Dosen pembimbing :
Hj. Siti Hamidah, SST.MMKes.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat kepada kita
sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya para
mahasiswa Akademi Kebidanan Delima Persada Gresik.Selain itu para peyusun berharap
makalah ini dapat menjadi acuan dalam melakukan tindakan. Dan tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam mennyelesaikan
makalah ini, Khususnya dosen pembimbing kami dalam mata kuliah ASKEB IBU IV
yakni, Ibu Hj. Siti Hamidah, SST. MMKes.
Diabetes Mellitus dengan tingkat kejadian 300:1. Penyakit ini terjadi karena
kebutuhan insulin semakin meningkat secara bertahap setelah bulan ketiga hingga
kehamilan berakhir.
Namun tidak semua ibu hamil mengalaminya. Kebutuhan insulin tetap seperti
sedia kala, seperti sebelum hamil dan kadang turun tergantung bagaimana pancreas janin
bisa memproduksi insulin. Ketika melahirkan, kadar gula darah ibu mengalami
penurunan sebagai akibat tersedotnya glukosa lewat payudara karena menyusui.
Mengapa adar gula dalam darah mengalami peningkatan selama kehamilan? Ini
disebabkan oleh hormone laktogen yang ada dalam plasenta yang dari segi susunannya
itu mirip dengan hormone pertumuhan. Inilah yang menjadi sebab penyakit gula selama
kehamilan.
Selama kehamilan, kadar gula mengalami peningkatan. Namun mungkin sekali
kadarnya turun setelah melahirkan. Barang kali ketika ibu berusaha mendeteksi adanya
kadar gula dalam air seni dan melihat hasil analisa yang menunjukkan angka positif, dia
mengira terserang penyakit gula. Padahal, hal ini terjadi karena adanya materi-materi
yang ada di air seni seperti vitamin C atau karena adanya laktosa dalam air seni. Ini
biasanya terjadi pada akhir kahamilan, melahirkan atau menyusui disebabkan oleh fungsi
payudara.
BAB II
DIABETES MELLITUS DALAM KEHAMILAN
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien
mengeluh banyak kencing.
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu
lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh
selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk
yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun
banyak makan akan tetap kurus
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
Pengelolaan medis
1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir
lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian
janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan
melalui drips.
2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik.
3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan
infus glukosa.
5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum
mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah
105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera
dimulai.
Pada DMG, insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan
lama kerja intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari. Pada DMH, pemberian
insulin mungkin harus lebih sering, dapat dikombinasikan antara insulin kerja
pendek dan intermediate, untuk mencapai kadar glukosa yang diharapkan.
Pengelolaan obstetrik
Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :
Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai
FDJP 6, dapat dilahirkan pada usia kehamilan cukup waktu (40-42 mg)
dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin (normal >l0x/12 jam).
Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik
janin-plasenta(FDJP).
2.5.4 Diagnosis
Wanita hamil
(dalam keadaan puasa)
Glukosa
Wanita hamil Kadar gula darah > 40 mg/dl
Puasa
> 140 mg/dl
Glukosa 75 gr 140-199 mg/dl >200 mg/dl >200 mg/dl
Plasma 2 jam
Diagnosis Toleransi glukosa DM DMG
terganggu
2.5.6 Prognosis
Prognosis bergantung dari perawatan antenatal, pertolongan persalinan dan
perawatan di bangsal neonatus dan pemantauan jangka panjang. Prognosis untuk
hidup umumnya baik. Prognosis untuk intelegensia yang normal tergantung dari
lama dan beratnya hipoglikemia dengan gejala, terutama bila diderita oleh bayi
dengan BB lahir rendah dan BIDMG cenderung menyebabkan intelegensia yang
rendah apabila dibandingkan dengan hipoglikemia tanpa gejala.
2.5.7 Penanganan
Kontrol secara ketat kadar gula darah, sebab bila kontrol kurang baik
upayakan lahir lebih dini, dengan pertimbangan kematangan paru janin.
