Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN (PBL) ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA DIARE CAIR


AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN HINGGA SEDANG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Praktik Belajar Lapangan
Dosen Pengampu: Wahyudi Mulyaningrat, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh:
Nama : Sita Irnadianis Irfada
Kelas : A Reguler 2019
NIM : I1B019005

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan BAB lebih dari tiga kali
dalam sehari dengan konsistensi tinja yang lembek atau encer (Indriati & Warsini,
2022). Diare mengakibatkan tubuh kehilangan cairan dan elektrolit sehingga dapat
menyebabkan dehidrasi. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan
asidosis metabolik, gangguan sirkulasi darah, dan bahkan kematian (Girsang,
2022). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kejadian diare diantaranya karena
tidak memadainya air bersih, air tercemar oleh tinja, pembuangan tinja yang tidak
higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan kurang, serta penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak semestinya (Saputri & Astuti, 2019).
Pada Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014 tentang upaya
kesehatan anak menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang. Untuk mencapai upaya kesehatan anak tersebut dapat
dilakukan dengan menurunkan angka kematian bayi baru lahir, balita, maupun
anak. Data Direktorat Kesehatan Keluarga tahun 2020 dari 28.158 kematian balita,
terdapat 20.226 (72%) kematian neonatus, 5.386 (19,1%) kematian pada usia 29
hari – 11 bulan, dan 2.506 (9,9%) kematian pada usia 12-59 bulan. (Indriati &
Warsini, 2022).
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2021), prevalensi
penyebab kematian post neonatal (usia 29 hari-11 bulan) di Indonesia pada tahun
2020 yaitu 14,5% kematian akibat diare sebesar. Diare merupakan penyakit
endemis yang dapat menyebabkan Kejadian Luar Biasa. Hasil Riskesdas tahun
2018, prevalensi diare di Indonesia sebesar 11,5% dan di Jawa Tengah sebesar
11,1% (Kemenkes RI, 2018). Oleh karena itu penatalaksaan secara cepat dan tepat
pada balita yang mengalami diare harus dilakukan. Dengan tujuan mencegah
komplikasi yang kompleks hingga membahayakan kondisi pasien.

B. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar diare.
2. Mampu melakukan pengkajian pada pasien diare
3. Mampu menyusun pohon masalah atau pathway pada pasien diare.
4. Mampu menyusun asuhan keperawatan pasien diare.
5. Mampu mengaitkan asuhan keperawatan pasien diare dengan jurnal penelitian
terkini
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Diare


Diare adalah suatu kondisi dalam mengeluarkan feses abnormal yang ditandai
dengan adanya peningkatan volume, konsistensi, dan frekuensi >3x/hari, sedangkan
neonatus dapat mengalaminya >4x/hari baik dengan lendir darah maupun tanpa lendir
darah (SDKI, 2017 dalam Supernova, 2022). Menurut Dewi, 2020 mendefinisikan
diare adalah terjadinya frekuensi dan konsistensi tinja yang berubah dan ibu-ibu
mungkin mengenal istilah lunak, cair, terdapat darah atau lendir, dan muntah
(muntaber).

2.2 Klasifikasi Diare


Menurut DepKes, 2011 berdasarkan derajat dehidrasinya, diare dibagi dalam 3
klasifikasi :
a) Diare tanpa dehidrasi
Apabila terdapat ≥ 2 tanda :
• Keadaan umum : Baik
• Mata : Normal
• Rasa haus : Normal, minum biasa
• Turgor kulit : kembali cepat
Dosis oralit :
• Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas ketika diare
• Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas ketika diare
• Umur > 5 Tahun : 1 – 1½ gelas ketika diare
b) Diare dehidrasi Ringan/Sedang
Apabila terdapat ≥ 2 tanda:
• Keadaan umum : Gelisah, rewel
• Mata : Cekung
• Rasa haus : Haus, ingin minum banyak
• Turgor kulit : Kembali lambat 2 detik
Dosis oralit 3 jam pertama 75 ml/ kg BB lalu pemberian oralit. Dosis oralit yang
diberikan :
• Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas ketika diare
• Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas ketika diare
• Umur > 5 Tahun : 1 – 1½ gelas ketika diare
c) Diare dehidrasi berat
Apabila terdapat ≥ 2 tanda :
• Keadaan umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar
• Mata : Cekung
• Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum
• Turgor kulit : Kembali sangat lambat (> 2 detik)
• Segera rujuk ke Puskesmas untuk perawatan indak lanjut pada penderita yang
tidak dapat minum.

