Anda di halaman 1dari 29

Menangani Diare Pada Bayi

Diare merupakan salah satu penyebab


kematian bayi tertinggi di Indonesia.
Di Indonesia, diare merupakan penyebab
kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan) dengan
persentase mencapai lebih dari 30% dan
sekitar 25% pada balita berumur 1-4 tahun.

Apa Saja Penyebab Diare?


Diare pada bayi dapat disebabkan oleh
banyak hal, mulai dari infeksi usus hingga
perubahan pola makan, antara lain:
 Infeksi parasit, bakteri, atau virus. Bayi dan balita
yang banyak menyentuh benda yang belum tentu
bersih akan rentan terinfeksi karena sering
memasukkan tangannya yang kotor ke mulut.
Selain itu, kekebalan tubuh mereka yang masih
dalam tahap berkembang juga membuat mereka
lebih rentan tertular penyakit.

 Keracunan makanan.

 Terlalu banyak mengonsumsi jus buah.

 Alergi terhadap obat-obatan tertentu.

 Alergi terhadap makanan tertentu.

Bayi yang sudah bisa mencerna makanan padat


dan sedang mengalami diare, sebaiknya menjauhi
makanan yang berminyak, yang berserat tinggi,
yang manis seperti kue dan produk-produk susu
untuk sementara. Ini karena jenis makanan
tersebut dapat memperburuk gejala diare mereka.

Mendeteksi Tekstur Tinja Bayi


Cara terbaik untuk mendeteksi penyakit ini adalah
dengan melihat perubahan warna dan bentuk tinja
bayi sedini mungkin. Tinja bayi umumnya
berubah warna, bau, dan tekstur sesuai dengan
bahan makanan yang dikonsumsi. Tinja yang
berubah menjadi lebih encer, lebih banyak, atau
frekuensinya lebih sering adalah gejala utama
diare.

Namun hati-hati dalam membedakannya dengan


bayi yang mengonsumsi air susu ibu (ASI) yang
umumnya juga memproduksi tinja yang lebih
cair. Sebaliknya, tinja yang berbentuk bulatan-
bulatan kecil, keras, dan jarang terjadi dapat
menjadi indikasi kondisi konstipasi.
Berikut ini adalah warna tinja yang dapat menjadi
panduan mendeteksi kondisi bayi:

 Cokelat muda atau cokelat kekuningan: umumnya


ditemukan pada bayi yang mengonsumsi susu
formula.

 Hijau kehitaman: disebut juga mekonium,


merupakan tinja yang muncul ketika bayi baru
lahir.
 Hijau kecokelatan: warna tinja bayi kira-kira lima
hari setelah lahir.

 Kuning kehijauan: warna tinja bayi yang setelah


lahir mengonsumsi ASI.

 Warna lain: tinja bayi akan berwarna cokelat


pekat jika sudah mengonsumsi makanan padat.
Warna ini akan berubah sesuai dengan jenis
makanan yang dikonsumsinya.
Mengenali Gejala dan Dampak Diare
Jika bayi Anda berusia kurang dari enam bulan
dan mengalami diare, periksakan ke dokter,
terutama jika mengalami gejala-gejala seperti
berikut ini:
 Mengalami muntah-muntah.

 Terlihat lesu.

 Tinja berwarna hitam, putih, atau merah karena


mengandung darah.

 Terdapat darah atau nanah pada tinja bayi.

 sakit perut.

 Demam di atas 39°C.


 Adanya tanda-tanda dehidrasi.

Saat bayi diare, keseimbangan air dan garam


(elektrolit) di dalam tubuhnya terganggu. Kondisi
ini dapat memicu dehidrasi yang dapat
mengancam nyawa, terutama pada bayi yang baru
lahir.

Terdapat beberapa gejala dehidrasi pada bayi


yang patut dikenali dengan jelas:

 Kondisi mulutnya yang kering.

 Tidak ada air mata yang keluar saat menangis.

 Buang air kecil lebih sedikit dibandingkan


biasanya.

 Kulitnya yang terasa lebih kering.

Setiap orang tua perlu mewaspadai terjadinya


dehidrasi pada bayi yang sedang diare karena
dehidrasi dapat dengan cepat memperburuk
kondisi tubuh bayi.

