Diare atau Gastro Enteritis Akuta adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga
kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih.
Bila hal ini terjadi maka tubuh anak akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan
dehidrasi.
Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa,
khususnya pada anak dan orang tua.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare menjadi penyebab nomor satu kematian
balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Penyebab diare :
Gejala-gejalanya :
Mula-mula cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan tidak ada kemudian diare.
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga
usus, isi rongga usus menjadi berlebihan, ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya,
sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat ada rangsangan tertentu ( misalnya racun ) pada dinding usus, maka akan terjadi
peningkatan air ke rongga usus, usus penuh, sehingga terjadi diare.
Akibat dari diare adalah dehidrasi / kekurangan cairan yang dapat bersifat :
Haus
Kencing sedikit
Mulut kering
Nafas cepat
Kesadaran menurun
Tidak sadar
Pengobatan :
Pencegahan Diare
1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting: 1) sebelum makan, 2)
setelah buang air besar, 3) sebelum memegang bayi, 4) setelah menceboki anak dan 5)
sebelum menyiapkan makanan;
2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus,
pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa,
kutu, lipas, dan lain-lain);
4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban
dengan tangki septik.
Yang paling pokok adalah mengganti cairan yang hilang dengan cara :
1. Minum yang banyak cairan oralit.
2. Jika tidak ada oralit, beri minum larutan gula dan garam.
Perawatan
Pada kondisi diare, penderita diharuskan mengkonsumsi sejumlah air yang mencukupi untuk
menggantikan yang hilang, lebih baik bila dicampur dengan elektrolit untuk menyediakan
garam yang dibutuhkan dan sejumlah nutrisi.
Diare dapat menjadi gejala penyakit yang lebih serius, seperti disentri, kolera atau botulisme,
dan juga dapat menjadi indikasi sindrom kronis seperti penyakit Crohn. Meskipun penderita
apendisitis umumnya tidak mengalami diare, diare menjadi gejala umum radang usus buntu.
Oleh karena itu kita harus tetap waspada dan harus mengerti gejala diare yang membutuhkan
perawatan khusus.
Salah satu penyakit yang sering diderita oleh balita dan anak-anak adalah diare. Penyakit
diare adalah penyakit yang berbahaya dan tidak bisa dipandang sepele. Jika diare berlangsung
terus menerus, bayi atau anak Anda akan terkena dehidrasi yang bisa berbahaya bagi organ-
organ tubuhnya.
1. Jika anak atau bayi anda secara tiba-tiba buang air besar dalam frekuensi dan jumlah
yang besar lalu menjadi cair maka kemungkinan besar ia terkena diare.
2. Muntah, panas, badan lesu, tidak nafsu makan, ada darah dan lendir dalam kotoran
adalah beberapa gejala diare yang harus anda waspadai.
3. Jika bayi anda buang air besar lebih dari 4 kali dalam sehari juga harus anda
waspadai, karena kemungkinan besar anak anda terkena penyakit diare.
Bila bayi atau anak anda menderita gejala-gejala di atas, berikut adalah langkah-langkah
pengobatan yang bisa anda lakukan untuk mengatasi diare:
1. Menggantikan cairan tubuh yang hilang adalah langkah yang paling penting untuk
dilakukan dalam mengatasi diare. Anda bisa memberikan cairan yang mengandung
elektrolit seperti oralit melalui botok susu atau gelas. Jika diare anak atau bayi anda
terlihat berat dan ia tidak sanggup untuk minum, maka ia harus diberi cairan melalui
infus.
2. Jika bayi anda masih menyusui, jangan stop asupan ASI bayi anda. Bayi sebaiknya
tetap disusui agar tetap terjaga asupan gizinya. Jika bayi anda tidak disusui dengan
ASI, anda bisa memberikan susu formula yang tidak mengandung laktosa, namun
berikan hanya setelah dehidrasinya teratasi dengan cairan elektrolit.
3. Antibiotik yang diberikan oleh dokter biasanya hanya untuk diare infektius yang
disebabkan oleh bakteri. Jika anak anda hanya menderita diare yang disebabkan
infeksi biasa, pemberian antibiotik tidak diperlukan karena diare akan mereda dengan
sendirinya.
Satu hal penting yang harus anda perhatikan adalah terkadang memberikan obat untuk
menghentikan penyakit diare bisa membahayakan bayi karena biasanya obat ini akan
menghalangi tubuh untuk membuang penyebab infeksi melalui tinja. Karena itulah
konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter ahli sebelum anda memberikan obat diare
kepada anak atau bayi anda.
Sumber Artikel