2.3 Faktor Risiko Diare


Faktor-faktor yang mempengaruhi diare menurut Utami, 2016 dalam Hutasoit,
2020 adalah sebagai berikut.
1. Faktor lingkungan
2. Faktor gizi
3. Faktor kependudukan
4. Faktor pendidikan
5. Faktor sosial ekonomi
6. Faktor perilaku masyarakat

2.4 Penatalaksanaan Diare


Beberapa tindakan yang dapat dilakukan saat terjadi diare berdasarkan Kemenkes RI
(2011) :

1. Berikan oralit
Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang
hilang. Oralit diberikan dengan tujuan mencegah terjadinya dehidrasi, dapat dilakukan
mulai dari memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan air
tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang
baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah.
Apabila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
mendapat pertolongan cairan melalui infus.
2. Berkan obat zink
Selama diare akan terjadi peningkatan enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase)
yang menyebabkan hipersekresi epitel usus. Zinc dapat menghambat enzim INOS, dan
juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan
fungsi selama kejadian diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

⎯ Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari

⎯ Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.


Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.

Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang
atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.

3. Berikan ASI atau makanan


Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak tujuannya yaitu tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi harus lebih sering di beri ASI.
Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat
harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan
lebih sering.
4. Pemberian Antibiotik hanya atas indikasi
Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar
karena shigellosis), suspek kolera. Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan
pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah
tidak di anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi
ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek
samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal.

2.5 Pencegahan Diare


Beberapa tindakan dalam mencegah diare Kemenkes RI (2011) :

1. Pemberian ASI
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan
lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol
yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain
yang akan menyebabkan diare. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik
dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan
perlindungan terhadap diare.

2. Menggunakan air bersih yang cukup

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face-Oral kuman


tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau
benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah
atau tempat makan minum yang dicuci dengan air tercemar.

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh keluarga :


• Ambil air dari sumber air yang bersih

• Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air.

• Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak

• Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)

• Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan
cukup.

3. Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare. Tindakan ini mampu menurunkan angka
kejadian diare sebesar 47%.

4. Menggunakan jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban


mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare.

5. Pemberian imunisasi campak


Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi
tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare,
sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu
berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.
PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 17 Oktober 2022
Diagnosa Medis : Diare akut cair dengan dehidrasi ringan hingga sedang.
1. Identitas
Nama : An. NA
TTL : 22 Oktober 2022
Usia : 11 bulan
Pendidikan :-
Alamat : Tegal, Rt/Rw 03/05
Nama Ayah/Ibu : Erna
Pekerjaan ayah/ibu : IRT
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan diare 5x sehari dengan konsistensi cair, mengalami mual
muntah, tidak mau makan, demam selama 3 hari naik turun serta batuk
berdahak dan pilek.
3. Riwayat penyakit sekarang
Buang air besar dengan konsistensi cair 3x/hari, demam naik turun dan batuk
berdahak.
4. Riwayat masa lampau
a. Prenatal
Lama kehamilan cukup bulan, selama hamil ibu mengalami darah
tinggi.
b. Postnatal

c. Riwayat tumbuh kembang


Tumbuh kembang anak normal.

d. Penyakit waktu kecil


Pernah mengalami demam dan batuk pilek.

e. Pernah dirawat di rumah sakit (RS)


Sebelumnya belum pernah dirawat di RS, ini merupakan pertama
kalinya anak dirawat di RS
f. Alergi
Tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat ataupun makanan.

g. Imunisasi
Imunisasi tidak lengkap.

5. Riwayat keluarga
Genogram

6. Keadaan saat ini


a. Diagnosa medis : Diare Cair Akut dengan dehidrasi ringan hingga sedang
b. Tindakan operasi : -
c. Obat-obatan:
Zinc 1 x 1 mg
L-bio 0,8 cc
Amoxicillin 125 mg
Nebulizer 3x
Ambroxol 3 x1/3

d. Hasil laboratorium

Interpretasi
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
hasil
15/10/2022 Hg 11,3 10,5 – 13,5 g/dL normal

15/10/2022 Ht 34 30 – 40% normal


7. Pengkajian pola fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan

Ketika An.NA sakit ibunya akan memberikan obat untuk menanganinya.


jika sakit tidak kunjung sembuh ibunya akan membawa ke fasilitas
kesehatan seperti klinik ataupun rumah sakit.
b. Nutrisi-pola metabolik
Sebelum sakit An. NA tidak memiliki kendala untuk meminum ASI dan
mrngkonsumsi MPASI. Saat terjadi diare An. NA mengalami mual dan muntah
serta tidak napsu makan.

c. Pola eliminasi
1) Pola defekasi
An. NA mengalami diare 5x/hari dengan konsistensi cair dan terdapat ampas.

