PUSKESMAS KEBONDALEM
Jalan Bhayangkara Nomor 69 Bangorejo 68487
Telepon (0333) 710251
e-mail: pkmkebondalem@yahoo.com
PEDOMAN
PENGENDALIAN PENYAKIT DIARE
DI PUSKESMAS KEBONDALEM KECAMATAN BANGOREJO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang
masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen
Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada
tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi
374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun
2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih
sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69
Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%).
Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang,
dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB
diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang
(CFR 1,74 %.)
Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Goal ke-4) adalah
menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada
2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas
dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih
menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian
akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana
kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang
cepat dan tepat.
B. Tujuan
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas
program dan sektor terkait.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan pengendalian penyakit
diare di Puskesmas Kebondaem.
E. Batasan Operasional
Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah
dan cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan
lendir taupun darah. Warna tinja bisa lama-kelamaan berubah menjadi kehijau-
hijauan .karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet
karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
banyaknya asam laktat yang berasal darl laktosa yang tida k dapat diabsorbsi
oleh usus selama diare
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam
basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit,
maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang,
mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tampak kering. (Hasan dan Alatas, 1985). Menurut Kliegman, Marcdante dan
Jenson (2006), dinyatakan bahwa berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan
elektrolit dari tubuh
diare dapat dibagi menjadi :
• Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi
diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda tanda dehidrasi
• Diare dengan dehidrasi ringan (3% - 5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-
kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan
menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan Penanggung jawab UKM, UKP, dan
karyawan puskesmas dikoordinir oleh Penanggung jawab UKM Promosi
Kesehatan sesuai dengan kesepakatan.
C. Jadwal Kegiatan.
Jadwal pelaksanaan kegiatan Pengendalian Penyakit Diare disepakati dan
disusun bersama dengan sektor terkait dalam pertemuan lokakarya mini lintas
sektor tiap tiga bulan sekali
A. Denah Ruang:
Koordinasi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan oleh
Penanggung jawab UKM Promosi Kesehatan yang menempati ruang adminstrasi
dari gedung Puskesmas. Pelaksanaan rapat koordinasi dilakukan di aula
Puskesmas.
B. Standar Fasilitas
1. Panduan pengendalian penyakit diare : 1 buah
2. Kit Penyuluhan pengendalian penyakit diare: 1 kit
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS
DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu - satunya cara
untukmengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare
juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan
4. Antibiotik Selektif
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh.
TATALAKSANA PENDERITA DIARE PADA ANAK
A. TUJUAN
1. Mencegah dehidrasi
2. Mengobati dehidrasi
3. Mencegah gangguan nutrisi dengan memberikan makan selama dan
sesudah diare
4. Memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat
B. PEMBAGIAN DIARE
1. DIARE AKUT CAIR
Batasan
Diare akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) perhari dengan konsistensi
cair dan berlangsung kurang dari 7 hari.
Khusus pada neonatus yang mendapat ASI, diare akut adalah buang air
besar dengan frekuensi lebih sering (biasanya 5-6 kali per hari) dengan
konsistensi cair.
2. PATOFISIOLOGI
a. Diare Sekretorik
b. Diare Osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotic antara
lumen dan cairan ekstrasel. Oleh karena itu, bila di lumen usus terdapat
bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap akan menyebabkan
diare. Bila bahan tersebut adalah larutan isotonic, air atu bahan yang
larut maka akan melewati mukosa usus halus tanpa diabsorpsi sehingga
terjadi diare.
2. Zinc
5. Pemberian nasehat
Ibu dan keluarga yang berhubungan erat dengan balita harus diberi
nasehat tentang:
1. Riwayat penyakit
C. DIARE BERMASALAH
1. Diare Berdarah
Diare berdarah atau disentri adalah diare dengan darah dan lendir dalam
tinja dapat disertai dengan adanya tenesmus.
2. Kolera
Diare terus menerus, cair seperti air cucian beras, tanpa sakit perut,
disertai muntah dan mual di awal panyakit.
Yaitu: diare yang berlangsung lebih dari 7 hari dan kurang dari 14 hari.
Prnyakit diare berkepanjangan berbeda dengan diare akut. Pada keadaan
ini kita tidak lagi memikirkan infeksi firus melainkan infeksi bakteri, parasit,
malabsorpsi, dan beberapa penyebab lain dari diare persisten.
Adalah diare dengan atau tanpa disertai darah, dan berlangsung selama 14
hari atau lebih. Bila sudah terbukti disebabkan oleh infeksi disebut sebagai
diare persisten.
Gizi buruk yang dimaksud adalah gizi buruk tipe marasmus atau
kwarsiorkor, yang secara nyata mempengaruhi perjalanan penyakit dan
tatalaksana diare yang muncul.
Diare yang terjadi pada gizi buruk cenderung lebih berat, lebih lama dan
dengan angka kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan diare pada
anak dengan gizi baik. Walaupun pada dasarnya tatalaksana diare pada
gizi buruk sama dengan pada anak dengan status gizi baik,tetapi ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan. Perlu dipahami perubahan
morfologis dan fisiologis saluran cerna pada gizi buruk pengaruhnya
terhadap perjalanan klinik diare dan penyesuaian yang perlu dilakukan
pada tatalaksana.
DEFINISI
Adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja lembek (setengah cair)
dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari atau dapat berbentuk cair saja.
A. DIARE AKUT
Secara operasional diare akut adalah diare yang pada awalnya mendadak
dan berlangsung dalam beberapa jam sampai 14 hari.
B. DIARE KRONIS
Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu (14 hari).
2. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzimini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekres epitel
usus. Zinc jugaberperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
3. Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan
balita harus diberi nasehat tentang:
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a.Diare lebih sering
b.Muntah berulang
c.Sangat haus
d.Makan/minum sedikit
e.Timbul demam
f.Tinja berdarah
g.Tidak membaik dalam 3 hari.
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan Puskesmas dan lintas sektor terkait
dalam pelaksanaan pengendalian penyakit diare dengan tetap memperhatikan
prinsip proses pembelajaran dan manfaat.