Perawatan di Rumah Sakit


Terutama bagi bayi yang mengalami diare, pada
umumnya perlu dirawat di rumah sakit
menggunakan infus. Dokter kemungkinan akan
memberikan antibiotik atau obat anti-parasit
untuk menangani infeksi bakteri atau parasit.
Oralit mungkin juga turut diberikan. Oralit adalah
cairan yang mengandung elektrolit-elektrolit
untuk mencegah terjadinya dehidrasi.

Mencegah Diare
Berikut ini adalah beberapa langkah pencegahan
yang dapat dilakukan untuk mencegah diare:

 Mencuci tangan bayi atau balita secara rutin,


terutama setelah bermain.

 Orang dewasa yang merawat bayi atau balita juga


perlu menjaga kebersihannya agar tidak
menularkan mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi pada bayi.

 Jaga agar lantai dan benda-benda yang dipegang


bayi atau balita Anda selalu bersih.
 Jika bayi mengonsumsi ASI perah atau susu
formula, selalu pastikan kebersihan dan kesterilan
botol yang digunakan. Selain itu, teruslah
menyusui bayi Anda. hal tersebut dapat
membantu mencegah diare dan bayi Anda akan
pulih lebih cepat.

 Perhatikan kebersihan makanan dan minuman


yang diberikan pada bayi dan balita. Hindari
memberikan makanan yang biasa dikonsumsi
orang dewasa. Selain itu, jangan berikan makanan
yang membuat diare semakin buruk pada bayi
Anda, seperti jus apel, susu, dan makanan yang
digoreng.

Diare bisa membuat si kecil terus menangis dan merasa tidak nyaman. Terlebih lagi,

Bunda mungkin sulit memahami penyebabnya. Agar terhindar dari kepanikan, informasi

mengenai penyebab diare pada bayi 0-6 bulan ini perlu sekali Bunda jadikan sebagai

pegangan.
Secara alami, bayi memang cenderung buang air lebih sering daripada anak-anak

maupun orang dewasa. Terkadang bayi justru buang air besar setiap kali selesai minum

ASI.

"Tak hanya adanya infeksi, intoleransi


laktosa yang merupakan salah satu
kandungan susu juga bisa memicu
timbulnya diare pada bayi."

Kasus seperti ini bisa menyebabkan orang tua merasa bingung apakah si kecil diare atau

tidak. Ditambah fakta bahwa tekstur tinja bayi cenderung lebih lembut dan encer. Untuk

lebih memahaminya, berikut penjelasan lengkap terkait penyebab diare pada bayi 0-6

bulan tersebut:
Penyebab Diare pada Bayi Usia 0-6 Bulan Kategori Ringan

Alergi makanan yang dikonsumsi Bunda dapat menyebabkan

diare pada bayi - dokterbabe

Jika diare pada bayi masih tergolong ringan, kasus ini bisa sembuh dengan sendirinya

tanpa bantuan obat-obatan. Diare ringan hanya berlangsung beberapa hari dan biasanya

disebabkan oleh beberapa hal berikut ini:

 Infeksi Virus

Sebagian besar kasus diare pada bayi usia 0-6 bulan terjadi akibat adanya infeksi virus.

Salah satu jenis virus yang paling umum menjadi biang keladi masalah ini adalah
rotavirus. Beruntung, pemberian vaksin rotavirus yang digalakkan beberapa tahun

belakangan ini dapat menekan risiko tersebut.

 Alergi Senyawa Tertentu Dalam Makanan

Sistem pencernaan bayi usia 0-6 bulan terkadang belum sempurna. Oleh karenanya,

mereka cukup rentan mengalami alergi. Meskipun bayi masih dalam masa ASI eksklusif,

dia tetap bisa memiliki reaksi alergi akibat jenis makanan yang dikonsumsi oleh Bunda.

Beberapa jenis makanan yang dapat menimbulkan diare antara lain produk susu dan

turunannya, makanan berprotein, makanan pedas, kafein, dan jenis makanan lain yang

bersifat asam.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, Bunda dapat mengubah jenis menu makanan harian

Bunda yang diduga kuat menjadi penyebab diare pada bayi usia 0-6 bulan.
Diare pada bayi dapat disebabkan oleh pemberian susu

formula yang salah - dokterbabe

 Tidak Cocok dengan Susu Formula Tertentu

Untuk bayi yang minum susu formula, alergi juga bisa diakibatkan karena susu formula.