2) Pola eliminasi
Warna urin kuning bening, sudah diajarkan toileting.

d. Pola aktivitas-latihan

Aktivitas Sebelum sakit Sesudah sakit


Makan 4 4
Mandi 4 4
Berpakaian 4 4
Toileting 4 4
Pindah dari tempat tidur 4 4
Transfering 4 4
Ambulating 4 4
Naik tangga 4 4
Kemampuan merawat diri:
0: independen
1: dengan bantuan alat
2: dengan bantuan orang lain
3: dengan bantan orang lain dan
alat
4: tergantung/tidak dapat
melakukan

e. Pola istirahat-tidur
An. NA tidak mengalami gangguan tidur, tidur malam pukul 20.00 WIB
dan biasanya akan bangun pukul 05.00. Tidur siang selama setengah jam
dan biasanya akan 3 kali tidur pada siang hari.
f. Pola kognitif-persepsi
An. NA merupakan anak yang aktif, tetapi saat sakit kerap kali rewel.
g. Pola peran hubungan
Ibunya dan kakanya merupakan orang terdekat An. NA.

h. Seksualitas
Tidak dikaji
i. Pola koping stres
Saat merasa bosan selama di RS biasanya An. NA akan bermain di taman
bermain atau bermain dengan ibunya.

8. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
KU : Compos mentis
GCS : E : 4, M : 6, V : 5 = 15

b) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital
Nadi : 150x/menit
RR : 28x/menit
Suhu : 40,3℃, 36 ℃ grafik suhu naik turun
SpO2 : 99%

c) Berat badan : 8 kg

d) Kepala
Bentuk : Simetris
Rambut : Tidak rontok, rambut sedikit ikal.
Wajah : Simetris, tidak ada luka
Mata :refleks terhadap cahaya, pupil
2/2 mm
Hidung : Simetris/tidak simeteris,
sekret ( ), polip ( X), nyeri ( X)
Telinga : Simetris/tidak simetris,
serumen (X ), nyeri tekan (X )
Mulut : sianosis (X )
Leher : Tidak ada luka, kondisi normal

e) Thorak (Paru-paru dan Jantung)


⎯ Paru-paru
Inspeksi : Gerakan dada simentris, RR; 28x/menit, batuk berdahak.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, refrakasi dada normal.
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
⎯ Jantung
Inspeksi : Tidak terdapat luka di area dada.
Palpasi :-
Perkusi :-
Auskultasi : normal
f) Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar.
Auskultasi : bising usus (peristaltik usus) > 15 kali/menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi :-
g) Ekstremitas
1. Gerakan ekstremitas atas dan bawah, kanan dan kiri
4 4
4 4
Keterangan:
0: tidak ada kontraksi otot
1: kontraksi otot dapat di palpasi tanpa gerakan persendian
2: tidak mampu melawan gaya gravitasi
3: hanya mampu melawan gaya gravitasi
4: mampu menggerakkan persendian dengan gaya gravitasi, mampu
melawandengan tahan sedang
5: mampu menggerakkan persendian dalam lingkup gerak penuh,
mampu melawan gaya gravitasi, mampu melawan dengan tahan penuh
2. Edema
Tidak terdapat edema
3. Petekie ; tidak ada
4. Capillary refill: < 3 detik
5. Lesi : tidak ada
6. Ektremitas teraba hangat

h) Kulit : tidak ada lesi, warna kulit normal.


BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pathways

Infeksi Sistem imun


menurun

Berkembang di
usus Mudah terpapar
virus & bakteri

Suhu tubuh
Hipersekresi air Peningkatan laju tidak stabil
dan elektrolit metabolisme (naik turun)
Batuk + pilek

Peningkatan isi
usus Risiko
Peningkatan
termoregulasi tidak
produksi sekret
efektif
Diare
Bersihan jalan
napas tidak efektif

3.2 Analisis Data


Data Objektif Data Subjektif

⎯ Bising usus (peristaltic usus) > ⎯ Pasien mengeluhkan diare 5x


15x/menit sehari dengan konsistensi cair,
⎯ BAB cair ⎯ Demam selama 3 hari naik
turun serta batuk berdahak.
⎯ Suhu 40,3℃, 36℃
⎯ Mengalami mual muntah
⎯ Grafik suhu mengalami naik
turun ⎯ Ibu pasien mengatakan
anaknya mengalami diare
⎯ RR 28x/menit setelah diberi cokelat
⎯ Nadi 150x/menit ⎯ An. NA merupakan anak yang
⎯ Terdapat secret saat batuk aktif dan ceria tetapi kerap kali
rewel saat sakit.
⎯ Tidak terdapat edema
⎯ Ibunya mengatakan An. NA
paling dekat dengan ibunya
⎯ Hg 11,3 dan Ht 34 dan kakanya.
⎯ SPO2 : 99% ⎯ Ibunya mengatakan An. NA
⎯ GCS : 15 tidak mengalami permasalahan
terkait pola istirahat-tidur.
⎯ Capillary refill < 3 detik