Dapat terjadi kematian janin mendadak. Berikan insulin yang bekerja secara
cepat, bila mungkin berikan dengan drip.
Hindari adanya infeksi traktus urinarius atau infeksi lainnya. Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik.
Bayi baru lahir bisa terjadi hipoglikemia yang cepat, perlu diatasi dengan
memberikan infus glukosa.
Diet
Polindes Rujuk untuk konsultasi pemberian insulin
Puskesmas Rujuk untuk konsultasi pemberian insulin
Rumah Sakit Bila dengan peraturan perencanaan makan 2 minggu tidak
tercapai sasaran normoglikemia yaitu glukosa darah plasma
puasa < 105 mg/dl dan 2 jam sesudah makan < 120 mg/dl,
insulin harus segera dimulai. Pemantauan dapat dikerjakan
dengan memakai alat pengukur kadar glukosa darah kapiler.
Prinsip terapi :
Kontrol yang ketat kadar gula darah :
Insulin injeksi yang kerja cepat, dan dosis multiple,
Pemantau yang baik adalah kadar gula darah 3x sehari
Pada umumnya insulin dimulai dengan dosis kecil, bertambah
dengan meningkatnya usia kehamilan, insulin yang dipakai
sebaiknya human insulin. Dosis insulin diperkirakan antara 0,5 –
1,5 unit/kg berat badan.
Berbagai macam insulin yang dapat diperoleh di pasaran :
Insulin kerja cepat :
o Humulin R (40 IU, 100 IU)
o Actrapid Human 40, 100
Menentukan diabetes terkendali
Di klinik yang maju, semua pasien DMG diajarkan untuk
memantau darah sendiri di rumah. Hail ini mempermudah
pencapaian normoglikemia bagi mereka yang mendapat insulin
dan mencegah reaksi hipoglikemia berat. Selain pemantauan
glukosa darah sendiri pada pasien DMG dilakukan juga
pemeriksaan HbA1c, secara berkala setiap 6-8 minggu sekali.
Kadar HbA1c yang diinginkan adalah < 6 %.
Penanganan Obstetri
Polindes Pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan pengukuran tinggi
fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Puskesmas Pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan pengukuran tinggi
fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
Rumah Sakit Pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan :
Pengukuran tinggi fundus uteri
Mendengarkan DJJ secara khusus memakai USG dan
kardiotografi (KTG).
Penilaian menyeluruh janin dilakukan dengan skor funsi
dinamik janin plasenta (FDJP). Skor < 5 merupakan tanda
gawat janin. Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia
kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia, PJT dan gawat
janin merupakan indikasi untuk melakukan persalinan secara
seksio sesarea.
Pada saat seksio sesarea, penatalaksanaan ibu DMG
dikerjakan seperti yang lazim pada pasien DM dengan
pembedahan.
Janin yang sehat (skor FDJP > 6) dapat dilahirkan pada umur
kehamilan cukup waktu (40-42 minggu) dengan persalinan
biasa. Ibu hamil DMG tidak perlu dirawat apabila keadaan
diabetesnya terkendali baik, namun harus selalu diperhatikan
gerak janin (normal > 10kali/12 jam).
Bayi yang dilahirkan dari ibu Dmg memerlukan perawatan
khusus
Rumah Sakit BIDMG harus dikelola sejak lahir dan dicegah terjadinya
hipoglikemi sesuai penanganan di atas ditambah dengan
pemeriksaan laboratorium yang penting untuk menegakkan
diagnosis adanya kelainan pada BIDMG yaitu ;
Kadar glukosa serum tali pusat dan selanjutnya ketika bayi
berumur 1, 2, 4, 8, 12, 24, 36, dan 48 jam. Apabila kadar
glukosa darah dengan reflektencemeter< 45 mg/dl, harus
diperiksa kadar glukosa serum.
Kadar kalsium dan magnesium harus diperiksapada umur 6,
12, 24 dan 48 jam.
