Anda di halaman 1dari 19

BUKU PEDOMAN INTERNAL

PENGENDALIAN PENYAKIT DIARE

PUSKESMAS KEBONDALEM
Jalan Bhayangkara Nomor 69 Bangorejo 68487
Telepon (0333) 710251
e-mail: pkmkebondalem@yahoo.com
PEDOMAN
PENGENDALIAN PENYAKIT DIARE
DI PUSKESMAS KEBONDALEM KECAMATAN BANGOREJO

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang
masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen
Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada
tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi
374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun
2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih
sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69
Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%).
Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang,
dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB
diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang
(CFR 1,74 %.)
Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Goal ke-4) adalah
menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada
2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas
dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih
menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian
akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana
kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang
cepat dan tepat.

B. Tujuan
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas
program dan sektor terkait.

PANDUAN INTERNAL DIARE 2/19


C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah semua pemangku kepentingan terkait
untuk bekerjasama dalam pelaksanaan di Puskesmas Kebondalem.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan pengendalian penyakit
diare di Puskesmas Kebondaem.

E. Batasan Operasional
Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah
dan cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan
lendir taupun darah. Warna tinja bisa lama-kelamaan berubah menjadi kehijau-
hijauan .karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet
karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
banyaknya asam laktat yang berasal darl laktosa yang tida k dapat diabsorbsi
oleh usus selama diare
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam
basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit,
maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang,
mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tampak kering. (Hasan dan Alatas, 1985). Menurut Kliegman, Marcdante dan
Jenson (2006), dinyatakan bahwa berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan
elektrolit dari tubuh
diare dapat dibagi menjadi :
• Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi
diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda tanda dehidrasi
• Diare dengan dehidrasi ringan (3% - 5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-
kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan
menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau

PANDUAN INTERNAL DIARE 3/19


tacikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.Diare
dengan dehidrasi sedang (5%-10%). Pada keadaan ini, penderita akan
mengalami takikardi, kencing yang kurang atau langsung tidak ada irritabilitas
atau lesu, mata dan ubun - ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang,
selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air mata berkurang dan
masa pengisian kapiler (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan
pucat. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%) Pada keadaan ini, penderita
sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini
penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang melemah, hipotensi dan
tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun ubun
besar menjadi sangat cekung tidak ada produksi air mata,tidak mampu minum
dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian
kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.

Mengetahui Pengelola Program


Kepala UPTD Puskesmas Kebondalem

HADI SUCIPTO, S.Kep. Ners


dr. MOH HAMAMI
NIP: 19740611 199803 1 005
NIP: 19690920 200212 1 006

PANDUAN INTERNAL DIARE 4/19


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Semua karyawan puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat mulai di Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKP,
Penanggung jawab UKM, dan seluruh karyawan. Penanggung jawab
Pengendalian Penyakit Diare merupakan koordinator dalam penyelenggaraan
kegiatan Pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Kebondalem.
Dalam upaya Pengendalian Penyakit Diare perlu melibatkan sektor terkait yaitu:
Camat, PKK, penanggung jawab P2, dan sektor terkait lainnya dengan
kesepakatan peran masing-masing dalam Pengendalian Penyakit Diare.

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan Penanggung jawab UKM, UKP, dan
karyawan puskesmas dikoordinir oleh Penanggung jawab UKM Promosi
Kesehatan sesuai dengan kesepakatan.

C. Jadwal Kegiatan.
Jadwal pelaksanaan kegiatan Pengendalian Penyakit Diare disepakati dan
disusun bersama dengan sektor terkait dalam pertemuan lokakarya mini lintas
sektor tiap tiga bulan sekali

PANDUAN INTERNAL DIARE 5/19


BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang:
Koordinasi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan oleh
Penanggung jawab UKM Promosi Kesehatan yang menempati ruang adminstrasi
dari gedung Puskesmas. Pelaksanaan rapat koordinasi dilakukan di aula
Puskesmas.

