre-eklamsia, persalinan premature, polihidramnion, infeksi,
nefropati diabetic, retinopati diabetic, neuropati diabetic, ketoasidosis diabetic,
hipoglikemia.

IV. Idetifikasi Kebutuhan akan Tindakan Segera atau Kolaborasi


Melakukan rujukan atau Kolaborasi dengan dokter ahli penyakit dalam.

V.Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh


a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer
dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara
individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Kriteria Hasil:
1. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang apa saja yang dibutuhkan oleh ibu
hamil dengan penyakit Diabetes Melitus Gestasional
2. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang pola kebutuhan cairan yang
diperlukan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Melitus Gestasional.
3. TTV :
Suhu : Terjadi penurunan suhu
Tekanan darah :Tidak boleh lebih dari 130/ 80 mmHg
Nadi : Terjadi penurunan nadi
Pernafasan : 16 - 24x/menit

Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital
R/ Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa
R/ Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang
adekuat.
3. Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine
R/ Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal,
dan keefektifan dari terapi yang diberikan
4. Timbang berat badan setiap hari
R/ Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5. Berikan terapi cairan sesuai indikasi
R/ Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan
dan respons pasien secara individual.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral
Tujuan : Mencerna jumlah kalori/nutrient yang tepat menunujukan tingkat
energi biasanya berat badan stabil atau bertambah.

Kriteria Hasil:
1. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang apa saja yang dibutuhkan oleh ibu
hamil dengan penyakit Diabetes Melitus Gestasional
2. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang pola makan atau nutrisi yang harus
diperlukan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Melitus Gestasional.
3. TTV :
Suhu : Terjadi penurunan suhu
Tekanan darah :Tidak boleh lebih dari 130/ 80 mmHg
Nadi : Terjadi penurunan nadi
Pernafasan : 16 - 24x/menit

Intervensi :
1. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien
R/ Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapeutik
2. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
R/ Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan
utilisasinya)
3. Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi
R/ Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang
4. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi
R/ Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada
keluarga untuk memahami nutrisi pasien.
5. Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik/kultural.
R/ Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat
pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia


Tujuan :
1. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
2. Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah
terjadinya infeksi.

Kriteria Hasil:
1. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang apa saja yang dibutuhkan oleh ibu
hamil dengan penyakit Diabetes Melitus Gestasional
2. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang
3. TTV :
Suhu : Terjadi penurunan suhu
Tekanan darah :Tidak boleh lebih dari 130/ 80 mmHg
Nadi : Terjadi penurunan nadi
Pernafasan : 16 - 24x/menit

Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.

R/ Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah


mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
nosokomial.

2. Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang


baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri.

R/ Mencegah timbulnya infeksi silang.

3. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.

R/ Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik
bagi pertumbuhan kuman.

4. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.

R/ Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada


peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.

5. Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.

R/ Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi


sekret.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan


ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan :
1. Mempertahankan tingkat kesadaran/ orientasi
2. Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori

Kriteria Hasil:
1. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang apa saja yang dibutuhkan oleh ibu
hamil dengan penyakit Diabetes Melitus Gestasional
2. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang.
3. TTV :
Suhu : Terjadi penurunan suhu
Tekanan darah :Tidak boleh lebih dari 130/ 80 mmHg
Nadi : Terjadi penurunan nadi
Pernafasan : 16 - 24x/menit

Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital dan status mental
R/ Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2. Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan
kebutuhannya.
R/ Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan
kontak dengan realitas.
3. Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk
melakuakan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
R/ Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan
mempertahankan orientasi pada lingkungannya
4. Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada
paha/kaki.
R/ Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat,
kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi
terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic


Tujuan :
1. Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
2. Menunjukan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas
yang diinginkan.

Kriteria Hasil:
1. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang apa saja yang dibutuhkan oleh ibu
hamil dengan penyakit Diabetes Melitus Gestasional
2. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang.
3. TTV :
Suhu : Terjadi penurunan suhu
Tekanan darah :Tidak boleh lebih dari 130/ 80 mmHg
Nadi : Terjadi penurunan nadi
Pernafasan : 16 - 24x/menit

Intervensi :
1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
R/ Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat
aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
R/ Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah
melakukan aktivitas.
R/ Mencegah kelelahan yang berlebihan.
4. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
toleransi.
R/ Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat
aktivitas yang dapat ditoleransi.

f. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi
informasi.
Tujuan :
1. Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
2. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan
menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
3. Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional
tindakan.

Kriteria Hasil:
1. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang apa saja yang dibutuhkan oleh ibu
hamil dengan penyakit Diabetes Melitus Gestasional
2. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang.
3. TTV :
Suhu : Terjadi penurunan suhu
Tekanan darah :Tidak boleh lebih dari 130/ 80 mmHg
Nadi : Terjadi penurunan nadi
Pernafasan : 16 - 24x/menit

Intervensi :
1. Ciptakan lingkungan saling percaya
R/ Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien
bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
2. Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
R/ Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
3. Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
R/ Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien
dalam merencanakan makan/mentaati program.
4. Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab.
R/ Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan
toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil
tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak.
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :

− Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl

− Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl

− Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%

− Mencegah episode hipoglikemia

− Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik

− Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.

4.2 Saran

Bagi mahasiswa kabidanan perlu mengetahui akibat dari penyakit yang


diderita ibu hamil baik bagi ibu hamil maupun janinnya. diantaranya penyakit
Diabetes mellitus sehingga kita harus sadar akan pentingnya melakukan
kontrol kadar gula darah dan ditindaklanjuti dengan beberapa tes dan
pengobatan.

Perawatan terhadap wanita hamil yang menderita diabetes ini juga harus
dilakukan pada saat bersalin, sebelum dan saat persalinan
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F.Gary dkk.2005.Obsterti Williams. Jakarta:EGC


Maryunani, Anik. 2008. Buku Saku Diabetes Pada Kehamilan. Jakarta: CV. trans
info media
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/diabetes-mellitus-pada-kehamilan/
http://keluargacemara.com/kesehatan/kehamilan/diabetes-mellitus-pada-
kehamilan.html.

Anda mungkin juga menyukai