Bila bayi mengalami gangguan pencernaan sepeti diare, muntah, konstipasi, atau

sebagainya, cobalah berkonsultasi dengan dokter untuk meminta rekomendasi pergantian

merk susu.

Perlu diketahui, beberapa bahan tambahan dalam susu formula dan komposisi peracikan

susu dapat saja memicu diare pada bayi. Salah satu cara untuk mengatasinya, Bunda
perlu mencampurkan bubuk formula dengan air pada takaran yang benar sesuai petunjuk

di kemasan.

 Intoleransi Laktosa

Intoleransi laktosa adalah keadaan dimana seorang bayi menimbulkan reaksi tidak wajar

ketika mengonsumsi protein susu, baik itu susu hewani segar maupun susu formula

berbasis susu sapi.

Hal ini dapat terjadi karena bayi belum mampu memproduksi enzim laktase dalam

jumlah yang cukup. Bila bayi memiliki intoleransi laktosa, sebaiknya konsumsi susu

yang memicu reaksi tersebut diganti dengan susu formula khusus.


Konsumsi antibiotik dapat menyebabkan bayi mengalami

diare - dokterbabe

 Antibiotik

Konsumsi antibiotik, baik oleh bayi itu sendiri maupun oleh Bunda yang menyusuinya

dapat saja ikut membunuh bakteri baik dalam sistem pencernaan bayi. Mengapa

demikian?

Obat-obatan yang dikonsumsi Bunda, begitu juga antibiotik, dapat saja masuk ke dalam

ASI dan dikonsumsi oleh si kecil.

Jika obat tersebut dikonsumsi, tak menutup kemungkinan keseimbangan flora dalam

sistem pencernaan bayi menjadi tidak seimbang dan terjadilah diare.

Untuk mengatasinya, cobalah berkonsultasi dengan dokter yang meresepkan antibiotik

tersebut. Atau sementara gunakan susu formula dalam memenuhi asupan makanan bagi

si kecil.

 Sari Buah atau Minuman Manis


Bayi belum mampu mencerna gula dengan baik. Oleh sebab itu, bayi yang diberi

minuman atau makanan yang manis cenderung mengalami diare. Bahkan, sari buah atau

jus buah segar pun masih belum bisa dicerna oleh bayi dengan baik sehingga bisa saja

menyebabkan diare.

Baca Juga : Cara Mengatasi Sembelit pada Bayi yang Wajib Diketahui!

Penyebab Diare pada Bayi 0-6 Bulan Kategori Kronis

Diare kronis pada bayi dapat disebabkan infeksi

bakteri Salmonella - dokterbabe


Bila diare berlangsung hingga berhari-hari atau sering kambuh, kemungkinan bayi

menderita diare kronis. Apalagi jika disertai dengan demam tinggi dan adanya darah pada

tinja bayi. Berikut adalah rincian penyebab diare kronis tersebut:

 Infeksi Bakteri

Diare yang disebabkan oleh bakteri seperti Salmonella, Escherichia Coli,

atau Sighella bisa terjadi cukup serius. Biasanya, diare semacam ini juga disertai dengan

kram perut, demam pada bayi, dan tinja yang mengandung darah.

Segeralah bawa ke dokter atau fasilitas medis untuk mendapatkan pertolongan yang

tepat. Jika sulit memahaminya, diare akibat infeksi bakteri ini cenderung membuat bayi

menjadi tidak nyaman dan menangis terus-menerus.

 Infeksi Parasit

Parasit seperti Giardiasis juga bisa menjadi penyebab diare pada bayi 0-6 bulan yang

masuk ke dalam kategori kronis. Bahkan, penyakit ini bisa menular dengan cepat dari

satu bayi pada bayi lainnya. Diare seperti ini, harus segera ditangani oleh dokter di

fasilitas kesehatan terdekat.


Peradangan usus pada bayi dapat menyebabkan diare kronis

dan penurunan berat badan yang ekstrim - dokterbabe

 Inflammatory Bowel Disease (IBD)

Inflammatory Bowel Disease adalah penyakit berupa peradangan pada usus yang

menyebabkan makanan tidak dapat dicerna dengan baik dan bisa menyebabkan diare

kronis.