3.3 Masalah Keperawatan


Data Etiologi Masalah
DO : Proses infeksi Diare (D.0020)
⎯ Bising usus
(peristaltic usus) >
15x/menit
⎯ BAB cair

DS :
⎯ Pasien
mengeluhkan diare
5x sehari dengan
konsistensi cair
⎯ Ibu pasien
mengatakan
anaknya
mengalami diare
setelah diberi
cokelat

DO : - Risiko termoregulasi
⎯ Grafik suhu tidak efektif (D.0148)
mengalami naik
turun
⎯ Suhu tubuh 40,3℃,
36℃
⎯ Nadi 150x/menit
DS :
⎯ Ibu pasien
mengeluhkan
demam dan suhu
tubuh naik turun
DO : Sekresi yang tertahan Bersihan jalan napas
⎯ Terdapat secret saat tidak efektif (D.0001)
batuk
⎯ RR 28x/menit
DS :
⎯ Ibu pasien
mengeluhkan
anaknya batuk
berdahak

Diagnosis Keperawatan :
1. Diare berhubungan dengan (b.d) proses infeksi dibuktikan dengan (d.d)
peningkatan peristaltic usus, BAB cair 5x/hari.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d terdapat secret
saat batuk.
3. Risiko termoregulasi tidak efektif d.d suhu tubuh tidak stabil, grafik suhu
mengalami peningkatan dan penurunan.