Hematokrit harus diperiksa dari tali pusat dan selanjutnya
pada umur 4 dan 24 jam.
Kadar serum harus diperiksa bila bayi terlihat kuning.
Pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi.
Mengatasi kelainan metabolik
Hipoglikemia
Jika kadar glukosa yang diperiksa dengan reflektance meter
< 25 mg/dl dan juga dibuktikan denganpemeriksaan serum,
diberikan larutan glukosa intravena sebanyak 6
mg/kg/BB/menit, dan kadar glukosa harus diperiksa setiap
jam.
Bila kadar glukosa menunjukan hasil 25-45 mg/dl dan bayi
tidak tampak sakit, bayi diberi minum larutan glukosa 5 %
dan kadar glukosa darah diperiksa setiap jam sampai stabil,
kemudian sampai 4 jam. Bila kadar glukosa darah tetap
rendah, diberi infus glukosa sebanyak 6 mg/kg/BB/menit.
Pada keadaan hipoglikemia dengan gejala, diberikan larutan
glukosa 10 % sebanyak 2-4 mg/kg/BB/menit agar dapat
mencapai kadar glukosa darah normal. Konsentrasi yang
diberikan tidak boleh melebihi 12,5 % karena konsentrasi
glukosa yang tinggi dapat merusak vena. Pemberian glukosa
intravena tidak boleh dihentikan tiba-tiba karena resiko
terjadinya hipoglikemia reaktif.
Hipokalsemia dengan kejang harus diobati dengan larutan
kalsium glukonat 10% sebanyak 1 ml/kgBB intravena. Larutan
tersebut diencerkan dulu dengan larutan glukosa 5 % dengan
perbandingan 1:4 diberikan secara perlahan-lahan. Sesudah
pemberian pertama harus dilanjutkan dengan pemberian dosis
pemeliharaan selama beberapa hari, dapat secara IV atau oral,
dan diturunkan secara bertahap. Kadar kalsium darah harus
dipantau setiap 12 jam. Selama pemberian kalsium harus
dipantau adanya bradikardia, aritmia jantung dan ekstravasasi
cairan dari alat infus yang dapat menyebabkan nekrosis kulit.
Hipomagnesemia
Hipomagnesemia dapat dikoreksi dengan larutan magnesium
sulfat 50% sebanyak 1,2 ml/kg/BB/hari intramuskular dalam,
dibagi dalam 2-3 dosis. Biasanya hipomagnesemia berhubungan
erat dengan hipokalsemia dan bila hipomagnesemia diobati,
hipokalsemianya pun dapat diatasi.
Pengobatan terhadap kelainan hematologis
Pada keadaan hiperbilirubinemia, dilakukan pemantauan
terhadap kadar bilirubin umum dengan seksama sejak bayi
kuning, kalau perlu dilakukan terapi sinar atau transfusi tukar.
Cara pemberian insulin berdasarkan kadar glukosa darah setelah gagal dengan
perencanaan makan.
Kadar Jadwal pemberian insulin
7.00 13.00 19.00 22.00
glukosa darah
Puasa tinggi, 2 jam setelah makan normal - - - M
Puasa tinggi, 2 jam setelah makan tinggi C-M - C-M -
Atau M
C
Catatan :
C = insulin kerja cepat
M = insulin menengah
C-M = kombinasi insulin kerja cepat dan insulin kerja menengah. Biasanya
diberikan 2/3 dosis pagi dan 1/3 dosis sore hari.
Pemantauan lanjut :
Disarankan agar pada semua wanita DMG setelah persalinan dilakukan tes
toleransi glukosa setiap 6 bulan sekali.
Perlindungan obstetri melalui pemakaian kontrasepsi harus diterapkan pada
penderita DMG.
2. Data Obyektif
Pemeriksaan umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : keadaan ibu baik.