B. Standar Fasilitas
1. Panduan pengendalian penyakit diare : 1 buah
2. Kit Penyuluhan pengendalian penyakit diare: 1 kit

PANDUAN INTERNAL DIARE 6/19


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS
DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu - satunya cara
untukmengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare
juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan
4. Antibiotik Selektif
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh.
TATALAKSANA PENDERITA DIARE PADA ANAK
A. TUJUAN
1. Mencegah dehidrasi
2. Mengobati dehidrasi
3. Mencegah gangguan nutrisi dengan memberikan makan selama dan
sesudah diare
4. Memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat
B. PEMBAGIAN DIARE
1. DIARE AKUT CAIR
Batasan
Diare akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) perhari dengan konsistensi
cair dan berlangsung kurang dari 7 hari.

Khusus pada neonatus yang mendapat ASI, diare akut adalah buang air
besar dengan frekuensi lebih sering (biasanya 5-6 kali per hari) dengan
konsistensi cair.

2. PATOFISIOLOGI

a. Diare Sekretorik

PANDUAN INTERNAL DIARE 7/19


Disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang
terjadi akibat gangguan absorbs natrium oleh vilus saluran cerna,
sedangkan sekresi klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan
ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja cair.
Diare sekretonik ditemukan pada diare yang disebabkan olek infeksi
bakteri akibat rangsangan pada mukosa usus oleh toksin, misalnya
toksin E.coli atau V.cholera 01.

b. Diare Osmotik

Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotic antara
lumen dan cairan ekstrasel. Oleh karena itu, bila di lumen usus terdapat
bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap akan menyebabkan
diare. Bila bahan tersebut adalah larutan isotonic, air atu bahan yang
larut maka akan melewati mukosa usus halus tanpa diabsorpsi sehingga
terjadi diare.

3. PRINSIP TATALAKSANA PENDERITA DIARE

Prinsip tatalaksana penderita diare adalah LINTAS Diare (Lima Langkah


Tuntaskan Diare) yang terdiri atas:

1. Oralit Osmolaritas rendah

Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan dari rumah dengan


memberikan Oralit. Bila tidak tersedia, berikan lebih banyak cairan
rumah tangga yang mempunyai osmolaritas rendah yang dianjurkan
seperti air tajin, kuah sayur dan air matang.

2. Zinc

Di Negara berkembang, umumnya anak sudah mengalami defisiensi


Zinc. Bila anak diare, kehilangan Zinc bersama tinja, menyebabkan
defisiensi menjadi lebih berat.

PANDUAN INTERNAL DIARE 8/19


Pemberian Zinc selama diare terbukti dapat:

a. mengurangi durasi diare akut sebesar 25%

b. mengurangi durasi diare persisten sebesar 29%

c. mengurangi kegagalan terapi atau kematian akibat diare sebesar 40%

3. Pemberian ASI atau makanan sesuai umur

4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

5. Pemberian nasehat

Ibu dan keluarga yang berhubungan erat dengan balita harus diberi
nasehat tentang:

a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan

4. PROSEDUR TATALAKSANA PENDERITA DIARE

1. Riwayat penyakit

2. Menilai derajat dehidrasi

3. Menentukan rencana kegiatan

C. DIARE BERMASALAH

1. Diare Berdarah

Diare berdarah atau disentri adalah diare dengan darah dan lendir dalam
tinja dapat disertai dengan adanya tenesmus.

Disentri berat adalah diare dengan komplikasi.

2. Kolera

Diare terus menerus, cair seperti air cucian beras, tanpa sakit perut,
disertai muntah dan mual di awal panyakit.

Seseorang dicurigai kolera apabila:

PANDUAN INTERNAL DIARE 9/19


 Penderita berumur >5 tahun menjadi dehidrasi berat karena diare
akut secara tiba-tiba (biasanya disertai muntah dan mual), tinjanya
cair seperti air cucian beras, tanpa rasa sakit perut (mulas); atau
 Setiap penderita diare akut berumur > 2 tahun di daerah yang
terjangkit KLB Kolera.

Kasus kolera ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium.

