Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

ASUHAN KEPERAWATAN
DIARE PADA ANAK

OLEH : KELOMPOK IV
 BEKTI.K
 ARIF BUSTOMI
 WIRAYUDHA

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO 2022
BAB I
PENDAHULUAN
I.I LATAR BELAKANG
Gastroentritis Akut (GEA) masih menjadi salah satu penyebab utama kematian pada
anak dinegara berkembang.Gatroentritis akut adalah gejala diare kadang disertai muntah yang
terjadi secara mendadak yang terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya sehat ( Muhammad
Iqbal,2018).Gastroentritis Kronik adalah gejala diare yang berlangsung lebih dari 14 hari yang
disebabkan infeksi maupun non infeksi.(Muhammad Iqbal,2018).

Menurut WHO, Diare secara klinis didefinisikan sebagai buang air besar ( defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat) kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200g atau 200ml/24 jam.Definisi lain memakai kriteria frekwensi
diare .

Diare lebih sering menyerang bayi atau balita karena daya tahan tubuhnya lebih rendah
dari orang dewasa dan masih lemah,sehingga dapat terkena bakteri penyebab diare.Jika diare
disertai muntah berkelanjutan akan menyebabkan dehidrasi ( kekurangan cairan dan
elektrolit).Inilah yang harus diwaspadai karena sering ketrlambatan dalam pertolongan dan
menyebabkan kematian bayi dan anak.Dehidrasi pada anak lebih cepat menjadi
parah,disebabkan karena berat badan anak lebih rendah dari orang dewasa,sehingga cairan
tubuhnya relatif lebih sedikit,sehingga kehilangan sedikit cairan dapat mengganggu organ-
organ vitalnya,dehidrasi akan semakin parah.

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh kementrian kesehatan,
diare akut merupakan penyebab kematian pada bayi 31,4%,dan balita 25,2%
( Tjitrosusanto,2013).Kematian anak di Indonesia sangat tinggi,Indonesia menduduki rangking
ke enam dengan angka kejadian sebesar 6 juta bayi yang meninggal pertahunnya.Kematian
anak dan balita disebabkan oleh penyakit diare.Bahkan untuk menegakkan diagnosa diare
ini,pemerintah melakukan pemeriksaan antigen secara langsung dari tinja,dan mendapatkan
nilai sensitifitas mencapai 70-90% (Belfield,2014 et al).
I.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah tentang penyakit Diare dan penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Diare
pada anak ?

I.3 TUJUAN MAKALAH

1. 3.1 Mengetahui diare pada anak


1.3.2 Mengetahui penyebab diare pada anak
1.3.3 Mengetahui gejala diare pada anak
1.3.4 Mengetahui penatalaksanaan adsuhan keperawatabn adiare apada anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Definisi
Menurut WHO, Diare secara klinis didefinisikan sebagai buang air besar ( defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200g atau 200ml/24 jam.Definisi lain memakai kriteria frekwensi diare

Gatroentritis akut adalah gejala diare kadang disertai muntah yang terjadi secara
mendadak yang terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya sehat ( Muhammad
Iqbal,2018).Gastroentritis Kronik adalah gejala diare yang berlangsung lebih dari 14 hari yang
disebabkan infeksi maupun non infeksi.(Muhammad Iqbal,2018).

Menurut WHO (2005) diare dapat diklasifikasikan yaitu :

1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.

2. Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah.

3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.

4. Diare yang disertai dengan malnutrisi berat.

2.1.2 Patofisiologi

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang


tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare).

Penyebab diare amat beragam dan kadang pemicu pastinya tidak diketahui. Namun,
kebanyakan orang mengalami penyakit ini karena infeksi bakteri akibat mengonsumsi makanan
yang tidak steril atau telah terkontaminasi.
Saat terjadi infeksi, bakteri E. coli atau Salmonella mengeluarkan racun yang menyerang organ
pencernaan. Sebagai dampaknya, pasien akan merasakan gejala seperti sakit perut, mual, atau
buang-buang air setelah memakannya.
Beberapa penyebab umum lainnya meliputi:

 infeksi virus, seperti rotavirus, adenovirus, norovirus, dan astrovirus,


 intoleransi, sensitivitas yang tinggi, atau alergi terhadap makanan tertentu,
 efek samping obat tertentu seperti antibiotik, antasida, atau obat antidepresan,
 penyakit radang usus atau penyakit celiac, dan
 terlalu banyak makan makanan manis sehingga perut tidak bisa mencerna gula dengan
baik.
Faktor-faktor risiko diare
Berikut adalah berbagai hal yang membuat Anda lebih rentan mengalami buang-buang air.

 Jarang mencuci tangan setelah ke toilet.


 Penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak bersih.
 Jarang membersihkan dapur dan toilet.
 Sumber air yang tidak bersih.
 Makan makanan sisa yang sudah basi.