TTV : Suhu : Terjadi penurunan suhu
Tekanan darah: Tidak boleh lebih dari 130/ 80
mmHg
Nadi : Terjadi penurunan nadi
Pernafasan : 16 - 24x/menit
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan mata
Mata tampak berdilatasi, ibu perlu dikonsulkan ke dokter mata
untuk menyingkirkan retinopati. Biasanya didapatkan data
gangguan pada pengindraan, penglihatan berupa katarak,
penglihatan kabur.
Pemeriksaan mulut
Mulut dan gigi bersih, tidak ada karies, tidak ada sariawan, tidak
kering.
Kulit
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, turgor kulit menurun, bisul-bisul,
luka.
Penyakit kardiovaskular
Tidak ada angina pektoris, dan abnormalitas EKG untuk
menyingkirkan penyakit jantung koroner, akral dingin, nadi perifer
melemah terutama pada tibia posterior dan dorsalis pedis, CRT
menurun dan dapat pula ditemukan adanya keluhan nyeri dada.
Abdomen
Waspada adanya organomegali, terutama pada liver. Abdomen
tegang, nyeri (sedang atau berat). Pernafasan batuk dengan atau
tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak).
Genitalia
Keputihan, peradangan pada daerah vagina.
Neurosensori
Penurunan fungsi sensasi sensori, penurunan suhu pada kaki,
penurunan reflek, nyeri kepala dan bingung, seperti mau muntah,
kesemutan, lemah otot, letargi, koma.
Skrining pada kaki
Penurunan suhu pada kaki, kesemutan.
2. Pemeriksaan Penunjang
Dalam pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah, EKG
dan urine.
II.Interpretasi Data
• Diagnosa :GI P00000/ Kehamilan dengan
diabetes mellitus
• Data subyektif :Ibu mengatakan lemas, lekas lelah, tenaga kurang,
sering kencing, sering merasa lapar dan haus, sering mengantuk.
• Data Obyektif
TTV :
a. Suhu : Terjadi penurunan suhu
b. Tekanan darah :Tidak boleh lebih dari 130/ 80 mmHg
c. Nadi : Terjadi penurunan nadi
d. Pernafasan : 16 - 24x/menit
Masalah :
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi
informasi.
Kebutuhan:
1. Diet
1) Yang dipentingkan bukanlah diet diabetik khusus tapi konsumsi makanan
dengan izi seimbang.
2) Makanan pada waktu yang sama setiap harinya.
3) Makan makanan dari semua jenis makanan.
4) Makan dengan porsi yang terkontrol.
5) Makanlah snack atau cemilan yang sehat untuk mencegah gula darah
rendah.
Distribusi kalori (ADA, 2000)
10 % - 15 % Sarapan pagi
5 % - 10 % Snack/cemilan pada jam 10.00 pagi
20 % - 30 % Makan siang
5 % - 10 % Snack/cemilan pada jam 16.00 sore
30 % - 40 % Makan malam
5 % - 10 % Snack/cemilan saat mau tidur
9. Pemberian insulin
Jenis insulin
Ada 3 jenis sumber insulin yang tersedia yaitu yang bersumber dari sapi,
babi dan manusia. Namun jenis yang bersumber dari manusia (humulin)
lebih disukai digunakan dalam kehamilan
Bentuk insulin
Bentuk insulin dikategorikan berdasarkan awal kerja, puncak kerja, dan
lamanya kerja.
Insulin masa kerja sangat cepat (rapid acting insulin)
Contoh: Humalog (lispro)
Insulin masa kerja cepat (short acting insulin)
Contoh: regular
Insulin masa kerja sedang (intermediate acting insulin)
Penyimpanan insulin
o Insulin dalam vial dapat disimpan pada suhu kamar dengan penyejuk
15020 derajat Celsius yang dapat digunkan dalam 1 bulan.
o Insulin seharusnya tidak disimpan langsung dibawah sinar matahari.
o Insulin seharusnya tidak dibekukan.
o Insulin disimpan dalam lemari es sampai tanggal kadaluarsa.