3. Diare Berkepanjangan (PROLONGED DIARRHEA)

Yaitu: diare yang berlangsung lebih dari 7 hari dan kurang dari 14 hari.
Prnyakit diare berkepanjangan berbeda dengan diare akut. Pada keadaan
ini kita tidak lagi memikirkan infeksi firus melainkan infeksi bakteri, parasit,
malabsorpsi, dan beberapa penyebab lain dari diare persisten.

4. Diare Persisten/ Diare Kronik

Adalah diare dengan atau tanpa disertai darah, dan berlangsung selama 14
hari atau lebih. Bila sudah terbukti disebabkan oleh infeksi disebut sebagai
diare persisten.

5. Diare dengan Gizi Buruk

Gizi buruk yang dimaksud adalah gizi buruk tipe marasmus atau
kwarsiorkor, yang secara nyata mempengaruhi perjalanan penyakit dan
tatalaksana diare yang muncul.

Diare yang terjadi pada gizi buruk cenderung lebih berat, lebih lama dan
dengan angka kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan diare pada
anak dengan gizi baik. Walaupun pada dasarnya tatalaksana diare pada
gizi buruk sama dengan pada anak dengan status gizi baik,tetapi ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan. Perlu dipahami perubahan
morfologis dan fisiologis saluran cerna pada gizi buruk pengaruhnya
terhadap perjalanan klinik diare dan penyesuaian yang perlu dilakukan
pada tatalaksana.

6. Diare dengan Penyakit Penyerta

PANDUAN INTERNAL DIARE 10/19


Anak yang menderita diare (diare akut atau diare persisten) mungkin juga
disertai dengan penyakit lain. Tatalaksana penderita tersebut selain
berdasarkan acuan baku tatalaksana diare juga tergantung dari penyakit
yang menyertai

Penyakit yang sering terjadi bersamaan dengan diare:

 Infeksi saluran nafas (bronchopneumonia,bronkhiolitis, dll)


 Infeksi system saraf pusat (meningitis, ensefallitis, dll)
 Infeksi saluran kemih
 Infeksi system lain (sepsis, campak, dll)
 Kurang gizi (gizi buruk,kurang vitamin A, dll)
Penyakit yang dapat disertai dengan diare tetapi lebih jarang terjadi:
 Penyakit jantung yang berat/gagal jantung
 Penyakit ginjal/gagal ginjal

II. TATALAKSANA PENDERITA DIARE PADA DEWASA

DEFINISI
Adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja lembek (setengah cair)
dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari atau dapat berbentuk cair saja.

A. DIARE AKUT
Secara operasional diare akut adalah diare yang pada awalnya mendadak
dan berlangsung dalam beberapa jam sampai 14 hari.

B. DIARE KRONIS
Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu (14 hari).

III. SARANA REHIDRASI


Sarana rehidrasi dapat digolongkan menurut tempat pelayanan, yaitu di
Puskesmas, disebut Pojok upaya Rehidrasi Oral (URO) atau lebih dikenal nama
Pojok Oralit dan di rumah sakit disebut Kegiatan Pelatihan Diare (KPD).

PANDUAN INTERNAL DIARE 11/19


1. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat
ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang
rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan
yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila
penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
mendapat pertolongan cairan melalui infuse. Pemberian oralit didasarkan pada
derajat dehidrasi.
a. Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret .
Umur 4 tahun ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret .
1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 - 1½ gelas setiap kali anak mencret.
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang.
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c. Diare dengan dehidrasi beratPenderita diare yang tidak dapat minum harus
segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infuse. Untuk anak dibawah umur 2
tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara:
1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh
dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila
terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi
perlahan - lahan misalnya 1 sendok setiap 2- 3 menit. Pemberian cairan
ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.

2. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzimini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekres epitel
usus. Zinc jugaberperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami

PANDUAN INTERNAL DIARE 12/19


kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare .Pemberian Zinc selama
diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi
frek uensi buang air besar, mengurangi volume tinja,serta menurunkan
kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua
anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian
Zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari .
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau
ASI, sesudah larutberikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).

3. Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan
balita harus diberi nasehat tentang:
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a.Diare lebih sering
b.Muntah berulang
c.Sangat haus
d.Makan/minum sedikit
e.Timbul demam
f.Tinja berdarah
g.Tidak membaik dalam 3 hari.

A. Pelayanan diare didalam gedung


Melakukan pelayanan, pemeriksaan dan tindakan medis yang meliputi:
1. Pemeriksaan keadaan umum : baik, sadar, gelisah, rewel, lesu, lunglai /
tidak sadar
2. Pemeriksaan mata : tidak cekung, mata cekung,
3. Pemeriksaan turgor kulit : turgor kembali segera, turgor kembali lambat,
turgor kembali sangat lambat.
4. Pemeriksaan berat badan : tetap, turun

PANDUAN INTERNAL DIARE 13/19


5. Pemeriksaan intake cairan : biasa, tidak haus, ingin minum terus, ada
rasa haus, malas minum.
6. Rencana terapi yang di berikan sesuai dengan tingkat dehidrasi :
a. Rencana terapi A (Diare tanpa Dehidrasi)
 Keadaan umum : baik, sadar
 Pemeriksaan mata : tidak cekung
 Minum biasa, tidak haus, dan cubitan kulit perut/ turgor kembali
segera
Terapi diare tanpa dehidrasi :
1. Berikan cairan lebih banyak dari biasanya
 Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
 Anak yang mendapat ASI esklusif, beri oralit/ air matang
sebagai tambahan
 Anak yang tidak mendapat ASI esklusif berikan susu
yang biasa diminum
 Berikan oralit sampai diare berhenti, bila muntah tunggu
10 menit dan dilanjutkan sedikit demi sedikit
 Berikan 6 bungkus oralit(200ml)
 Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit
2. Beri obat zinc
Beri zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti
bisa diberikan dengan cara dikunyah/ dilarutkan kedalam 1
sendok air matang/ ASI, umur < 6 bulan diberi 10mg (1/2
tablet) per hari dan umur > 6 bulan diberi 20mg (1 tablet) per
hari
3. Beri anak makanan untuk mencegah anak kurang gizi
 Berikan makan pada anak sesuai dengan anak dengan
menu yang sama pada waktu anak sehat
 Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi
makan
 Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar,
pisang, air kelapa hijau

PANDUAN INTERNAL DIARE 14/19


 Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi
lebih kecil ( setiap 3-4 jam)
 Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan
makanan tambahan selama 2 minggu
4. Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi
5. Nasehat ibu / pengasuh
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :
 Berak cair lebih sering
 Muntah berulang
 Sangat haus
 Makan dan minum sangat sedikit
 Timbul demam
 Berak berdarah
 Tidak membaik dalam 3 hari
b. Rencana terapi B ( Dehidrasi Ringan/Sedang)
 Keadaan umum : gelisah, rewel
 Pemeriksaan mata : mata cekung
 Ingin minum terus dan ada rasa haus, cubitan kulit perut/ turgor
kulit kembali lambat
Terapi diare Dehidrasi Ringan/sedang :
1. Jumlah oralit yang berikan dalam 3 jam pertama
 Timbang BB
 Berikan oralit lebih banyak
 Berikan ASI
 Untu bayi kurang 6 bulan yang tidak mendapat ASI,
berikan 100-200 ml air masak
 Untuk anak lebih 6 bulan tunda pemberian makan
selama 3 jam kecuali ASI dan oralit
 Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut
2. Amati anak dengan seksama dan bantu ibu beri oralit
 Berikan cairan sesuai indikasi
 Berikan minum sedikit tapi sering