Kasus ini umumnya terjadi pada anak di usia remaja, namun bisa juga menyerang bayi

berusia 0-6 bulan. Diare yang terjadi karena IBD biasanya disertai juga dengan

penurunan berat badan yang cukup esktrim.


 Infeksi Telinga

Diare pada bayi usia 0-6 bulan juga bisa terjadi akibat adanya infeksi pada organ telinga.

Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan keinginan bayi untuk menyusu, bayi

menjadi rewel, mengalami muntah-muntah, hingga menderita pilek.

Baca Juga : Hal-hal Ini Bisa Menyebabkan Muntah pada Bayi

Lebih Memahami Diare pada Bayi 0-6 Bulan

Bayi yang mengonsumsi ASI biasanya mengalami buang air

besar lebih banyak - dokterbabe


Setelah mengetahui penyebab diare pada bayi 0-6 bulan, Bunda juga perlu mengetahui

definisi tepat dari diare yang terjadi pada mereka. Seorang bayi baru dikatakan

mengalami diare ketika terjadi peningkatan buang air besar hingga dua kali dari

intensitas normalnya.

Mengalami buang air besar 3-10 kali per hari sebenarnya masih dapat dikatakan normal

bagi bayi berusia 0-6 bulan. Namun, frekuensi buang air tersebut sangat beragam dan

bergantung pada asupan nutrisi. Bayi yang hanya mengonsumsi ASI biasanya mengalami

buang air besar yang lebih banyak.

Tidak hanya melalui frekuensi, diare pada bayi dapat dilihat dari kepadatan dan warna

tinja yang keluar. Kepadatan dan warna tinja sebenarnya akan berubah seiring

bertambahnya usia bayi dan bervariasinya makanan yang mereka konsumsi.

"Bayi berusia 0-6 bulan, biasanya


memiliki tinja yang lembut dan
berwarna kuning, hijau, atau
kecoklatan. Jika diamati lebih
saksama, tinja bayi yang
mengonsumsi ASI juga tampak
mengandung biji atau dadih kecil."

Patut Bunda curigai terjadinya diare jika tinja bayi lebih berair dari biasanya atau bahkan

mengandung lendir. Perhatikan juga berapa lama kepadatan dan warna tinja tersebut

terjadi. Diare akut biasanya terjadi kurang dari satu minggu.

Berikan penanganan di rumah sakit jika diare telah berlangsung lebih dari satu minggu.

Tanda lain yang menunjukkan bahwa Bunda perlu segera berkonsultasi dengan dokter

adalah tinja mengandung darah, berwarna hitam, si Kecil tidak mau makan, terus

menangis, dan demam.

Baca Juga: Ragam Tips Memilih Popok Bayi yang Wajib Bunda Catat!

Ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab diare pada bayi 0-6 bulan. Penting sekali

bagi orang tua untuk mengetahui hal apa yang menyebabkan diare pada buah hatinya

agar tidak salah dalam memberikan perawatan.


Dan tentu saja, dengan mengetahui penyebab, kamu bisa lebih menjaga dan

mengantisipasi agar kondisi ini tidak terjadi pada si kecil. Jadikan juga sebagai catatan,

penanganan diare kronis perlu dilakukan dengan bantuan dokter di rumah sakit ya!