Kekuatan insulin
Sediaan insulin memiliki kadar unit insulin yang berbeda-beda. Namun
insulin 100u/ ml merupakan kekuatan yang paling sering digunakan.
Spuit/ jarum suntik sekali pakai (disposable)
Jarum dari alat suntik sangat halus dan tajam, serta sangat sedikit bereaksi
pada daerah bekas suntikan. Untuk mempermudah penentuan dosis insulin,
tersedia alt suntikan berukuran 1cc dan 1/2 cc.
Alat suntik dan jarum yang dapat digunakan kembali (syringereuse)
Penggunaan kembali alat suntik dapat meningkatkan resiko infeksi untuk
beberapa individu. Disamping itu tulisan pada alat suntik dapat tehapus dan
jarum menjadi tumpul karena penggunaan yang berulang-ulang.
Alat suntik alternative
Saat ini tersedia peralatan alternative yang dapat menggantikan alat suntik
tradisonal. Tersedia macam-macam alat suntik otomatis, jarum dan alat
suntik insulin otomatis, alat suntik berbentuk pen dan alat suntik tanpa
jarum serta pompa insulin. Alat suntik jet tanpa jarum (jet injector)
memasukkan insulin melalui kulit menggunakan tekanan udara. Pompa
insulin memberikan insulin dosis basal secara terus-menerus dan
terprogram sepanjang hari dan dapat ditambahkan secara mandiri dengan
dosis bolus insulin sebelum makan.
Tekhnik penyuntikan
Tekhnik penyuntikan seharusnya diajarkan pada ibu dengan diabetes yang
meliputi cara penyuntikan insulin, penggunaan tekhnik yang konsisten,
dosis yang akurat, dan rotasi lokasi penyuntikan. Penyuntikan dilakukan
dalam jaringan subkutan. Kebanyakan ibu atau penderita mampu mencubit
lipatan kulit dan menyuntikan pada sudut 90 derajat. Untuk ibu yang kurus,
kadang memerlukan cubitan kulit dan menyuntikan pada sudut 45 derajat
untuk menghindari penyuntikan secara intramuskuler.
Persiapan dosis
Insulin dengan masa kerja sedang dan lambat merupakan suatu suspensi
dan memerlukan pencampuran dengan cara mengguling-gulingkan vial
diantara telapak tangan.
Tempat/ lokasi penyuntikan
Penyuntikan dilakukan dalam jaringan subkutan. Lokasi atau tempat
penyuntikan harus dirotasikan untuk menjamin penyerapan insulin yang
memadai. Rotasi tempat penyuntikan penting untuk mencegah
lipohipertrofi (lipodistrofi) yang dapat terjadi pada penyuntikan yang
dilakukan secara berulang-ulang ditempat yangs ama.
Penyerapan (absorpsi) insulin berbeda-beda dari tempat yang satu ke
tempat lainnya. Abdomen memiliki absorpsi yang terbaik dan merupakan
tempat yang lebih disukai. Tempat terbaik selanjutnya adalah lengan atas
bagian luar (bukan area deltoid), kemudian paha dan terakhir bokong. Hal
yang terbaik adalah merotasikan satu area untuk mempertahankan
kecepatan absorpsi yang konsisten (ADA, 2001). Perlu diketahui,
kecepatan absorpsi insulin dipengaruhi oleh tempat penyuntikan dan
merokok.
Prosedur penyuntikan
Penyuntikan dilakukan pada jaringan subkutan dengan sudut 90 derajat dan
45 derajat bagi ibu yang kurus. Tidak perlu dilakukan aspirasi.
Penyuntikan
Selama hamil, bisa dibutuhkan 3 atau lebih penyuntikan.
Pengaruh menyusui terhadap insulin
Bisa terjadi hipoglikemia
Biasa terjadi nocturnal hipoglikemia
Kriteria Hasil:
1. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang apa saja yang dibutuhkan oleh ibu
hamil dengan penyakit Diabetes Melitus Gestasional
2. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang pola kebutuhan cairan yang
diperlukan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Melitus Gestasional.