PANDUAN INTERNAL DIARE 15/19


 Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian
oralit dan berikan air masak/ASI
 Berikan oralit ulang bila bengkak hilang
3. Setelah 3-4 jam nilai kembali anak menggunakan bagan
penilaian kemudian pilih rencana terapi A, B, / C untuk
melanjutkan terapi
4. Terapi sebelum pengobatan selesai
 Jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam 3 jam
dirumah
 Berikan 6 bungkus untuk persediaan di rumah
 Menjelaskan langkah pengobatan anak di rumah
c. Rencana terapi C (Dehidrasi Berat)
 Keadaan umum : lesu, lunglai / tidak sadar
 Pemeriksaan mata : mata cekung
 Malas minum, cubitan kulit perut/turgor kulit kembali sangat
lambat
Terapi Diare Dehidrasi Berat :
1. Berikan cairan intravena segera
2. Ulangi nadi masih lemah atau tidak teraba
3. Cek nadi ulang 15-30 menit. Bila nadi teraba, berikan tetesan
lebih cepat
4. Berikan oralit (5ml/kg/jm), bila penderita bisa minum;
biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
5. Berikan zinc selama 10 hari berturut-turut
6. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam(anak) nilai lagi derajat
dehidrasi. Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B
atau C) untuk melanjutkan terapi.
7. Rujuk penderita untu terapi intravena. Bila penderita bisa
minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara memberikannya
dalam perjalanan
8. Mulai rehidrasi dengan oralit melalui nasogastrik/Orogastrik.
Berikan sedikit demi sedikit, 20ml/kg BB/jam selama 6 jam.
Nilai setiap 1-2 jam : Bila muntah atau perut kembung berikan

PANDUAN INTERNAL DIARE 16/19


cairan lebih lambat, Bila rehidrasi tercapai setelah 3 jam rujuk
untuk terapi intravena setelah 6 jam nilai kembali dan pilih
rencana terapi yang sesuai (A, B atau C)

B. Pelayanan diare di luar gedung


Membina tatalaksana penanganan diare di rumah, melakukan penyuluhan
kepada anak sekolah, masyarakat (diposyandu/ kader posyandu)
1. Tatalaksana penanganan diare dirumah
a. Segera berikan banyak minum
 Setiap kali anak berak berikan oralit :
- Umur kurang 1 tahun (1/4-1/2 gelas)
- Umur 1-4 tahun (1/2-1 gelas)
- Umur diatas 5 tahun (1-1.1/2 gelas)
- Bila oralit tidak tersedia berikan cairan yang tersedia dirumah
seperti: kuah sayur, kuah sup, air tajin, sari buah, air teh, air
matang)
 Teruskan pemberian makanan
- Pada bayi yang mendapatkan ASI, teruskan pemberian ASI dan
lebih sering
- Anak yang mendapatkan makanan, teruskan pemberian
makanan lebih sering dari biasanya untuk mencegah anak
kurang gizi
- Jika diare sudah berhenti maka balita diberikan makanan ekstra
sampai dua minggu
 Segera ke puskesmas untuk mendapatkan obat zinc
- Obat zinc diberikan pada penderita diare balita
- Mempercepat penyembuhan
- Diharapkan dapat melindungi anak dari diare 2-3 bulan ke
depan
- Menambah nafsu makan
2. Penyuluhan ke anak sekolah dan masyarakat (posyandu/kader posyandu)
Penyuluhan yang di sampaikan sebagai berikut :
a. Penyluhan tentang Diare

PANDUAN INTERNAL DIARE 17/19


b. Penyuluhan 5 jurus aman, menghindari infeksi saluran cerna melalui
penanganan makanan yang aman
c. Penyuluhan tentang pembuatan larutan gula dan garam

BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan pengendalian penyakit


diare. direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas sektor sesuai dengan
tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pengendalian penyakit


diare perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi risiko
terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan
yang akan dilaksanakan

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pengendalian penyakit


diare perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor
terkait dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang
dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap
harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

PANDUAN INTERNAL DIARE 18/19


Kinerja pelaksanaan pengendalian penyakit diare dimonitor dan dievaluasi dengan
menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap tribulan.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan Puskesmas dan lintas sektor terkait
dalam pelaksanaan pengendalian penyakit diare dengan tetap memperhatikan
prinsip proses pembelajaran dan manfaat.

Keberhasilan kegiatan pengendalian penyakit diare tergantung pada komitmen yang


kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat
dan peran serta aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.

PANDUAN INTERNAL DIARE 19/19

Anda mungkin juga menyukai