ENIN, 06 FEBRUARI 2012

DIARE PADA BAYI UMUR 0


– 6 BULAN
1.Pengertian
Dibagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM,
diare diartikan sebagai buang air besar yang
tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi
buang air besar sudah lebih dari 4 kali,
sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1
bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3
kali (Hassan, 2005).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar
lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak, konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah,
2005).
2.Jenis-jenis Diare
a.Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-
waktu tetapi gejalanya dapat berat dan
berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan
kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan
pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang
sering dan tanpa darah.
b.Diare Kronis atau Menahun atau Persisten
Pada diare menahun (kronis), kejadiannya
lebih kompleks
Fakto-faktor yang menimbulkan diare kronis:
1)Gangguan bakteri, jamur dan parasit
2)Malabsorpsi kalori
3)Malabsorpsi lemak
3.Faktor Penyebab Diare
Faktor penyebab diare dapat dibagi dalam
beberapa faktor, yaitu :
a.Pemberian Makanan Tambahan
Memberikan makanan tambahan pada anak
umur kurang dari enam bulan dapat
menambah risiko kontaminasi yang sangat
tinggi. Terdapat bahaya gastroenteritis yang
merupakan penyakit serius pada anak. Adanya
perubahan dalam pola konsumsi terutama
konsumsi ASI yang bersih dan mengandung
faktor anti-infeksi, menjadi makanan yang
sering kali dipersiapkan, disimpan dan
diberikan pada anak dengan cara yang tidak
higienis dapat meningkatkan resiko infeksi
yang lebih tinggi, terutama penyakit diare
(Muchtadi, 2002).
Pemberian makanan tambahan seharusnya
diberikan pada saat bayi berumur 6 bulan
keatas. Beberapa enzim pemecahan protein
seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim
amilase akan diproduksi sempurna pada saat
bayi berumur 6 bulan. Pada bayi yang berumur
0-6 bulan rentan terkena diare dikarenakan
enzim laktosa dalam usus kerapatannya belum
sempurna sehingga sulit untuk menguraikan
kuman-kuman yang masuk sehingga bayi diare
(Hartono, 2008)
b.Faktor Infeksi
1)Infeksi enteral yaitu: infeksi saluran
pencernaan yang merupakan penyebab utama
pada diare anak. Infeksi enteral ini meliputi:
a)Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella,
Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas
dan sebagainnya.
b)Infeksi virus: Enteroovirus (Virus ECHO,
Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
c)Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris,
Oxyuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba
histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis), jamur (Candida albicans).
2)Infeksi Parenteral yaitu infeksi dibagian
tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis
media akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur di bawah 2 tahun (Hassan,
2005).
c.Faktor Malabsorbsi
1)Malabsorbsi karbohidrat: disakarida
(intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa
dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering adalah intoleransi
laktosa.
2)Malabsorbsi lemak: dalam makanan terdapat
lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida,
dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah
lemak menjadi micelles yang siap diabsorbsi
usus, diare dapat muncul karena lemak tidak
terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja
mengandung lemak.
3)Malabsorsi protein
d.Faktor Makanan: makanan basi, beracun,
alergi terhadap makanan.
e.Faktor Psikologis: rasa takut dan cemas.
Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar (Hassan,
2005).
f.Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah
selesai buang air besar atau membersihkan
tinja anak yang terinfeksi, sehingga
mengkontaminasi alat-alat yang dipegang
(Hartono, 2008).
4.Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan
timbulnya diare ialah:
a.Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang
tidak dapat diserap oleh rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b.Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus
dan selanjutnya diare timbul Karena
peningkatan isi rongga usus.
c.Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik usus akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare.
Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare
pula.
Patoganesis diare akut
a.Masuknya jasad renik yang masih hidup ke
dalam usus halus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung.
b.Jasad renik tersebut berkembang biak
(multiplikasi) di dalam usus halus.
c.Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin
diaregenik)
d.Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Patogenesis diare kronis
Lebih kompleks dan faktor-faktor yang
menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit,
malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.
5.Akibat Diare
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis
akan terjadi:
a.Kehilangan air dan elektrolit (terjadi
dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik,
hipokalemia).
b.Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan
kurang, pengeluaran bertambah)
c.Hipoglikemia (defisiensi kandungan glukosa
darah yang menimbulkan gelisah, hipotermia,
sakit kepala, bingung, serta kadang-kadang
kejang dan koma.
d.Gangguan sirkulasi darah.
6.Gejala Klinis
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang
atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
mungkin disertai lendir dan darah warna tinja
makin lama berubah kehijau-hijauan karena
bercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya timbul lecet karena sering defeksi
dan tinja makin lama makin asam sebagai
akibat makin banyak asam laktat yang berasal
dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus
selama diare. Gejala muntah dapat timbul
sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang
atau akibat gangguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit. Bila pasien telah banyak
kehilangan cairan dan elektrolit, gejala
dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan
turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun
besar menjadi cekung (paha bayi), selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang
hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan,
sedang dan berat. Bila berdasarkan tonitas
plasma dibagi menjadi dehidrasi hipotonik,
isotonic dan hipertonik.
7.Komplikasi
Menurut Hassan (2005), sebagai akibat
kehilangan cairan dan elektrolit secara
mendadak, dapat terjadi berbagai macam
komplikasi seperti :
a.Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik,
isotonic atau hipertonik).
b.Renjatan hipovolemik
c.Hipokalemia (dengan gejala meteorismus,
hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan
pada elektrokardiogram)
d.Hipoglikemia (defisiensi kandungan glukosa
darah yang menimbulkan gelisah, hipotermia,
sakit kepala, bingung, serta kadang-kadang
kejang dan koma.
e.Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat
defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili
mukosa usus halus.
f.Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
g.Malnutrisi energi protein, karena selain
diaren dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.
Apabila anak mengalami diare segera ganti cairan tubuhnya
dengan meminumkan larutan garam gula atau ORALIT
sebanyak yang ia mau minum. Cara membuat larutan garam
gula adalah segelas air teh masak ditambah dengan dua
sendok teh (sdt) gula dan seujung sdt garam, diaduk rata.
Pada bayi di bawah enam bulan tetap diberikan ASI
meskipun sedang diare.