3. TTV :
Suhu : Terjadi penurunan suhu
Tekanan darah :Tidak boleh lebih dari 130/ 80 mmHg
Nadi : Terjadi penurunan nadi
Pernafasan : 16 - 24x/menit
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital
R/ Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa
R/ Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang
adekuat.
3. Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine
R/ Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal,
dan keefektifan dari terapi yang diberikan
4. Timbang berat badan setiap hari
R/ Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5. Berikan terapi cairan sesuai indikasi
R/ Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan
dan respons pasien secara individual.
Kriteria Hasil:
1. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang apa saja yang dibutuhkan oleh ibu
hamil dengan penyakit Diabetes Melitus Gestasional
2. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang pola makan atau nutrisi yang harus
diperlukan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Melitus Gestasional.
3. TTV :
Suhu : Terjadi penurunan suhu
Tekanan darah :Tidak boleh lebih dari 130/ 80 mmHg
Nadi : Terjadi penurunan nadi
Pernafasan : 16 - 24x/menit
Intervensi :
1. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien
R/ Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapeutik
2. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
R/ Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan
utilisasinya)
3. Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi
R/ Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang
4. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi
R/ Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada
keluarga untuk memahami nutrisi pasien.
5. Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik/kultural.
R/ Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat
pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel
Kriteria Hasil:
1. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang apa saja yang dibutuhkan oleh ibu
hamil dengan penyakit Diabetes Melitus Gestasional
2. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang
3. TTV :
Suhu : Terjadi penurunan suhu
Tekanan darah :Tidak boleh lebih dari 130/ 80 mmHg
Nadi : Terjadi penurunan nadi
Pernafasan : 16 - 24x/menit
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
R/ Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik
bagi pertumbuhan kuman.
Kriteria Hasil:
1. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang apa saja yang dibutuhkan oleh ibu
hamil dengan penyakit Diabetes Melitus Gestasional
2. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang.
3. TTV :
Suhu : Terjadi penurunan suhu
Tekanan darah :Tidak boleh lebih dari 130/ 80 mmHg
Nadi : Terjadi penurunan nadi
Pernafasan : 16 - 24x/menit
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital dan status mental
R/ Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2. Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan
kebutuhannya.
R/ Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan
kontak dengan realitas.
3. Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk
melakuakan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
R/ Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan
mempertahankan orientasi pada lingkungannya
4. Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada
paha/kaki.
R/ Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat,
kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi
terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
Kriteria Hasil:
1. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang apa saja yang dibutuhkan oleh ibu
hamil dengan penyakit Diabetes Melitus Gestasional
2. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang.
3. TTV :
Suhu : Terjadi penurunan suhu
Tekanan darah :Tidak boleh lebih dari 130/ 80 mmHg
Nadi : Terjadi penurunan nadi
Pernafasan : 16 - 24x/menit
Intervensi :
1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
R/ Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat
aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
R/ Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah
melakukan aktivitas.
R/ Mencegah kelelahan yang berlebihan.
4. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
toleransi.
R/ Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat
aktivitas yang dapat ditoleransi.
Kriteria Hasil:
1. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang apa saja yang dibutuhkan oleh ibu
hamil dengan penyakit Diabetes Melitus Gestasional
2. Ibu dapat menjelaskan kembali tentang.
3. TTV :
Suhu : Terjadi penurunan suhu
Tekanan darah :Tidak boleh lebih dari 130/ 80 mmHg
Nadi : Terjadi penurunan nadi
Pernafasan : 16 - 24x/menit
Intervensi :
1. Ciptakan lingkungan saling percaya
R/ Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien
bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
2. Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
R/ Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
3. Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
R/ Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien
dalam merencanakan makan/mentaati program.
4. Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab.
R/ Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan
toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil
tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak.
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
4.2 Saran
Perawatan terhadap wanita hamil yang menderita diabetes ini juga harus
dilakukan pada saat bersalin, sebelum dan saat persalinan
DAFTAR PUSTAKA