Selain faktor risiko di atas, perubahan pola makan selama beberapa hari terakhir juga dapat
menyebabkan diare akut. Ini termasuk peningkatan asupan minuman kopi, teh, minuman
bersoda, atau permen karet yang mengandung gula yang sulit diserap.
Diare juga lebih umum dialami oleh pelancong, wisatawan, atau traveler. Biasanya, kondisi
ini terjadi saat mereka bepergian ke negara-negara berkembang yang banyak mengalami kasus
infeksi bakteri E. coli.

Mereka mungkin mengonsumsi makanan yang terkontaminasi atau makanan mentah yang
tidak higienis saat bepergian. Akhirnya, terjadilah infeksi bakteri atau virus yang ditandai
dengan buang-buang air.

2.1.3 GEJALA DIARE

Beberapa gejala yang biasanya menjadi tanda munculnya diare adalah:

 Feses lembek dan cair.


 Nyeri dan kram perut.
 Mual dan muntah.
 Demam
 Kehilangan nafsu makan.
 Haus terus-menerus.
 Darah pada feses

Berikut tanda-tanda dehidrasi pada anak yang bisa terjadi ketika diare:

 Anak jadi jarang buang air kecil


 Bibir dan mulut menjadi kering
 Tampak kehausan
 Lemas
 mata tampak cowong
 tugor kulit melambat
 Menjadi lebih rewel dari biasanya
 Energi menurun dan lebih mudah mengantuk

2.1.4 PENATALAKSANAAN
  Pedoma tatalaksana diare pada anak prinsipnya mengikuti lima langkah tuntaskan diare
(Lintas Diare) yang terdiri dari,:

 pemberian oralit osmolaritas rendah,Pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi dapat


dilakukan mulai dari rumah
 pemberian zinc, . Di Negara berkembang, umumnya anak sudah mengalami defisiensi
Zinc.Pada anak yang diare kehilangan zinc melalui tinja sehingga defisiensi akan lebih
berat. Zinc mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare.mengurangi frekuensi
buang air besar, se tingkat keparahan diarerta menurunkan kekambuhan terjadinya
diare.   
 pemberian ASI/makanan,Pemberian ASI/makanan harus tetap diberikan agar anak kuat
dan tidak kurang gizi.
 pemberian antibiotika hanya atas indikasi,. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
seperti pada diare berdarah, terduga kolera dan infeksi pencernaan lainnya. Obat
antiprotozoal diberikan bila terbukti diare karena parasit (amuba, giardia).
 pemberian nasihat. juga sangat penting dilakukan terutama mengenai cara memberikan
oralit dan zinc dan  kapan harus kembali ke petugas kesehatan.

2.1.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal (D.0020)


2. Hipovolemic berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (D.0003)
3. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi (D.0130)
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsorbsi makanan (D.0019)
5. Risiko ketidak seimbangan elektrolit berhubungan dengan diare (D.0037)

2.1.6 INTERVENSI KEPERAWATAN

1.Dx : Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal

 Monitor jumlah pengeluaran diare


 Observasi TTV dan tanda-tanda dehidrasi
 Identifikasi gejala invaginasi (mis: tangis keras,kepucatan pada bayi)
 Beri asupan cairan oral ( oralit/larutan garam gula)
 Ambil sample feses untuk pemeriksaan kultur
 Anjurkan makan dengan porsi sedikit-sedikit dan diet rendah serat
 Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas,dan mengandung laktosa.
 Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
 Kolaburasi pemberian cairan intravena dan obat obatan antibiotik dan obat pengeras
feses.

2.Dx: Hipovolemic berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

 Monitor status hidrasi


 Monitor BB tiap hari
 Monitor status hemodinamik
 Catat output dan input anak
 Berikan asupan cairan,sesuai kebutuhan
 Berikan cairan intravena,jika diperlukan
 Kolaburasi pemberian anti diare dan zinc

3.Dx: Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi

 Monitor TTV
 MONITOR Output input anak
 Monitor komplikasi akibat demam
 Lkukan kompres
 Anjurkan minum banyak selama anak tidak muntah
 Kolaburasi pemberian cairan dan elektrolit
 Kolaburasi pemberian antipiretik dan antibiotik,jika perlu
4.Dx: Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsorbi makanan

 Identifikasi status nutrisi


 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
 Monitor asupan makanan
 Monitor BB
 Sajikan makanan rendah serat tinggi kalori dan protein
 Anjurkan makan sedikit edikit

5. Dx: Risiko ketidak seimbangan elektrolit berhub dg diare

 Identifikasi penyebab diare ( mis:inflamasi,gastrointestinal,proses


infeksi,malabbsorsi,stres,makanan,efek obat,pemberian botol susu)
 Monitor jumlah pengeluaran diare
 Identifikasi gejala invaginasi (mis: tangis keras,kepucatan pada bayi)
 Beri asupan cairan oral ( oralit/larutan garam gula)
 Ambil sample feses untuk pemeriksaan kultur
 Anjurkan makan dengan porsi sedikit-sedikit. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
 Kolaburasi pemberian cairan intravena dan obat obatan antibiotik dan obat pengeras
feses.

Anda mungkin juga menyukai