Hal ini dikarenakan ASI mengandung 90% cairan sehingga


cairan yang terbuang dapat digantikan oleh ASI. Jika diare
tak kunjung berhenti segera bawa anak ke Puskesmas
terdekat (IDAI 2006).
Pengobatan Diare

Cara membuat larutan gula garam

 Gula satu sendok teh penuh


 Garam ¼ sendok teh
 Air masak satu gelas
 Campur diaduk sampai larut
Cara membuat oralit

 Sediakan satu gelas (200 ml) air yang telah dimasak


 Masukkan satu bungkus oralit kedalam gelas
 Aduk sampai larut
Takaran pemberian oralit untuk penderita Diare
 Di bawah 1 tahun : 3 jam pertama 1.5 gelas
selanjutnya 0.5 gelas setiap kali mencret
 Di bawah 5 tahun : 3 jam pertama 3 gelas,
selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret
 Anak di atas 5 tahun : 3 jam pertama 6 gelas,
selanjutnya 1,5 gelas setiap kali mencret
 Anak diatas 12 tahun dan dewasa : 3 jam pertama
12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret
Amatlah penting untuk memberikan gizi yang cukup selama
diare, terutama pada anak dengan gizi yang kurang.
Makanan dan minuman jangan dihentikan lebih dari 24 jam
saat anak mengalami diare, karena pulihnya mukosa usus
tergantung pada gizi yang cukup. Bila tidak, maka hal ini
akan merupakan faktor yang memudahakan terjadinya diare
kronik.

Pemberian kembali makanan dan minuman (refeeding)


secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi
kurang yang mengalami diare akut dan hal ini akan
mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan
mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula
serta makanan pada umumnya harus dilanjutkan
pemberiannya selama diare (Subijanto dkk 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Lama More RA dkk (1998)


menunjukkan bahwa suplemen nukleotida pada susu
formula secara signifikan mengurangi lama dan beratnya
diare pada anak karena nukleotida adalah bahan yang
sangat diperlukan untuk replikasi sel termasuk sel epitel
usus dan sel imunokompeten.

Bayi berusia 6 bulan ke bawah cukup diberi ASI saja,


tanpa ada tambahan makanan lain. Pada bayi di atas 6
bulan wajib diberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
karena kebutuhan zat gizinya sudah dapat dipenuhi oleh ASI
berikut adalah contoh menu untuk bayi menjelang satu
tahun :
 Pukul 06.00 : Susu (ASI atau susu formula)
 Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
 Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
 Pukul 12.00 : Bubur buah/Nasi tim
 Pukul 14.00 : Susu (ASI atau susu formula)
 Pukul 16.00 : Makanan selingan
 Pukul 18.00 : Bubur saring/Nasi tim
 Pukul 20.00 : Susu (ASI atau susu formula)
Setelah berusia satu tahun anak diberikan makan makanan
keluarga namun dengan konsistensi dan porsi sesuai umur
anak. Asupan gizi anak harus seimbang untuk memulihkan
kondisinya yang banyak kehilangan zat gizi akibat diare.

Anda mungkin juga menyukai