3.4 Nursing Care Plan


Diagnosis Tujuan Keperawatan Intervensi Rasional
Keperawatan (SLKI) Keperawatan
(SIKI)
Diare Setelah dilakukan asuhan Manajemen diare ⎯ Untuk
(D.0020) keperawatan selama 3x24 (I.03101) mengetahui
berhubungan jam diare pada klien dapat Observation riwayat makanan
dengan (b.d)
membaik dengan kriteria ⎯ Identifikasi yang
hasil; riwayat pemberian dikonsumisi
proses infeksi Label SLKI: Eliminasi makanan yang
dibuktikan Fekal (L.04033) ⎯ Monitor warna, kemungkinan
dengan (d.d) volume, merupakan
Kriteria Skal Skala
peningkatan Hasil a Akhir frekwensi, dan penyebab diare.
peristaltic Awa konsistensi tinja ⎯ Membantu
usus, BAB l ⎯ Monitor keamanan membedakan
cair 5x/hari. penyiapan penyakit
makanan individu dan
mengkaji
Nursing Intervention beratnya tiap
Konsisten 1 4
si feses ⎯ Berikan diet cair defekasi.
untuk ⎯ Penyiapan
Frekuensi 2 4 mengistirahatkan makanan yang
BAB usus baik dan benar
Education dapat mencegah
Pristaltik 2 5 ⎯ Anjurkan makanan terkontaminasiny
usus porsi kecil dan a makanan.
Keterangan : sering secara ⎯ Menghindari
1. : Memburuk bertahap iritasi,
2. : Cukup memburuk ⎯ Anjurkan meningkatkan
3. : Sedang menghindari istirahat usus
4. : Cukup membai makanan, pemben ⎯ Untuk menjaga
5. : Membaik tuk gas, pedas, dan asupan makanan
mengandung yang dibutuhkan
lactose tubuh
⎯ Anjurkan ibu ⎯ Untuk mencegah
pasien untuk diare berlanjut
memberikan ASI ⎯ Menurunkan
sesering mungkin motilitas atau
dan menjaga peristaltik usus
kebersihan sekitar dan
pasien (Analita, menunjukkan
2019) sekresi degestif
Collaboration untuk
⎯ Kolaborasi menghilangkan
pemberian obat kram dan diare
sesuai indikasi
Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan ⎯ Untuk
napas tidak keperawatan selama 3x24 napas (I.01011) mendeteksi
efektif jam bersihan jalan napas pada Observation tanda-tanda
klien dapat membaik dengan ⎯ Monitor pola bahaya.
(D.0001) b.d
kriteria hasil; napas ⎯ Untuk
sekresi yang Label SLKI: Bersihan jalan (frekuensi, mengidentifikasi
tertahan d.d napas (L.01001) kedalaman, sputum
terdapat usaha napas) ⎯ Untuk membantu
Kriteria Skala Skala
secret saat Hasil Awal Akhir ⎯ Monitor sputum bernafas dan
batuk. (jumlah, ekspansi dada
Produksi 1 4 warna, aroma) serta ventilasi
sputum Nursing Intervention lapangan
⎯ Posisikan semi- paru basila
Dispnea 2 4 fowler ⎯ Untuk membantu
Keterangan : atau fowler mobilisasi dan
1. : Meningkat ⎯ Lakukan membersihkan
2. : Cukup meningkat fisioterapi dada, sekresi
3. : Sedang jika perlu ⎯ Untuk
4. : Cukup menurun Education menigkatkan
5. : Menurun ⎯ Anjurkan untuk kenyamanan
mengkonsumsi air pasien
Kriteria Skala Skala ⎯ Untuk membantu
Hasil Awal Akhir hangat
Collaboration menurunkan
Frekuensi 1 4 distres
⎯ Kolaborasi pernafasan yang
napas pemberian O2 disebabkan oleh
Keterangan : sesuai instruks hipoksemia
1. : Memburuk
2. : Cukup memburuk
3. : Sedang
4. : Cukup membaik
5. : Membaik
Setelah dilakukan asuhan Manajemen demam ⎯ peningkatan suhu
Risiko
keperawatan selama 2x24 (I.03099) menunjukan
termoregulasi
suhu tubuh berada dalam Observation proses inflamasi
tidak efektif
rentang normal dengan ⎯ Monitor suhu dan
(D.0148) d.d
kriteria hasil; tubuh tanda-tanda vital
suhu tubuh
tidak stabil,
Label SLKI: Termoregulasi ⎯ Monitor dapat
(L.14134) komplikasi akibat memberikan
grafik suhu
Kriteria Skala Skala demam (kejang, gambaran
mengalami
Hasil Awal Akhir penurunan keadaan umum
peningkatan
kesadaran) pasien.
dan
penurunan Takikardi 3 4 Nursing Intervention ⎯ Untuk
⎯ Kompres pada mendeteksi
Keterangan :
axilla adanya
1. : Meningkat
Education komplikasi yang
2. : Cukup meningkat
3. : Sedang ⎯ Anjurkan tirah membahayakan
baring pasien.
4. : Cukup menurun
Collaboration ⎯ Daerah lipat
5. : Menurun
paha dan axilla
Kriteria Skala Skala ⎯ Kolabarasi terdapat vena
Hasil Awal Akhir pemberian besar yang
antipiretik memiliki
Suhu 2 4 kemampuan
tubuh dalam proses
vasodilatasi
Suhu kulit 2 5
dalam
Keterangan : menurunkan
1. : Memburuk suhu tubuh dan
2. : Cukup memburuk sangat dekat
3. : Sedang dengan
4. : Cukup membai otak, dimana
5. : Membaik otak memiliki
sensor
pengatur suhu
tubuh yaitu
hipotalamus
⎯ Aktivitas dapat
meningkatkan
metabolisme dan
meningkatkan
panas
⎯ Obat antipiretik
bekerja sebagai
pengatur kembali
pusat pengatur
panas.
DAFTAR PUSTAKA

Analita, A. (2019) ‘Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare
pada Balita di Kelurahan Ampel , Kecamatan Semampir , Kota Surabaya 2017
The Relationship between Exclusive Breastfeeding and The Incidence of
Diarrhea in Toddlers in The Ampel Village , Subdis’, Amerta Nutrition, 3(1), pp.
13–17. doi: 10.20473/amnt.v3.i1.2019.13-17.

Girsang, V. I. (2022). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Tindakan


Pencegahan Diare Pada Balita. Jurnal Health Reproductive, 6(2), 70–77.
https://doi.org/10.51544/jrh.v6i2.2531

Indriati, R., & Warsini. (2022). Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita. Kosala: Jurnal Ilmu Kesehatan, 10(1),
21–32.

Indonesia. (2011). Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Kepala Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian
Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Profil Kesehatan 2020. In


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
https://doi.org/10.1524/itit.2006.48.1.6

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. DPP PPNI: Jakarta.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. DPP PPNI: Jakarta.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. DPP PPNI: Jakarta

Saputri, N., & Astuti, Y. P. (2019). Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian
Diare Pada Balita Di Puskesmas Bernung. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan, 10(1), 101. https://doi.org/10.26751/jikk.v10i1.619

Anda mungkin juga menyukai